Anda di halaman 1dari 81

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI STATUS GIZI

IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


KALORAN

Skripsi
Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
Elma Safitri
NIM: 30901800057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNISVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
I
HALAMAN JUDUL
FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI STATUS GIZI
IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KALORAN

Skripsi

Oleh :
Elma Safitri
NIM: 30901800057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNISVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021

I
HALAMAN PERSETUJUAN

II
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi berjudul:

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI STATUS GIZI IBU

MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALORAN

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Elma Safitri

NIM : 30901800057

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 Januari 2022 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I

Ns. Hernandia Distinarista M.Kep


NIDN. 0602098503

Penguji II,

Ns. Hj. Sri Wahyuni,M. Kep.Sp. Kep. Mat


NIDN. 0609067504

Penguji III

Ns. Apriliani Yulianti wuriningsih, S.Kep., M.Kep.


NIDN. 0618048901

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Iwan Ardian, SKM., M.Kep.


NIDN. 0622087404

III
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Skripsi, Januari 2022

ABSTRAK
Elma Safitri

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI STATUS GIZI IBU


MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALORAN TAHUN
2021

VIII + 68 hal + 4tabel + 10 lampiran


Latar belakang: ASI sangatlah penting bagi pertumbuhan bazi baru lahir, karena
makanan terbaik bayi baru lahir sampai umur 6 bulan yaitu ASI. Masih adanya
bayi yang hanya diberikan ASI masih berada dibawah garis merah atau gizi
buruk. Namun dalam pemenuhan ASI yang cukup memerlukan status gizi yang
baik. Dalam pemenuhan status gizi pastinya ada faktor yang memengaruhi ketidak
berhasilan. Jika status gizi ibu tidak tercukupi akan mengganggu kualitas ASI.

Metode : penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kaloran, Temanggung


dengan metode cross-sesctional, subjek 90 orang ibu menyusui dengan bayi
dibawah usia 2 tahun. Pemilihan subjek secara purposive sampling dan memenuhi
kriteria inkusi serta eksklusi. Data status gizi didapat dengan cara menanyakan
berat badan dan tinggi badan lalu di hitung IMTnya. Analisis data menggunakan
program statistik ,dan menggunakan uji chi-Square.

Hasil : rentang umur subjek ≥17 – 35. Sebagian besar subjek memiliki status gizi
tidak ideal (65,5%). Status gizi tidak berhubungan dengan umur (p=0,314),
pekerjaan (p=0,518), pendidikan (p=0,846), ekonomi (p=0,827), pengatahuan
(p=0,401), sikap ibu (p=0,080), pantangan makanan (p=0,000), dan terdapat
hubungan status gizi dengan aktivitas fisik (p=0,026), dukungan keluarga
(p=0,293), tingkat psikologis (p=0,000).

Kesimpulan : faktor yang mempunyai hubungan dengan status gizi menyususi


yaitu aktivitas fisik, dukungan keluarga dan tingkat psikologis .
Kata kunci : status gizi, ibu menyusui, umur , dukungan keluarga, tingkat
psikologis
Daftar pustaka : 62 (2014 – 2021)

IV
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Skripsi, Januari 2022

ABSTRACT
Elma Safitri

FACTORS THAT AFFECT THE NUTRITIONAL STATUS OF


BREASTFEEDING MOTHERS IN THE WORKING AREA OF HEAT
HEALTH CENTERS IN 2021
VIII +68 pages + 4 table + 10 appendices
Background: Breast milk is very important for the growth of newborn bazi,
because the best food of newborns until the age of 6 months is breast milk. There
are still babies who are only given breast milk is still below the red line or
malnutrition. But in the fulfillment of sufficient breast milk requires good
nutritional status. In the fulfillment of nutritional status, there are certainly factors
that affect unsuccessfulness. If the nutritional status of the mother is not fulfilled
will interfere with the quality of breast milk.

Method: the study was conducted in the working area of Kaloran Health Center,
Temanggung with cross-sesctional method, subjects of 90 breastfeeding mothers
with babies under the age of 2 years. Selection of subjects purposive sampling and
meets the criteria of insusion and exclusion. Nutritional status data is obtained by
asking about weight and height and then calculated BMI. Data analysis uses
statistical programs, and uses chi-Square tests.

Results: subject age range ≥17 – 35. Most subjects had non-ideal nutritional status
(65.5%). Nutritional status is not related to age (p=0.314), employment (p=0.518),
education (p=0.846), economics (p=0.827), knowledge (p=0.401), maternal
attitude (p=0.080), food abstinence (p=0.000), and there's a relationship of
nutritional status with physical activity (p=0.026), family support (p=0.293),
psychological level (p=0.000).

Conclusion: factors that have a relationship with the nutritional status of


breastfeeding are physical activity, family support and psychological levels.

Keywords: nutritional status, breastfeeding mother, age, family support,


psychological level
Bibliographies: 62 (2014 – 2021)

V
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur Alhamdullilah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
STATUS GIZI IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KALORAN TAHUN 2021”.
Penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati peneliti mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Iwan Ardian, SKM., M.Kep. selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti pendidikan
di Fakultas Ilmu Keperawatan.
2. Ibu indah sri wahyuningsih, M.Kep selaku Ketua prodi S1 Ilmu Keperawatan
UNISSULA Semarang yang telah membantu kami untuk mendapatkan
fasilitas dan menyelesaikan Skripsi ini.
3. Ns. Apriliani Yulianti wuriningsih, S.Kep., M.Kep.selaku Pembimbing 1
(satu), yang dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam
proses penyusunan Skripsi ini.
4. Ns. Hj. Sri Wahyuni,M. Kep.Sp. Kep. Mat selaku Pembimbing 2 (dua), yang
dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing penulis dalam proses
penyusunan Skripsi ini.
5. Ibu Kepala Puskesmas Kaloran yang telah memberikan bantuan berupa izin
dan data-data yang diperlukan dalam menyusun Skripsi ini di wilayah
kerjanya
6. Keluarga tercinta yang sangat berarti dan selalu setia dalam memberikan
dukungan dan doanya.
7. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu proses penyusunan Skripsi ini.
Semoga amal dan budi baik yang telah diberikan mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT, Aamiin. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
Semarang , januari 2022

Peneliti

VI
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ I


HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................II
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ III
ABSTRAK ........................................................................................................ IV
ABSTRACT ....................................................................................................... V
KATA PENGANTAR ....................................................................................... VI
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... VII
DAFTAR TABEL ............................................................................................. IX
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... X
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... XI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................................1
B. Perumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan penelitian ..............................................................................................4
D. Manfaat penelitian ............................................................................................6
BAB II ................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 7
A. Tinjauan teori ....................................................................................................7
B. Kerangka teori .................................................................................................20
C. Hipotesis ................................................................................................ 22
BAB III.............................................................................................................. 24
METODE PENELITIAN ................................................................................... 24
A. Kerangka Konsep ............................................................................................24
B. Variabel Penelitian ..........................................................................................24
C. Desain Penelitian ............................................................................................25
D. populasi dan sampel penelitian ......................................................................25
E. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................27
F. Definisi Oprasional Dan Definisi Istilah .......................................................27
G. Instrumen /Alat Pengumpulan Data...............................................................29
H. Metode Pengumpulan Data ............................................................................29
I. Analisa Data ....................................................................................................31

