Anda di halaman 1dari 71

KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKUMANA


KOTA KUPANG

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana
Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Maranatha Kupang

OLEH:

WINRU MELKISEDEK LAISBUKE


NIM: 81502712

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI

KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKUMANA
KOTA KUPANG

OLEH:

Winru Melkisedek Laisbuke


NIM: 81502712

Telah Disetujui Pembimbing Untuk Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Panitia


Penguji Program Studi S1 Keperawatan STIkes Maranatha Kupang
Pada Tanggal 24 September 2016

Pembimbing II Pembimbing I

A.A.Istri Fenny Lastari, S.Kep,Ns Aemilianus Mau, S.Kep,Ns. M.Kep


LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKUMANA
KOTA KUPANG

OLEH:

Winru Melkisedek Laisbuke


NIM: 81502712

Telah Diuji Dan Dipertahankan Di Depan Panitia Penguji Program Studi S1


Keperawatan STIKes Maranatha Kupang Pada Tanggal 24 September 2016

Ketua Penguji : Sabinus B. Kedang. S.Kep, Ns. M.Kep

Penguji I : Aemilianus Mau. S.Kep, Ns. M.Kep

Penguji II : A.A.Istri Fenny Lastari S.Kep, Ns.

Mengetahui:

Ketua STIKes Maranatha Kupang Ketua Program Studi S1 Keperawatan


STIKes Maranatha Kupang

Mery Fangidae Tumeluk, SST. MPH A.A.Istri Fenny Lastari S.Kep, Ns.
PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak
terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh Gelar Serjana
Keperawatan atau kesarjanaan lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.

Kupang, September 2016

Winru Melkisedek Laisbuke


NIM : 81502712
PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan


Kepada kedua orang tuaku
Bapak Laurensius Laisbuke
Ibu Ema Tefa
Adik Odi Rano Laisbuke
serta keluarga besarku yang telah memberikan
doa dan kasih sayang mereka yang
begitu besar dan tanpa henti-hentinya.
Tak lupa juga untuk semua sahabat
yang telah hadir dalam suka maupun duka

Motto :
Degan campur tangan TUHAN, apapun masalah yang dihadapi pasti
ada jalan keluar.
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Winru Melkisedek Laisbuke


Tempat Dan Tanggal Lahir : Noebesa, 2 Mei 1993
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Laki-Laki

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Negeri Noebesa : Tamat Tahun 2005


SMPN 1 Amanuban Tengah : Tamat Tahun 2008
SMA Kristen Oinlasi : Tamat Tahun 2011
S1 Keperawatan : 2012 - 2016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MARANATHA
KUPANG
2016

ABSTRAK

KARAKTERISTIK LANSI DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIKUMANA KOTA KUPANG
Winru Melkisedek Laisbuke

Latar Belakang: Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang tidak di


ketahui penyebabnya dan meliputi lebih kurang 90-95%. Saat ini
hipertensi merupakan tantangan besar di indonesia karena merupakan
kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.
Berdasarkan Survey Riset Dasar Kesehatan Nasional (RISKESDAS)
pada tahun 2013 hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu
sebesar 25,8%.
Metode penelitian : Untuk mengetahui Karakteristik Lansia Dengan
Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana telah
melakukan penelitian bersifat kuantitatif dengan desain survey
deskriptif yaitu studi dokumentasi. Populasi adalah keseluruhan obyek
yang akan di teliti, besar sampel dalam penelitian ini adalah total
populasi terjangkau berjumlah 95 orang.
Hasil penelitian: Dari data yang tercatat diperoleh hasil penderita
terbanyak pada Jenis Kelamin perempuan 71%, Umur 96%, Berat
Badan 61%, Pekerjaan 53%, Status Perkawinan 91%, Suku 31% dan
Derajat Hipertensi 75%.
Saran : Pihak puskesmas dapat memberikan penyuluhan kepada
penderita agar lebih cepat tanggap terhadap keluhan dan gejala-gejala
terjadinya komplikasi dini agar tidak terjadinya komplikasi yang lebih
berat.
Kata kunci : Tekanan Darah, Hipertensi, Karakteristik Lansia.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MARANATHA
KUPANG
2016

ABSTRACT

CHARACTERISTICS OF ELDERLY WITH ESSENTIAL


HYPERTENSION IN CLINIK WORK AREA SIKUAMANA KUPANG.
Winru Melkisedek Laisbuke

Backround: Essential hypertension is hypertension of unknown cause and covers


approximately 90-95%. Current hypertension is a major challenge in indonesia as
it is a condition that is often found in prymary health services. Based on the basic
research of National Health Survey in 2013 has a high prevalence of hypertension
that is 25,8%.
Research Methods: To know the characteristics of the elderly with essential
hypertension in clinic work area sikumana has conducted research with
quantitative, mamely the study dokumentation. The oreral population is in the
object to be thorought. Larje samples in this study is a reasonable amout to the
total population of 95 people.
Research Results: From data recorded in most suffers result obtained on gender
male 71%, age 96%, weight 61%, employment 53%, marital status 91%, tribe
31% and the degree of hypertension 75%.
Advice: Party clinic can provide counseling to the survivors to quick
responsiveness to complaints and symptoms of early onset of complications from
the onset of more severe complications.
Keywords: Blood pressure, hypertension sufferers, characteristics.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Karakteristik Lansia Dengan Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sikumana Kota Kupang” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di STIKes Maranatha Kupang.

Bersama ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada:

1. Aemilianus Mau, S.Kep, Ns, M. Kep selaku dosen pembimbing I yang


telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
2. A.A. Istri Fenny Lastari, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing II sekaligus
Ketua Program Studi S1 Keperawatan yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Sabinus Kedang, S.Kep, Ns, M. Kep sebagai dosen penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menguji penulis.

4. Juleha Pua Geno, S.Kep, M Kes, selaku Ketua STIKes Maranatha tahun
periode 2012-2016.

5. Meri Fanggidae, SST, MPH selaku Ketua STIKes Maranatha Kupang.

6. Tarsisius Venansius Tance, S.Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi S1


Keperawatan Periode 2012-2016.

7. Alfred Selan selaku Ketua Yayasan Maranatha Wilayah Nusa Tenggara


Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang.

8. Pdt Guten Selan S.Th selaku Pembina Yayasan Maranatha Wilayah Nusa
Tenggara Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang.
9. Para dosen yang telah membekali penulis dengan materi-materi sehingga
penulis memperoleh banyak pengetahuan yang berguna dalam
menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga tercinta khususnya Bapak, Mama, Kakak Ari, kaka Odi, kaka
Emi yang telah memberikan dukungan berupa materi dan doa selama
penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Maranatha Kupang.

11. Sahabat-sahabatku Fandy, Irsan, Deky, Densi, Tomy, Steven, Yadin, Yudit,
Astin dan Irsan terimakasih atas persaudaraan, persahabatan dan segala
bantuan, motivasi dan kerjasamanya selama ini.
Semoga Tuhan Yesus membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan dan dukungan. Penulis sadar bahwa sripsi ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi. Semoga ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.

