Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

GAMBARAN SELF MANAGEMENT DENGAN TINGKAT


PENGONTROLANTEKANAN DARAH PADA DEWASA MUDA (19-49) TAHUN
DI PUSKESMAS OESAPA
KOTA KUPANG

OLEH

MELAN YUBERSY FOEH


NIM: 151111030

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS CITRA BANGSA


KUPANG
2021
SKRIPSI

GAMBARAN SELF MANAGEMENT DENGAN TINGKAT


PENGONTROLANTEKANAN DARAH PADA DEWASA MUDA (19-49) TAHUN
DI PUSKESMAS OESAPA
KOTA KUPANG

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ners
Universitas Citra Bangsa Kupang

OLEH

MELAN YUBERSY FOEH


NIM: 151111030

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS CITRA BANGSA


KUPANG
2021
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil sendiri dan belum pernah

dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di

perguruan tinggi manapun.

Kupang, April 2021


Yang menyatakan

Melan Yubersy Foeh


NIM : 151111030
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah di setujui

Tanggal, April 2021

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Yoani Maria Vianney Bita Aty, S.Kep., M.Kep Ns. Petrus Kanisius Siga Tage,S.Kep.,M..Kep

NIDN: 4005087901 NIK: 05150274

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua


Universitas Citra Bangsa Program Studi NERS

Vinsensius Belawa Making. SKM.,M.Kes B. Antonelda M. Wawo, S.Kep, Ns., M.Kep., Sp.Kep.J
NIDN: 082711831 NIDN: 0813068403
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

Rahmat dan Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul

“HUBUNGAN SELF MANAGEMENT DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA

DEWASA MUDA (19-49) TAHUN DI PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG”.

Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian dan penulisan

skripsi di Universitas Citra Bangsa.

Bersama ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:Ibu Ns. Yoani Maria Vianney Bita Aty, S.Kep., M.Kep selaku

pembimbing 1 dan Bapak Petrus Kanisius Tage, S.kep, Ns., M.Kep selaku pembimbing 2

yang selalu meluangkan waktu untuk mendiskusikan dan memberikan bimbingan dalam

proses penyusunan proposal ini. Penulis juga berterimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Frans Salesman, SE., M.Kes yang sudah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk menyelesaikan studi.

2. Bapak drg. Jeffrey Jap, M.Kes selaku Ketua Universitas Citra Bangsa yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan.

3. Dekan Fakultas Kesehatan Bapak Vinsensius Belawa Making, SKM., M.Kes

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan.


4. Ibu Balbina Antonelda M. Wawo, S.Kep, Ns., M.Kep.J, selaku Ketua Program

Studi Ners Universitas Citra Bangsa yang sudah memberikan kesempatan dan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan proposal ini.

5. Staf dan Dosen Prodi Keperawatan Universitas Citra Bangsa yang telah

membekali ilmu kepada penulis untuk menyusun proposal ini.

6. Ibu Rosiana Gerontini, S.Kep, Ns dan Ibu Mariaty Barimbing S. Kep, Ns.,

M.Kep, selaku wali kelas keperawatan A angkatan 8 yang selalu memberi

motivasi dan dukungannya kepada semua anak walinya.

7. Kedua orang tua tersayang, Bapak Steven Foeh, Mama Since N. Foeh. Beserta

Adik-adik tersayang, Alvi, Soggy, Chessin , Tryel, yang telah memberikan do,a

dan dukungannya.

8. Sahabat - sahabat terbaik saya, Elna, Indah, Dian, Paula, Innya, Azina, Ka Delvi.

Terimakasih atas motivasi dukungan dan masukan dalam susah maupun senang

yang selalu ada dari awal saya kuliah sampai sekarang dengan caranya masing-

masing.

9. Teman-teman Seperjuangan Keperawatan A angkatan 8 terimakasih untuk

kebersamaan dalam susah maupun senang selama 4 tahun ini dan yang selalu

membantu, memberi dukungan dan masukan sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini.

Semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan

dan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini. Penulis menyadari bahwa proposal ini

jauh dari sempurna tetapi penulis berharap bahwa proposal ini bermanfaat bagi pembaca

dan bagi keperawatan.

Kupang, April 2021


Penulis

ABSTRAK

Melan Yubersy Foeh .2021. GAMBARAN SELF MANAGEMENT


TENTANG TINGKAT PENGONTROLAN TEKANAN DARAH
PADA DEWASA MUDA (19-49) TAHUN DI PUSKESMAS
OESAPA KOTA KUPANG
Yoani Maria Vianney Bita Aty, S.Kep., Ns., M.Kep, Petrus Kanisius
Siga Tage, S,Kep.,Ns.,M.Kep

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang harus diwaspadai karena


merupakan penyebab dominan terjadinya peningkatan angkah mortalitas dan
morbiditas. Hipertensi disebut juga “silent killer” karena pada sebagian kasus
tidak menjunjukan gejala apapun. Tekanan darah atau hipertensi adalah keadaan
dimana kondisi medis terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor
pemicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisme merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis pada penderita hipertensi. Tujuan penelitian
ini yaitu GAMBARAN SELF MANAGEMENT DENGAN
TINGKATPENGONTROLANTEKANAN DARAH PADA DEWASA
MUDA (19-49) TAHUN DI PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG. Jenis
penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif. Populasi adalah
semua pasien hipertensi dewasa muda di Puskesmas Oesapa. Data dianalisis
menggunakan analisis frekuensi deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
semua pasien hipertensi di puskesmas oesapa mempunyai tingkat pengontrolan
yang cukup. Saran: Memberikan informasi secara teratur untuk setiap individu
tentang pengontrolan tekanan darah, Mengevaluasi hal-hal yang harus dilakukan
individu tentang pengontrolan tekanan darah.

Kata Kunci : pengontrolan,tekanan darah, dewasa muda


ABSTRACT

Melan Yubersy Foeh. 2021. SELF MANAGEMENT OVERVIEW OF LEVELS OF


BLOOD PRESSURE CONTROL IN YOUNG ADULTS (19-49) YEARS IN
THE WORKING AREA OF OESAPA PUBLIC HEALTH OF KUPANG
CITY

Yoani Maria Vianney Bita Aty, S.Kep., Ns., M.Kep, Petrus Kanisius Siga
Tage, S,Kep.,Ns.,M.Kep

Hypertension is a health problem that must be watched out for, because it


is the diminant cause of increased mortality and morbidity. Hypertension is also
called the silent killer because in some cases it does not show any sypmtoms.
Blood pressure or hypertension is a condition in which a medical condition occurs
with a chronic increase in blood pressure (for a long time). Blood pressure that is
always highis oneof the factors that trigger stroke, heart attack, heart failure, and
aneurysms are the main cause of cronic heart disease in people with hypertension.
The purpose of thid research is self management overview of levels of blood
pressure control in young adults (19-49) years in the working area of oesapa
public health of kupang city. The type of research used is decriptive research
design, population was all hypertensive patiens in young adults at oesapa public
health. Data were analyzed using descriptive frequency analysis, the results
showed that all patients with hypertension at oesapa public health have an
adequate level of blood pressure control. Suggestion: provide information
regularly for each individual about blood control, evaluate things that indivuduals
should do about controlling blood pressure.

Keywords: control, blood pressure, young adults


DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN.................................................................................................... i

SAMPUL DALAM................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN......................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................. v

DAFTAR ISI............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................

1.3.1 `Tujuan Umum..........................................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus ..........................................................................................

1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................

1.4.1. Manfaat Teoritis.....................................................................................

1.4.2. Secara Praktis.........................................................................................

1.5. Keaslian Penelitian.............................................................................................


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................

2.1 Konsep Teori self Management...........................................................................

2.1.1 Pengertian self Management .................................................................

2.1.2 self Management dengan Hipertensi.........................................................

2.1.3 Instrumen Atau Alat Ukur self Management Hipertensi...........................

2.1.4 Faktor-faktor Tekait Dengan self Management pada Pasirn Hipertensi....

2.1.5 Kompnen;komponen self Management Hiprtensi.....................................

2.2 Konsep Teori Hipertensi......................................................................................

2.2.1 Pengertian Hipertensi.............................................................................

2.2.2 Jenis Hipertensi......................................................................................

2.2.3 Faktor Resiko Hipertensi.......................................................................

2.2.4 Manajemen Pengendalian Hipertensi.....................................................

2.2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................

2.2.6 Patofisiologi Hipertensi.........................................................................

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi....................................................................

2.3 Konsep Dewasa...................................................................................................

2.3.1 Pengertian Dewasa.................................................................................

2.3.2 Batasan Dewasa.....................................................................................

2.3.3 Proses Menjadi Dewasa.........................................................................

2.3.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Dewasa Muda........................................

2.3.5 Masalah Yang Terjadi Pada Dewasa Muda............................................

2.4 Kerangka Konseptual...........................................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................

3.1 Desain Penelitian................................................................................................

3.2 Kerangka Kerja (Frame Work)...........................................................................


3.3 Identifikasi Variabel...........................................................................................

3.4Definisi Operasional..............................................................................................

3.5 Populasi, Sampel, Dan Sampling........................................................................

3.5.1 Populasi.................................................................................................

3.5.2 Sampel...................................................................................................

3.5.3 Sampling................................................................................................

3.6 Pengumpulan Data Dan Analisis Data................................................................

3.6.1 Pengumpulan Data.................................................................................

3.6.2 Analisa Data..........................................................................................

3.7 Etika Penelitian...................................................................................................

3.7.1 Surat Persetujuan (Informed Consent)...................................................

3.7.2 Tanpa Nama (Anonymity)......................................................................

3.7.3 Kerahasiaan (Confidentiality)................................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................

4.1 Hasil Penelitian....................................................................................................

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................................................

4.1.2 Data Umum...............................................................................................

4.1.3 Data Khusus..............................................................................................

4.2 Pemabahasan........................................................................................................

4.2.1 Idenentifikasi Self Management pada pasien Hipertensi Deawa Muda

4.2.2 Identifikasi Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah Pada Pasien Dewasa Muda

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................

5.1 Kesimpulan .........................................................................................................

5.2 Saran ...............................................................................................................


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian....................................................................................

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Resiko………..................................

Tabel 2.2.Management Pengendalian Hipertensi Menurut Upaya Level Pengendalian

Tabel 3.1 Definisi operasional..................................................................................

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Oesapa Kota


Kupang
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di Puskesmas Oesapa Kota

Kupang.....................................................................................................

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Puskesmas Oesapa Kota Kupang

Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan Self management hipertensi di


Puskesmas Oesapa Kota Kupang
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan self management tentang tingkat
pengontrolan tekanan darah Di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual.............................................................................

Gambar 3.1 Kerangka Kerja.......................................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1. Lembar Surat Ijin Pengambilan Data Pra Penelitian..............................

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden.............................................

Lampiran 3. Surat Persetujuan Menjadi Responden...................................................

Lampiran 4. Kuisioner...............................................................................................

Lampiran 5. Lembar konsultasi..................................................................................

Lampiran 6. Dokumentasi..........................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang harus diwaspadai karena


merupakan penyebab dominan terjadinya peningkatan angkah mortalitas dan
morbiditas. Hipertensi disebut juga “silent killer” karena pada sebagian kasus
tidak menjunjukan gejala apapun. Tekanan darah atau hipertensi adalah keadaan
dimana kondisi medis terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor
pemicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisme merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis pada penderita hipertensi. Seringkali banyak
masyarakat yang tidak menaruh perhatian terhadap penyakit yang kadang
dianggap sepeleh oleh mereka. Tanpa menyadari bahwa penyakit ini sangat
berbahaya dari berbagai kelainan yang lebih fatal, misalnya sumbatan pembuluh
darah kapiler diotak atau yang lebih dikenal dengan nama stroke. Untuk
mencegah terjadinya hipertensi tidak hnya dengan obat-obatan, tapi dapat dicegah
juga dengan cara manajemen diri, manajemen diri yang baikakan berdampak bagi
seseorang, dia akan lebih mengatur atau mengontrol gaya hidupnya yang kurang
baik kearah yang lebih baik, untuk meningkatkan status kesehatannya (A’yun,
2015).