VII
J. Etika Penelitian ...............................................................................................32
BAB IV ............................................................................................................. 35
HASIL PENELITIAN........................................................................................ 35
A. Karakteristik respondem berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan,
ekonomi keluarga, data IMT ibu, pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu,
dukungan keluarga, makanan pantangan, tingkat psikologi ........................35
B. Hubungan umur, pekerjaan, pendidikan, ekonomi keluarga, pengetahuan,
aktivitas fisik, sikap ibu, dukungan keluarga, pantangan makanan, serta
tingkat psikologi dengan status gizi ibu menyusui ......................................37
C. Faktor yang paling memengaruhi status gizi ibu menyusui di Wilayah
Kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021 ..........................................................41
BAB V............................................................................................................... 43
PEMBAHASAN ................................................................................................ 43
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ........................................................................43
B. Implikasi untuk keperawatan .........................................................................58
C. Keterbatasan penelitian ..................................................................................59
BAB VI ............................................................................................................. 60
PENUTUP ......................................................................................................... 60
A. Simpulan ..........................................................................................................60
B. Saran ................................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63

VIII
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Distributif Frekuensi Karakteristik) .............................................................. 35


Tabel 4. 2 Hubungan Antara Faktor Yang Memengaruhi Status Gizi Ibu Menyusui ....... 37
Tabel 4. 3 Daftar Multivariat ......................................................................................... 42
Tabel 4. 4 Hasil Uji Regresi Logisti ............................................................................... 42

IX
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ............................................................................................ 21


Gambar 2 Variabel Penelitian ....................................................................................... 24

X
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan....................................................................... 70
Lampiran 2 Surat Ijin Uji Validitas Dan Reabilitas ........................................................ 71
Lampiran 3 Surat Ijin Pengambilan Data Penelitian ....................................................... 72
Lampiran 4 Surat Jawaban Ijin Pengambilan Data ......................................................... 73
Lampiran 5 Ethical Clearance....................................................................................... 74
Lampiran 6 Kuesioner ................................................................................................... 75
Lampiran 7 Informed Consent ....................................................................................... 81
Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data................................................................................ 82
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. 92
Lampiran 10 Dokumentasi ............................................................................................ 93

XI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menyusui adalah proses memberi ASI (Air Susu Ibu) yang diberikan

pada bayinya yang baru lahir sampai umur 2 tahun. Karena lebih efektif ASI

di berikan kepada bayi baru lahir umur 0 – 6 bulan tanpa di berikan makanan

pendamping. World Health Organization (WHO) dan United Nation

Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan pada ibu yang sedang

menyusui memberi ASI dari lahir sampai sedikitnya enam bulan pertama

dalam hidup bayi (Matdoan & Dolang, 2020).

Masalah gizi pada masyarakat menjadi problem dalam kesehatan

masyarakat yang harus mendapat tindakan menggunakan metode medis dan

pelayanan kesehatan. Dalam mengatasi problem tersebut membutuhkan

pengetahuan serta keterampilan yang cukup bagi tenaga medis yang

menangani masalah tersebut. Dalam penanganan tersebut membutuhkan

kerjasama dengan masyarakat dalam meningkatkan gizi setiap anggota

masyarakat . banyak hal yang membuat ibu tidak menyusui salah satunya

karena ASI tidak keluar atau penyebab yang lain. Kondisi ibu yang

mempunyai status gizi kurang akan beresiko kurangnya keefektifitasan

menyusui sebesar 2,24-2,34 kali di banding pada ibu status gizi normal

(Rahayuningsih, 2017).

1
Masih banyaknya balita yang mengalami gizi buruk atau berat badan

penimbangan bawah garis merah. Dalam dalam data Dinas Kesehatan

Temanggung terpantau dari tahun 2014-2018 terdapat peningkatan derajat

kesehtana mengenai gizi buruk yang sudah mencapai 89,5%, dalam

penanganan tersebut juga di perlukan kesadaran masyarakat dalam memantau

perkembangan balita untuk membawa anaknya ke posyandu. Terdata masih

terdapat balita 5,80% gizi kurang, 0,6% berstatus gizi buruk dan 1,4 balita

berstatus gizi lebih diKabupaten Temanggung (Dinas Komunikasi dan

Informatika, 2020).

Dari penelitian Herianto (2017) menunjukan bahwa masih banyaknya

bayi yang hanya diberikan ASI mengalami bobot penimbangan di bawah

garis merah atau kurang gizi sebanyak 33 di wilayah puskesmas Tlogomulyo

Kabupaten Temanggung. Sehingga sebagian bayi di bawah 6 bulan sudah di

berikan MPASI. Tingkat pengetahuan manfaat ASI, status pekerjaan

menunjukan terdapat pengaruh sebanyak 42.2% terhadap lamanya menyusui,

sedangkan 57.8% disebabkan oleh faktor lain (Aminingsih & Anis, 2017).

Status gizi menunjukkan seberapa besar kebutuhan seseorang fisiologi

seseorang terpenuhi. Keseimbangan zat gizi yang masuk dan butuhkan untuk

kesehatanyang optimal sangat penting termasuk pada ibu yang sedang

menyusui. Masa menyusui sangatlah penting dan berharga bagi ibu dan

bayinya. Pengetahuan merupakan hal yang penting dalam menunjang status

gizi yang baik bagi ibu menyusui terlebih dengan pengetahuannya mengenai

2
asupan makan sehingga mendapatkan gizi sesuai bagi ibu pada saat menyusui

(Doloksaribu, 2018)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan asupan gizi yang sangat sesuai bagi

bayi, kandungan pada ASI yaitu protein, lemak, karbohidrat dan air pada

takaran yang tepat sesuai dengan pencernaan dan tumbuh kembang pada bayi.

Faktor-faktor yang memengaruhi kadar protein dan lemak diWilayah Kerja

Puskesmas Andalas. Berdasarkan hasil riset didapatkan dengan responden

dominan memiliki rentan umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 19 responden

(79,2%) (Hayu et al., 2020).

Status gizi yaitu kondisi tubuh yang diakibatkan dari konsumsi

makanan serta penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dijadikan sebagai indikator

yang dapat menentukan kondisi pemenuhan gizi. Terdapat beberapa faktor

yang memengaruhi status gizi ibu menyusui diantaranya pengetahuan gizi,

asupan zat gizi dan aktivitas fisik (Pangestuti & Pradigdo, 2016).

Faktor yang memengaruhi status gizi ibu disaat menyusui yaitu

rendahnya rasa percaya diri ibu/sikap ibu, kurang pengetahuan ibu, kurang

dukungan dari keluarga dan lingkungan. Hal tersebut dapat memengaruhi

antara pemehaman individu,dukungan keluarga serta sosial budaya terhadap

bahwa terdapat pengaruh antara pemahaman individu, dukungan keluarga dan

sosial budaya terhadap makanan yang dikonsumsi ibu muda yang sedang

menyusui (Rafsanjani, 2018).

Dari pemaparan latar belakang diatas dapat disimpulkan masih

kurangnya kesadaran ibu terhadap status gizi pada dirinya yang akan

3
mengakibatkan terganggunya produksi ASI dan asupan gizi pada bayi. Maka

dari itu perlunya sosialisasi atau promosi kesehatan yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada ibu ataupun keluarga.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di bahas , maka terdapat permasalahan

penelitian yang dirumuskan sebagai berikut : masih banyaknya umur dibawah

1 tahun mengalami berat badan penimbangan dibawah garis merah.

pemberian ASI eksklusif sangatlah penting bagi pertumbuhan sang anak yang

baru lahir sampai umur 6 bulan, dalam gangguan menyusui sehingga bayi di

bawah 6 bulan sudah diberikan MPASI. Namun jangan lupa produksi ASI

pada ibu juga harus di perhatikan karena dalam produksi ASI dapat di

sebabkan terganggunya status gizi Ibu menyusui yang dapat dipengaruhi

beberapa faktor yang harus diperhatikan ibu ataupun keluarganya. Adakah

masalah pada produksi ASI yang dilihat dari status gizi ibu menyusui?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi status gizi ibu menyusui diWilayah Kerja Puskesmas