Kupang, September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.........................................................................................i

Lembar Persetujuan................................................................................ii

Lembar Pengesahan................................................................................iii

Lembar Pernyataan ................................................................................iv

Persembahan............................................................................................v

Riwayat Hidup.........................................................................................vi

Abstrak.....................................................................................................vii

Kata Pengantar........................................................................................viii

Daftar Isi...................................................................................................x

Daftar Tabel..............................................................................................xii

Daftar Gambar.........................................................................................xiii

Daftar Lampiran......................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitan...................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi.................................................................................6
2.1.1 Pengertian Hipertensi................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi................................................................7
2.1.3 Penyebab Hipertensi..................................................................8
2.1.4 Tanda dan Gejala.......................................................................9
2.1.5 Akibat Hipertensi......................................................................9
2.1.6 Pemeriksaaan Penunjang...........................................................9
2.1.7 Penanganan Hipertensi..............................................................10
2.1.8 Faktor Resiko Hipetensi............................................................12
2.2 Konsep Lansia.......................................................................................17
2.2.1 Pengertian..................................................................................17
2.2.2 Batasan Umur Lanjut Usia........................................................18
2.2.3 Tipe Lansia................................................................................19
2.2.4 Perawatan Fisik, Sosia dan Psikologis......................................20
2.2.5 Penyakit Yang Sering Muncul Pada Lansia..............................28
2.2.6 Perubahan Pada Lansia.............................................................28
2.3 Kerangka Teori......................................................................................34
2.4 Kerangka Konsep..................................................................................35
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..................................................................................36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................36
3.3 Populasi dan sampel.............................................................................36
3.3.1 Populasi................................................................................36
3.3.2 Sampel..................................................................................37
3.4 Variabel Penelitian................................................................................38
3.5 Defenisi Operasional............................................................................38
3.6 Teknik Pengumpulan Data....................................................................39
3.7 Instrumen Penelitian.............................................................................40
3.8 Pengolahan dan Analisa Data...............................................................40
3.8.1 Pengolahan Data...................................................................40
3.8.2 Analisa Data.........................................................................41
3.9 Etika Penelitian.....................................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.....................................43
4.1.2 Data Umum...........................................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..............................................................................55
5.2 Saran........................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.3 Kerangka Teori ............................................................... 34
Gambar 2.4 Kerangka Konsep ............................................................ 35

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.4.1 Defenisi Operasional.........................................................................38


Tabel 4.1.2.1 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..............45
Tabel 4.1.2.2 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...........................45
Tabel 4.1.2.3 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan .................46
Tabel 4.1.2.4 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................46
Tabel 4.1.2.5 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan........47
Tabel 4.1.2.6 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Suku………….............47
Tabel 4.1.2.7 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Hipertensi ......48

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Observasi
Lampiran 4 Surat Ijin Pengambilan Data Awal Dari STIKes Maranatha Kupang
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Dari Institusi Pendidikan
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Dari Pemerintah Provinsi NTT Kantor
pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Lampiran 7 Surat keterangan melakukan penelitian dari kantor camat Maulafa
Lampiran 8 Surat keterangan selesai melakukan penelitian dari Puskemas
Sikumana
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 10 Lembar Revisi Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menua merupakan suatu proses penurunan kemampuan dan fungsi

tubuh secara alamiah yang terjadi terus menerus dalam hidup manusia.

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut

usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai

usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia

meliputi usia 60-74 tahun. Proses penuaan dapat menyebabkan berbagai

penyakit salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi adalah tekanan darah

persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan

diastoliknya diatas 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).


Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua

golongan yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder.

Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan

meliputi lebih kurang 90-95 % dari seluruh penderita hipertensi sedangkan

hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau

kelainan organik yang jelas diketahui dan meliputi 2-10 % dari seluruh

penderita hipertensi (Madhur, 2014; Skuta et al, 2010; Yogiantoro, 2007).


Menuruit WHO, lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang

berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari

populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total

populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring

dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun
2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik

menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi

lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun

2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011

menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1%

dari total populasi (WHO, 2015).


Saat ini hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia karena

merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.

Berdasarkan survey riset dasar kesehatan nasional (RISKESDAS) pada tahun

2013 hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%.

Disamping itu pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun sudah

banyak tersedia obat-obatan yang efektif (Depkes RI, 2013). Dari data yang

didapatkan di Puskesmas Sikumana sebanyak 285 penderita hipertensi usia

≥60 tahun dalam tiga bulan. Fenomena yang terjadi di Puskesmas Sikumana

adalah semua lansia yang mengalami hipertensi esensial sebanyak 95 orang.


Kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsangan vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi

pembuluh darah akibat aliran darah ke ginjal menjadi berkurang dan

berakibat diproduksinya renin. Renin akan merangsang pembentukan

angiotensin I yang diubah menjadi angiotensin II yang merupakan

vasokontriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan


intravaskuler yang menyebabkan hipertensi. Pada hipertensi primer atau

esensial perubahan patologisnya tidak jelas didalam tubuh dan organ-organ.


Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian

untuk melihat “Karakteristik Lansia Dengan Hipertensi Esensial Di Wilayah

Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana Karakteristik Lansia Dengan

Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang”?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi Karakteristik Lansia Dengan Hipertensi Esensial

Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan jenis kelamin
b. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan umur
c. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan berat badan
d. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan pekerjaan
e. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan status

perkawinan
f. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan suku
g. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan derajat

hipertensi

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
a. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bahan bacaan dan

referensi bagi perpustakaan di institusi pendidikan.


b. Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi semua

mahasiswa/i di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha


Kupang untuk dapat di lakukan penelitian lanjutan mengenai

hipertensi esensial.
1.4.2 Praktis
a. Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

masukan bagi Puskesmas setempat mengenai karakteristik lansia

dengan hipertensi esensial sehingga dapat meningkatkan

penanggulangan dan pengobatan penyakit hipertensi esensial.

b. Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmiah penulis

dan memperoleh pengalaman berharga dalam penelitian serta

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi Pada Lansia


2.1.1 Pengertian Hipertensi
Darmojo dan Martono (2006) menyebutkan bahwa hipertensi

pada lanjut usia adalah pada tekanan sistolik sama atau lebih besar

dari 140 mmHg atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90

mmHg. Definisi atau pengertian hipertensi banyak di kemukakan oleh

para ahli. WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan

darah di atas 160/95 mmhg, sementara itu (Smelttzer & Bare 2002)

mengemukakn bahwa hipertensi merupakan tekana darah persisten

atau terus menerus sehingga melebihi batas normal di mana tekan

sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastole di atas 90 mmhg.


TIM POKJA RS Harapan Kita, 1993 dalam Sarif La Ode yang

menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik

lebih dari 150 mmhg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmhg.
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam

arteri. Dikatakan hipertensi jika pada saat duduk tekanan sistolik


mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90

mmHg atau lebih, atau keduanya (Ruhyanudin, 2007).


Hipertensi adalah kondisi di mana jika tekanan darah sistole 140

mmHg atau lebuh tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau

lebih tinggi (Biomed, 2011).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak

berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali.

Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Mary

Baradero, 2008).

Berdasarkan pengartian-pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan

sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi

menyerupai JNC VI, (Evi Susanti Sinaga) yaitu:16

a. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik

140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-95

mmHg.

b. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik

160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-

109 mmHg.
c. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik

≥180 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110

mmHg

2.1.3 Penyebab Hipertensi

Reeves & Lockhart, 2001 dalam Sarif La Ode mengemukakan

bahwa fakto-faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia.

TIM POKJA RS Harapan Kita, 2003 dalam Sarif La Ode

menambahkan bahwa penyabab hipertensi dapat dibedakan menurut

jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan tekanan

darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak

normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia,

emosi yang terganggu/ stres dan merokok. Sedangkan hipertensi

sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena

penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,

peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, dan

pengaruh obat tertentu misalnya obat kontrasepsi.