World Health Organization (WHO,2018) Mejelaskan bahwa hipertesi


menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang cukup berbahaya di seluruh
dunia dan menjadi dua penyebab kematian utama di dunia. Kejadian hipertensi di
seluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 miliar orang, yang mana angkah tersebut
menggambarkan 31% jumlah penduduk dewasa di dunia yang mengalami
peningkatan sebesar 5,1% (WHO, 2018). Data statistik terbaru Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018 menyatakan bahwa terdapat 24,7%.
Indonesia termasuk wilayah asia tenggara kejadian hipertensi yang tergolong
tinggi dan mencatat prevalensi di Indonesia sebesar 34,1%, dengan angka
kejadian tertinggi terdapat di Kalimantan Selatan 44,1% (Kemenkes, 2018)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kupang (2019), jumlah


seluruh kasus hipertensi tertinggi adalah di Puskesmas Oesapa sebanyak 15.512
orang diikuti Puskesmas Sikumana sebanyak 11.295 orang, dan Puskesmas Oepoi
sebanyak 11.148 orang. Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan pada
5 orang pasien hipertensi dipuskesmas Oesapa 3 diantaranya mengatakan bahwa
tidak mengetahui apa itu self management pada pasien hipertensi dan kalaupun
ada program tentang hipertensi itu lebih difokuskan pada lansia, dan 2 diantranya
mengetahui sedikit tentang self management dikarenakan pernah menemani ayah
atau ibu mereka ke puskesmas untuk melakukan program tersebut (Dinkes Kota
Kupang, 2019). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Oesapa yang
di lakukan pada 5 orang penderita hipertensi, di dapatkan 3 orang di antaranya
mengatakan mengalami kesulitan dalam melakukan perawatan diri atau self
managemen, karena sibuk bekerja sehingga lupa untuk mengontrol tekanan darah.
Dan 2 orang diantaranya mengatakan sering melakukan pemeriksaan tekanan
darah di fasilitas kesehatan terdekat (puskesmas). Kurangnya self management
hipertensi dianggap suatu hal yang biasa, padahal hal ini dapat berpotensi
terjadinya komplikasi pada penderita dengan hipertensi (Hayes, 2010).

Salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah kurangnya pengontrolan


tekanan darah, pada sebagian kecil orang setelah dicapai tekanan darah pada batas
normal tidak lagi melakukan kontrol rutin dan kurangnya self management
sehingga sulit untuk memperhatikan kesehatanya, sehingga bila tidak diatasi akan
berakibat fatal. Karena dalam kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala
pada penderitanya, sehingga tidak disadari sampai terjadi kerusakan fatal pada
organ tubuhnya (Lucky,2013).

Pasien hipertensi dewasa muda lebih sulit mengalami pengontrolan


tekanan darah dikarenakan pada usia produktif, para penderita lebih sibuk bekerja
dibandingkan mengontrol tekanan darah. Pengontrolan tekanan darah yang sulit
akan memperburuk kesehatan. Hipertensi yang tidak terkontrol akan
menimbulkan berbagai komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat
terjadi infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai
otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensi, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal
ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensi.
Salah satu upaya untuk melakukan pencegahan tentang hipertensi, disarankan
untuk melaksanakan self management sebagai salah satu manajemen penyakit
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bentuk pelaksanaan self management
meliputi pemantauan diri (self monitoring), pengendalian diri (stimulus control),
serta penghargaan diri sendiri (self reward) (Lestari,2017).

Self- management didefinisikan dalam cara yang berbeda-beda, tetapi


secara umum hal ini dideskripsikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur
gejala-gejala, pengobatan, kensekuensi fisik dan psikis, dan perubahan gaya hidup
yang melekat pada kehidupan seseorang dengan penyakit kronis (Brilliati, 2016).
Sebagai pasien hipertensi penting dalam mengetahui self management agar dapat
menggambarkan perilaku dalam mencegah komplikasi sejak dini karena penyakit
ini kronik dan tidak menunjukan gejala, kondisi yang menyebabkan penderita
tidak waspada bahkan tidak menyadari ancaman komplikasi hipertensi yang dapat
menyebabkan kematian. Pentingnya self management agar individu secara telitih
dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menghambat tingkah laku dan
belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki
(Tirtasari,2019). Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Ni Kadek Sutini (2014)
tentang hubungan self management hipertensi dengan kejadian sroke pada
penderita hipertensi di RSUD Kabupaten Bandung Mangusada didapatkan hasil
penenlitian bahwa penderita hipertensi yang kurang memperhatikan self
management sebanyak 44%, selain itu juga penelitian yang di lakukan oleh Cristi
Desi Tamamilang (2018) tentang hubungan antara umur dan akivitas fisik dengan
derajat hipertensi di Kota Bitung Sulawesi Utara, menunjukan bahwa pasien yang
tidak melakukan self managemen sebanyak 52%. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi self management pada penderita hipertensi diantaranya pekerjaan,
fasilitas yang jauh, dan kurang memahami mengenai self management .

Self management sangat berperan dalam melakukan aktifitas-aktifitas


pengelolaan penyakit kronik, manajemen koping dan mengatur kondisi-kondisi
yang disebabkan oleh penyakit kronik. Self management dilakukan secara efektif
bermanfaat untuk meninngkatkan kepuasan pasien dalam menjalani hidup,
menurunkan biaya perawatan, meningkatkan rasa percaya diri, kemandirian
pasien, dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Gallant, 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran self-management dengan kejadian hipertensi pada
dewasa muda (19-40 tahun).

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana Self-management dengan Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah Pada


Dewasa Muda (19-49) Tahun”?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan Self-Management dengan Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah


Pada Dewasa Muda (19-49 tahun) di Puskesmas Oesapa

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifiksi self-management pada pasien hipertensi dewasa muda


(19-49 tahun) di Puskesmas Oesapa

1.3.2.2 Mengidentifikasi Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah pada pasien


dewasa muda (19-49 tahun) di Puskesmas Oesapa.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

sebagai tambahan referensi mengenai gambaran self-management dengan


Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah pada dewasa muda (19-40 tahun).

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Responden

Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan pada pasien dan


keluarga tentang gambaran self-management dengan Tingkat Pengontrolan
Tekanan Darah pada dewasa muda sehingga dapat menerapkan dukungan yang
baik untuk pasien Hipertensi

2) Bagi Ilmu Keperawatan

Sebagai sumber informasi kepada para perawat dalam membantu


meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan terutama dalam gambaran
self-management dengan Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah pada dewasa
muda.

3) Institusi

Sebagai sumber informasi dan referensi tambahan yang dapat menambah


wawasan mahasiswa/I mengenai gambaran self-management dengan Tingkat
Pengontrolan Tekanan Darah pada dewasa muda.

1.5 Keaslian Penelitian

Nama Judul Perbedaan Persamaan


Peneliti
Ni Kadek Hubungan Desain dalam penelitian ini Sama-sama meneliti
Sutini Self adalah rancangan kasus tentang self
(2014) Managemen control, teknik sampling management hipertensi
t hipertensi pada penelitian ini adalah dan pengumpulan data
dengan sistematik random menggunakan
kejadian sampling, dan penelitian kuisioner
stroke pada ini lebih kususnya pada
penderita penderita hipertensi dan
hipertensi di komplikasi stroke
RSUD
kabupaten
bandung,
mangusada.

Cristi Desi Hubungan 1. Jenis penelitian 1. Penelitian


Tamamilan antara umur yang digunakan kuantitatif .
g (2018) dan yaitu penelitian 2. Pada variable
aktivitas surveri analitik dependen
fisik dengan 2. Hasil uji statistic (terikat) yaitu
derajat menggunakan uji kejadian
hipertensi di chi square hipertensi.
kota Bitung
Sulawesi
Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Self- Management
2.1.1 Pengertian Self Management
Self- management diartikan sebagai sebuah penguatan bagi individu
dengan penyakit kronik sebaik cara untuk meningkatkan status kesehatan
dan mengurangi besarnya biaya perawatan kesehatan (Brilliati, 2016).
Self- management didefinisikan dalam cara yang berbeda-beda,
tetapi secara umum hal ini dideskripsikan sebagai kemampuan individu
untuk mengatur gejala-gejala, pengobatan, kensekuensi fisik dan psikis, dan
perubahan gaya hidup yang melekat pada kehidupan seseorang dengan
penyakit kronis (Brilliati, 2016).
Dokter sering mendefinisikan manajemen diri sebagai kepatuhan
pasien atau kepatuhan terhadap rejimen pengobatan, mengenai manajemen
diri, pasien juga bertanggung jawab untuk memantau dan menanggapi
perubahan dalam status kesehatan mereka dan menghindari faktor resiko
untuk penyakit lain, misalnya dengan makan-makanan yang sehat dan
berpartisipasi dalam olahraga teratur (Deaton). Faktor utama dan
manajemen diri dari penyakit kronis adalah bahwa orang berpartisipasi
secara efektif dalam menglola perawatan kesehatan mereka sendiri secara
terus-menerus (Akhter,N; 2017).
2.1.2 Self – Management dengan Hipertensi
Manajemen diri penderita hipertensi adalah suatu cara yang dilakukan
penderita hipertensi untuk mengatur pola makan (diet), olahraga,
menghindari konsumsi alkohol dan kafein, menghindari rokok, pemeriksaan
tekanan darah rutin, pengelolaan stress dan mengkonsumsi obat teratur.
Tujuan utama manajemen diri hipertensi adalah menjaga kestabilan tekanan
darah dan mencegah kompliikasi lebih lanjut (Balduino, 2018).
Manajemen diri merupakan pengelolaan yang menggunakan
intervensi kombinasi dari teknik biologi, psikologi dan social untuk
memaksimalkan fungsi proses regulasi perawatan diri yang digunakan
sebagai strategi pencegahan sehingga manajemen diri diinterprestasikan
sebagai tugas-tugas individu sehari-hari yang harus diambil untuk
mengontrol atau mengurangi dampak penyakit terhadap status kesehatan
fisik dengan kolaborasi dan panduan dari dokter dan pemberi pelayanan
perawatan kesehatan lainnya (Davies, 2017).
2.1.3 Instrument atau Alat Ukur Self Management Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
kemampuan seseorang untuk mengelola perawatan kesehatan mereka
sendiri secara terus- menerus menurut Lin, et, al (2018), manajemen diri
untuk pasien hipertensi terdiri dari 5 komponen yang meliputi:
a. Integras diri
Mengacu pada kemampuan pasien untuk mengintegrasikan layanan
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari mereka melalui kegiatan seperti
diet, olahraga, dan control berat badan. Penderita hipertensi harus
mampu:
1. Mengatur porsi makan dan pilihan ketika makan diluar
2. Makan lebih banyak buah, sayuran , biji-bijian, dan kacang-
kacangan
3. Menurunkan tingkatan lemak jenuh
4. Mempertimbangkan efek pada tekanan darah ketika membuat pilihan
makanan
5. Menghindari/ mengurangi minuman alcohol (kurang dari 1 ons per
hari )
6. Mengurangi garam sekitar 6 gram / hari atau lebih rendah dari
makanan
7. Menurunkan berat badan secara efektif
8. Mengelola pilihan makanan untuk mengontrol tekanan darah
9. Olahraga untuk mengontrol tekanan darah dan berat badan dengan
berjalan, jogging atau bersepeda berlangsung 30-60 menit per hari
10. Menggabungkan hipertensi dalam kehidupan sehari-hari
11. Melakukan rutinitas hipertensi untuk menyesuaikan situasi baru
12. Berhenti merokok
13. Stress kontrol dengan mendengarkan musik, istirahat, dan berbicara
dengan anggota keluarga
b. Regulasi diri
Regulasi diri mencerminkan pasien regulasi diri dari perilaku
mereka melalui memonitor diri tanda-tanda dan gejala tubuh (yang
mengidentifikasi situasi kehidupan dan penyebab terkait dengan
perubahan tekanan darah dan mengambil tindakan berdasarkan pada
pengamatan ini/ regulasi diri). Perilaku regulasi diri mencakup:
1. Memahami alasan untuk perubahan tingkat tekanan darah
2. Mengenali tanda-tanda dan gejala tekanan darah tinggi dan rendah
3. Bertindak dalam menanggapi gejala
4. Mengobati reaksi tekanan darah rendah
5. Membuat keputusan berdasarkan pengalaman
6. Mengenali untuk situasi yang dapat mempengaruhi tingkat tekanan
darah
7. Membandingkan perbedaan antara tingkat tekanan darah saat ini dan
sasaran
c. Interaksi dengan tenaga kesehatan professional dan lain-lain yang
signifikan
Interaksi dengan kesehatan profesional dan lainnya didasarkan
pada konsep bahwa perawatan kesehatan yang baik melibatkan
kolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan dan lain-lain yang
signifikan.Perilaku yang mencerminkan interaksi dengan tenaga
kesehatan profesional dan lain-lain yang signifikan adalah sebagai
berikut:
1. Nyaman mendiskusikan derajat fleksibilitas dalam rencana
pengobatan dengan penyedia layanan kesehatan
2. Nyaman menyarankan perubahan rencana perawatan untuk penyedia
layanan kesehatan
3. Nyaman meminta penyedia layanan kesehatan pertanyaan
4. Berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk
mengidentifikasi alasan untuk kontrol tekanan darah yang buruk
5. Nyaman mendiskusikan tes out-of-range tekanan darah dengan
penyedia layanan kesehatan
6. Nyaman meminta penyedia layanan kesehatan tentang sumber daya
perawatan hipertensi
7. Meminta orang lain untuk membantu terkait tekanan darah tinggi
8. Meminta orang lain untuk membantu dalam mengontrol tekanan darah
9. Nyaman meminta orang lain untuk teknik manajemen tekanan darah
tinggi
d. Pemantauan diri
Pemantauan diri berkaitan dengan monitoring tekanan darah untuk
mendeteksi tingkat tekanan darah dalam rangka untuk menyesuaikan
aktivitas perawatan diri. Perilaku pemantauan diri meliputi:
1. Memeriksa tekanan darah saat merasa sakit
2. Memeriksa tekanan darah ketika mengalami gejala tekanan rendah
3. Memeriksa tekanan darah untuk membantu membuat keputusan
perawatan diri hipertensi
e. Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan
Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan mengacu ke pasien,
kepatuhan terhadap ditentukan obat hipertensi dan klinik kunjungan.
Dimensi inii juga melibatkan mengambil jumlah yang ditentukan obat,
minum obat jumlah yang ditentukan, dan melihat dokter setiap 1-3 bulan.
2.1.4 Faktor-Faktor Terkait dengan Self-Management Pada Pasien dengan
Hipertensi
Banyak faktor yang mempengaruhi self management hipertensi, meliputi:
a. Usia
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi self
management, menemukan bahwa pasien yang lebih tua dengan hipertensi
memiliki perilaku perawatan diri yang lebih baik. Namun, diusia tua,
kemampuan kognitif bisa menurun dan ini dapat mempengaruhi perilaku
manajemen diri mereka dan kemampuan mereka untuk membuat
keputusan sehari-hari (Lee et al, 2018).
b. Jenis kelamin
Ditemukan bahwa pasien perempuan memiliki perilaku perawatan
diri self-management yang lebih baik daripada pasien laki-laki.
Menemukan bahwa wanita memiliki lebih banyak pengetahuan tentang
penyakit dibandingkan laki-laki, karena itu mereka mungkin lebih
mampu berasaptasi makanan untuk diet sodium dibatasi karena mereka
bertanggung jawab untuk menyiapkan makanan (Chung et al, 2018).
c. Pendapatan
Penghasilan memiliki efek pada self management. Pasien
berpenghasilan rendah tidak mampu membeli makanan sehat dan obat
secara teratur, sehingga mereka tidak dapat melakukan manajemen diri
hipertensi (Lee et al, 2018).
d. Pendidikan
Pendidikan dianggap sebagai prasyarat penting untuk manajemen
diri dari penyakit kronis(Lee et al, 2018).
e. Komorbiditas / penyakit penyerta
Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki hubungan dengan
beberapa kondisi penyakit penyerta seperti diabetes melitus, stroke,
penyakit ginjal kronis, dan penyakit jantung koroner. Komorbiditas/
penyakit penyerta merupakan salah satu faktor pasien-spesifik yang
mempengaruhi kontrol hipertensi. Kondisi komorbiditas ini
mempengaruhi pengelolaan diri dalam hipertensi. Pasien stroke
mengalami penurunan kapasitas kognitif karena kerusakan neurologis
dan mereka dapat mengembangkan demensia, sehingga pasien tidak
dapat melakukan kerja normal. Ditemukan bahwa komorbiditas
kardiovaskuler mengurangi self management pada hipertensi
(Mavrinac,2013).