Kaloran.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya antara hubungan umur ibu dengan status gizi ibu

menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran

4
b. Diketahuinya hubungan pendidikan gizi ibu dengan status gizi ibu

menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

c. Diketahuinya hubungan pendapatan ekonomi keluarga dengan

status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

d. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu menyusui di daerah ibu

dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran.

e. Diketahuinya hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi ibu

menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

f. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik ibu dengan status gizi ibu

menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

g. Diketahuinya hubungan sikap ibu dengan status gizi ibu menyusui

diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

h. Diketahuinya hubungan makanan pantangan pada daerah/budaya

dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran.

i. Diketahuinya hubungan tingkat dukungan keluarga kepada ibu

dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran.

j. Diketahuinya hubungan tingkat psikologis ibu dengan status gizi

ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

k. Di ketahuinya faktor yang paling memengaruhi status gizi ibu

menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

5
D. Manfaat penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

a. Memberikan informasi mengenai faktor apa saja yang memengaruhi

status gizi pada ibu menyusui

b. Dapat menjadikan bahan kajian pengembangan penelitian mengenai

status gizi ibu menyusui

c. Memberikan referensi dan bahan kajian pengembangan penelitian

tentang status gizi pada ibu menyusui

2. Bagi layanan kesehatan

Data atau informasi dapat di manfaatkan layanan kesehatan sebagai

masukan untuk menyarankan atau memberikan penyuluhan kepada

masyarakat lebih khusus kepada ibu menyusui di Wilayah Kerja

Puskesmas Kaloran.

3. Bagi masyarakat :

a. Dapat memberi tambahan pengetahuan bagi masyarakat tentang

status gizi ibu menyusui.

b. Dapat memberi tambahan pengetahuan terhadapa masyarakat

tentang faktor yang memengaruhi status gizi ibu menyusui

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Pengertian Status Gizi Ibu Menyususi

Nutrisi yaitu proses masuk dan mencerna zat makanan oleh tubuh

bertujuan untuk menghasilkan energi dan dapat digunakan tubuh untuk

berativitas. Nutrisi berhubungan dengan zat-zat gizi yang di butuhkan

tubuh untuk menghasilkan energi yang berasal dari berbagai bahan

makanan dan nutrisi juga berhubungan dengan kesehatan, penyakit

termasuk semua proses eliminasi (Yaneli et al., 2021).

Dalam pengukuran status gizi ada beberpa pengukuran yaitu

antropometri dengan indeks masa tubuh (IMT), biofisik yaitu tes fungsi

jaringan meliputi kemampuan bekerja dan energi dalam tubuh dan adaptasi

sikap, pemeriksaan clinis dengan cara pemeriksaan dari ujung kepala

sampai ujung kaki dan riwayat kesehatan, serta dapat di periksa

menggunakan jenis diet makanan yang di konsumsi dengan survei

konsumsi makanan (Mardalena & Suyani, 2016)

Kondisi gizi dan kesehatan ibu menyusui akan tercermin dalam

status gizi ibu dimasa menyusui. Status gizi dapat dinilai menggunakan

pengukuran antropometri dengan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT).

Ibu dengan status gizi yang baik lebih optimal dalam Kuantitas dan

kualitas ASI dari daripada ASI dari ibu dengan status gizi kurang. Untuk

7
produksi ASI dengan lancar dan kandungan gizi cukup ibu harus memiliki

cadangan gizi yang cukup (Indrayani et al., 2018).

Status gizi menunjukan seberapa besar kebutuhan seseorang

fisiologi seseorang terpenuhi. Keseimbangan zat gizi yang masuk dan

kebutuh untuk kesehatanyang optimal sangat penting termasuk pada ibu

yang sedang menyusui. Masa menyusui sangatlah penting dan berharga

bagi ibu dan bayinya. Pengetahuan merupakan hal yang penting dalam

menunjang status gizi yang baik bagi ibu menyusui terlebih dengan

pengetahuan tentang pola makan sehingga mendapatkan (Doloksaribu,

2018)

Dalam konsumsi yang makanan serta pemanfaatan zat gizi tersebut

akan tercermin dalam status gizi dalam tubuh. Indikator yang digunakan

untuk menentukan kondisi pemenuhan gizi yaitu status gizi. Status gizi ibu

dapat disebabakan dari bayak faktor, diantaranya yaitu pola makan atau

asupan gizi ibu. pola makan yang seimbang, akan memenuhi kebutuhan

status gizi ibu baik dari jenis maupun jumlah yang berupa pola makan

yang baik. Asupan zat gizi seseorang dapat di tentukan dengan kebiasaan

makan dan frekuensi makan. Ibu menyusui harus memenuhi gizi yang baik

karena akan berpengaruh dalam produksi ASI dan tumbuh kembang pada

anak. Ibu menyusui butuh sebesar 800 kkal energi tambahan, diantaranya

600 kkal untuk ibu menyusui dan 200 kkal untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri. Kadang terdapat pantang makanan tertentu berkaitan mengenai

8
budaya yang mengakibatkan kekurangan asupan gizi Ibu menyusui

(Pangestuti & Pradigdo, 2016) .

Kondisi status gizi ibu sangatlah penting dalam pertumbuhan anak,

dimasa kehamilan atau setelah melahirkan. Status gizi yang terpenuhi pada

saat itu, ditandai dengan tidak terjadi penyakit defisiensi pada ibu.

Defisiensi zat gizi pada dimasa menyusui mampu memengaruhi produksi

ASI. Terdapat alasan yang menyebabkan kegagalan pelaksanaan ASI

eksklusif bermacam-macam, misal budaya memberikan makanan

pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI kurang lancar

(Manggabarani et al., 2018).

Pola makan yang baik sangat penting ketika ibu menyusui, namun

kenyataan tidak semua ibu menyusui mempunyai pola makan yang baik.

Masih banyak ibu menyusui yang kurang meperhatikan asupan gizi

bahkan masih kurangnya mengatur pola makan yang ibu konsumsi selama

menyusui, tidak jarang juga terdapat ibu menyusui yang masih

mempercayai dan menjalankan budaya yang kurang tepat dalam hal

pantangan pantangan yang tidak boleh dilakukan ketika menyusui

(Rahmawati & Suciara, 2020)

2. Faktor-faktor yang memengaruhi

a. Faktor Umur Ibu

Umur menjadi satu faktor yang dapat memengaruhi pemberian

ASI eksklusif pada bayi. Pada umumnya wanita muda memiliki

kemampuan menyusui lebih baik dibandingkan wanita yang sudah

9
berumur. Faktor penyebab pemberian ASI eksklusif yaitu wanita muda

lebih baik karena adanya perkembangan kelenjar yang matang disaat

pubertas dan fungsi akan berubah setelah bayi lahir (Lestari, 2018).

Hasil analisis hubungan antara umur dengan perilaku pemberian

ASI diperoleh bahwa ada 71,3% dari jumlah responden yang umur

muda yang berperilaku pemberian ASI tidak eksklusif . Hasil uji

hubungan antara umur dengan perilaku pemberian ASI secara uji

statistik disimpulkan ada perbedaan proporsi perilaku pemberian ASI

antara umur tua dan umur muda. Ada hubungan antara umur dan

perilaku pemberian ASI yang signifikan. Dari hasil analisis diperoleh

responden yang umur muda mempunyai kemungkinan perilaku

pemberian ASI tidak eksklusif 2 kali dibandingkan responden umur tua

(Tambunan, 2017).

