SKRIPSI
Disusun oleh :
HARPEN MADYA
P.17.005
TAHUN 2021
i
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
Jl. Mr. Muh. Yamin No. 195 Manding – Polewali
Oleh
HARPEN MADYA
P.17.005
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ka. LPPM STIKES BINA GENERASI
ii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
Jl. Mr. Muh. Yamin No. 195 Manding – Polewali
Oleh
HARPEN MADYA
P.17.010
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Prodi S1 Keperawatan
iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI
LEMBAR PENGESAHAN
HASIL PENELITIAN
HARPEN MADYA
P.17.010
Dr. Ayu Prasetia, M,MRS Ns. Nur Isriani Najamuddin, S.Kep.,M.Kep Wahyuni, Amd.Keb
Mengetahui
Ketua STIKes Bina Generasi
iv
KATA PENGANTAR
v
9. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam
mengikuti seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini.
10. Kedua orang tua saya tercinta serta keluarga dan semua pihak yang terus
mendukung dan yang tak henti-hentinya mendoakan serta memberikan
dorongan materil dan spiritual.
11. Rekan – rekan mahasiswa S1 ilmu Keperawatan STIKES Bina Generasi
Polewali Mandar dan seluruh pihak yang telah membantu kelancarkan
dan penyusunan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis
vi
ABSTRAK
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA
MASOSO KECAMATAN BAMBANG KABUPATEN MAMASA
HARPEN MADYA
P.17.005
vii
ABSTRAK
THE EFFECT OF BREATH RELAXATION ON REDUCING BLOOD PRESSURE
IN ELDERLY HYPERTENSION PATIENTS IN MASOSO VILLAGE, BAMBANG
DISTRICT, MAMASA REGENCY
HARPEN MADYA
P.17.005
viii
CURICULUM VITAE
1. Identitas
a. Nama : Harpen Madya
b. NIM : P.17.005
c. Tempat/Tanggal Lahir : Masoso, 2 Mei 1999
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Suku/Bangsa : Toraja Mamasa/Indonesia
f. Agama : Kristen Protestan
g. Alamat : Desa Masoso Kec. Bambang Kab.
Mamasa
2. Riwayat Pendidikan
a. Tamat SD di SDN 013 Leko Masoso pada tahun 2011.
b. Tamat SLTP di SMPN 7 Bambang pada tahun 2014.
c. Tamat SMA di SMAN 1 Bambang pada tahun 2017.
d. Terdaftar sebagai Mahasiswa di STIKes Bina Generasi Polewali
Mandar Sulawesi Barat, jurusan S1 Ilmu Keperawatan sejak tahun
2017 sampai sekarang.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vii
CURICULUM VITAE................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum............................................................................. 5
B. Tujuan Khusus............................................................................. 5
A. Mamfaat Teoritis......................................................................... 6
B. Mamfaat Praktis.......................................................................... 6
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.3 Hipotesis............................................................................................ 35
BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 50
xi
4.3 Keterbatasan Penelitian........................................................................ 58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 59
5.2 Saran..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Daftar Singkatan
Ha : Hipotesis Alternatif
Ho : Hipotesis Nol
RI : Republik Indonesia
RW : Rukun Warga
xiv
Daftar Lambang
% : Persentase
α : Tingkat Kemaknaan
p : Tingkat Signiikan
& : Dan
- : Sampai Dengan
( : Buka Kurung
) : Balas Kurung
“ : Tanda Petik
xv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8 Dokumentasi
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi,
sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi.(HS, Intan Eka
Oktavia. Junaid, 2017)
Indonesia telah memasuki era pertambahan jumlah penduduk lansia. Pada
tahun 1971, penduduk lanjut usia (lansia) berjumlah 5,3 juta atau 4,48% dan pada
tahun 1990 meningkat menjadi 12,7 juta (6,56%). Sejak tahun 2002, proporsi
penduduk lansia di Indonesia telah mencapai di atas 7%. Pada 2010, jumlah lansia
diprediksi naik 9.58% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Pada tahun 2020,
angka tersebut menjadi 11,20% dengan usia harapan hidup rata-rata 70,1 tahun.