f. Lokasi residensi
Orang perkotaan pengolaan dirinya lebih tinggi dari masyarakat
pedesaan karena diperkotaan ada banyak organisasi kesehatan swasta dan
pemerintah, banyak dokter dan depertemen kedokteran yang tersedia.
Disisi lain, di daerah pedesaan organisasi perawatan kesehatan yang jauh
dari orang-orang yang tinggal. Ada yang sangat sedikit penyedia layanan
kesehatan dan beberapa toko obat dan ini mempengaruhi manajemen diri
(Kin & Kang, 2018).
g. Waktu sejak didiagnosis
Waktu sejak didiagnosis atau durasi sejak didiagnosa dengan
hipertensi memiliki efek pada manajemen diri. Beberapa pasien yang
serangan yang lebih lama mengelola lebih baik dari pasien baru karena
mereka telah mengalami faktor resiko hipertensi. Mereka tahu tanta-
tanda dan gejala dan telah digunakan obat antihipertensi. Menemukan
hubungan positif antara tahun hipertensi dan perawatan diri perilaku.
Mereka menyatakan bahwa orang-orang dengan waktu yang lebih lama
terkena hipertensi mungkin punya kesempatan belajar lebih untuk
mereka (Lee et al, 2018)
2.1.5 Komponen-Komponen Self Management Hipertensi ( Davies,
2017)
Pada komponen ini, pasien yang berperan utama dalam menjaga
kesehatannya yang bertujuan untuk menekan biaya pengobatan. Pasien
diajarkan dan dilengkapi dengan peralatan yang diperluukan untuk
memantau dan menjaga kesehatannya seperti memantau tekanan darah dan
kadar gula darah secara rutin. Ketaatan pasien untuk melakukan serangkaian
perawatan, serta teratur meminum obat sangat diperlukan untuk
menjalankan komponen ini. Komponen manajemen diri hipertensi antara
lain:
1) Kepatuhan minum obat
Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat anti hipertensi. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka
panjang bahkan pengobatan seumur hidup sehingga dapat
memperpanjang usia harapan hidup dan mengurangi timbulnya
kommplikasi.
2) Pengelolaan mandiri stress
Tidak dipungkiri bahwa stress atau keadaan emosi yang buruk
dapat memicu perubahan tekanan darah dan memicu timbulnya
hipertensi. Pengendalian stress dapat dilakukan dengan beberapa cara
berikut:
a. Olahraga teratur dipercaya dapat memberikan kebahagiaan karena
hormone endorphin dikeluarkan oleh system saraf pusat ketika sedang
berolahraga.
b. Istirahat yang cukup dibutuhkan untuk mengembalikan kesegaran
tubuh setelah beraktifitas.
c. Menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan social dan
kepentingan pribadi
d. Menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat memicu kekacauan emosi
dan stress
e. Cobalah untuk tidak kwatir, panik, maupun tegang dalam segala
kondisi karena hal tersebut dapat memicu peningkatan tekanan darah
f. Belajar untuk menerima, bersyukur dan berpikir positif akan segala
kondisi
g. Menjaga diri agar tetap rileks dapat dilakukan dengan meditasi,
latihan pernapasan, yoga dan mendengarkan musik.
3) Pengelolaan mandiri diet sehat
Penerapan aturan makan atau diet bagi penderita hipertensi
bertujuan untuk membantu menurunkan tekanan darah menjadi normal.
Selain dapat menstabilkan tekanan darah, penerapan aturan makan pada
penderita hipertensi juga dapat mengurangi faktor resiko timbulnya
penyakit degenerative seperti menstabilkan kadar kolesterol dan
menurunkan berat badan yang berlebih. Pada umumnya diet atau aturan
makan pada penderita hipertensi memiliki beberapa prinsip:
a. Batasi garam dan makanan olahan
b. Hindari makanan berlemak
c. Konsumsi makanan tinggi serat
d. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium, kalsium
dan isoflavon
e. Hindari minuman yang mengandung kafein
4) Pengelolaan mandiri aktifitas sehat
Pada umumnya aktifitas fisiik termasuk olahraga, diperlukan
untuk menjaga dan memperbaiki metabolisme tubuh termasuk
memperlancar peredaran tubuh, serta membuat tubuh menjadi bugar.
Olahraga yang dilakukan secara rutin juga dapat menjaga agar tidak
terjjadi kelebihan berat badan akibat kurang aktifitas fisik dan asupan
berlebih. Olahraga sangat bermanfaat bagi penderita hipertensi untuk itu
dianjurkan melakukan olahraga rutin sesuai dengan kemampuannya.
Meskipun demikian sebelum melakukan olahraga, penderita hipertensi
harus melakukan konsultasi ke dokter. Hal ini dikarenakan olahraga
membutuhkan tenaga yang tidak sedikit sehingga penting bagi penderita
hipertensi untuk mengetahui kapasitas dirinya dalam berolahraga, tidak
memperberat keadaan penyakit dan menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
5) Pengelolaan mandiri kebiasaan merokok
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk dapat berhenti
merokok antara lain:
4 Memiliki komitmen yang kuat untuk berhenti merokkok
5 Menghindari hal-hal yang dapat memicu seseorang merokok
6 Menyibukkan diri dengan kegiatan yang menyenangkan agar
mengalihkan pikiran dan kebiasaan merokok
7 Meminta bantuan kepada orang terdekat untuk selalu mengingatkan
dan menguatkan anda untuk berhenti merokok
8 Hipnoterapi dapat menjadi alternative untuk dapat berhenti merokok
6) Pengelolaan mandiri asupan alcohol
Hindari konsumsi alcohol berlebihan. Untuk laki-laki tidak lebih
dari 2 gelas per hari dan untuk perempuan tidak lebih dari 1 gelas per
hari.
7) Pengelolaan mandiri mengontrol tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan secara rutin bagi
penderita hipertensi atau dengan riwayat keluarga hipertensi untuk lebih
waspada. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan sebulan
sekali atau pemeriksaan sewaktu-waktu jika terjadi gejala seperti pusing
atau gejala lainnya. Hasil tes tersebut tentunya dapat menjadi dasar dan
panduan dalam mengatur pola makan dan gaya hidup.

2.2 Konsep Teori Hipertensi


2.2.1 Pengertian Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertenson) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) 140 mmHg dan
angka diastolic (bagian bawah) 90 mmHg pada pemeriksaan tensi
darahmenggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air
raksa (sphygnomanometer) ataupun alat digital lainnya (Ratna,2017)
Hipertensi adalah keadaan dimana peningkatan tekanan darah yang
akan memberi gejala lanjut ke suatu organ target seperto stroke untuk otak,
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan hipertrofi
ventrikel kanan untuk jantung. Dengan target organ diotak yang merupakan
stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian
yang tinggi (Bustan, 2011).
2.2.2 Jenis Hipertensi
Dikenal berbagai pengelompokkan hipertensi:
1. Menurut kausanya:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer); hipertensi yang tidak jelas
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder: hipertensi kausa tertentu
2. Menurut gangguan tekanan darah:
a. Hipertensi sistolik: peninggian tekanan darah sistolik saja
b. Hipertensi diastolik: peninggian tekanan diastolik
3. Menurut beratnya atau tingginya penigkatan tekanan darah:
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat
Dikenal berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk
dapat disebut hipertensi. Batasan baku yang dipakai WHO adalah:
hipertensi jika tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah
diastolik > 95 mmHg. Klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah:
a. Hipertensi ringan : TD 90-110 mmHg
b. Hipertensi sedang : TD 110-130 mmHg
c. Hipertensi berat : >130 mmHg
Disini tampak bahwa WHO memakai tekanan diastolik sebagai
bagian tekanan yang dipakai dalam kriteria diagnosis dan klasifikasi.
Tekanan darah manusia meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah
waktu jantung menguncup, dan tekanan darah diastolik yakni tekanan darah
waktu jantung istirahat. Selain untuk diagnosis dan klasifikasi, dalam hal
patofosiologi, pengobatan dan prognosis maka tekanan diastolik memang
lebih penting dari pada sistolik.
Pentingnya perhatian terhadap diastolik dalam manajemen hipertensi
berkaitan dengan:
a. Lebih tingginya prevalensi hipertensi diastolik
b. Sangat penting ditegakkan dalam diagnosis
c. Menjadi ukuran evaluasi keberhasilan pengobatan hipertensi
d. Menjadi pegangan dalam menentukan prognosis
e. Menjadi pedoman monitoring dan evaluasi pengobatan
Klasifikasi tekanan darah dapat juga dilihat dari segi mulainya beresiko.
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut Risiko
Status Resiko Tekanan Darah
Normal Sistolik < 120 mmHg
Diastolik < 80 mmHg
Beresiko / prahipertensi Sistolik 120-139 mmHg
Diastolik 80-90 mmHg
Hipertensi Sistolik > = 140 mmHg
Diastolik > = 90 mmHg
.
2.2.3 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor- faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor resiko adalah:
a. Umur: tekanan darah meningkat sesuai umur, dimulai seejak umur 40
tahun
b. Ras/suku: orang kulit hitam (blak) lebih banyak daripada kulit putih
(white), sementara itu ditemukan variasi anta suku diindonesia, terendah
di lembah baliem jaya. Papua (0,06%), dan tertinggi du sukabumi (suku
sunda), jabar (28,6%). Hipertensi juga prevalen di suku minangkabau/
padang sumatra barat.
c. Urban/ rural: kota lebih banyak dari desa
d. Geografis: pantai lebih banyak ditemukan hipertensi dibandingkan
daerah pegunungan
e. Seks: wanita> lelaki, obesitas: gemuk > kurus, stres
f. Personality type A: tiipe> tipe B
g. Diet : tinggi garam ,diabete melitus
h. Komposisi air : sodium (natrium): tidak jelas (inkonsisten)
i. Alkohol (minuman keras): meninggi bila minum 3x/hari, konsumsi
alkohol sedang (moderate) diperkirakan punya efek protektif
j. Rokok : hubungan tidak bermakna
k. Kopi : belum ditemukan
l. Pil KB : risiko meninggi dengan lamanya pakai, yakni meninggi 5 kali
dibanding pakai 1 tahun
m. Seseorang bisa memiliki satu atau lebih faktor risiko. Jika memiliki dari
satu faktor risiko maka besarnya risiko menderita hipertensi akan
meningkat bahkan bisa berlipat ganda..
2.2.4 Manajemen Pengendalian Hipertensi
Manajemen pengendalian hiipertensi menurut level upaya
pencegahan dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Manajemen Pengendalian Hipertensi Menurut Level Upaya
Pengendalian
Tingkat Level Perjalanan Intervensi Pencegahan
Patogenesis Pencegahan Hipertensi
Meningkatkan derajat
Level 1:
Sehat/normal kesehatan gizi dan
Primordial
perilaku hidup sehat
Interaksi trias Pertahankan
Pre-
Promotif epidemiologi keseimbangan trias
Patogenesis
epidemiologi
Belum ada gejala Turunkan atau hindari
Proteksi
resiko
spesifik
Level II:
Pemeriksaan periodik
Diagnosa Hipertensi ringan
tekanan darah
Patogenesis awal
Pengobatan Hipertensi sedang Hindari lingkungan yang
yang tepat Hipertensi berat stress
Komplikasi
Post- Level III: Jaga kualitas hidup
Kronik
Patogenesis Rehabilitasi optimum
Meninggal