Pada penelitian Lamani et al (2021) menyatakan dalam tingkatan

umur mempunyai resiko tersendiri yang merupakan kematangan

reproduksi pada wanita. Dalam kematangan pemikiran juga

terpengaruhi umur wanita tersebut. Digolongkan mejadi resiko rendah

≥17-35 dan resiko tinggi umur >35 pada sistem reproduksi wanita.

b. Faktor Pendidikan Pada Ibu Menyusui

Pendidikkan merupakan bimbingan yang diberikan kepada

seorang ibu atau murit sehingga kehidupan seseorang menuju cita-cita

tertentu. Semakin tinggi pendidikan akan semakin baik dalam mencerna

10
informasi yang diperoleh dalam masa pendidikan ataupun tidak dan

dapat berfikir dengan rasional (Ampu, 2021).

Tingkat pendidikkan sangat berpengaruh dalam strategi

pemenuhan status gizi ibu menyususi. Dalam halnya mengatur dan

memilih asuspan gizi yang harus dimakan. Pendidikan berarti

bimbingan dalam suatu hal yang diberikan kepada orang lain sehingga

orang yang tersebut dapat memahami dan mempraktikkan (Yaneli et al.,

2021).

Seseorang yang memiliki pendidikkan tinggi akan mudah

memahami informasi dan pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya di

tingkat pendididkan rendah seseorang akan memperlambat pemahaman

dan mengubah sikap terhadap pemberian informasi dan pengetahuan

yang bernilai pembaharuan (Husaidah et al., 2021)

c. Faktor Pendapatan Ekonomi Keluarga

Saat ini sebagian besar penduduk indonesia bisa dikatakan tidak

sakit namun di waktu yang sama juga dikatakan tidak sehat, dan

umumnya dapat disebut dengan kekurangan gizi. Dampak terhadap

tingginya kematian pada bayi dan balita dan rendahnya umur harapan

hidup yang disebabkan keadaan kurang gizi yang sering terluputkan

dari pengamatan masyarakat. Pendapatan seseorang didalam keluarga

ataupun masyarakat yang dihitung perbulan adalah definisi status

ekonomi. Status ekonomi juga dapat ditentukan dengan pemenuhan

kebutuhan pokok didalam keluarga (Mamonto et al., 2020).

11
Tingkat status ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan daya

konsumsi pada jenis makanan dengan nilai gizi yang baik,

dibandingkan dengan yang memiliki status ekonomi rendah. status

ekonomi yang tinggi disuatu keluarga menyebabkan keluarga sanggup

berbelanja sebagian besar dari pendapatan yang di peroleh mereka

untuk akses pangan serta memenuhi kebutuhan status gizi dari

keluarganya, sedangkan tingkat ekonomi sedang disuatu keluarga

membuat keluarga memiliki keterbatasan dalam pemenuhan akses

pangan serta pemenuhan gizi dari keluarganya (Rahmawati & Suciara,

2020).

Keluarga yang berada pada garis kemiskinan tentu kurang dalam

menyediakan makanan yang bergizi yang dapat mengakibatkan

gangguan status gizi pada ibu menyusui dan gizi pada bayi. Dalam hal

ini pendapatan keluarga dapat memengaruhi penyediaan asupan gizi

karena daya beli yang rendah (Rohman et al., 2018)

d. Faktor Pekerjaan Ibu

Pekerjaan umumnya salah satu kegiatan yang menyita waktu

untuk ibu yang sedang menyusui karena dengan kesibukan itu maka ibu

menyusui tidak memperhatikan asupan gizinya dengan baik. Hal

tersebut juga akan bepengaruh pada si bayi yang sedang disusuinya dari

kesibukan yang dijalani seorang ibu akan tidak mempunyai waktu

untuk memberikan ASI Eksklusif dan mengatur asupan gizinya secara

baik (Astuti1 & Asthiningsih, 2021).

12
Dalam pekerjaan ibu berpengaruh yang signifikan karena dengan

ibu bekerja akan sedikit memerhatikan masalah asupan gizi. Namun

dengan bekerja dapat menambah pengalaman dan pengetahuan. Ranah

kerja yang luas akan memperbanyak berbagai pengetahuan dari

berbagai pengalaman teman kerja ataupun pengalaman sendiri selama

kerja (Putri et al., 2019).

Ibu pekerja akan lebih berpengaruh terhadap memperhatikan

gizinya daripada ibu yang tidak memiliki pekerjaan. Ibu yang tidak

bekerja akan baik dalam memperhatikan asupan gizi dan pada

pemberian ASI eksklusif akan baik, dan ibu pekerja akan kurang dalam

memberikan ASI secara eksklusif dan memilih untuk memberikan susu

formula (Bahriyah et al., 2017)

e. Faktor Pengetahuan Gizi Ibu Menyusui

Status gizi menunjukkan seberapa besar kebutuhan seseorang

fisiologi seseorang terpenuhi. Keseimbangan zat gizi yang masuk dan

diperlukan untuk kesehatan yang terbaik sangat penting termasuk pada

ibu yang sedang menyusui. Masa menyusui sangatlah penting dan

berharga bagi ibu dan bayinya. Dalam menunjang status gizi yang baik

bagi ibu harus mempunyai pengetahuan pola makan gizi yang baik,

makadari itu pengetahuan yaitu salah satu hal penting dalam menunjang

status gizi yang baik (Syafri, 2021).

Terdapat hubungan antara status gizi ibu menyususi dengan

pengetahuan, maka makin banyak gizi maka yang di miliki ibu

13
menyusui maka sempakin baik pula status gizi ibu. Pengetahuan pada

dasarnya berupa hasil dari tahu yang terjadi setelah orang mengalami

pengindraan pada suatu objek tertentu menggunakan indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba , sebagian besar

pengetahuan didapat dari pendengaran serta penglihatan. kebiasaan

kesehatan juga dapat di pengaruhi terhadap pengetahuan yang menjadi

faktor presdiposes (Doloksaribu, 2018)

Banyak ibu di Indonesia tidak tahu tentang ASI eksklusif

menyusui program karena sedikit pengetahuan ibu berpengalaman

dalam menyusui serta gizi yang baik saat menyusui. Orang dengan gizi

baik dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas laktasi sehingga gizi

bayi juga menjadi baik (Gede et al., 2018).

Selama menyusui ibu harus mempunyai pengetahuan tentang

optimalisasi gizi, dan saat pemberian konseling kepada ibu baik secara

individu ataupun kelompok wajib menyertakan edukasi tentang

optimalisasi gizi. Masih banyak ibu yang tidak memperhatikan asupan

gizi dan pola makan selama masa menyusui. Karena pengetahuan ibu

sangat berpengaruh dengan optimalisasi gizi ketika sang ibu

mempunyai pengetahuan yang luas akan menjadi dasar menetukan

langkah optimaliasasi gizi (Zakiyah, 2020).

14
f. Faktor Aktivitas Fisik Ibu

Aktivitas fisik yaitu tiap gerakan tubuh yang di hasilkan pada otot

dan rangka tubuh yang memerlukan kekuatan dan energi. Pada masa

nifas aktivitas ibu nifas kurang baik sebagai ambulasi awal, istirahat,

tetapi beberapa kegiatan masih di hindari (Susulo & Murbiah, 2018).

Dalam penelitian Darmianti et al (2017) menyatakan aktivitas

fisik akan memengaruhi suatu asupan yang di makan, karena aktivitas

fisik yang berasal dari energi dan energi akan dibentuk dari asupan

makanan yang di konsumsi oleh ibu dan akan berpengaruh pada

produksi ASI. Ketika status gizi ibu bagus maka aktivitasnya pun akan

bejalan dengan lancar.

Dalam aktivitas fisik akan memengaruhi pemenuhan status gizi,

ketika seorang ibu yang aktivitasnya padat akan mengganggu proses

penemuhan gizi ibu dan akan berakibat pada bayi yang di beri ASI.