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

penyebab hipertensi beragam diantaranya adalah: sress, kegemukan,

merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal,


sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia,

penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,

peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan karena tumor otak,

pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang

tinggi, kurang olahraga, genetik, aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi

sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.


2.1.4 Tanda dan Gejala
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, 2003 dalam Sarif La

Ode mengemukakan bahwa manifestasi klinis yang sering tidak

tampak. Pada beberapa pasien mengeluhkan sakit kepala, pusing,

lemas, sesak napas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,

muntah, kelemahan otot, epitaksis bahkan ada yang mengalamai

perubahan mental.

2.1.5 Akibat Hipertensi


a. Payah Jantung
Sesak nafas setelah bekerja atau melakukan kegiatan, lekas lelah,

kaki bengkak, lama kelamaan akan menyebabkan penurunan curah

jantung.
b. Stroke
Gangguan peredaran darah di otak.
c. Penyakit Ginjal
d. Gangguan saluran kencing
.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratrium rutin yang dilakukan sebelum memulai

therapy bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor

resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya di periksa

analisa urine, darah perifer lengkap, kimia darah (Kalium, Natrium,

protein, kreatinin, gula darah, puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan
pemeriksaan EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan

lain seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan EKG.
Pemeriksaan Diagnortic meliputi BUN atau kreatinin (Fungsi

Ginjal), glukosa (DM), kalium serum (Meningkat menunjukan

aldosteron yang meningkat), kalsium serum peningkatan dapat

menyebabkan hypertensi: kolesterol dan trigliserik (indikasi pencetus

hypertensi), pemeriksaan thyroid (menyebabkan vasokontriksi),

urinanalisa protein, gula (menunjukan disfungsi ginjal), asam urat

(factor penyebab hypertensi), EKG (pembesaran jantung, gangguan

konduksi), IVP (Dapat mengidentifikasi Hipertensi).

2.1.7 Penanganan Hipertensi

Menurut Yogiantoro, 2007 dalam Prasetyo Tri Utomo

mengemukakan bahwa untuk menanggulangi tekanan darah yang

tinggi, secara garis besar ada 4 macam diet, yaitu:


1. Kurangi konsumsi garam

Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan

retensi (penahanan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat

menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting

dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap

mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral,

maupun vitamin yang seimbang.

2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah

dan menurukan berat badan bagi penderita yang kegemukan dan


mengurangi berat badan. Ada hubungan yang jelas antara obesitas

dengan hipertensi. Obesitas menyebabkan aktivasi sistem saraf

simpatik dan berbagai hormon yang dapat mengubah tekanan

darah.

3. Diet tinggi serat

Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi

makanan berserat tinggi seperti:

a. Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,

kedondong, anggur, srikaya, markisa, pepaya, jeruk, mangga,

apel, semangka dan pisang.

b. Golongan sayuran, seperti daun bawang, daun singkong, ubi

jalar, lobak, tomat, kangkung, toge, buncis, pare, kol, wortel,

bayam, dan sawi

c. Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau,

kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian (beras merah,

jagung).

4. Diet rendan kalori yang kegemukan

Orang yang berat badanya lebih (kegemukan) akan beresiko

tinggi terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas

usia 40 tahun. Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan

pembatasan asupan kalori yang harus diperhatikan yaitu:

a. Asupan kalori dikurangi


b. Menu makanan harus seimbang
c. Pola istirahat
d. Pola aktivitas

2.1.8 Faktor resiko hipertensi


Menurut Depkes RI (2006) Faktor-faktor risiko sebagai akibat

dari penyakit hipertensi yang tidak ditangani secara baik dibedakan

menjadi 2 kelompok yaitu:


a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis

kelamin dan genetik. Hipertensi adalah faktor risiko yang paling

sering dijumpai.

1. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan

bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih

besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut

cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di

atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan

hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik. Sedangkan

menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian

tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada

tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan

bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada

pembuluh darah besar, sehingga dinding pembuluh darah

menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya

tekanan darah sistolik.


2. Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di

mana pria lebih banyak yang menderita hipertensi

dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk

peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya

hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah

dibandingkan dengan wanita Namun, setelah memasuki

menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.

Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada

wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan

oleh faktor hormonal.

3. Keturunan
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi,

terutama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor

genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain,

yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi.

Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan

garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua

orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan

turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-

anaknya.
b. Faktor risiko yang dapat diubah
Perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain

merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, kegemukan,

konsumsi alkohol, stress dan konsumsi garam berlebih, sangat erat

berhubungan dengan hipertensi.

1. Kegemukan (obesitas)
Menurut Kaplan dan Stamler dalam Depkse RI, 2006.

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak

yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index)

yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan

kuadrat dalam meter.


Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan

darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan

indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan

darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah

penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada

obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita

hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan seorang yang badannya normal.

Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%

memiliki berat badan lebih (overweight).


2. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa

marah,dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang

kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu

jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan


darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan

berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan

organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat

berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi

atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika

Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih

disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada

nasib mereka.

3. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam

aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah

arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan

darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara

kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh

pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung

dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung.

Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin

meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.


4. Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan

tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.

Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang

teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai

berat badan turun.


5. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah

dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat

alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan

kadarkortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.

Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan

darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa

efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila

mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap

harinya.

6. Konsumsi Garam

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh

karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan,

sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada

sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons

penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam.

Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau

kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan

pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darah

rata-rata lebih tinggi.


2.2 Konsep Lansia.

2.2.1 Pengertian

Menurut Undang-Undang No. 13/ tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,

2012). Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia

pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Menua (manjadi tua)

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

2.2.2 Batasan Umur Lanjut Usia


1) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahap :
a. Lanjut usia (elderly) : 60 – 74 tahun
b. Lanjut usia tua (old) : 75 – 90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
2) Menurut Prof DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru

Besar Universitas Gajah Mada Fakultas kedokteran, periodesasi

biologis perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :


a. Usia 0 – 1 tahun (masa bayi)
b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
c. Usia 6 – 10 tahun (masa sekolah)
d. Usia 10 – 20 tahun (masa pubertas)
e. Usia 40 – 65 tahun (masa setengah umur, prasenium)
f. Usia 65 tahun keatas (masa lanjut usia, senium)
3) Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas

Indonesia), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa.

Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :


a. Fase iuventus, antara usia 25 – 40 tahun
b. Fase verillitas, antara usia 40 – 50 tahun
c. Fase prasenium, antara usia 55 – 65 tahun
d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia
4) Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia

dikelompokkan sebagai berikut :


a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) : usia 18/20 – 25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : usia 25 –

60/65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) : usia lebih dari 65/70 tahun. Terbagi

menjadi : Usia 70 – 75 tahun (young old),Usia 75 – 80 tahun (old)

dan Usia lebih dari 80 tahun (very old) (Effendi, 2009).

2.2.3 Tipe lansia


Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya

(Nugroho, 2008). Adapun tipe lansia yaitu :


1. Tipe arif bijaksana
Lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan

diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap

ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan

menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,

selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan

memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Terjadi konflik lahir batin pada lansia yakni menentang proses

penuaan sehingga lansia akan menjadi pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.


4. Tipe pasrah
Lansia akan menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.


5. Tipe bingung
Lansia yang mudah kaget, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan bersikap acuh tak

acuh.