2.2.5 Manifestasi Klinis


Penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi yang berat atau menahun dan tidak diobati,bisa timbul
gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, gelisah/ cemas, muntah, sesak
nafas dan pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak
2.2.6 Patofisiologi Hipertensi (Rilantono, Lyli, 2012)
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral
resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang
tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh
memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan
darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat
seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflex kemoreseptor,
respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat
melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial
yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian
dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiostensin II dari angiostensin I oleh angiostensin / converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiostensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiostensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiostensin I
diubah menjadi angiostensin II. Angiostensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi
pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat urin yang dieksrekresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekatdan tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan
dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteksadrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertenssi menurut
Elizabeth J. Corwin ialah bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat
berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual-muntah
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat
kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan
darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen akibat peningkatan
tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis
sementara pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat dan tengkuk, suka tidur, dan mata berkunang-
kunang.
2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi (Smeltzer & Bare, 2013)
Hipertensi adalah suatu kondisi kronis dan menyebabkan komplikasi
serius jika seseorang tidak dapat mengontrol tekanan darah, manajemen
hipertensi terdiri dari 2 bagian utama, terapi farmakologi dan modifiikasi
gaya hidup.
2. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis adalah terapi untuk mengobati tekanan darah
tinggi yang dapat membantu menceegah yang lebih serius, bahkan
mengancam kehidupan komplikasi. Jenis utama dari obat yang digunakan
untuk kontrol tekanan darah tinggi termasuk obat diuretik,
dikombinasikan alpha dan Beta-blocker, angiostensin-converting enzyme
inhibitor, angiostensi receptor II Blocker, antagonis kalsium, dan
vasodilator.
3. Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup adalah terpai tambahan untuk semua klien
dengan hipertensi yang menerima terapi farmakologi. Praktek gaya hidup
sehat terus bisa mengurangi jumlah dan dosis obat antihipertensi. Ada
bukti bahwa tekanan darah orang yang mampu memodifikasi gaya hidup
mereka yang lebih rendah dan dapat mengurangi faktor risiko
kardiovaskuler lainnya. Mereka yang dimodifikasi gaya hidup mereka
bisa mengurangi kemungkinan serangan jantung, stroke, dan diabetes.
Perawat dapat membantu pasien memodifikasi gaya hidup mereka
dengan memberitahu mereka bahwa ada beberapa faktor yang dapat
dimodifikasi yang telah terbukti berkontribusi hipertensi, meliputi:
obesitas: kurangnya olahraga aerobik yang teratur; asupan alkohol setiap
hari melebihi 1 oz etanol secara teratur;asupan natrium yang
berlebihan;dan gaya hidup stres. Selain itu perawat dapat membantu
klien untuk mengidentifikasi dia bisa membuat perubahan yang sesuai
gaya hidup untuk memodifikasi faktor diatas. Modifikasi gaya hidup
untuk penderita hipertensi meliputi penurunan berat badan, manajemen
diet, pembatasan alkohol, berhenti merokok, olahraga teratur, manajemen
stres, dan kepatuhan pengobatan biasa.
1) Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan penting bagi pasien yang indeks massa
tubuhnya yang 25. Penurunan berat badan membantu dalam
mengurangi tekanan darah. Penurunan berat badan juga meningkatkan
efektivitas obat antihipertensi. Kejadian hipertensi meningkat tiga kali
lipat pada indeks massa tubuh (BMI) dari 26 dibandingkan dengan
BMI 21. Pemeliharaan berat badan yang signifikan sulit bagi pasien
obesitas. Berat badan menurunkan tekanan darah melalui beberapa
efek termasuk peningkatan sensivitas insulin. Hal ini dapat
mengakibatkan: penurunan lemak visceral, penurunan aktivitas sistem
saraf simpatik, peningkatan tingkat leptin plasma, dan pembalikan
disfungsi endotel dilakukan oleh oksida nitrat, vasodilatasi yang
diinduksi. Penurunan berat badan dapat dilakukan dengan
menyeimbangkan diet, mengurangi asupan garam,dan melakukan
olahraga teratur.
2) Manajemen Diet
Pengaturan pola makan dapat mengurangi keparahan
hipertensi dan dalam beberapa kasus, mengurangi kebutuhan untuk
obat-obatan. Orang-orang dengan hipertensi harus makan diet rendah
garam, kalori, kolesterol, dan lemak jenuh. Orang dengan hipertensi
harus makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian dan kacang-
kacangan dibandingkan dengan lemak. Sebagai tambahan, mereka
harus mengganti daging sapi dalam diet mereka dengan alternatif
seperti ikan atau ayam. Hal iini juga menyarankan bahwa makanan
panggang atau rebus lebih baik daripada digoreng. The Dietary
Approaches to Stop Hypertension (DASH) menunjukkan bahwa
modifiikasi diet dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah.
DASH yang direkomendasikan pola makan sehat untuk mengontrol
hipertensi.
3) Pembatasan Natrium
Pembatasan natrium, perkiraan menunjukkan 40% orang
dengan hipertensi adalah dengan sensitif dengan natrium. Pembatasan
untuk asupan natrium dapat menurunkan tekanan darah pada beberapa
kasus hipertensi stadium I, jika asupan natrium diturunkan, jumlah
obat yang dibutuhkan mungkin akan menurun. Sodium merupakan
bahan yang tersembunyi di banyak makanan olahan. Secara umum,
rata-rata orang dewasa asupan garam 5 sampai 15 gran/ hari, tetapi
efek terapi pengurangan sodium pada tekanan darah tidak terjadi
sampai asupan garam dikurangi menjadi 6 gram/hari atau lebih
rendah.
4) Modifikasi Diet Lemak
Modifikasi asupan makanan lemak dengan mengurangi
fraksi/tingkatan lemak jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh ganda
mengarah ke penurunan kadar tekanan darah dan kolesterol secara
signifikan. Karena dislipidemia merupakan faktor resiko utama dalam
perkembangan penyakit arteri koroner, terapi diet bertujuan
mengurangi lipid dalam total rejimen diet.
5) Suplemen Kalium
Supemen yang tinggi natrium untuk kalium dalam diet modern
ditemukan bertanggung jawab untuk pengembangan hipertensi.
Banyak studi meneliti efek kalium pada tekanan darah dan
kebanyakan dari mereka mengidentifikasi efek yang bermanfaat.
Pembatasan kalium menyebabkan defisit kalium selular yang memicu
sel untuk memperoleh natrium untuk mempertahankan tonisitas dan
volume kalium. Untuk defisit kalium, natrium, dan klorida dalam
tubuh yang pertama kali terkena mereka dikontrak baik intraseluler
dan ekstraseluler kompartemen, sehingga rendering menurunkan
tekanan darah.
6) Pembatasan Alkohol
Konsumsi lebih dari 1 ons alkohol/hari dikaitkan engan
prevalensi lebih tinggi hipertensi dan ketidakpatuhan terhadap terapi
antihipertensi. Selain mekanisme yang terlibat, masalah yang belum
terselesaikan tentang hubungan tekanan darah dengan alkohol
termasuk apakah ada ambang batas dosis alkohol untuk asosiasi
dengan hipertensi, alkohol terkait hipertensi dan peran interaksi
dengan jenis kelamin, suku, ciri-ciri gaya hidup lainnya, pola minum,
dan piilihan minuman.
7) Berhenti Merokok
Berhenti merokok pada pasien hipertensi dapat memberikan
pengurangan resiko kematian dengan kematian dengan pengurangan
permanen 40 mmHg tekanan darah, atas dan diatas obat antihipertensi.
Penggunaan “kesetaraan tekanan darah dengan merokok‘’ dapat
menghubungkan dua faktor resiko terpisah dan dapat menyebabkan
pergeseran paradigma dalam mengatasi tantangan klinis yang ada.
Berhenti merokok sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko
penyakit kardiovaskuler.
8) Olahraga
Gaya hidup yang berupa aktifitas fisik dapat mengurangi risiko
pengembangan hipertensi. Terdapat sebuah program reguler latihan
aerobik mencapai tingkat moderat kebugaran fisik untuk penyejuk
kardiovaskuler dan dapat membantu klien hipertensi, obesitas berat
reduksi dan juga meminimalkan risiko penyakit kardiovaskuler.
Latihan aerobik adalah latihan yang melibatkan atau meningkatkan
konsumsi oksigen tubuh. Erobik berarti “dengan oksigen”, dan
mengacu atau pada proses penggunaan energy oksigen dalam
metabolisme tubuh yang menghasilkan. Latihan aerobik sangat
membantu untuk pasien dan harus dilakukan pada tingkat yang
moderat intensitas untuk periode waktu yang panjang. Sebuah
kegiatan olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Olahraga dapat meningkatkan pasien dengan rasa
kesejahteraan, mengurangi ketegangan emosional dan menimbulkan
tingkat lipoprotein densitas tinggi (HDL), memungkinkan lipid seperti
kolesterol dan trigliserida akan diangkut dalam aliran darah berbasis
air dan mengurangi risiko morbiditas cardio-vascular dan mortalitas.
Latihan yang direkomendasikan untuk penderita hipertensi melibatkan
berjalan, jogging atau bersepeda dengan intensitas sedang mulai 4-52
minggu panjang dan setiap sesi biasanya berlangsung 30-60 menit.
Berjalan, berenang,bersepeda dan berlatih yoga juga dianjurkan.
9) Manajemen Stress
Berbagai terapi relaksasi, termasuk meditasi, yoga, musik,
istirahat dan psikoterapi dapat mengurangi tekanan darah. Relaksasi
sangat bermanfaat jika dipraktekan secara rutin dalam kehidupan
sehari-hari. Teknik yang melibatkan relaksasi secara luas digunakan
oleh orang-orang untuk mengurangi kecemasan dan mengatasi
masalah yang berhubungan dengan stress. Prosedur relaksasi adalah
bentuk aktif dan pendidikan terapi yang dapat menurunkan terjadinya
ketegangan dan gangguan kecemasan.
10) Kepatuhan Pasien Dalam Pengobatan
Hipertensi merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
seseorang untuk mematuhi pengobatan dan perawatan. Orang dengan
hipertensi harus minum obat sebagai ditentukan dan harus melakukan
kunjungan rutin ke dokter untuk membuat janji untuk pemantauan
tekanan darah mereka. Manajemen diri kemampuan pasien untuk
mengelola gejala, pengobatan, fisik dan psikologis dan gaya hidup
berubah melekat dalam hidup dengan kondisi kronis.
2.3 Konsep Dewasa
2.3.1 Pengertian Dewasa
Usia dewasa dimulai dari usia 20 tahun hingga 60 tahun. Masa
dewasa adalah masa yang terpenting dan terpanjang dalam siklus kehidupan
manusia, dan juga merupakan usia yang paling produktif. Pada awal
menginjak masa dewasa sebagian orang mulai meninggalkan rumah dan
orang tuanya, dan memulai kehidupan sendiri (Badriah, 2016).
2.3.2 Batasan Dewasa
Masa dewasa awal merupakan periode antara usia belasan akhir
sampai akhir usia 30-an. Usia perteengahan (middle age) terjadi antara usia
30-an menengah sampai akhir dan pertengahan 60-an (Potter,2010). Usia
dewasa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu usia 19-49 tahun disebut
dengan dewasa muda, sedangkan usia 50-64 tahun disebut dewasa setengah
tua (Sunita,2018)
2.3.3 Proses Menjadi Dewasa
Masa dewasa awal merupakan periode antara usia belasan akhir
sampai akhir usia tiga puluhan. Pada masa dewasa awal ini, individu mulai
berpisah dengan keluarga asalnya, membangun karier, memutuskan kapan
akan menikah dan berkeluarga, atau memilih untuk tetap sendiri. Individu
pada masa dewasa awal ini beradaptasi dengan pengalaman baru dan
kebebasan yang didapatkannya. Usia pertengahan terjadi antara usia 30-an
menengah sampai akhir dan pertengahan 60-an. Transisi ke usia
pertengahan terjadi saat seorang muda menjadi lebih peduli terhadap
perubahan dalam masalah reproduksi dan kemampuan fisik yang
menandakan permulaan tahap lain dari kehidupan. Di masa transisi lanjutan
individu meninjau dan menambah tujuan hidupnya. Wanita dan pria
memiliki perkembangan intelektual dan moral yang berbeda. Wanita harus
mengatasi masalah pengasuhan, tanggung jawab, serta perubahan hubungan
yang bergeser ke arah kematangan hubungan saling ketergantungan. Selama
perkembangan masa dewasa pada wanita, dilema moral berubah dari
bagaimana menggunakan hak mereka tanpa mengganggu hak orang lain
(Potter,2010).
Masa dewasa ditandai dengan beberapa perkembangan yang
meliputi: perkembangan fisiik, perkembangan kognitif, perkembangan
psikososial, perkembangan moral, perkembangan spritual, dan masalah
kesehatan. Usia ketika individu dianggap dewasa bergantung pada
bagaimana masa dewasa tersebut didefinisikan. Kriteria lain untuk masa
dewasa adalah kemandirian finansial, yang juga sangat bervariasi. Masa
dewasa juga ditandai dengan kepergian seseorang dari rumah dan membuat
rencana kehidupan sendiri. Maturitas merupakan tahap fungsi dan integrasi
yang maksimal, atau suatu keadaan ketika individu berkembang secara utuh.
Filosofi yang komprehensif memungkinkan individu untuk memahami
hidup, dan demikian membantu mempertahankan tujuan serta harapan
ketika dihadapkan pada berbagai kejadian tragedi. Individu yang matur
terbuka terhadap berbagai pengalaman baru dan terus bertumbuh. Mereka
dapat menoleransi ambiguitas, fleksibel, dan dapat beradaptasi dengan
perubahan. Selain itu individu yang matur memiliki kualitas penerimaan
diri, mereka mampu bersikap reflektif dan penuh pemahaman tentang hidup,
serta memandang diri sendiri sebagaimana orang lain memandangnya.
Individu yang matur memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri dan
menghadapi berbagai tugas dalam hidup dengan sikap yang realistis dan
dewasa, membuat kepuutusan dan bertanggung jawab atas keputusan
tersebut. Individu dewasa biasanya sibuk dan menghadapi banyak
tantangan. Mereka dituntut untuk menjalani berbagai peran baru di tempat
kerja, rumah dan masyarakat serta mengembangkan minat, nilai-nilai dan
sikap yang terkait dengan peran tersebut (Kozier, 2017Indeks antropometri
adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa
merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau yang dihubungkan
dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri
adalah indeks masa tubuh (IMT) atau yang disebut Body Mass Indeks
(Supriasa, 2005).
2.3.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Dewasa Muda
Perubahan yang terjadi pada dewasa muda menurut Snyder (2016).
9 Perkembangan fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20-an.
Sistem muskuloskeletal berkembang dengan baik dan terkoordinasi.
Periode tersebut merupakan periode ketika kegemaran terhadap atletik
mencapai puncaknya. Semua sistem lain pada tubuh (misalnya,
kardiovaskuler, penglihatan, pendengaran, dan reproduktif) juga
berfungsi pada efisien puncak. Meskipun perubahan fisik selama tahap
ini minimal, berat badan dan masa otot dapat berubah akibat diet dan
olahraga. Selain itu, perubahan fisik dan psikologis yang sangat besar
dapat terjadi pada ibu hamil dan menyusui.
10 Perkembangan psikososial
Bertolak belakang dengan perubahan fisik yang minimal,
perkembangan psikososial pada masa dewasa muda justru besar. Individu
dewasa muda menghadapi sejumlah pengalaman dan perubahan gaya
hidup yang baru saat mereka beranjak dewasa. Mereka harus membuat
pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan, perkawinan, memulai rumah
tangga, dan untuk membesarkan anak. Tanggung jawab sosial meliputi
membentuk hubungan pertemanan yang baru menjalani beberapa
kegiatan di masyarakat.
11 Perkembangan kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna selama periode
operasi formal, kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode
tersebut, operasi formal menandakan pemikiran selama masa dewasa dan
diterapkan dilebih banyak area. Egosentrrisme terus berkurang; namun,
menurut piaget, perubahan tersebut tidak disertai perubahan pada struktur
pemikiran, hanya perubahan pada isi dan stabilitasnya saja. Pemikiran
postformal, terkadang disebut sebagai tahap penemuan masalah,
pemikiran relativistik, formasi masalah generik, munculnya berbagai
pertanyaan umum terhadap masalah yang kurang jelas,penggunaan
intuisi, daya tilik diri, firasat, dan perkembangan pemikiran ilmiah yang
signifikan. Disamping kemampuan remaja untuk berpiikir abstrak, para
pemikir postformal memiliki pemahan tentang pengetahuan yang
sementara atau relatif. Mereka mampu memahami dan menyeimbangkan
argumen yang diciptakan oleh logika dan emosi.
12 Perkembangan moral
Indvidu dewasa muda yang telah menguasai tahap sebelumnya
pada teori perkembangan moral kohlberg saat ini memasuki tingkat
postkonvensional. Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri
dari penghargaan dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan
moralitas terkait prinsip moral. Saat mempersiapkan konflik dengan
norma dan hukum masyarakat, mereka membuat penilaian berdasarkan
prinsip pribadi mereka. Saat individu mendekati masa dewasa, pria dan
wanita cenderung mendefinisikan masalah-masalah moral dengan cara
yang sedikit berbeda. Pria seringkali menggunakan “etika keadilan” dan
mendefinisikan masalah moral terkait aturan dan hak. Sebaliknya, wanita
sering kali mendefinisikan masalah moral terkait kewajiban untuk selalu
peduli dan menghindari rasa sakit.
13 Perkembangan moral
Menurut Fowler, individu memasuki peroide reflektif individual
sekitar usia 18 tahun. Selama periode ini, individu berfokus pada
realistis. Individu dewasa yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan
pertanyaan yang bersifat filosofi mengenai spritualitas dan menyadari
akan hal spiritual tersebut. Ajaran-ajaran agama yang diperoleh dewasa
muda semasa kecil sekarang dapat diterima atau didefinisikan kembali.
2.3.5 Masalah Kesehatan Yang Terjadi Pada Dewasa Muda
Masa dewasa muda umumnya merupakan masa sehat dalam hidup.
Masalah kesehatan yang muncul dan seringkali ditemui pada kelompok usia
dewasa muda (Kozier, 2017) meliputi:
3 Kecelakaan
Healthy people (USDHHS, 2000) melaporkan bahwa penyebab
utama kematian berbeda diantara kelompok populasi yang beragam.
Sebagai contoh, cedera tak disengaja (terutama tabrakan kendaraan
bermotor) merupakan penyebab kelima kematian urutan untuk
keseluruhan populasi, tetapi merupakan penyebab kematian utama pada
kelompok usia 1-44 tahun. Pendidikan mengenai tindakan kewaspadaan
keselamatan dan pencegahan kecelakaan merupakan peran utama
perawat dalam meningkatkan ksehatan orang dewasa muda.
4 Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab kelima kematian pada individu
dewasa muda. Banyak tindakan bunuh diri yang sebenarnya disalah
artikan sebagai kematian akibat kecelakaan. Bunuh diri dapat disebabkan
oleh masalah dalam hubungan dekat seperti masalah dengan suami/istri
atau orang tua atau oleh depresi yang berkaitan dengan kegagalan
dibidang pekerjaan, akademik atau keuangan. Secara umum, tindakan
bunuh diri disebabkan oleh ketidakmampuan individu dewasa muda
untuk menghadapi berbagai tekanan, tanggunf jawab, dan tuntutan
dimasa dewasa.
5 Hipertensi
Hipertensi merupakan masalah utama bagi individu dewasa muda
khususnya pria. Penyebab tingginya insiden tersebut tidak diketahuinya.
Selain keturunan, faktor yang turut berperan antara lain merokok,
obesitas, diet tinggi natrium, dan stres yang tinggi. Hipertensi merupakan
faktor resiko utama berkembangnya penyakit jantung kronis atau stroke.
Pengukuran tekanan darah biasanya disarankan dilakukan setidaknya
setiap 2 tahun untuk individu dewasa muda guna menskrining adanya
hipertensi.
6 Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan individu dewasa muda. Alkohol, mariyuana, amfamatin, dan
kokain misalnya, dapat menimbulkan perasaan bahagia pada individu
yang memiliki masalah penyesuaian. Penggunaan yang zat lama dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis serta berbagai
penyakit, seperti sirosis hati dan kanker esofagus.
7 Penyakit Menular Seksual
PMS, seperti herpes genital, AIDS, sifiilis, dan gonorea,
merupakan jenis infeksi yang umumnya terjadi pada individu dewasa
muda. Penggunaan kondom sangat membantu menurunkan penyebaran
mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain. Pengetahuan
tentang gejala penyakit tersebut dapat membantu klien memperoleh
pengobatan dini.
8 Kekerasan
Kekerasan telah menimbulkan korban jiwa atau mengancam
kesejahteraan masyarakat di seluruh kelompok umur. Para pemuda
adalah pelaku dan korban kekerasan. Healthy People 2010, melaporkan
bahwa tindakan pembunuhan merupakan penyebab ke 2 kematian pada
kaummuda yang berusia 15-24 tahun, dan merupakan penyebab kematian
utama pada kelompok usia tersebut.
9 Penganiayaan Pada Wanita
Masalah penyiksaan atau penganiayaan terhadap wanita terjadi
pada keluarga diseluruh tingkat sosioekonomi. Kondisi stres yang
memicu keluarga untuk melakukan penganiayaan meliputi masalah
keuangan, perpisahan keluarga dan dukungan masyarakat, serta isolasi
fisik dan sosial.
10 Keganasan
Kanker testis merupakan neoplasma yang paling seringmuncul
pada pria usia 20-30 tahun. Pemeriksaan testis sendiri, suatu identifikasi
dini kanker skrotum, harus diadakan sebulan sekali. Dari semua jenis
kanker yang terjadi pada wanita, kanker payudara merupakan penyebab
kematian yang utama. Kanker payudara jarang terjadi pada wanita yang
berusia kurang dari 25 tahun, tetapi resiko tersebut meningkat setelah
berusia 30 tahun. Wanita muda perlu membiasakan diri untuk melakukan
pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan.