Dalam aktivitas fisik ibu juga harus di imbangi dengan pemenuhan gizi,

namun diluar sana masih banyak ibu yang tak menghiraukan masalah

itu, sehingga ibu akan asal-asalan makan dan tak memikirkan produksi

ASI yang harus di berikan kepada bayinya (Maharani et al., 2018).

g. Faktor Sikap Ibu

Menurut penelitian Rahayu et al (2019) menyatakan sikap ibu

terdapat hubungan dengan status gizi ibu menyusui dan status gizi bayi.

Sikap yaitu komponen yang mendahului perbuatan karena sikap akan

menunjukan perilaku ibu. Sikap ibu yang mendukung ASI lebih banyak

15
dan memberi ASI kepada bayinya secara eksklusif dibanding ibu yang

bersikap negatif/ tidak mendukung akan cenderung tidak memberi ASI

eksklusif dan memilih untuk memberi sufor ataupun yang lain.

Begitupun dalam pemenuhan status gizi terdapat sikap dalam tindakan

pemenuhanya.

Dalam penelitian Assriyah et al (2020) sikap yang mendasar pada

pemenuhan status gizi akan berakibat kurangnya produksi ASI serta

terganggunya proses menyusui sehingga pada keadaan itu ibu

merasakan kecemasan yang di akibatakan kurangnya sikap pemenuhan

gizi sehingga produksi ASI pada ibu tidak lancar.

Sikap seorang ibu akan berpengaruh dengan status gizi ibu

menyusui, karena dalam perilaku pasti disertai dengan pengetahuan

yang di miliki, pada sikap ibu yang di lakukan dalam pemenuhan gizi

akan berimbas dengan produksi ASI. Dalam pemenuhan status gizi

yang berhasi ibu pastinya memiliki sikap yang baik terhadap presepsi

dirinya (Haurissa et al., 2019).

h. Faktor Makanan Pantangan pada Daerah/Budaya

Pantangan makanan yaitu adat istiadat di beberapa daerah,

melarang ibu hamil ataupun ibu menyusui suatu makanan dengan

alasan tabuh atau pantangan contohnya mengonsumsi daun kelor

dengan alasan tabuh atau pantangan. Makanan pantangan tertentu dapat

memiliki efek negatif pada pola konsumsi makanan terlebih pada ibu.

Contohnya di Makasar daun kelor di anggap pantangan sebenarnya

16
daun kelor sangat baik bagi wanita hamil dan menyusui serta

pencegahan anemia (Fajar et al., 2018).

Di Kota Makasar mayoritas ibu menyusui pantang mengonsumsi

makanan yang amis-amis yang menurut warga sekitar akan

memengaruhi rasa dari air susu ibu, sebenarnya makanan tersebut

termasuk salah satu sumber protein hewani. Protein hewani yang

mempunyai kandungan berbagai asam amino esensial lengkap yang

dapat memenuhi unsur-unsur biologis yang merupakan protein lengkap.

Ibu menyusui juga mempunyai makanan pantangan sumber protein

nabati tertentu. Protein nabati yaitu jenis protein tidak sempurna karena

tidak mengandung asam amin esensial atau kandungan asan amino

esensial sangat rendah (Manggabarani et al., 2018)

Di masyarakat masih banyak yang mempercayai tentang

pantangan makan yang sebenarnya pendapat tersebut kurang tepat.

Biasanya wanita yang paska melahirkan tidak boleh makan yang berbau

amis seperti pantang makan ikan, telur dan daging yang di percayai

masyarakat sekitar akan membuat ASI bau dan amis yang sebenarnya

makanan tersebut sangat di butuhkan ibu yang sedang menyusui yang

sangat membutuhkan asupan zat gizi yang terkandung pada ikan, telur

dan daging walaupun tidak ada dasar ilmiah dan logis masyarakat

sekitar masih mempercayai tentang pantangan tersebut dan terpaksa ibu

paska melahirkan hanya makan tempe dan tahu (Dewi, 2021).

17
i. Faktor Dukungan Keluarga Kepada Ibu

Makanan yang diberikan kepada ibu menyusui haruslah

mengandung cukup kalori yang berfungsi sebagai pengganti energi

yang keluar maupunyang di butuhkan untuk menghasilkan ASI. Dari

pihak keluarga, pemerintahan masayarakat harus memberikan

dukungan kepada ibu menyusui. Fasilitas khusus yaitu pada tempat ibu

menyusui itu bekerja. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi

status gizi seorang ibu disaat menyusui, diantaranya yaitu kurang

pengetahuan pada ibu, kurang rasa percaya diri/sikap,serta kurang

dukungan dari keluarga dan lingkungan pada saat proses ibu menyusui

(Ratna, 2020).

Dukungan keluarga dapat menjadi salah satu bentuk emosional

ibu pada saat memberikan ASI. Terdapat 4 fungsi dukungan meliputi

dukungan informasi, dukunga istrumental, dukungan penilaian dan

dukungan emosional. Jika ibu terganggu emosinya, maka kondisi

tersebut akan menyebabkan proses let down reflexI yang akan berakibat

ASI tidak lancar bahkan tidak keluar sehingga bayi tidak mendapat ASI

dalam jumlah yang cukup (Rafsanjani, 2018).

Dalam penelitian Wakano et al (2021) dukungan suami sangatlah

berpengaruh pada minat pemberian ASI dan pemenuhan nutrisi pada

ibu menyusui. Sehingga pada pemenuhan nutrisi pada ibu yang akan

berakibat baik pada produksi ASI.

18
Dukungan sosial dan keluarga yang yang efektif dengan di

padukan dengan bimbingan dan praktisis terampil akan meningkatkan

motivasi pada ibu dalam menyusui secara eksklusif. Dalam dukungan

psikologis tersebut akan membuat ibu mempersiapkan nutrisinya

dengan baik (Anggraeni et al., 2020).

j. Faktor Tingkat Psikologis Ibu

Tingkat psikologis ibu akan berubah-ubah setelah melahirkan

baik secara fisik, emosional, maupun perilaku. Yang sering terjadi yaitu

timbulnya kecemasan pada ibu yang akan berakibat kehilangan nafsu

makan dan kurangnya produksi ASI yang akan diberikan ke bayi. Hal

tersebut banyak terjadi pada ibu yang berstatus primigravida yang

merasa dirinya belum mampu mengurus anak dan terdapat kehawatiran

yang berlebihan pada ibu. Primigravida yaitu ibu yang pertama kali

mengalami kehamilan (Rahayu et al., 2017).

Penelitian Rahmadani et al (2020) cemas merupakan gangguan

alam perasaan ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang

berlebihan. Gejala kecemasan dapat di tandai dengan gejala fisik dan

gejala behavior. Pada gejala fisik diantaranya gelisah, anggota tubuh

berkeringat, tubuh bergetar, detak jantung berdetak kencang panas

dingin, cepat tersinggung, dll. Sedangkan gejala behavior seperti

perilaku menghindar, terguncang, dan perilaku kognitif lainya.