2.2.4 Perawatan Fisik, Sosial dan Psikologis


a. Perawatan Fisik
1. Makanan yang bergizi dan seimbang
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah

satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan

tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh

cenderung turun, oleh karena itu kebutuhan gizi bagi para

lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori

pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena

berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar

adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh

dalam keadaan istirahat, misalnya: untuk jantung, usus,

pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi

lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu

bagi lansia adalah sebagai berikut (Sativa Oriza, 2010):


a) Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari

berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat

tenaga, pembangun dan pengatur.


b) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50%

adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang

komplex (sayur-sayuranan, kacang-kacangan, biji-bijian).


c) Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama

lemak hewani.
d) Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang

besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati,

yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.


e) Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti

susu non fat, yoghurt, ikan.


f) Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar,

seperti kacang-kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.


g) Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang

mengandung alkohol.
h) Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
i) Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari

bahan-bahan yang segar dan mudah dicerna.


j) Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-

gorengan
k) Makan disesuaikan dengan kebutuhan
2. Minum air putih 1.5-2 liter
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh

yang hilang setelah elakukan aktivitasnya, dan minimal kita

minum air putih 1,5-2 liter per hari. Air sangat besar artinya

bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi

tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih


seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai

pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh

kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan

tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan

lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh

untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih

adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam

tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang

cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah

sembelit. Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada

kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun

sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk

kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang

mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah

tinggi, obesitas dan sebagainya.


3. Olah raga teratur dan sesuai
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun.

Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40

tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30-

50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus

memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan

kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu

diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan

atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau


kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh

olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki,

dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki

misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan

faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif

dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat

menghambat laju perubahan degeneratif.


4. Istirahat, tidur yang cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah

untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit,

karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi,

meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses

penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi

bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan

merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan

tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.


5. Menjaga kebersihan
Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan

hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan

lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut

tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi

minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau

sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan

atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali


selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang

(telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis), memakai alas kaki

jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah

dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari

debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan.

Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar

mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Namun

perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat

bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih

mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi

pengarahan.
6. Minum suplemen gizi yang diperlukan
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran

organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun.

Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat

gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhisecara adekuat.

Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk

mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan

diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus

dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.


7. Memeriksa kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan

merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan

kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu


memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan

pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih

dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika

ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di

cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas

kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang

panjang dan tetap sehat.


b. Perawatan Sosial
Membina Hubungan yang sehat antar sesama. Pertahankan

hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena

hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus

sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga

dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang

selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga,

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin

lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang

dicintai dan disayangi.


c. Perawatan Psikologis
1. Menjaga Keseimbangan Mental dan batin
Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik

saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan

bathin tenang dan seimbang adalah:


a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan

menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan

menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.


b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak

kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak

semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu

berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi,

penyakit jantung dan lain-lain.


c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan

memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita

juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang

lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif

dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk

menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan

emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita

dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu

membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan

sehat.
2. Rekreasi
Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama

seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus

mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan.

Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman

dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman

yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai

di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran

dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas

sehari-hari.
2.2.5 Penyakit yang sering muncul pada lansia
1. Penyakit Cardiovascular
2. Penyakit otot dan persendian
3. Bronchitis, asma dan penyakit respirasi lainnya
4. Penyakit pada mulut, gigi dan saluran cerna
5. Penyakit syaraf
6. Infeksi kulit
7. Malaria

2.2.6 Perubahan Pada Lansia


Proses penuaan pada lansia menyebabkan perubahan signifikan

pada fungsi biologis maupun perilaku. Berikut adalah perubahan yang

teradi pada lansia, yaitu :


1. Perubahan fungsi biologis
Bertanbahnya usia menyebabkan lansia mengalami berbagai

macam perubahan yang sifatnya biologis, seperti :


a. Perubahan penampilan fisik
Salah satu manifestasi dari proses penuaan adalah

penampilan kulit individu, seperti munculnya kerutan dan noda

hitam. Lansia juga mengalami perubahan pada struktur wajah,

perkembangan lapisan telinga maupun hidung, penipisan rambut

dan juga tumbuhnya rambut putih. Lansia juga mengalami

pengurangan tinggi badan yang kemudian mengakibatkan

perubahan postur tubuh, penekana pada lapisan tulang belakang,

dan juga pengurangan kepadatan tulang. Pengurangan kepadatan

tulang biasanya semakin cepat terjadi pada wanita setelah

menopause, dan hal ini dapat meningkatkan osteoporosis, yaitu

penyakit yang mengakibatkan penurunan signifikan pada kalsium

tulang yang menimbulkan kerapuhan tulang.


b. Perubahan system sensori
Perubahan system sensory pada lansia terdiri dari sentuhan,

pembauan, perasa, penglihatan, dan pendengaran. Perubahan pada

indera pembauan dan pengecapan dapat memepengaruhi

kemampuan lansia dalam mempertahankan nutrisi yang adekuat.

Perubahan sensitivitas sentuhan yang dapatterjadi pada lansia

seperti berkurangnya kemampuan neuron sensori yang secara

efisien membrikan sinyal deteksi, lokasi dan identifikasi sentuhan

atau tekanan pada kulit. Lansia juga mengalami kehilanga sensasi

dan propiosepsi serta resepsi informasi yang mengatur pergerakan

tubuh dan posisi. Hilangnya fiber sensori, resepor vibrasi dan

sentuhan dari ekstremitas bawah menyebabkan berkurangnya

kemampuan memperbaiki pergerakan pada lansia yang dapat

mengakibatkan ketidak seimbangan dan jatuh.


c. Penuaan pada otak
Penurunan berat otak pada individu biasanya dimulai pada

usia 30 tahun. Penurunan berat tersebut awalnya terjadi secara

perlahan kemudian semakin cepat. Penurunan berat ini

berdampak pada pengurangan ukurn neuron, dimulai dari korteks

frontalis yang berperan dalam fungsi memori dan performa

kognitif dapat terjadi jika penurunan berat otak disertai dengan

berkurangnya lapisan otak.


d. Penurunan system muskuluskletal.
System muskuluskletal berhubungan dengan mobilitas dan

keamanan yang dapat mempengaruhi seluru aktivitas sehari-hari.

Perubahan yang terjadi pada system musculoskeletal pada lansia


adalah berkurangnya massa dan kekuatan tulang. Lansia

mengalami penurunan kekuatan dan kelunturan otot seperti

kekuatan genggaman tangan, kekuatan kaki berkurang pada pria,

genggaman tangan dan kekuatan kaki pada wanita. Konsekuensi

muskuluokeletal dan factor resiko adalah berkurangnya kekuatan

otot, kelenturan dan koordinasi, terbatasnya rentang gerak sendi,

meningkatnya resiko jatuh dan fraktur.


e. Perubahan pola tidur.
Waktu istrahat lansia cebderung lebih sedikit dan jarang

bermimpi dibanding usia selanjutnya. Lansia cenderung mudah

terbangun ketika tidur karena kendala fisik dan juga lebih

sensitive terhadap pemaparan cahaya. Gangguan pola tidur yang

biasa dialami lansia seperti Insomnia.

f. Perubahan fungsi seksual dan reproduksi


Pria cenderung tidak mengalami perubahan berarti pada

kesuburannya namun membutuhkan waktu lebih lama untuk

ereksi dan ejakulasi. Setelah semakin tua lansia dapat mengalami

impotensi dan berkurangnya level hormone testosterone yaitu

hormone seksual yang menstimulasi perkembangan organ seksual

laki-laki. Sedangkan wanita juga mengalami penurunan fungsi

seksual yang bahkan cenderung dramatis setelah menopause.