2.4 Kerangka Konseptual

Self – Management
Faktor resiko terjadinya 1. Integrasi diri
hipertensi: 2. Regulasi diri
1. Genetik/keturunan 3. Pemantauan diri
2. Jenis kelamin 4. Interaksi dengan
Hipertensi
3. Usia kesehatan lainnya
Dewasa
4. Asupan garam 5. Kepatuhan terhadap
Muda
5. Berat badan aturan yang dianjurkan
6. Gaya hidup
7. Stres

Self management terhadap tingkat


pengontrolan tekanan darah:
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

Keterangan :
: Ditelti
: Tidak diteliti
: Berhubungan
: Berpengaruh
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Self Management Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Dewasa Muda
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif. Desain penelitian merupakan penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan
penelitian (Setiadi, 2013). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian dengan desain penelitian deskriptif. Menurut Nursalam
(2011), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa- peristiwa yang terjadi pada masa
kini. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data
yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi
(Notoatmodjo, 2010). Dengan kata lain, penelitian deskriptif dilakukan untuk
mendeskripsikan sesuatu kondisi yang terjadi di populasi saat ini
3.2 Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja adalah tahapan atau langkah-langkah kegiatan
penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diteliti untuk
mencapai tujuan penelitian (Setiadi, 2007). Penulisan kerangka kerja dalam
penelitian keperawatan disajikan dalam bentuk alur penelitian terutama
variabel yang digunakan dalam penelitian (Hidayat, 2011). Kerangka kerja
dalam penelitian ini sebagai berikut:

Populasi target : Semua pasien Hipertensi di Puskesmas Oesapa Kota


Kupang berjumlah 60
Populasi terjangkau:
Pasien Hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu:
a. Pasien hipertensi yang bersedia menjadi responden
b. Pasien hipertensi yang mengerti bahasa indonesia
c. Pasien hipertensi yang bisa membaca dan menulis
d. Pasien hipertensi yang berusia 19-49 tahun
e. Pasien dalam kondisi baik, tidak ada komplikasi hipertensi
f. Teknik : Total sampling
Sampel Responden : 60

Informed consent

Pengumpulan data dengan pemberian kuisioner Gambaran Self Management Tentang Tingkat
Pengontrolan Tekanan Darah pada dewasa muda (19-49) tahun Di Puskesmas Oesapa Kota Kupang

Editting

Coding

Scoring
g
Tabulating

Analisis deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi

Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian (Frame Work) Gambaran Self