19
B. Kerangka teori

ASI sangatlah penting bagi tumbuh kenbang bayi baru lahir yang sangat

membutuhkan ASI, karena ASI yaitu makanan terbaik bagi bayi baru lahir

sampai berumur 6 bulan. Namun dalam pemenuhan ASI yang mencukupi juga

harus diperhatikan asupan gizi bagi ibu. Dalam inu memenuhi asupan nutrisi

pasti terdapat beberapa masalah atau faktor yang memengaruhi dalam

pemenuhan asupan nutrisi tersebut. Faktor tersebut dianataranya faktor tingkat

pendidikan , pengetahuan, pendapatan ekonomi, tingkat psikologi, umur ibu,

sikap ibu, makanan pantangan yang sudah ada dari dulu didaerah tersebut,

dukungan keluarga kareana dengan dukungan keluarga akan menambah

kepercayaan ibu dalam menyusui, dan pekerjaan ibu ketika ibu pekerja akan

jarang memperhatikan asupan nutrisi untuk meningkatkan produksi ASI

20
tingkat pendidikan

pengetahuan
Pemilihan asupan
Umur ibu
gizi yang tepat

Pendapatan
ekonomi

Sikap ibu Hubungan


pemenuhan status
gizi ibu
Makanan pemenuhan status
pantangan gizi
Tingkat psikologis
Produksi ASI

Dukungan keluarga

Nutrisi bayi
Pekerjaan ibu
Kehilangan energi
Aktivitas fisik

(Sumber : Samiun et al., 2019; Wakano et al., 2021;Muhith et al., 2012; Pangestuti &
Pradigdo, 2016; Putri et al., 2019; Rahayuningsih, 2017; Rahmawati & Suciara, 2020)

Gambar 1 Kerangka Teori

keterangan :

: yang di teliti

: tidak di teliti

21
Dalam pembahasan ini menurut kerangka teori tingkat pendidikan,

pengetahuan, umur ibu akan pemilihan asupan gizi, sikap ibu makanan pantangan

tingkat psikologis dukungan keluarga akan berpepengaruh pada pemenuhan status

gizi, seta pekerjaan ibu dan aktivitas fisik akan membuat hilangnya energi dalam

semua faktor yang akhirnya akan memengaruhi pemenuhan status gizi dan akan

berpengaruh pada produksi ASI yang di berikan kepada bayi sebagai sumber gizi

bayi.

C. Hipotesis

1. Ada hubungan Faktor Umur ibu yang memengaruhi status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

2. Ada hubungan Faktor Pendidikan yang memengaruhi status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

3. Ada hubungan Faktor Pendapatan ekonomi keluarga yang memengaruhi

status gizi ibu menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

4. Ada hubungan Faktor Pekerjaan ibu yang memengaruhi status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

5. Ada hubungan Faktor Pengetahuan yang memengaruhi status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

6. Ada hubungan Faktor Aktivitas fisik ibu yang memengaruhi status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

7. Ada hubungan Faktor Sikap ibu yang memengaruhi status gizi ibu menyusui

diwilayah kerja puskesmas Kaloran

22
8. Ada hubungan Faktor Makanan pantangan daerah/ budaya sekitar yang

memengaruhi status gizi ibu menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran.

9. Ada hubungan Faktor Tingkat Dukungan keluarga pada ibu yang

memengaruhi status gizi ibu menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

10. Ada hubungan Faktor Tingkat Psikologis yang memengaruhi status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja puskesmas Kaloran

11. Terdapat faktor yang paling memengaruhi status gizi ibu menyusui

diwilayah kerja puskesmas Kaloran.

23
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitiam ini menurut teori status gizi ibu menyusui

yaitu faktor pendidikan, pengetahuan gizi ibu, pendapatan ekonomi keluarga,

umur ibu, sikap ibu,makanan pantangan pada daerah/budaya, dukungan

keluarga kepada ibu, tingkat psikologis ibu, pekerjaan ibu, dan aktivitas ibu

B. Variabel Penelitian

Variabel independen Variabel dependen

Faktor yang mempengaruhi status


Status gizi ibu menyususi
gizi ibu menyususi
1. Indeks masa tubuh
1. faktor pendidikan
2. Asupan nutrisi
2. pengetahuan gizi ibu
3. Kelancaran ASI
3. pendapatan ekonomi keluarga
4. umur ibu
5. sikap ibu,
6. makanan pantangan pada
daerah/budaya
7. dukungan keluarga kepada ibu
8. tingkat psikologis ibu
9. pekerjaan ibu
10. aktivitas fisik ibu

Gambar 2 Variabel Penelitian

24
C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian jenis kuantitatif studi lapangan (field

study) yang mula-mula disusun desain penelitian yang akan dilaksanakan

study lapangan dengan menggunakan kuesioner (Darmalaksana, 2020).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penelitian purposive sampling .

yang dalam pengambil data memepertimbangkan dan memiliki kriteria yaitu

ibu menyusui bayi yang berumur 0-2 tahun (Rosdianto et al., 2017)

Penelitian bertujuan mengetahui fakator-faktor yang berhubungan

dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran. Desain

penelitian menggunakan cross sectional yaitu pengamatan, pengukuran dan

pencatatan terhadap setiap variable bebas dan variabel terikat yang di lakukan

secara bersamaan dan pengukuran di lakukan sekali terhadap peneliti.

D. populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu menyusui bayi berumur

dibawah 2 tahun diWilayah Kerja Puskesmas Kaloran sebanyak 357

orang data dari bulan Juni – Agustus tahun 2021 dari hasil survei data di

Puskemas Kaloran.

2. Sampel

Kriteria sampel

Sampel dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan dan diambil

dengan teknik penelitian purposive sampling minimal sebanyak 79 ibu

25
menyusui menggunakan kriteria ibu menyususui bayi di bawah umur 2

tahun.

Kriteria Insklusi

1) Berdomisili di daerah wilayah kerja puskesmas kaloran

2) Ibu mempunyai anak berusia di bawah 2 tahun dan masih menyusui

Kriteria Ekslusi

1) Bersedia menjadi responden

Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus SLOVIN

minimal sebanyak 79 orang yang di dapatkan dari perhitungan

sample
𝑁
keterangan : n = 1+𝑁𝛼2

n = sampel minimal

N = ukuran populasi

e = batas toleransi eror 10% (0,10)


𝑁
n=
1+𝑁𝑒 2

357
= 1+357(0,10)2

= 78,11

= 79

Berdasarkan hasil yang didapatkan untuk sampel penelitian

minimal responden sebanyak 79 orang .

26
E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu penelitian di laksanakan mulai bulan November, dengan waktu

pengambilan data penelitian adalah November – Desember 2021

2. Tempat

Penelitian ini dilakasanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran

F. Definisi Oprasional Dan Definisi Istilah

Adapun definisi oprasional variabel dalam penelitian ini dikatagorikan pada

kolom sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi oprasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1 Umur Jumlah Umur Menggunakan 1. Resiko rendah :

Nominal
responden saat ini data sekunder umur 17- 35
sesuai dengan umur ibu 2. Resiko tinggi :
saat menyusui sesuai umur 36-55
yang di sebutkan
responden
2 Pekerjaa Status pekerjaan ibu Menggnakan 1. tidak bekerja:
n yang memengaruhi data sekunder adalah ibu rumah
perhatian ibu dalam dengan tangga
mengonsumsi makanan menanyakan 2. bekerja: adalah
bergizi terkait dengan pekerjaan ibu PNS, karyawan,
lamanya bekerja saat ini petani/buruh
Ordinal

Ordinal

3 Pendidik tingkat pendidikan Menggnakan 1. Pendididkan tinggi


an formal tertinggi sudah data sekunder : SMA/K, D3, S1,
diselesaikan tingkat S2, S3
berdasarkan keterangan pendidikan 2. Pendidikan rendah
responden responden : tidak sekolah, SD,
SMP,
4 Pendapat Jumlah pendapatan mengunakan 1. tinggi: ≥ UMK
an tetap dan sampingan data sekunder kabupaten
ekonomi dari kepala keluarga, dengan cara Temanggung
ibu dan anggota menanyakan (1,825,200)
keluarga dalam satu kepada 2. rendah: < UMK
bulan responden kabupaten
Temanggung
(1,825,200)