g. Perubahan neurologis
Perubahan yang terjadi berkaitan dengan gangguan

neurologis pada lansia adalah delirium, dimensia, gangguan

vestibular dan stroke. Delirium ditandai dengan menurunnya

atensi di sertai penurunan kemampuan berpikir, memori, persepsi,


ketrampilan psikomotor dan siklus bangun tidur. Dimensia

merupakan kerusakan progresif dari fungsi kognitif yang di

kerakterstikkan sebagai penurunan persistem dari dua atau lebih

fungsi intelektual.
2. Perubahan fungsi kognitif.
Perubahan kognitif di pegaruhi oleh system saraf pusat,

karakteristik personal, fungsi sensori, dan kesehatan fisik serta

efek kimia seperti pengobatan. Kemampuan kognitif pada lansia

juga dipengaruh oleh factor personal dan lingkungan seperti

tingkat pendidikan, persepsi diri dan penghargaan, status

kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Perubahan

fungsi kognitif pada lansia meliputi fungsi daya ingat, fungsi

intelektual dan kemampuan untuk belajar. Lansia memiliki

kelamahan dalam mengingat jarak pendek (Short Term memory)

tapi tidak dengan kemampuan mengingat masa ampau (Long

Term Memory). Sedangkan lansia mengalami peningkatan

kemampuan untuk mengintegrasi informasi dan pengetahuan

terkait pengalaman, pengertian komunikasi, perkembangan daya

nilai, dan juga pemikiran terkait kehidupan sehari-hari. Fungsi

intelektual lansia memasuki tahapan paling tinggi dalam fungsi

kepandaian. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan

terkristalisasi dari pengetahuan sebelum massa kehidupan masuk

pada kondisi yang stabil pada tahap kehiduoan dewasa.


Daya kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah

kehidupan sehari-hari tidak mengalami perubahan. Peningkata


juga terjadi pada aspek wisdom atau kebijakan yaitu kemampuan

individu untuk memberikan panilaian dan saran terkait individu

dan lingkungannya.
3. Perubahan fungsi psikososial
Perubahan psikososial pada lansia akan berdampak pada

kepuasan hidup dan perubahan arti hidup. Lansia cenderung

mengalami banyak perubahan terkait factor psikososial. Ketika

anak-anak telah berpindah rumah dan hidup mandiri, biasanya

lansia akan mengalami kehilangan yang mendalam (Empty Nest

Syndrom). Namun demikian lansia yang ditinggalkan tersebut

memiliki banyak waktu untuk diri sendiri, pasangan dan untuk

hobby sehingga dapat melakukan self-enhanchement.


Lansia yang masi memiliki pasangan cenderung lebih

sejahtera dibandingkan dengan lansia yang tidak berpasangan

terutama pada wanita. Lansia yang memiliki cucu biasanya akan

berinteraksi denagn cucunya. Peran tersebut memberikan suatu

self-fulfillment, rasa kebersamaan dan kepuasan hubungan yang

biasanya tidak cukup di peroleh melalui hubungan bagi anak dan

lansia. Peran dan interaksi tersebut juga terkadang membuat

lansia merasa kelelahan atau bahkan berselisih paham dengan

anak mengenai pola asuh cucu. Berkaitan dengan hubungan

psikososial lansia menjadi semakin banyak menghabiskan waktu

dirumah akibat dari kondoso kesehatan atau lainnya seperti

dukungan social yang tidak lagi adekuat.


2.3 Kerangka Teori

Faktor Pencetus

1. Kegemukan HIPERTENSI
2. Stres

3. Konsumsi garam
Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder
yang tinggi

4. Obesitas

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Sarif La Ode, 2012


2.4 Kerangka Konsep

Faktor yang dapat diubah: Faktor yang tidak dapat diubah:


Berat badan, stres, merokok, olahraga, Umur, jenis kelamin dan
keturunan
konsumsi alkohol dan konsumsi garam

HIPERTENSI

Hipertensi primer atau Hipertensi sekunder


esensial

Keterangan
:
Tidak diteliti

Diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain survey

deskriptif yaitu studi dokumentasi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Puskesmas Sikumana Kota Kupang pada tanggal 29

Agustus – 9 September 2016.

3.3 Populasi dan sampel


3.3.1 Populasi
Menurut Notoadmodjo (2012), populasi adalah keseluruhan obyek

penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

setiap subjek (lansia di puskesmas) yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2014). Pembagian populasi meliputi:


3.3.1.1 Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi sampling

kriteria dan menjadi sasaran akhir penelitian, populasi target

bersifat umum dan biasanya pada penelitian klinis dibatasi

oleh karakteristik demografis (Nursalam, 2014). Populasi

target dalam penelitian ini adalah jumlah lansia hipertensi

yang berkunjung di puskesmas sikumana kota kupang pada 3

bulan terakhir yaitu mei, juni dan juli berjumlah 285 orang.
3.3.1.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria

penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari

kelompoknya (Nursalam, 2014). Populasi terjangkau dalam

penelitian ini berjumlah 95 orang.


3.3.2 Sampel
a. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2014). Sampel yang di gunakan dalam penelitian adalah

semua lansia dengan hipertensi esensial dengan kriteria inklusi

sebagai berikut:
1) Semua lansia yang mengalami hipertensi esensial di Puskesmas

Sikumana Kota Kupang


2) Usia ≥ 60 tahun n=40
b. Besar Sampel
Menurut Notoadmodjo (2012), Sampel adalah sebagian dari

keseluruhan subjek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh

populasi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah total populasi

terjangkau berjumlah 95 orang.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status perkawinan, suku, berat badan, derajat hipertensi.

3.5 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.

Tabel 3.4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Kriteria


Penelitian Operasional
Jenis Ciri khas 1. Laki-laki Observasi Ordinal 1. Laki-laki
2. Perempuan 2. Perempuan
kelamin tertentu yang
dimiliki
penderita
hipertensi
esensial yang
tercatat pada
kartu status
pasien
Umur Usia penderita 1. Tanggal, Observasi Nominal 1. 60-74 tahun
bulan dan 2. 75-90 tahun
hipertensi
tahun 3. > 90 tahun
esensial sesuai kelahiran
2. > 60 tahun
yang tercatat
pada kartu
status pasien
Derajat Klasifikasi 1. Hipertensi 1. Spygmom Ordinal 1.Hipertensi
ringan anometer ringan Sistole
hipertensi yang
2. Hipertensi (tensi 140-159,
ditentukan sedang meter) diastole 90-95
3. Hipertensi 2. Stetoskop mmHg
oleh WHO
berat 2.Hipertensi
sedang 160-
179 mmHg
sistol, 100-
109 diastol
mmHg
3.Hipertensi
berat >180
sistol, >110
mmHg
Pekerjaan Aktivitas yang 1. Pegawai Observasi Nominal 1. Pegawai
negeri sipil negeri sipil
dilakukan
2. Pensiunan 2. Pensiunan
penderita 3. Wiraswasta 3. Wiraswasta
4. Petani 4. Petani
hipertensi
esensial diluar
atau didalam
rumah sesuai
yang tercatat
pada kartu
status pasien
Status Predikat yang 1. Menikah Observasi Nominal 1.Menikah
2. Belum 2.Belum
perkawinan dimiliki
menikah menikah
penderita 3. Janda/Duda 3.Janda/Duda
hipertensi
dengan
komplikasi
berdasarkan
pernikahan
sesuai yang
tercatat pada
kartu status
pasien
Suku Etnik yang 1. Jawa Observasi Nominal 1. Jawa
2. Timor 2. Timor
melekat pada
3. Rote 3. Rote
diri penderita 4. Sabu 4. Sabu
5. Flores 5. Flores
hipertensi
6. lainnya 6. Lainnya
esensial sesuai
yang tercatat
pada kartu
status pasien
Berat badan Masa tubuh 1. Berat badan Timbangan Ordinal 1. BB < normal
< normal 2. BB
meliputi otot,
2. Berat badan normal/ideal
tulang, lemak, normal/idea 3. BB > normal
l
cairan tubuh,
3. Berat badan
organ dan > normal
lain-lain yang
diukur
menggunakan
timbangan