Jumlah ini berarti meningkat 3 kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah lansia
pada tahun 1990. Jumlah lansia saat ini, seperti diinformasikan oleh Badan Pusat
Statiska (BPS), adalah 14.439.967 orang atau 7,18% dengan usia harapan hidup
rata-rata 64,5 tahun. Sebagian diantara mereka terlantar, mengalami penyakit
menahun, tindak kekerasan, dan perlakuan salah (Agoes; dkk, 2011:1). Data
KESRA (2006) diketahui bahwa pada tahun 2006, jumlah penduduk lansia
diIndonesia mencapai 19 juta atau sekitar 8,90%, tahun 2010 diperkirakan
meningkat menjadi 23,9 juta atau sekitar 9,77%, dan bahkan pada tahun 2020
diperkirakan mencapai angka 28,8 juta atau sekitar 11,34% dari total penduduk di
Indonesia.(Purwaningsih, 2010).
Berdasarkan (RISKESDAS, 2018) jumlah penderita hipertensi di
Indonesia sebanyak 34, 11% dari jumlah penduduk dimana untuk provinsi
Sulawesi barat sebanyak 34,77%.
Di Kabupaten Mamasa pada tahun 2020 terdapat penyakit hipertensi yang
di derita penduduk umur ≥18, berdasarkan laporan puskesmas Mamasa,
Tawalian, Sespa, Balla, Malakbo, Sumarorong, Messawa, Nosu, Pana, Tabang,
Rantim, Mambi, Mehalaang, Bambang, Aralle, Bumal, selama tahun 2020
tercatat 5817 orang, dari data yang di ambil dari setiap Puskesmas yang ada di
3
1.4 Manfaat
A. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang pengaruh pemberian tekhnik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa
Masoso Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Profesi Keperawatan dan puskesmas
Sebagai data dasar untuk penanggulangan dan penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi dan sebagai masukan
dan acuan bagi bidang keperawatan dalam pengambilan kebijakan dalam
peanggulangan peningkatan penderita hipertensi.
2. Bagi penderita hipertensi
Sebagai penelitian alternative untuk memberikan pengetahuan dan
memberi langkah yang tepat dalam menurunkan tekanan darah
3. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai data dasar dan pembanding untuk penelitian selanjutnya
dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan terapi non
farmakologi dalam penatalaksanaan hipertensi.
4. Bagi STIKES Bina Generasi Polewali Mandar
Sebagai referensi bacaan dan bahan masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan langsung dalam skripsi ini untuk tenaga kesehatan
khususnya keperawatan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg,
sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah
diatas 145/95 mmHg. Sedangkan pada wanita tekanan darah diatas sama dengan
160/90 mmHg (Sharif La Ode, 2012)
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena
alasan penyakit tertentu, sehingga sering di sebut sebagai “silent killer” (Depkes,
2007). Healthy People 2010 For Hypertension menganjurkan perlunya
pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan
tekana darah secara optimal. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan
partisipasi aktif para sejawat Apoteker yang melaksanakan praktek profesinya
pada setiap tempat pelayanan kesehatan. Apoteker dapat bekerja sama dengan
dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi, Adherance
terhadap terapi obat non-obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek
samping, dan mencegah atau memecahkan masalalah yang berkaitan dengan
pemberian obat (Depkes, 2007).
1. Klasifikasi Hipertensi
Dalam sebuah kajian di University of North Carolina yang melibatkan
sekitar Sembilan ribu pria dan wanita selama jangka waktu lebih dari 11,6
tahun, angka penyakit kardiovaskuler meningkat secara signifikan dengan
tekanan darah optimal, risiko berkembangnya penyakit kardiovaskuler,
terutam stroke, pada penderita tekanan darah tinggi lebih besar dua setengah
kali lipat, statistic itu juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang
berkaitan dengan penyakit itu. Risiko terbesar adalah stroke, dan kelompok
yang paling beresiko adalah ras Afrika-Amerika, penderita diabetes, orang
gemuk dan obesitas, serta orang dengan kadar LDL tinggi (Robert E.
Kowalski, 2010).
9
Tabel 2.1
10
2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak di ketahui
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat di
sembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan
persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banayak penyebab hipertensi sekunder, endogen
maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat di identifikasi,
hipertensi pada pasien-pasien ini data di sembuhkan secara potensial
(Depkes, 2007). (Kusuma Hardi dan Nurarif Huda Armin, 2015)
mengemukakan terdapat etiologi dari hipertensi :
a) Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
(1) Hipertensi Primer (esensial)
Di sebut juga hipertensi idiopotik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengruihi yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis sistem rennin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkhol dan
polisitemia.