27
No Variabel Definisi oprasional Alat ukur Hasil ukur Skala
5 Pengetah tingkat kemampuan Pertanyaan 1. baik = 57-100%
uan responden untuk seputar 2. kurang = <56%
menjawab pertanyaan menyusui dan
dengan benar mengenai pemenuhan
status gizi yang harus atatus gizi
dikonsumsi ibu (BATUBARA,
menyusui 2018)
6 Aktivitas Kegiatan sehari-hari Pertanyaan 1. baik = 57-100%
fisik yang di lakukan pada mengenai 2. kurang = <56%
saat menyusui dengan aktivitas fisik
pemenuhan asupan gizi apa saja yang di
ibu menyusui lakukan

Ordinal
7 Sikap ibu Sikap ibu dalam Pertanyaan 1. baik = 57-100%
mengonsumsi makanan mengenai sikap 2. kurang = <56%
untuk meningkatkan kepedulian pada
status gizi untuk ibu saat menyusui
menyusui dengan (MULYANI,
menjawab pertanyaan 2017)
berdasarkan pengakuan
responden
8 Dukunga Keadaan keluarga Pertanyaan 1. baik = 57-100%
n bagaimana dukungan mengenai 2. kurang = <56%
keluarga keluarga terkai dengan bagaimana
status gizi ibu tinggat
menyusui kepedulian
asupan gizi pada
ibu(SIANTURI,
2019)
9 Makan Makanan pantangan Kuesioner 1. Tidak ada
pantanga apasaja yang mungkin mengisikan 2. Ada
n tidak boleh di apakah ada
konsumsi dan apakah makanan
makanan itu memiliki pantangan
tingkat kandungan daerah
nutrisi ibu menyusui tersebut(MUBA
ROKAH, 2019)
10 Tingkat Tingkay psikologi ibu Pertanyaang 1. baik = 57-100%
Psikologi dalam menghadapai seputar 2. kurang = <56%
s situasi setelah kecemasan yang
melahirkan dan akan
keadaan lingkungan memengaruhi
sekitar yang dapat psikologis ibu
memengaruhi nafsu (TAMBARU,
makan ibu dalam 2020)
mengonsumsi zat gizi

28
G. Instrumen /Alat Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden atau hal-hal yang

responden ketahui. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan

penting, yaitu valid dan reliabel. Instrumen ini dibuat sendiri oleh peneliti,

dan telah dilakukan terlebih dahulu uji kemampuan instrumen. Kuesioner

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner untuk mengukur tingkat

pengetahuan ibu menyusui.

H. Metode Pengumpulan Data

Yang di lakukan pengamatan populasi atau sampel hanya satu kali saja

dilakukan diwilayah Kerja Puskemas Kaloran pada November 2021 sampai

dengan Desember 2021. Sampel dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan

dan diambil dengan teknik penelitian purposive sampling minimal sebanyak

79 ibu menyusui menggunakan kriteria ibu menyususui bayi di bawah umur 2

tahun.

1. Metode pengumpulan data

a. Pengumpulan suatu artikel, studi pendahuluan, konsultasi dengan

dosen pembimbing mengenai proposal penelitian.

b. Mengurus permohonan penelitian diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran Kabupaten Temanggung, menurus surat – surat izin.

29
c. Peneliti melaksanakan pengambilan data untuk uji validitas dengan

datang ke rumah respoden diwilayah kerja puskesmas Kaloran

Kemudian melakukan uji validitas

d. Peneliti melakukan permohonan izin kepada kepala Dinas Kesehatan

Temanggun untuk melaksanakan penelitian di wilayahnya.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti memperoleh data jumlah ibu menyusui dan informasi kader

posyandu lewat pihak Puskesmas Kaloran.

b. Peneliti melakukan pendekatan kepada kader posyandu di daerah

Kecamatan Kaloran untuk mendapatkan informasi tentang data

responden yaitu ibu menyusui

c. Melihat buku register untuk mendapatkan informasi tanggal lahir

balita yang masih menyusui untuk mengetahui umur bayi

d. Peneliti melakukan pengumpulan data secara door to door kepada

responden

e. Menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat penelitian,

dan aturan-aturan yang harus dipenuhi responden bila bersedia

menjadi responden penelitian.

f. Memberikan surat permohonan menjadi responden penelitian dan

informed consent untuk ditandatangani responden sebagai tanda

bukti bersedia menjadi responden penelitian.

30
g. Peneliti memberikan kuesioner, menjelaskan cara pengisian

kuesioner untuk dijawab dengan ditunggu oleh peneliti atau asisten

peneliti.

h. Responden mengisi kuesioner & mengerjakan soal dalam waktu

kurang lebih 20-30 menit. Mengecek kembali kelengkapan jawaban

dan dikumpulkan.

i. Memberikan souvenir kecil berupa mangkuk kaca sebagai tanda

ucapan terimakasih.

3. Tahap pengolahan dan analisa data

Melakukan tahap pengolahan data mulai dari kegiatan editing,

scoring, transfering, dan tabulating serta menganalisa data.

4. Tahap penyajian hasil pengolahan dan analisa data

Menyajikan hasil pengolahan data dengan menguraikan dan

menyusun data dalam bentuk tabel dan penjelasannya terhadap data yang

telah dianalisis.

5. Tahap penyelesaian

a. Konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing dan revisi

hasil penelitian.

b. Melakukan sidang hasil penelitian, revisi hasil penelitian, dan

pengesahan hasil penelitian.

I. Analisa Data

a. Analisa univariat

31
Bertujuan untuk menjelaskan karakter masing-masing variabel

penelitian menggunakan cara yang sederhana sehingga mudah dibaca,

mudah melihat gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel

penelitian, yang meliputi umur, pekerjaan, , tingkat pendidikan, ekonomi

keluarga, pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu, makanan pantangan,

dukungan keluarga, tingkat psikologis

b. Analisa Bivariat

Tujuan dari analisa ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan yang signifikan variabel independen dengan variabel

dependen. Untuk analisis bivariat di gunakan uji statistik chi-square, dan

gunakan batas kemampuan untuk melihat nilai signifikansi statistis.

Maka, apabila hasil perhitungan menunjuakan p<α = 0,05, artinya

terdapat hubungan yang signifikan secara statisti antara kedua variabel

yang di uji yaitu umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, ekonomi keluarga,

pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu, makanan pantangan, dukungan

keluarga, tingkat psikologis.

c. Analisa Multivariat

Tujuan analisa ini untuk mendeskripsiskan data secara sederhana

untuk menemukan pola di dalam data. Uji analisa ini Untuk menentukan

faktor yg paling memengaruhi

J. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang

dipegang, (Hamdi, n.d.2019) yakni :

32
1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan melakukan penelitian tersebut.

Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk memeberikan

infiormai atau tidak. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat

dan martabat subjek penelitian, mempersiapkan formulir persetujuan

subjek (informed consent) yang mencakup:

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Menjelaskan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan

c. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan

Menjaga setiap privasi dan ke rahasiaan responden karena setiap

orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan. Setiap orang berhak tidak memberitahukan apa yang yang

di ketahui kepada orang lain, maka penelitian ini tidak menampilkan

informasi mengenai identitas serta kerahasiaan subjek. Nama responden

hanya diisi nama inisial, peneliti hanya menggunakan data untuk

keperluan penelitian saja.