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian dari

ketua STIKes Maranatha Kupang, kemudian peneliti mengantar surat ke

Puskesmas Sikumana Kota Kupang untuk mendapat persetujuan. Setelah

peneliti mendapat persetujuan, peneliti mencatat ulang karakteristik

responden dan tekanan darah hipertensi yang dikutip dari buku register
puskesmas yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, suku,

berat badan dan derajat hipertensi.

3.7 Instrumen Penelitian


Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lembar observasi.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data


3.8.1 Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan akan diproses dengan langkah-langkah

sebagai berikut:
a. Editing
Lembar observasi yang telah diisi terlebih dahulu diedit untuk

mengecek kebenaran data berdasarkan pengisian lembar

observasi.
b. Coding
Coding merupakan metode untuk mengoreksi data yang dikumpul

kan selama penelitian ke dalam simbol. Untuk memudahkan

pengolahan data maka setiap lembar observasi yang telah

disebarkan diberi kode dengan karakter.


c. Processing
Setelah lembar observasi terisi penuh dan benar dan sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan dapat

dilakukan dengan cara, mengentri data. Entri data dilakukan

dengan cara memasukan data kedalam komputer.


d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entri

apakah ada kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat

mengentri ke komputer, (Notoatmodjo, 2012).


3.8.2 Analisis Data
Deskriptif tentang frekuensi dan presentasi lansia hipertensi

berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku, status perkawinan,

berat badan, derajat hipertensi. Untuk mengetahui karakteristik

penderita hipertensi esensial, digunakan rumus:


f
P= 100
n
Keterangan:
P : Presentase
f : Jumlah observasi
n : Jumlah skor maksimal

3.9 Etika Penelitian


Menurut Notoatmodjo (2012), etika dalam penelitian ini dibagi menjadi 3

bagian yaitu:
1. Lembar Persetujuan menjadi responden (Informed consent)
Subjek yang mau untuk diteliti (menjadi responden) harus mencantumkan

tanda tangan persetujuan menjadi responden. Sebelumnya keluarga

diberikan kesempatan membaca isi lembar permohonan dan persetujuan,

jika subyek menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati dan menghargai hak subyek.


2. Tanpa Nama (Anonymity)
Untuk tetap menjaga kerahasiaan subyek, peneliti tidak mencantumkan

nama responden. Pada lembar observasi yang diisi, peneliti hanya

memberikan kode tertentu.


3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

oleh peneliti, data tersebut hanya akan disajikan/dilaporkan pada pihak

yang berhubungan dengan penelitian ini.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Wilayah

Puskesmas sikumana terletak di Kelurahan Sikumana

Kecamatan Maulafa. Wilayah kerja Puskesmas Sikumana

mencakup 6 (enam) Kelurahan dalam wilayah Kecamatan Maulafa

dengan luas wilayah kerja sebesar 37,92 km2. Kelurahan yang

termasuk dalam wilayah kerja Sikumana adalah Kelurahan

Sikumana, Kelurahan Kolhua, Kelurahan Bello, Kelurahan

Fatukoa, Kelurahan Naikolan dan Kelurahan Oepura.

Wilayah kerja Puskesmas Sikumana berbatasan dengan

wilayah-wilayah sebagai berikut:

a. Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang

Tengah
b. Bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Alak
c. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Oebobo
d. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang

Barat.

2. Data Demografi

Berdasarkan data dari kecamatan maulafa, jumlah penduduk

diwilayah kerja Puskesmas Sikumana pada tahun 2012 berjumlah

47,943 jiwa (data dari Kecamatan Maulafa).


Memperhatikan data jumlah penduduk penggolongan umur,

menunjukan bahwa dewasa masih mendominasi komposisi

penduduk. Hal ini kemungkinan adanya migrasi masuk untuk

bekerja ataupun menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi

perlu disadari bahwa bayi-balita dan anak-anak yang menjadi next

generation adalah sasaran tanggung jawab yang cukup besar baik

dalam kegiatan gizi, kegiatan UKS, kegiatan imunisasi dan lain-

lain. Sedangkan sarana kesehatan di wilayah kerja puskesmas

sikumana tahun 2012 adalah 1 puskesmas induk,1 puskesmas rawat

inap, 5 puskesmas pembantu (PUSTU) 45 posyandu balita, 11

posyandu Lansia, 1 balai pengobatan klinik,3 dokter praktek/bidan,

dan 3 apotik. Sarana penunjang kesehatan yang dimiliki oleh

puskesmas sikumana antara lain: kendaraan roda 4, kendaraan roda

2 dan komputer/laptop dan untuk situasi ketenagaan sampai akhir

bulan juli 2016 jumlah tenaga dalam wilayah kerja puskesmas

PNS, PTT maupun tenaga honor sebanyak 75 orang,dengan

perincian PNS sebanyak 70 orang, PTT sebanyak 3 orang dan

tenaga honor 2 orang.

4.1.2 Data Umum


a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)


laki-laki 28 29
Perempuan 67 71
Total 95 100
Sumber: Data primer: 29 Agustus - 9 September 2016

Berdasarkan tabel 4.1.2.1 menunjukan bahwa responden terbanyak

yang menderita hipertensi esensial berjenis kelamin perempuan yang

berjumlah 67 orang (71%) dan paling sedikit berjenis kelamin laki-

laki yang berjumlah 28 orang (29%).


b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas
Sikumana Kota Kupang.

Umur Frekuensi Persentase (%)


60-74 tahun 91 96
75-90 tahun 4 4
Total 95 100
Sumber: Data primer: 29 Agustus - 9 September 2016

Berdasarkan tabel 4.1.2.2 menunjukan bahwa usia terbanyak yang

menderita hipertensi esensial adalah usia 60-74 tahun: 91 0rang (96%)

dan paling sedikit usia 75-90 tahun: 4 orang (4%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan


Tabel 4.1.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan di
Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Berat Badan Frekuensi Persentaase (%)


BB < Normal 23 24
BB Normal/Ideal 14 15
BB > Normal 58 61
Total 95 100
Sumber: Data primer: 29 Agustus - 9 September 2016
Berdasarkan tabel 4.1.2.3 menunjukan bahwa responden terbanyak

dengan berat badan lebih dari normal yang berjumlah 58 orang (61%)

dan paling sedikit responden dengan berat badan normal/ideal yang

berjumlah 14 orang (15%).


d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.1.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Pensiunan 50 53
Wiraswasta 6 6
Petani 39 41
Total 95 100
Sumber: Data primer: 29 Agustus - 9 September 2016

Berdasarkan tabel 4.1.2.4 menunjukkan bahwa dari 95 responden

yang menderita hipertensi esensial terbanyak dengan jenis pekerjaan

sebagai pensiunan yang berjumlah: 50 orang (53%) dan yang paling

sedikit memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yang berjumlah: 6

orang (6%).