(2) Hipertensi Sekuder
Penyebabnya pengguna estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
b) Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
(1) Elastisitas dinding aorta menurun.
(2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunny kontraksi dan volumennya.
14
(d) Merokok
Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam
dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap
penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau dapat membuat
jantung bekerja lebih keras karena terjadi penyempitan
pembuluh darah sementara. Selain itu, juga dapat
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekana darah.
Keadaan ini terjadi Karen adanya peningkatan produksi
hormone selama kita menggunakan tembakau, termasuk
hormone epinerfin (adrenalin). Karbon monoksida dalam asap
rokok akan menggantikan oksigen dalam darah. Akibatnya,
tekana darah akan meningkat karena jantung di paksa bekerja
lebih keras untuk memasok oksigen ke seluruh organ dan
jaringn tubuh.
(e) Sensitivitas natrium
Tubuh membutuhkan sejumlah mineral natrium umuntuk
mempertahankan kima sel secara baik. Sumber utama natrium
adalah garam meja yang terdiri dari 40% natrium dan 60%
klorida. Orang yang lebih sensitiv terhadap natrium akan lebih
muda menahan natrium dalam tubuhnya sehinga terjadi retensi
air dan peningkatan tekanan darah. Jika kita termasuk dalam
golongan ini, kelebihan natrium dalam makanan akan
meningkatakan resiko terkena hipertensi. Semakin tua umur
seseorang, sensitivitas terhadap natrium semakin tinggi.
(f) Kadar kalium rendah
Kalium berfungsi sebagai penyeimbang jumlah natrium dalam
ciran sel. Kelebihan natrium dalam sel dapat dibebaskan filtrasi
lewat ginjaldan di keluarkan bersama urine. Jika makanan yang
di konsumsi kurang mengandung kalium atau tubuh tidak
17
tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Sofia Rhosma Dewi,
2014).
1. Proses menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat
menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar
cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap
berbagai penyakit dan kematian (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2010).
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan
proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada
masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun,
terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya.
Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan
penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan
berada dalam kontrol seseorang. Banyak perubahan yang dikaitkan
dengan proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang
bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami perubahan-
perubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem
pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem
pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinari, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga
dengan perubahan-perubahan mental menyangkut perubahan ingatan
(memori). Berdasarkan perbandingan yang diamati secara potong
lintang antar kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ
tampaknya mengalami kehilangan fungsi sekitar 1 persen per tahun,
dimulai pada usia sekitar 30 tahun (Setiati, Harimurti & Roosheroe,
2010).
2. Perubahan pada lansia
27
Lansia
kardiovaskuler
Aliran pembuluh
darah ke daerah Komponen saraf
yg spasme parasimpatik
PaCO2 dan pH
O2 dalam darah
Farmakologi
Aroma therapy
dll
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dimana sampel dilakukan pre test dan post test setelah dilakukan perlakuan.
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat
R 01 X1 02
B. Sampel
37
1. Persiapan
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data
4. Penyusunan laporan
5. Presentasi seminar hasil
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
45
Tabel 4.1
Distribusi Responden Menurut Usia Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Desa Masoso Kecamatan Bambang
Kabupaten Mamasa
Usia F %
61 Tahun 3 15
62 Tahun 6 30
63 Tahun 4 20
64 Tahun 5 25
65 Tahun 2 10
Total 20 100
Sumber : Data Primer 2021
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 20 responden, jumlah
responden yang berusia 61 tahun sebanyak 3 (15%), pada usia 62
tahun sebanyak 6 (30%), pada usia 63 tahun sebanyak 4 (25%),
pada usia 64 tahun sebanyak 5 (25%), dan usia 65 tahun sebanyak
2 (10%).
Jenis Kelamin F %
Laki-laki 8 40
Perempuan 12 60
Total 20 100
Sumber : Data Primer 2021
Pada tabel 4.2 menunjukkan responden jenis kelamin
perempuan sebanyak 12 orang (60%) dan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 8 orang (40%).