Management Dengan Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah
Pada Dewasa Muda di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
3.3 Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Nursalam, 2013).
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu self
management dengan tingkat pengontrolan tekanan darah pada dewasa muda.
3.4 Defenisi Operasional
Defensi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Defenisi Instrument/Alat
No Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Ukur
1 Variabel Upaya pengaturan  Integrasi diri Kuisioner Ordinal 1 = tidak pernah
. tunggal yaitu diri yang dilakukan  Regulasi diri 2 = jarang
self penderita  Interaksi dengan 3 = kadang-kadang
management hipertensi di tenaga kesehatan dan 4 = selalu
pasien Puskesmas Oesapa yang lainnya 0 = tidak dilakukan
hipertensi Kota Kupang  Pemantauan diri Rumus:
berupa  Kepatuhan terhadap % = n/N (100%)
pengendalian aturan yang
stress, manajemen dianjurkan Keterangan:
diet, dan pola n = jumlah skor yang
hidup sehat dijawab
lainnya. N = jumlah total skor

Dengan kategori:
Baik : ≥ 83%
Cukup : 26-82 %
Kurang : ≤ 25%
3.5 Populasi, Sampel dan Sampling
3.5.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2012).Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien Hipertensi di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
1. Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan
menjadi sasaran akhir penelitian (Nursalam, 2016). Populasi target dalam
penelitian ini adalah semua pasien Hipertensi di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian
dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam,
2016). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien Hipertensi di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang yang memenuhi kriteria seperti:
1. Pasien hipertensi yang bersedia menjadi responden
2. Pasien hipertensi yang mengerti bahasa Indonesia
3. Pasien hipertensi yang bisa membaca dan menulis
4. Pasien hipertensi yang berusia 19 – 49 tahun
5. Pasien dalam kondisi baik, tidak ada komplikasi hipertensi
3.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, sampel terdiri dari
populasi terjangkau yang dapat di gunakan sebagai subjek penelitian melalui
sampling (Nursalam, 2013). Besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang.
3.5.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Pasien hipertensi yang bersedia menjadi responden
2. Pasien hipertensi yang mengerti bahasa Indonesia
3. Pasien hipertensi yang bisa membaca dan menulis
4. Pasien hipertennsi yang berusia 19 – 49 tahun
5. Pasien dalam kondisi baik, tidak ada komplikasi hipertensi

3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2016). Teknik sampling dalam penelitian ini
adalah Purposive sampling (judgement sampling) yang merupakan teknik
pemilihan sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2016).
3.6 Pengumpulan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016).
3.6.1.1 Proses Pengumpulan Data
Penelitian ini dimulai dengan melakukan proses ijin untuk melakukan
penelitian dari Rektor Universitas Citra Bangsa, Ketua Program Studi Ners,
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, dan yang terakhir Kepala Puskesmas
Oesapa Kota Kupang. Selanjutnya peneliti menyeleksi calon responden sesuai
dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Peneliti pun
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuannya terkait penelitian kemudian
memberikan surat persetujuan responden (informed consent) jika pasien
bersedia menjadi responden. Peneliti langsung melakukan pengambilan data
setelah calon responden menandatangani surat persetujuan menjadi responden.
Proses pengambilan data peneliti ini dengan kuesioner. Responden juga diberi
kesempatan untuk bertanya jika ada pernyataan yang tidak dipahami. Setelah
pengambilan data peneliti mengumpulkan kuesioner lalu memeriksa jawaban
responden dan melakukan pengolahan data. Data-data yang terdapat pada
kuesioner yang diberikan kepada pasien yang memenuhi kriteria yang
merupakan data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
3.6.1.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data merupakan dua karakteristik alat sebagai

pengamatan dan pengukuran observasi yang secara prinsip sangat penting

yaitu validitas, realibilitas dan ketepatan fakta/kenyataan hidup (data) yang

dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun kesalahan-

kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan/pengukuran oleh pengumpul

data (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini teknik Self management diukur

menggunakan kuesioner self management yang diadopsi dari Ihda Hidayat

(2016) yang telah diuji. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

analisis cronbach alpha dengan hasil koefisien> 0,887, dengan hasil uji

validitas >0.94

3.6.1.3 Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
3.6.1.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan oktober 2020
3.6.2 Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk tujuan pokok
yang mengungkap fenomena. Data awal yang didapat, tidak dapat
menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian
(Nursalam, 2013).
1) Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah disarankan
oleh pengumpulan data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini
dilakukan terhadap:
a) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada jawabannya,
meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu atau tidak mau menjawab.
b) Keterbatasan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit
pengolahan data atau berakibat pengolah data setelah membaca.
c) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan maka
editor harus menolaknya (Setiadi, 2013).
2) Coding
Coding merupakan kegiatan pemberi kode numeric atau angka
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Biasanya dalam pemberian
kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk
memudahkan kembali, melihat lokasi dan arti suatu kode variabel (Hidayat,
2009). Peneliti memberikan kode pada saat editing dimana pada lembar
kuesioner antara keluarga dan pasien diberi kode yang sama.
3) Scoring
a) Untuk kuesioner self management jawaban Selalu=4, Sering=3, kadang-
kadang=2, tidakpernah=1 Ya skornya 2, dengan interpretasi self
management baik skornya ≥83%, self management sedang bila skornya
26-82% dan self management kurang bila skornya ≤25%.
b) Untuk tekanan darah dikatakan, Hipertensi ringan bila TD 90-110 mmHg
, Hipertensi sedang : TD 110-130 mmHg, Hipertensi berat : >130mmHg
4) Tabulating
Tabulating adalah memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur
semua angka sehingga dapat dihitung sebagai kategori (Hidayat, 2009). Pada
penelitian ini peneliti menghitung responden dalam kategori baik dan tidak.
5) Uji statistic
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Univariat,

untuk mengevaluasi distribusi frekuensi mean, median, modus dan standar

deviasi atau data yang akan diolah akan dianalisis secara deskriptif dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dilanjutkan dengan

membahas hasil penelitian berdasarkan teori dari kepustakaan yang ada dan

hasil penelitian yang terkait.

3.7 Etika Penelitian


Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Peneliti melakukan penelitian dengan menekankan aspek etika yang
meliputi:
3.7.1 Surat Persetujuan (Informed Consent)
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang memuat
penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian, dan dampak yang mungkin
terjadi selama proses penelitian. Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembaran persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati dan tidak memaksa (Hidayat, 2007).
3.7.2 Tanpa Nama (Anonymity)
Anonymity merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan dalam
penggunaan responden penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3.7.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pada Bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilaksanakan tentang “Gambaran Self Management Tentang Tingkat
Pengontrolan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda (19-20) Tahun Di Puskesmas
Oesapa Kota Kupang” yang telah dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober – 13
Oktober 2020. Data yang diperoleh melalui pemberian kuesioner Gambaran Self
Management Tentang Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda
(19-20) Tahun Di Puskesmas Oesapa Kota Kupang dengan jumlah responden 60
orang.
Hasil yang disajikan meliputi data umum dan data khusus. Data umum
meliputi umur, pekerjaan dan pendidikan.
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas Oesapa.
Puskesmas Oesapa terletak dijalan suratim, secara geografis Puskesmas Oesapa
terletak pada wilayah Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota
Kupang. Luas wilayah kerja Puskesmas Oesapa yaitu ± 15,31 km2 atau 8,49%
dari luat Kota Kupang (180,2 km2). Adapun batas-batas wilah Puskesmas
Oesapa adalah sebelah utara berbatasan dengan teluk Kupang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Oebobo, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Tarus, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Lama.
Puskesmas Oesapa merupakan salah satu puskesmas yang ada di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Kupang. Wilayah puskesmas Oesapa terdiri dari 5
kulurahan, yaitu kelurahan Oesapa, kelurahan Lasiana, kelurahan Oesapa
Selatan, kelurahan Oesapa Barat, dan kelurahan Kelapa Lima
4.1.2 Data Umum
Dibawah ini disajikan tabel tentang karakteristik responden berdasarkan
usia, pendidikan, pekerjaan mendapatkan informasi yang dilakukan peneliti di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas
Oesapa Kota Kupang
No Karakteristik Kategori n %
19-29 14 23,3
Usia 30-39 22 40,036,7
1.
40-49 24 36,7
Total 60 100 100
Sumber: data primer Oktober 2020
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berusia 30-39 tahun yaitu 24 respon (40,0%) dan sebagian
kecil responden 19-29 tahun yaitu 14 responden (23,3%).
4.1.2.1 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir
di Puskesmas Oesapa Kota Kupang

No Karakteristik Kategori n %
1. Pendidikan SD 12 20,0
SMP 13 21,7
SMA 29 48,3
S1 6 10,0
Total 60 100
Sumber: data primer Oktober 2020
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu 29 responden (48,3%) dan sebagian
kecil respoonden memiliki tingkat pendidikan terakir S1 yaitu 6 responden
(10.0%).

4.1.2.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan


Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang
No Karakteristik Kategori n %

1. Pekerjaan IRT 25 41,7

Swasta 27 45,0

PNS 8 13,3

Total 60 100

Sumber: data primer Juli 2020


Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai Swasta yaitu 27 responden (45,0%) dan sebagian kecil
responden bekerja sebagai PNS yaitu 8 responnden (13,3%).
4.1.3 Data Khusus
Dibawah ini akan disajikan tabel tentang distribusi self management di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang
4.1.3.1 Self-management Pada Pasien Hipertensi Dewasa Muda (19-49 tahun) di
Puskesmas Oesapa
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan Self management hipertensi
di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
No Self Management n %
Baik 20 33.3
1.
Cukup 40 66.7
Total 60 100%
Sumber: Data Oktober primer 2020
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian besar responden
dikategorikan cukup yaitu 40 orang (66,6%) dan sebagaian kecil responden
dikategorikan baik yaitu 28 orang (53,8%).

4.1.3.2 Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah pada pasien dewasa muda (19-49
tahun) di Puskesmas Oesapa.

Karakteristik Responden Berdasarkan Self Management Tentang Tingkat


Pengontrolan Tekanan Darah
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan self management
tentang tingkat pengontrolan tekanan darah Di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang
No Indikator Kategori n %
1. Integrasi Diri Baik 19 31,7
cukup 41 68,3
2 Regulasi Diri Baik 18 30,0%
Cukup 42 70,0%
3. Interaksi dengan Baik 19 31,7
tenaga kesehatan Cukup 41 68,3
4 Pemantauan Baik 11 18,3
tekanan darah Cukup 49 81,7
5 Kepatuhan Baik 15 25,0
terhadap aturan
yang di anjurkan Cukup 45 75,0