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan


Tabel 4.1.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di
Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%)


Menikah 86 91
Janda/Duda 9 9
Total 95 100
Sumber: Data primer: 29 Agustus - 9 September 2016

Berdasarkan tabel 4.1.2.5 menunjukan bahwa dari 95 responden

yang menderita hipertensi esensial terbanyak adalah dengan status


perkawinan: menikah yang berjumlah 86 orang (91%) dan paling

sedikit adalah status perkawinan: janda/duda yang berjumlah: 9 orang

(9%).
f. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
Tabel 4.1.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Suku di Puskesmas
Sikumana Kota Kupang.

Suku Frekuensi Persentase (%)


Jawa 6 6
Timor 29 31
Rote 28 29
Sabu 18 19
Flores 14 15
Total 95 100
Sumber: Data primer: 29 Agustus - 9 September 2016

Berdasarkan tabel 4.1.2.6 menunjukan bahwa dari 95 responden

yang paling banyak menderita hipertensi esensial adalah suku timor

yang berjumlah: 29 orang (31%) dan yang paling sedikit adalah suku

jawa yang berjumlah: 6 orang (6%).

g. Karaketristik Responden Berdasarkan Derajat Hipertensi


Tabel 4.1.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Hipertensi di
Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Derajat Hipertensi Frekuensi Persentase (%)


Hipertensi Ringan 71 75
Hipertensi Sedang 19 20
Hipertensi Berat 5 5
Total 95 100
Sumber: data primer: 29 Agustus - 9 September 2016

Berdasarkan tabel 4.1.2.7 dapat dilihat proporsi derajat tekanan

darah penderita hipertensi esensial tertinggi pada derajat hipertensi

ringan yang berjumlah: 71 orang (75%) dan terendah hipertensi berat

yang berjumlah: 5 orang (5%).


4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia

dengan hipertensi esensial di Puskesmas Sikumana Kota Kupang,

menunjukkan bahwa karakteristik hipertensi lansia berdasarkan

jenis kelamin dengan jumlah tertinggi adalah perempuan yang

berjumlah 67 orang (71%) dan laki-laki berjumlah 28 orang (29%).


Hasil penelitian ini didukung oleh Almi dalam Rezky

(2015) yang menyatakan bahwa hipertensi dominan terjadi pada

perempuan yaitu sebesar 71,1%. Perempuan lebih cenderung

menderita hipertensi salah salah satu pencetusnya adalah proses

menopouse yang merupakan pengaruh dari hormon estrogen.

Setelah perempuan memasuki masa menopouse maka akan mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Fungsi dari

hormon estrogen sebagai pelindung jantung dan pembuluh darah

dengan meningkatkan kadar Hign Desinty Lipoprotein (HDL) yang

bertugas sebagai pelindung pembuluh darah dari aterosklerosis

(Sylvia & Price, 2006). Setelah wanita menopouse maka tidak akan

terjadi fase tersebut, sehingga tekanan darah tidak menurun dan

justru cenderung meningkat (Burns dan Korach dalam Rezky

2015).
Asumsi peneliti bahwa perempuan berisiko serangan

jantung karena interaksi antara hormon sex estrogen wanita dengan

kadar kolesterol. Arteri perempuan dan pembuluh darah lainnya

lebih gampang rusak ketimbang laki-laki, wanita dengan hipertensi


harus berusaha menurunkan berat badannya, makan garam

secukupnya, makan lebih banyak buah dan sayuran untuk

meningkatkan kadar kalium dan mengurangi asupan lemak.

4.2.2 Karakteritik Lansia Berdasarkan Umur


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia

dengan hipertensi esensial di Puskesmas Sikumana Kota Kupang,

menunjukkan bahwa karakteristik hipertensi lansia berdasarkan

umur dengan jumlah tertinggi 60-74 tahun 91 orang (96%).


Menurut Depkes RI (2006), tingginya hipertensi sejalan

dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur

pada pembuluh darah besar, sehingga dinding pembuluh darah

menjadi lebih kaku sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan

darah sistolik.
Peneliti berasumsi bahwa umur mempengaruhi terjadinya

hipertensi. Dengan bertambahnya umur risiko terjadinya hipertensi

menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia

lanjut cukup tinggi. Umur merupakan salah satu faktor penting

pada penderita hipertensi esensial karena semakin bertambahnya

usia maka semakin tinggi resiko terkena hipertensi dan umumnya

terjadi pada umur >60 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia lebih

dari 60 tahun, terjadi penurunan fungsi organ-organ tubuh salah

satunya adalah penurunan elastisitas pembuluh darah.

4.2.3 Karakteristik Lansia Berdasarkan Berat Badan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia

dengan hipertensi esensial di Puskesmas Sikumana Kota Kupang,

menunjukkan bahwa karakteristik hipertensi lansia berdasarkan

berat badan dengan jumlah tertinggi BB > normal 58 orang (61%).


Menurut Depkes RI (2006), kaitan erat antara kelebihan

berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh

beberapa studi. Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT)

berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan

darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada

orang-orang gemuk lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan

seorang yang berat badannya normal.


Pada penelitian ini, berat badan memiliki hubungan dengan

hipertensi dimana responden terbanyak yang menderita hipertensi

esensial adalah responden dengan berat badan lebih dari normal.


Peneliti berasumsi bahwa mempuyai kelebihan berat badan

juga menjadi faktor atau resiko datangnya segala macam penyakit

salah satunya hipertensi, kelebihan berat badan pada seseorang

terjadi akibat konsumi makan yang mengandung kolesterol atau

kurang berolahraga. Fakta lain juga munyatakan bahwa beberapa

orang yang memiliki kegemukan atau memiliki berat badan

berlebihan jantungnya akan bekerja lebih keras dalam memompa

darah, sehingga biasanya pembuluh darah pada orang gemuk

terjepit oleh kulit yang berlemak. Keadaan inilah yang dapat

mengakibatkan naiknya tekanan darah.


4.2.4 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia

dengan hipertensi esensial di Puskesmas Sikumana Kota Kupang,

menunjukkan bahwa karakteristik hipertensi lansia berdasarkan

pekerjaan dengan jumlah tertinggi adalah pensiunan berjumlah 50

orang (53%), petani berjumlah 39 orang (41%) dan paling terendah

adalah wiraswasta berjumlah 6 orang (6%).


Pekerjaan berhubungan dengan penghasilan dan kebiasaan

makan seseorang serta aktivitas. Pada umumnya pensiunan tidak

bekerja diluar rumah sehingga tidak memperoleh pendapatan atau

pendapatan yang diperoleh rendah, sehingga pola makan kurang

beragam dan kurang melakukan pergerakan fisik sehingga energi

yang dihasilkan tidak banyak digunakan (Sianipar, 2014).

4.2.5 Karakteristik Lansia Berdasarkan Status Perkawinan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia

dengan hipertensi esensial di Puskesmas Sikumana Kota Kupang,

menunjukkan bahwa karakteristik hipertensi lansia berdasarkan

status perkawinan yang tertinggi adalah yang sudah menikah

sebesar 86 orang (91%) dan terendah adalah jada/duda sebesar 9

orang (9%). Hal ini bukan berarti status perkawinan menikah lebih

berisiko terjadinya hipertensi, tetapi juga bisa dapat diderita semua

status perkawinan (Meylisa, 2015).