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum Terapi Relaksasi Nafas
Dalam Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Masoso
Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Setelah Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Masoso
Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa
Mean
Tekanan Darah Mean (SD) Differenc P Value
e
Pre Sistole
152 (6.959) 16 0.000
Post Sistole
136 (7.609)
Pre Diastol 97.50 (7.164)
11.5 0.000
Post Diastole 86 (5.982)
Sumber : Data Primer Wilcoxon Test 2021
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada nilai tekanan darah pre sistole
nilai Mean (Std Deviation) 152 (6.959) dan nilai tekanan darah post sistole
nilai Mean (Std Deviation) 136 (7.609). Nilai mean difference tekananan
darah sistole adalah mmHg 16 dengan nilai P Value 0.000. sedangkan
pada nilai tekanan darah pre diastole nilai Mean (Std Deviation)
97.50(7.164) dan nilai tekanan darah post sistole nilai Mean (Std
50
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan disesuaikan dengan tujuan penelitian
serta kerangka konsep penelitian, maka pembahasan dikemukan sebagai berikut :
A. Analisis Tekanan Darah Sebelum di Berikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Masoso Kecamatan Bambang
Kabupaten Mamasa
Penelitian yang dilakukan selama selama satu minggu menunjukkan
untuk tekanan darah sistol sebelum diberikan terapi teknik relaksasi nafas
dalam dari 20 responden, responden sebanyak 15 responden masuk dalam
kategori hipertensi tahap 1 (140-159 mmHg), dan 5 responden masuk
dalam kategori hipertensi tahap 2 (160-179 mmHg). Sedangkan rata-rata
tekanan darah diastole sebelum diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam
dari 20 responden, responden sebanyak 3 responden masuk dalam kategori
hipertensi tahap 3 (>110 mmHg), 9 responden masuk dalam kategori
hipertensi tahap 2 (>100-109mmHg), 8 responden masuk dalam kategori
hipertensi tahap 1 (90-99 mmHg).
Nilai tekanan darah responden sebelum terapi relaksasi nafas dalam,
tekanan darah sistole nilai 140 mmHg terdapat 2 responden (10%), nilai 150
mmHg terdapat 13 responden (65%), nilai 160 mmHg terdapat 4 responden
(20%), dan nilai 170 mmHg terdapat 1 responden (5%). Nilai median 150
51
mmHg dengan nilai minimum 140 mmHg dan nilai maksimal 170 mmHg.
Nilai mean adalah 152 mmHg.
Sedangkan nilai tekanan darah sistole nilai 90 mmHg terdapat 8
responden (40%), nilai 100 mmHg terdapat 9 responden (45%), dan nilai 110
mmHg terdapat 3 responden (15%). Nilai median 100 mmHg dengan nilai
minimum 90 mmHg dan nilai maksimal 110 mmHg. Nilai mean adalah 97.50
mmHg.
Secara umum hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang
bersifat abnormal dan seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya melebihi140/90 mmHg ( Ardiansyah, 2012 ). Mekanisme
yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
Menurut Damayanti, (2013) salah satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan hipertensi adalah melalui proses latihan releksasi, karena dengan
relaksasi dapat memperlebar pembuluh darah.
Menurut Medical Shocker, (2012) dalam kondisi rileks metabolisme
tubuh berjalan lambat sehingga siklus pernafasan menjadi lebih rendah sekitar
tiga sampai empat kali per menit serta dapat menurunkan tekanan darah dan
kontraksi jantung. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya mekanisme
kontrol system saraf pernafasan yang mempengaruhi kecepatan detak jantung
dan perubahan tekanan darah yang menyesuaikan agar sebanding dengan
kecepatan pernafasan yang terjadi pada kelompok eksperimen, sedangkan
pada kelompok kontrol tidak ditemukan hal itu karena pada kelompok kontrol
tidak mendapatkan terapi nafas dalam.
4.3 Keterbatasan
Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian
ini, ada beberapa keterbatasan yang dialami. Namun dimasa yang akan datang
keterbatasan dalam penelitian ini perlu terus diperbaiki antara lain tidak
dilakukan pengambilan data, informasi mengenai terapi hipertensi dan kontrol
diet pada pasien lansia.
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Pengaruh
Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Masoso Kecamatan Bambang Kabupaten
Mamasa pada tahun 2021, dapat disimpulkan bahwa dari hasil hasil analisis
data nilai p value 0,000 (<0,05), ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi Di Desa
Masoso Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa.