Sumber: Data Oktober primer 2020


Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar 41
reponden (68,3%) memiliki integritas diri dengan kategori cukup, sebagian
besar 42 reponden (70,0%) memiliki regulasi diri dengan kategori cukup,
sebagian besar 41 reponden (68,3%) memiliki interkasi dengan tenaga
kesehatan dengan kategori cukup, sebagian besar 49 reponden (81,7%)
memiliki pemantauan tekanan darah dengan kategori cukup, sebagian besar
45 reponden (75,0%) memiliki kepatuhan dengan aturan yang di anjurkan
dengan kategori cukup.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Identifikasi Self-management Pada Pasien Hipertensi Dewasa
Muda (19-49 tahun) di Puskesmas Oesapa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada
rentang usia 19-49 tahun, mempunyai self management yang cukup.
Penelitian ini menggambarkan self management penderita hipertensi
yang di lakukan di Puskesmas Oesapa rata-rata dalam kategori cukup. Dimana
beberapa pasien mengatakan lupa meminum obat akibat tidak ada yang
mengingatkan untuk meminum obat, serta tidak mengontrol pola makan dan
jarang melakukan oahraga, di karenakan kesibukan aktifitas yang di jalani
menjadi alasan responden untuk tidak mengingat waktu minum obat dengan
baik.
Faktor lupa dan kesibukan dengan aktivitas merupakan faktor yang
sering di anggap responden menjadi faktor ketidaksengajaanp. Hal ini
didukung oleh penelitian Lestari dan Isnaini (2018) yang meneliti tentang self
management dengan hasil kategori cukup karena adanya interaksi dari
pemberi informasi pihak pelayanan kesehatan.
Self management dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
responden adalah SMP yaitu 29 responden. Hal ini sejalan dengan penelitian
Novita Ningtyas (2014) dalam penelitannya menjelaskan bahwa penderita
hipertensi terbanyak memiliki tingkat pendidikan rendah. Akan tetapi tingkat
pendidikan seseorang juga secara tidak langsung dapat berpengaruh pada
tekanan darah karena tingkat pendidikan mempengaruhi gaya hidup serta
luasnya wawasan seseorang terhadap hal-hal yang dilakukan seperti kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alcohol, aktivitas fisik, atau olahraga dan pola
makan. Selain pendidikan, self management juga dipengaruhi oleh pekerjaan,
dalam penelitan ini peakerjaan terbanyak adalah swasta.
Penelitian Anggriani (2014) menjelaskn bahwa distribusi pekerjaan
terbesar sebagai swasta karena dampak bekerja dengan waktu lama
mengakibatkan stress berkepanjangan, dimana banyak masyarakat kota lebih
mengutamakan pekerjaan dibandingkan dengan status kesehatan fisik,
pekerjaan secara tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat kejadian
hipertensi. Peneliti berpendapat bahwa ada kesesuaian antara fakta dan teori
bahwa pendidikan yang rendah akan mempengaruhi self management
seseorang.
4.2.2 Identifikasi Tingkat Pengontrolan Tekanan Darah pada pasien dewasa
muda (19-49 tahun) di Puskesmas Oesapa.
1. Integrasi Diri
Dari hasil penelitian didapatkan self management responden berdasarkan
pemantauan tekanan darah dalam kategori cukup. Berdasarkan 13 item pernyataan
indikator integrasi diri, responden kadang-kadang dan kurang memperhatikan
makanan yang akan dimakan, kegiatan atau aktivitas pasien hipertensi sehari-hari,
dan mengontrol stress yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Herwati (2013) mengatakan bahwa tidak terkontrolnya tekanan darah pada
responden disebabkan tidak melakukan pola diet yang baik, kebanyakan dari
responden tidak bisa menghindari kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh, karena
mereka sudah terbiasa dengan makanan yang mengandung lemak jenuh. Kebiasaan
konsumsi gorengan, santan yang pekat, daging sapi, otak, jeroan mempunyai faktor
resiko terbukti berhubungan dengan kejadian hipertensi. Kebiasaan sering
mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang
berisiko terjadinya hipertensi.
Anggara (2013) mengatakan konsumsi makanan tinggi garam dan lemak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan tekanan darah. Pasien yang
mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak memiliki resiko peningkatan tekanan
darah 7,429 kali lebih besar daripada pasien yang tidak mengonsumsi makanan tinggi
garam dan lemak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menyebutkan adanya hubungan bermakna antara makanan tinggi garam dan lemak
dengan peningkatan tekanan darah. Pada penelitian ini pasien yang kurang dalam
mengurangi makanan yang mengadung lemak berisiko tingginya tekanan darah.
Welis (2013) mengatakan pentingnya berolahraga dan bergerak badan sejak kecil
demi terbentuknya otot-otot jantung yang lebih tangguh. Jantung yang tangguh tetap
kuat memompa darah kendati menghadapi rintangan pipa pembuluh darah yang
sudah tidak utuh lagi. Jantung yang terlati sejak usia muda ototnya lebih tebal dan
kuat dibanding yang tidak terlatih. Dapat disimpulkan responden yang mempunyai
aktivitas fisik sedang cenderung lebih besar beresiko terkena hipertensi tetapi begitu
sebaliknya responden yang memiliki aktivitas fisik berat cenderung lebih sedikit
berisiko terkena hipertensi. Jadi aktivitas fisik responden mempengaruhi terjadinya
hipertensi.
Anies (2014) mengatakan kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur
menyebabkan perubahan-perubahan misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot
polosnya sehingga daya tampung besar dan kontruksi atau denyutannya kuat dan
teratur, selain itu selastisitas pembuluh darah akan bertambah karena adanya relaksasi
dan vasodilarasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan meningkatkan
kontraksi otot dinding pembuluh darah tersebut.
Andria (2014) mengatakan stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui
aktivasi sistem saraf simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Pada saat seseorang mengalami stres, hormone adrenalin
akan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi
arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stress berlanjut,
tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi.
Suparto (2014) mengatakan respon fisiologis dari stres akan meningkatkan frekuensi
nadi, tekanan darah, pernafasan, dan aritmia. Selain itu pelepasan hormone adrenalin
sebagai akibat stress berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan
meningkatkan kekentalan darah yang membuat darah mudah membeku dan
mengumpal sehingga meningkatkan risiko serangan jantung. Adrenalin juga akan
mempercepat denyut jantung dan mempersempit pembuluh darah koroner.
2. Regulasi diri
Dari hasil penelitian didapatkan self management responden berdasarkan regulasi
diri dalam kategori cukup. Berdasarkan 9 item pernyataan indikator regulasi diri,
responden kadang-kadang dan kurang mengetahui tanda dan gejala terjadinya tekanan
darah tinggi, sehingga kurang mengontrol tanda dan gejala tekanan darah tinggi.
Andayani (2014) mengatakan pengetahuan diartikan sebagai tingkat perilaku
pasien dalam melaksanakan pengobatan hipertensi dan perilaku yang disarankan
dokter maupun orang lain, dan hipertensi yang terkontrol dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan pasien hipertensi terhadap penyakitnya.
Pramestuti (2016) mengatakan pengetahuan yang harus diketahui oleh pasien
hipertensi berupa arti dari penyakit hipertensi, gejala hipertensi, faktor risiko, gaya
hidup dan pentingnya melakukan pengobatan secara teratur dan terusmenerus dalam
waktu yang panjang serta mengetahui bahaya yang timbul apabila tidak
mengkonsumsi obat.
Jayanti (2013) mengatakan bahwa semakin meningkatnya pengetahuan pasien
tentang hipertensi akan mendorong seseorang untuk berperilaku yang lebih baik
dalam mengontrol hipertensi dan mendiskusikan hipertensi kepada dokter atau pun
perawat sehingga tekanan darahnya tetap terkendali. Perilaku yang baik tersebut bisa
diterapkan dengan mengubah gaya hidup seperti membatasi makanan yang berlemak,
mengurangi makanan bergaram, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol,
olahraga yang teratur, dan menghindari stres. Pengetahuan pasien mengenai
hipertensi juga berpengaruh pada kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.
Pasien dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang hipertensi akan patuh terhadap
pengobatan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan tentang hipertensi, pasien
hipertensi dapat melakukan penatalaksanaan penyakitnya sehingga pasien menjadi
lebih baik.
Septiaji (2014) Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda
yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan seperti mampu mengenali tanda dan
gejala tekanan darah tinggi, pengalaman dan sudut pandangnya. Baiknya persepsi
sakit responden pada penelitian ini tidak terlepas dari pengetahuan tentang hipertensi
yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.
Rizki (2018) mengatakan bahwa kepatuhan dalam pengobatan hipertensi
merupakan hal yang penting dikarenakan hipertensi merupakan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol sehingga tidak terjadi komplikasi
yang berujung pada kematian, dengan kepatuhan dapat menggambarkan bagaimana
perilaku pasien dalam menjalankan aturan dalam pengobatan yang dijalani dan
edukasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Hal ini sejalan dengan Koizer, el al (2010) mengatakan tingkat kepatuhan
dapat dimulai dari tindak mengindahkan dari setiap aspek anjuran hingga mematuhi
semua rencana terapi, termasuk dalam kepatuhan melakukan pemeriksaan tekanan
darah. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau
kekambuhan dari penyakit hipertensi yang dideritanya.

3. Interaksi dengan tenaga kesehatan


Dari hasil penelitian didapatkan self management responden berdasarkan interaksi
dengan tenaga kesehatan dan lainnya dalam kategori cukup. Berdasarkan 9 item
pernyataan indikator interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya, mayoritas
responden bertanya kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi tentang
tekanan darah tinggi.
Suhardi (2014) mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berdampak
pada rendahnya pengetahuan dan hal tersebut berpengaruh pada perilaku. Pendidikan
yang cukup pun belum bisa menjamin terciptanya perilaku yang baik, karena menurut
teori Lehendroff dan Tracy perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan tetapi
juga kemauan. Informasi yang diterima masyarakat diluar pendidikanya juga
berperan penting terhadap peningkatan pengetahuan. Hal ini menunjukkan
pentingnya mendiskusikan dengan dokter atau perawat saat tekanan darah terlalu
tinggi atau rendah dengan meningkatnya pengetahuan agar memperoleh informasi
yang terkait dengan hipertensi.
Putri (2015) mengatakan bahwa Kepatuhan pengobatan hipertensi bisa juga
disebabkan karena faktor perbedaan pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Tidak
semua penderita hipertensi yang berpendidikan rendah memiliki tingkat pengetahuan
tentang penyakit hipertensi rendah dan tidak semua penderita hipertensi yang
berpendidikan tinggi juga memiliki pengetahuan tentang penyakit hipertensi tinggi.
Faktor informasi yang diperoleh dari penyuluhan maupun media dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
Prayoga (2013) mengatakan bahwa dengan pendidikan yang baik akan dapat
memberikan penilaian terhadap pengetahuan tentang hipertensi, pentingnya
kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi, dan pentingnya untuk kontrol rutin
tekan darah, semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki seorang pasien maka semakin
tinggi juga tingkat kepatuhannya, dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin mudah dia untuk menerima informasi. Proses pendidikan
diharapkan dapat merubah sikap, pengetahuan dan keterampilan, salah satu cara yang
dapat mengukur perubahan sikap dan perilaku adalah dengan mengukur pengetahuan
dan memantau hipertensi yang dimiliki seseorang (DepKes, 2013).
4. Pemantauan tekanan darah
Dari hasil penelitian didapatkan self management responden berdasarkan
pemantauan tekanan darah dalam kategori cukup. Berdasarkan 4 item pernyataan
indikator pemantauan tekanan darah, mayoritas responden rutin mengontrol atau
mengecek tekanan darah tinggi ke pelayanan tenaga kesehatan.
Adanya keteraturan kontrol disebabkan adanya pengetahuan mengenai penyakit
hipertensi yang kapan saja bisa kambuh. Pada pendidikan yang berpendidikan tinggi
lebih memiliki kemauan untuk mengotrolkan tekanan darahnya agar mengetahui
adanya perubahan pada tekanan darahnya meski belum ada keluhan yang muncul.
Menurut Nursalam (2016) menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin muda menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Tohari, 2016).
Palmer (2014) mengatakan kepatuhan mengontrol dan mengecek tekanan darah
dalam pengobatan hipertensi merupakan hal yang penting dikarenakan hipertensi
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol
sehingga tidak terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. Rizki (2018)
mengatakan bahwa kepatuhan dalam pengobatan hipertensi merupakan hal yang
penting dikarenakan hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
tetapi harus selalu dikontrol sehingga tidak terjadi komplikasi yang berujung pada
kematian, dengan kepatuhan dapat menggambarkan bagaimana perilaku pasien dalam
menjalankan aturan dalam pengobatan yang dijalani dan edukasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan. Hal ini sejalan dengan Kozer (2010) tingkat kepatuhan dapat
dimulai dari tindak mengindahkan dari setiap aspek anjuran hingga mematuhi semua
rencana terapi, termasuk dalam kepatuhan melakukan pemeriksaan tekanan darah.
5. Kepatuhan terhadap aturan yang di anjurkan
Dari hasil penelitian didapatkan self management responden berdasarkan
kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan dalam kategori cukup. Berdasarkan 5 item
pernyataan indikator kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan, mayoritas
responden rutin minum obat hipertensi dan rutin mengontrol tekanan darah tinggi ke
tenaga pelayanan kesehatan.
Aulia (2015) mengatakan memberikan informasi mengenai pemberian obat
dapat meningkatkan pengetahuan pasien dalam penggunaan obat yang tepat dan
memotivasi pasien untuk menggunakan obat sesuai dengan anjuran penggunaan yang
telah diberikan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan selanjutnya dapat
meningkatkan keberhasilan terapi hipertensi yang sedang dilakukan yaitu
mewujudkan tekanan darah yang stabil dan mencegah terjadinya penyakit komplikasi
karena hipertensi.
Rizki (2018) mengatakan bahwa kepatuhan dalam pengobatan hipertensi
merupakan hal yang penting dikarenakan hipertensi merupakan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol sehingga tidak terjadi komplikasi
yang berujung pada kematian, dengan kepatuhan dapat menggambarkan bagaimana
perilaku pasien dalam menjalankan aturan dalam pengobatan yang dijalani dan
edukasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pramestutie (2016) mengatakan pengetahuan yang harus diketahui oleh pasien
hipertensi berupa arti dari penyakit hipertensi, gejala hipertensi, faktor risiko, gaya
hidup dan pentingnya melakukan pengobatan secara teratur dan terusmenerus dalam
waktu yang panjang serta mengetahui bahaya yang timbul apabila tidak
mengkonsumsi obat. Hal ini sesuai dengan pendapat Koizer, el al (2010) mengatakan
tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan dari setiap aspek anjuran
hingga mematuhi semua rencana terapi, termasuk dalam kepatuhan melakukan
pemeriksaan tekanan darah.
Menurut pendapat peneliti, hal ini ada kesesuaian antara fakta dan teori bahwa
tingkat kepatuhan yang baik dapat memudahkan seseorang untuk beradaptasi dengan
keadaan ataupun masalah yang dihadapi. Dimana penderita hipertensi yang tingkat
kepatuhannya kurang akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengontrol tekanan
darahnya. Untuk itu sangat penting bagi penderita hipertensi untuk mencari informasi
yang lengkap, jelas, dan berkelanjutan tentang pengontrolan tekanan darah . Dengan
informasi tersebut para penderita hipertensi bisa mengontrol tekanan darah dengan
benar, sehingga bisa meningkatkan angka kesehatan dan bisa menurunkan angka
kejadian hipertensi.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar self management pada pasien hipertensi dewasa muda (19-49) di
puskesmas oesapa berkategori cukup baik.
2. Sebagian besar tingkat pengontrolan tekanan darah pada pasien dewasa muda(19-
49) di puskesmas oesapa berkategori cukup baik.
3. Ada hubungan yang signifikan antara self management dengan tingkat
pengontrolan tekanan darah pada dewasa muda (19-49) tahun di puskesmas
oesapa.