Menurut Noviyanti (2015), peningkatan tekanan darah

lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stres

emosional yang tinggi. Stres dapat merangsang pengeluaran


hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan

kuat, sehingga tekanan darah meningkat.


Peneliti berasumsi bahwa status perkawinan dapat

dihubungkan dengan tingkat stres yang timbul dari tuntutan

pekerjaan, tuntutan hidup, pengalaman dan lingkungan sekitar.

Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi

dimana hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui

aktifitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan

darah secara tidak menentu.

4.2.6 Karakteristik Lansia Berdasarkan Suku


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia

dengan hipertensi esensial di Puskesmas Sikumana Kota Kupang,

menunjukkan bahwa karakteristik hipertensi lansia berdasarkan

suku dengan jumlah tertinggi suku timor: 29 orang (31%) dan

terendah suku jawa: 6 orang (6%).


Berdasarkan hasil penelitian Sianpar (2014), suku tidak

dapat dikatakan sebagai faktor risiko terjadinya penyakit

hipertensi. Kebiasaan hidup serta gaya hidup yang sering

mengkonsumsi makanan berlemak dan mengandung tinggi garam

dan kolesterol dapat menyebabkan hipertensi.


Peneliti berasumsi bahwa hipertensi lebih banyak terjadi

pada orang yang berkulit hitam daripada orang yang berkulih putih,

penyebabnya secara pasti belum diketahui. Tetapi pada orang kulit

hitam di temukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas

terhadap vasopressin lebih besar


4.2.7 Karakteristik Lansia Berdasarkan Derajat Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap lansia

dengan hipertensi esensial di Puskesmas Sikumana Kota Kupang,

menunjukkan bahwa karakteristik hipertensi lansia berdasarkan

derajat hipertensi lebih banyak mengalami hipertensi ringan

sebanyak 71 orang (75%), hipertensi sedang sebanyak 19 orang

(20%) dan hipertensi berat sebanyak 5 orang (5%). Penderita

hipertensi dengan derajat hipertensi ringan perlu melakukan

pemeriksaan tekanan darah dan mengkonsumsi obat secara rutin

untuk menghindari terjadinya hipertensi sedang maupun berat

(Sianipar, 2014).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
5.1.1 Distribusi hipertensi esensial berdasarkan jenis kelamin, dimana

perempuan yang lebih banyak menderita hipertensi berjumlah 67 orang

(71%).
5.1.2 Distribusi hipertensi esensial berdasarkan umur dimana kelompok umur

60-74 tahun lebih banyak menderita hipertensi dengan jumlah 91 orang

(96%).
5.1.3 Distribusi hipertensi esensial berdasarkan berat badan dimana berat badan

lebih dari normal paling banyak menderita hipertensi dengan jumlah 58

orang (61%).
5.1.4 Distribusi hipertensi esensial berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah

pensiunan dengan jumlah 50 orang (53%).


5.1.5 Distribusi hipertensi esensial berdasarkan status perkawinan terbanyak

adalah menikah yang berjumlah 86 orang (91%).


5.1.6 Distribusi hipertensi esensial berdasarkan suku yang tertinggi adalah suku

timor yang berjumlah 29 orang (31%).


5.1.7 Distribusi hipertensi esensial berdasarkan derajat hipertensi, jumlah

tertinggi pada derajat hipertensi ringan berjumlah 71 orang (75%).

5.2 Saran
5.2.1 Kepada Puskesmas Sikumana Kota Kupang untuk lebih meningkatkan

pelayanan kesehatan dengan memberikan penyuluhan kepada penderita

hipertensi dan keluarga untuk mencegah terjadinya hipertensi yang lebih

berat khususnya kepada penderita yang berumur >60 tahun.


5.2.2 Kepada penderita hipertensi agar tetap mengontrol tekanan darah secara

rutin, mengkonsumsi obat secara teratur serta menjaga kebiasaan hidup

sehat.
5.2.3 Untuk peneliti lain diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai hubungan karakteristik penderita dengan timbulnya hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC

Biomed M Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmako terapi Kardiovaskular dan


Renal. Jakarta: Salemba medika.

Darmojo dan Martono. 2006. Geriatri. Jakarta : Yudistira.

Depkes, RI. (2006). Faktor Resiko Hipertensi. Jakarta

La Ode, Sarif. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Maryam, Siti. (2012). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Salemba
Medika

Meylisa. (2015). Karakteristik Penderita Hipertensi Pada Poliklinik Rawat Jalan


Di RS Universitas Hasanuddin, Makassar Periode Kunjungan Januari-
Juni 2015. http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk/479/--
meylisa-23905-1-15-metli-).pdf&sa=U&ved=0ahUKEwjTuY-
to4HoAhVG_mMKHZ4VBGoQFggSMAE&usg=AFQjCNGSoiUL6s
Gn0WbUo5EBATehwIN-Rw. Diakses pada tanggal 02 Juli 2016, jam
12.00 WITA

Notoadmodjo. S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, H. W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika

Ruhyanudin, Faqih. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler, UPT. Penerbitan Universitas Muhamadiyah
Malang

Sativa, Oriza. (2010). Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan


Kebutuhan Gizi Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20753/4/Chapter
%20II.pdf, diakses pada tanggal 03 Agustus 2016, jam 14,30 WITA

Sianipar, Agustina. (2014). Karakteristik Penderita Hipertensi Dengan Komplikasi


Yang Dirawat Inap Di Puskesmas Tanjung Balai Karimun Tahun 2010-
2012. http://repository.usu.ac.id/handle, diakses pada tanggal 09
September 2016, jam 15.00 WITA

Sinaga, Evi Susanti. (2012). Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap
Di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011.
http://repository.usu.ac.id/handle. diakses pada tanggal 02 Juli 2016,
jam 12.00 WITA

Smeltzer, S.C, Brenda Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner-


Suddarth. Jakarta: EGC

Utomo, Prasetiyotri. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi


Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di
Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
http://eprints.ums.ac.id/26548/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf, diakses
pada tanggal 03 Agustus 2016, jam 14.00 WITA
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kupang,...................... 2016

Kepada

Yth. Bapak/ibu calon responden penelitian

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang Prodi S1 Keperawatan.

Nama : Winru Melkisedek Laisbuke

NIM : 815027I2
Yang akan melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Lansia
Dengan Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota
Kupang”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan responden,


segala informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk penelitian.

Atas perhatian dan kerjasama yang baik, diucapkan terimakasih.

Peneliti

Winru melkisedek laisbuke


NIM: 73102712

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca penjelasan pada lembaran pertama, saya bersedia turut


berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang Prodi S1 Keperawatan yang berjudul
“Karakteristik Lansia Dengan Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sikumana Kota Kupang”. Saya mengerti bahwa penelitian ini sangat bermanfaat
dan berguna bagi saya dan peneliti.

Oleh karena itu saya bersedia menjadi responden penelitian.


Kupang,…................. 2016

Responden

(……………………)

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN


KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN HIPERTENSI ESENSIAL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG

Tanggal pemeriksaan : ...............................................................


No. Responden : ...............................................................
A. Data Demografi
Nama (Inisial) : ...............................................................
Umur : ...............................................................
Jenis kelamin : ...............................................................
Pekerjaan : ...............................................................
Asal daerah : ...............................................................
Status Perkawinan : ...............................................................
Berat badan : ...............................................................

B. Tekanan darah : mmHg

Anda mungkin juga menyukai