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka peneliti menyarankan :
A. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini merupakan suatu masukan bagi profesi perawat untuk
menjadikan sebagai salah satu acuan dan referensi ilmiah untuk
dikembangkan lebih lanjut dan menjadi bahan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai penatalaksanaan penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi dengan cara non farmakologi yaitu
dengan terapi teknik relaksasi nafas dalam
B. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Puskesmas Bambang
60
DAFTAR PUSTAKA
Bandung: Qanita.
Sakinah, S., & Azhari, H. K. (2018). Pangkajene Kabupaten Sidrap, 12, 261–266.
Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. (A. Setiawan, Ed.). Yogyakarta:
Mitra Cendekia.
Sharif La Ode. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. (N. ArTeam, Ed.) (Ed. 1).
Yogyakarta.
Soenarta, et.al, 2015. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.
Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler, 1, 1–2.
Sofia Rhosma Dewi. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. (H. Rahmadhani,
Ed.) (Ed.1). Yogyakarta: Deepublish.
Swarjana, I. K. (2015). METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN. (Andi, Ed.)
(Ed, II). Yogyakarta.
Tawang, et.al (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Sedang-Berat Di Ruang Irina C BLU
PROF. DR. R. D Kandou Manado Jendela Nursing Journal 3(1): 58–67.
http://doi.org.ejournal.poltek.kessmg.ac.id/ojs/index.php/jnj.
Tinggi, S., Kesehatan, I., Tuah, H., & Riau, K. (2015). Jurnal keperawatan •, 4.
Wajan Juni, U. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. (Carolina Sally, Ed.) (Ed. 3).
Jakarta.
Widyaningrum, S. (2012). Hubungan Antara Konsumsimakanan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia, 53(9), 1–146.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar permohonan menjadi responden
SURAT PERMOHONAN
Harpen Madya
Lampiran 2. Lembar Informed Consent
PERNYATAAN PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Responden :
Usia :
Alamat :
Setelah membaca dengan seksama, mengerti dan memahami penjelasan dan
informasi yang diberikan, saya bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian dari:
Nama : Harpen Madya
NIM : P.17.005
Judul : Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Masoso Kecamatan
Bambang Kabupaten Mamasa.
Saya bersedia memberikan informasi dan mengikuti kegiatan yang dibutuhkan
dalam penelitian sesuai kondisi yang sesungguhnya. Saya mengetahui bahwa tidak
ada resiko yang membahayakan dalam penelitian ini dan kerahasiaan data saya akan
terjaga.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
sedang dalam paksaan siapapun dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
(Harpen Madya)
Lampiran 3. Lembar Observasi Karakteristik Responden
LEMBAR OBSERVASI
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk Pengisian :
LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA
MASOSO KECAMATAN BAMBANG
KABUPATEN MAMASA
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Lampiran 5 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Frequency Table
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
N Valid 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0
Mean 152.00 136.00 97.50 86.00
Std. Error of Mean 1.556 1.686 1.602 1.338
Median 151.76 a
135.88 a
97.06 a
85.79a
Mode 150 140 100 90
Std. Deviation 6.959 7.539 7.164 5.982
Variance 48.421 56.842 51.316 35.789
Skewness .750 .033 .418 .393
Std. Error of Skewness .512 .512 .512 .512
Kurtosis 1.484 -.073 -.826 -.570
Std. Error of Kurtosis .992 .992 .992 .992
Range 30 30 20 20
Minimum 140 120 90 80
Maximum 170 150 110 100
Sum 3040 2720 1950 1720
Frequency Table
Pre Sistole
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pre Diastole
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Post Diastole
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Descriptives
Median 150.00
Variance 48.421
Minimum 140
Maximum 170
Range 30
Interquartile Range 8
Median 90.00
Variance 35.789
Minimum 80
Maximum 100
Range 20
Interquartile Range 10
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
NPAR TESTS
/WILCOXON=Presis PreDis WITH Postsis PostDis (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Ranks
Positive Ranks 0b
.00 .00
Ties 0c
Total 20
Post Diastole - Pre Diastole Negative Ranks 17d 9.00 153.00
Ties 3f
Total 20
Test Statisticsa
Z -4.008b -3.758b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000
DOKUMENTASI