5.2 Saran
1. Bagi institusi pendidikan

Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi yang berkaitan dengan self
management

2. Bagi tempat penelitian

Self management pasien yang baik tetap di dorong untuk dipertahankan

3. Untuk peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti dengnan multi variabel.


DAFTAR PUSTAKA

A’yun. 2015. Hubungan Self Management Dengan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi
Di Poliklinik penyakit Dalam Rumah Sakit Umun
DaerahDR.ZainoelBaidin Banda Aceh.

Brillianti. 2016. Skripsi Hubungan Self Management dengan Kualitas Hidup Pasien
Pasca Stroke Di Wilayah Puskesmas Pisangan Ciputat.

Bustan. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka


Cipta

Davies dkk. 2017. IT Auditting Using Controls To Protect Information Assets Second
Edition. Unitited States: The McGraw-Hill

Dinas Kesehatan Kota Kupang. 2019. Profil Kesehatan Kota Kupang.

Hidayat, Wisnu. 2011. Skripsi Efektivitas Pemberian Tambahan Terapi non


Farmakologis Untuk Mencegah Kenaikan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Stadium.

Hidayat. A. Aziz Alimul. 2011. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Ed. 2. Jakarta: Salemba Medika

______. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:


Salemba Medika
Kim, H.S., Lee. K. Kang, K.A. Lee N.H., Hyun, J. W. 2018. Phloroglucinol Exerts
ProtectiveEffects Against Oxidative Stress Induced Cell Damage. In SH-
SY5Y Cells, J. Pharmacol. Sci., 119: 186- 192

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:Kementrian


Kesehatan RI
Lee, J. E. et al. 2018 Correlates Of Self-Care Behaviors For Managing Hypertension
Among Korean Americans: a questionnaire survey. International journal of
nursing studies. 2010: 47 (4):411-417

Lestari, Inda Galuh. 2017. Penagruh Self Management Terhadap Tekanan Darah
Lansia Yang Mengalami hipertensi

Naraini, Bianti. 2014. Berbagai Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi. Jakarta

Nursalam, 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan praktis. Ed. 3.


Jakarta: Salemba Medika

________ 2016. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan praktis.Ed.4.


Jakarta: Salemba Medika

Potter, Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta: Salemba


Medika

Rilantono, Lily I. 2013. Rahasia Penyakit Kardiovaskular (RKV). Jakarta: Badan


Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Smeltzer.S.C dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
ECG
Tirtasari, Silviana dan Nasrin Kodim. 2019. Prevalensi Dan Karekteristik Hipertensi
Pada Usia Dewasa Muda Di Indonesia

https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/view/3851

World Health Organozation (WHO). 2018. A Global Brief On Hypertension.Silent


Killer, Global Public Health Crisi. World Health Organization. World
Health Day.
Lampiran 1

Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Bapak/ibu yang bersedia menjadi responden
Di
PUSKESMAS OESAPA

DenganHormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini.
Nama: Melan Yubersy Foeh
Nim: 151111030

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Citra


Bangsa Angkatan 8 yang saya akan melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran Self Management Tentang Tingkat Pengontrolan Tekanan
Darah pada Dewasa Muda (19-49) Tahun Di Puskesmas Oesapa”.
Penelitian ini akan bermanfaat untuk ilmu keperawatan dalam keperawatan
serta sebagai masukan untuk tenaga kesehatan dalam meningkatkan self
management Untuk itu saya mohon partisipasi saudara agar mengizinkan
keluarga untuk menjadi calon responden dalam penelitian saya. Saya
menjamin kerahasian dari hasi lobservasi terhadap keluarga saudara. Hasil
dari penelitian akan digunakan untuk maksud-maksud lain. Sebagai bukti
kesediaan saudara mengizinkan keluarga saudara untuk mendatangani
persetujuan yang telah disediakan. Partisipasi anda dengan mengizinkan
keluarga anda menjadi responden sangat saya hargai dan sebelumnya saya
ucapkan terimakasih.

Kupang, April 2021


Hormat Saya

Melan Yubersy Foeh


NIM: 151111030
Lampiran3

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertandatangan di bawah ini, atas nama sendiri menyatakan


setuju untuk anak saya ikut berpartisipasi sebagai paserta penelitian
“Gambaran Self Management Tentang Tingkat Pengontrolan Tekanan
Darah pada Dewasa Muda (19-49) Tahun Di Puskesmas Oesapa”yang
dilakukan oleh mahasiswa Melan Yubersy Foeh dalam menyelesaikan tugas
akhir sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Citra
Bangsa.
Atas dasar pemikiran bahwa penelitian ini dilakukan untuk
pengembangan ilmu keperawatan, maka saya memutuskan untuk
berpartisipasi dengan mengizinkan keluarga saya menjadi responden dalam
penelitian ini.

Kupang, April 2021


Menyetujui :
Responden

(.........................)
Lampiran 4

KUESIONER

GAMBARAN SELF MANAGEMENT TENTANG TINGKAT


PENGONTROLAN TEKANAN DARAH PADA DEWASA MUDA (19-49
TAHUN) DI PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG

A. Data Demografi
1. No. Responden :
2. Pendidikan : Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan tinggi
3. Jenis kelamin : Laki-laki
Perempuan

4. Pekerjaan :……………………..
5. Riwayat merokok : Tidak pernah
Pernah, sudah berhenti sejak ………
: Masih merokok, berapa batang/hari…..
6. Konsumsi alcohol : Tidak pernah
2 – 4x/bulan, sebanyak ……..ml
2 – 3x/minggu. Sebanyak …… ml
>4x/minggu, sebanyak ……..ml
Setiap hari, sebanyak ……..ml
7. Apakah anda memiliki komplikasi penyakit lain selain hipertensi?
Ya
Tidak
Jika Ya, sebutkan
Diabetes Melitus
Stroke
Penyakit Ginjal
Penyakit lainnya, ……….
8. Tekanan darah : Sistolik………mmHg (diisi oleh peneliti)
Diastolik………mmHg (diisi oleh peneliti)
B. Lembar Kuisioner

Petunjuk Pengisian :
a. Isilah dengan benar dan tepat sesuai apa yang anda ketahui
b. Berilah tanda ( √ ) pada kotak jawaban yang anda pilih

Penilaian setiap item


1= Tidak pernah (saya tidak pernah melakukan perilaku ini)
2= Jarang (saya jarang melakukan perlaku ini)
3= Kadang-kadang (saya kadang-kadang melakukan perilaku ini)
4= Selalu (saya selalu melakukan perilaku ini)

PERILAKU MANAJEMEN DIRI PADA HIPERTENSI


No. Pernyataan 1 2 3 4

Integrasi Diri

1. Saya mempertimbangkan porsi dan pilihan makanan ketika saya


makan

2. Saya makan buah, sayur, dan kacang-kacangan lebih banyak dari


yang saya makan saat saya tidak mengalami hipertensi

3. Saya mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh misalnya


(keju, minyak kelapa, daging kambing, dll) semenjak didiagnosa
hipertensi

4. Saya memikirkan tekanan darah saya saat memilih makanan

5. Saya mencoba berhenti minum-minuman beralkohol

6. Saya mengurangi jumlah makanan setiap kali saya makan untuk


menurunkan berat badan

7. Saya berolahraga untuk menurunkan berat badan (misalnya jalan,


jogging, atau lari atau bersepeda) sekitar 30 sampai 60 menit setiap
hari

8. Saya berhenti merokok / saya mencoba berhenti merokok


9. Saya mencoba mengontrol emosi saya dengan mendengarkan musik,
istirahat dan berbicara dengan teman atau keluarga

10. Saya tidak pernah menggunakan garam yang berlebih untuk


membumbui makanan semenjak saya terkena hipertensi

11. Saya memilih makanan rendah garam

12. Saya berpikir bahwa hipertensi adalah baguan dari hidup saya

13. Saya melakukan rutinitas saya sesuai dengan hal-hal yang harur saya
lakukan untuk mengontrol hipertensi saya (misalnya pekerjaan dan
periksa ke dokter

Regulasi diri

14. Saya mengetahui kenapa tekanan darah saya berubah

15. Saya mengenali tanda dan gejala tekanan darah tinggi

16. Saya mengontrol tanda dan gejala hipertensi dengan tepat

17. Saya mengenali tanda dan gejala tekanan darah rendah

18. Saya mengontrol tanda dan gejala hipotensi (tekanan darah rendah)
dengan tepat

19. Saya menentukan tujuan saya untuk mengontrol tekanan darah

20. Saya membuat rencanan tindakan untuk mencapai tujuan saya


mengontrol tekanan darah

21. Saya membandingkan tekanan darah saya saat ini dengan tekanan
darah saya yang saya targetkan (inginkan)

22. Saya mengontrol keadaan yang mungkin dapat meningkatkan tekanan


darah saya

Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya

23. Saya mendiskusikan rencana pengobatan saya dengan dokter atau


perawat
24. Saya memberikan masukan pada dokter yang mengubah rencana
pengobatan jika saya tidak bisa menyesuaikan diri dengan rencana
tersebut

25. Saya bertanya pada dokter atau perawat ketika ada hal yang tidak
saya pahami

26. Saya membantu dokter atau perawat untuk mencari tahu kenapa
tekanan darah saya tidak terkontrol dengan baik

27. Saya mendiskusikan dengan atau perawat saat tekanan darah saya
terlalu tinggi atau rendah

28. Saya bertanya pada dokter atau perawat dari mana saya bisa belajar
lebih jauh tentang hipertensi

29. Saya meminta bantuan orang lain (missal teman, tetangga, atau
pasien lain) terkait hipertensi yang saya alami

30. Saya meminta bantuan orang lain (missal teman, tetangga atau pasien
lain) untuk ikut membantu mengontrol tekanan darah saya

31. Saya bertanya pada orang lain (missal teman, tetangga, atau pasien
lain) apa cara yang mereka gunakan untuk mengontrol tekanan darah
tinggi

Pemantauan tekanan darah

32. Saya pergi ke dokter untuk mengecek tekanan darah saya saat
merasakan tanda dan gejala tekanan darah tinggi

33. Saya pergi ke dokter untuk mengetahui tekanan darah saya saat saya
merasa sakit

34. Saya pergi ke dokter untuk mengecek tekanan darah saya saat
merasakan tanda dan gejala tekanan darah rendah

35. Saya mengecek tekanan darah saya secara teratur untuk membantu
saya membuat keputusan manajemen diri

Kepatuhan terhadap anturan yang dianjurkan

36. Saya sangat ketat dalam minum obat anti hipertensi


37. Saya minum obat anti hipertensi sesuai dengan dosis yang diberikan
dokter

38. Saya minum obat anti hipertensi dalam waktu yang benar

39. Saya periksa ke dokter sesuai dengan waktu yang dijadwalkan

40. Saya mengikuti saran dokter atau perawat dalam mengontrol tekanan
darah saya.
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7

DOKUMENTASI
La
mpiran 8

LEMBARAN KONSULTASI SKRIPSI

LEMBARAN KONSULTASI SKRIPSI

MAHASISWI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI NERS S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG


Nama : Melan Yubersy Foeh

NIM : 151111030

Pembimbing I : Ns. Yoani M. V. Bita Aty, S.Kep.,M.Kep

Topik yang di Catatan Paraf


No Hari/Tgl
konsultasikan pembimbing I pembimbing
1.

5.
6

7 -

10

LEMBARAN KONSULTASI SKRIPSI

MAHASISWI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI NERS S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG

Nama : Melan Yubersy Foeh


NIM : 151111030

Pembimbing II : Ns. Petrus K. Siga Tage, S.Kep.,M.Kep

Topik yang di Catatan Paraf


No Hari/Tgl
konsultasikan pembimbing I pembimbing
1.

5.

6
7 -

10

11

RIWAYAT PENULIS

Nama : Melan Yubersy Foeh

TTL : 09 juni 1997

Anak Ke : 1 dari 5 bersaudara

Agama : Kristen Protestan

E-mail : Melan.foeh@gmail.com
Orang Tua

Ayah : Steven Ch Foeh

Ibu : Since N Foeh

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan: Tahun 2003-2009 : SD Negeri Oebaffok

Tahun 2009-2012 : SMP Negeri 2 Rote Barat laut

Tahun 2012-2015 : SMA Negeri 1 Lobalain

Anda mungkin juga menyukai