3. Keadilan dan keterbukaan

Peneliti akan menjelaskan tatacara penelitian kepada semua

subjek penelitian. Prinsip yang di jalankan yaitu prinsip keadilan

33
menjamin semua subjek penelitian akan memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama tanpa membedakan agama, etnis, dan

sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian

Peneliti berusaha merendahkan dampak yang merugikan bagi

subjek, dengan melaksanakan penelitian dengan tepat waktu. Segala

informasi yang di peroleh pada saat penelitian hanya di gunakan untuk

keperluan penelitian

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Kaloran pada bulan

November 2021 sampai dengan Desember 2021 dengan jumlah 90 responden

dengan mengambil diwilayah RW.01, 04, 05, 07, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang memengaruhi

status gizi ibu menyusui pada ibu yang mempunyai anak di bawah 2 tahun sebagai

berikut

A. Karakteristik respondem berdasarkan umur, pekerjaan, pendidikan,


ekonomi keluarga, data IMT ibu, pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu,
dukungan keluarga, makanan pantangan, tingkat psikologi
Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan pada satu variabel saja yang

bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik tiap variabel. Data

univariat ini meliputi umur, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan, data IMT ibu, pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu, dukungan

keluarga, makanan pantangan, tingkat psikologi

Tabel 4. 1 Distributif Frekuensi Karakteristik Antara Faktor Yang Memengaruhi


Status Gizi Ibu Menyusui Diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran Tahun 2021 (N=90)

Variabel Jumlah Prosentase


Umur
Resiko rendah 70 77,8%
Resiko tinggi 20 22,2%
Jumlah 90 100%

Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 69 76,6%
Bekerja 21 23,3%
Jumlah 90 100%

35
Variabel Jumlah Prosentase
Pendidikan
Pendidikan tinggi : SMA/K, D3, S1, S2, S3 39 43,3%
Pendidikan rendah : tidak sekolah, SD, SMP 51 56,7%
Jumlah 90 100%
Ekonomi keluarga
Tinggi 22 24,4 %
Rendah 68 75,6 %
Jumlah 90 100%
IMT ibu
Ideal 31 34,4%
Tidak ideal 59 65,6 %
Jumlah 90 100%
Penngetahuan
baik = 57-100% 71 78,9 %
kurang = <56% 19 21,1 %
Jumlah 90 100 %
Aktivitas fisik
Tidak mengganggu 77 85,6 %
Mengganggu 13 14,5 %
Jumlah 90 100 %
Sikap ibu
baik 82 91,1%
kurang 8 8,9 %
Jumlah 90 100 %
Pantangan makanan
Tidak Ada 16 17,7 %
Ada 74 82,2 %
Jumlah 90 100%
Dukungan keluarga
Baik 73 81,1 %
Kurang 17 18,9%
Jumlah 90 100%
Tingkat psikologis
Tidak cemas 56 62,2 %
Cemas 34 37,8%
Jumlah 90 100 %
Berdasarkan tabel 4.1 menyatakan bahwa sebagian besar umur ibu

menyusui diwilayah kerja puskesmas kaloran berumur resiko rendah yaitu 70

(77,8 %), sebanyak 69 responden (76,6%) tidak bekerja, sedangkan 51 responden

(56,7%) berpendididkan rendah, sebagian besar keluarga menyatakan

berpendapatan rendah yaitu 68 responden (75,6%). Sebagian ibu memiliki status

gizi tidak ideal sebesar 59 responden (65,6%), dalam pengetahuan ibu mengenai

36
status gizi dominan baik 71 responden (78,9%) memiliki pengetahuan baik,

mengenai aktivitas fisik ibu sebagian besar ibu tidak terganggu aktivitasnya 77

responden (85,6%), sebagian besar sikap ibu baik yaitu 82 responden (91,1%),

sebagian besar terdapat makanan pantangan dalam daerah tersebut yang harus di

hindari pada saat menyusui sebanyak 74 responden (82,2%), sebagian besar ibu

menyusui mendapatkan dukungan keluarga dengan baik yaitu 73 responden

(81,1%), sedangkan tingkat psikologis ibu mengenai kecemasan pada saat

menyusui 56 responden (62,2%) tidak mengalami cemas yang berlebihan.

B. Hubungan umur, pekerjaan, pendidikan, ekonomi keluarga, pengetahuan,


aktivitas fisik, sikap ibu, dukungan keluarga, pantangan makanan, serta
tingkat psikologi dengan status gizi ibu menyusui
Hasil uji Bivariat menggunakan uji kolerasi Chi-Square tentang faktor-

faktor yang memengaruhi status gizi ibu menyusui diwilayah kerja puskesmas

Kaloran dengan variabel independen umur, pekerjaan, pendidikan, ekonomi

keluarga, pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu, dukungan keluarga, pantangan

makanan, serta tingkat psikologi kecemasan dan variabel dependennya yaitu IMT.

Tabel 4. 2 hubungan antara faktor yang memengaruhi status gizi ibu menyusui diwilayah
kerja puskesmas kaloran tahun 2021 (n=90)

Status Gizi Umur


Resiko rendah Resiko tinggi Total p-value
F % F % F %
Ideal 26 37,1 5 25,0 31 34,4 0,314
Tidak ideal 44 62,9 15 75,0 59 65,6

Pekerjaan
Status Gizi Tdk bekerja Bekerja Total p-value
F % F % F %
Ideal 25 36,2 6 28,6 31 34,4 0,518
Tidak ideal 44 63,8 15 71,4 59 65,6

37
Pendidikan
Status Gizi Tinggi Rendah Total p-value
F % F % F %
Ideal 13 33,3 18 35,3 31 34,4 0,846
Tidak ideal 26 25,6 33 64,7 59 65,6
Ekonomi
Status Gizi Tinggi Rendah Total p-value
F % F % F %
Ideal 8 36,4 23 33,8 31 34,4 0,827
Tidak ideal 14 63,6 45 66,2 59 65,6
Pengetahuan
Status Gizi Baik Kurang Total p-value
F % F % F %
Ideal 26 36,6 5 26,3 31 34,4 0,401
Tidak ideal 45 63,4 14 73,7 59 65,6
Aktivitas Fisik
Status Gizi Tdk Mengganggu Mengganggu Total p-value
F % F % F %
Ideal 23 29,9 8 61,5 31 34,4 0,026
Tidak ideal 54 70,1 5 38,5 59 65,6
Sikap Ibu
Status Gizi Baik Kurang Total p-value
F % F % F %
Ideal 26 31,7 5 62,5 31 34,4 0,080
Tidak ideal 56 68,3 3 37,5 59 65,6
Pantangan Makanan
Status Gizi Ada Tidak Ada Total p-value
F % F % F %
Ideal 14 87,5 17 23,0 31 34,4 0,000
Tidak ideal 2 10,5 57 77,0 59 65,6
Dukungan Keluarga
Status Gizi Baik Kurang Total p-value
F % F % F %
Ideal 27 37,0 4 23,5 31 34,4 0,293
Tidak ideal 46 63,0 17 76,4 59 65,6
Tingkat Psikologi
Status Gizi Tidak Cemas Cemas Total p-value
F % F % F %
Ideal 29 51,8 2 5,9 31 34,4 0,000
Tidak ideal 27 48,2 32 94,1 59 65,6

Berdasarkan dari tabel 4.3 di dapat dari variabel independen umur dapat

menunjukan bahwa dominan ibu menyusui berumur resiko rendah dan memiliki

nilai IMT tidak ideal sebanyak 44 responden (63,8%) jumlah tersebut lebih besar

di banding ibu menyusui yang memiliki nilai IMT ideal yang bearada di umur

resiko rendah dengan 26 responden (37,1%), selanjutnya hasil P-value 0,314 (P <

38
0,05) yang menunjukan tidak terdapat hubungan antara umur dengan status nutrisi

ibu menyusui.

Berdasarkan dari variabel pekerjaan ibu, di dapatkan dominan ibu tidak

bekerja yang memiliki status gizi tidak ideal yaitu 44 responden (63,8%)

,sedangkan ibu yang mempunyai status gizi ideal sebanyak 25 responden (26,2%)

untuk nilai P-value 0,518 (<0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara pekerjaan dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja

Puskesmas Kaloran.

Berdasarkan dari variabel pendidikan ibu, didapatkan bahwa pendidikan

ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran yaitu dominan memiliki tingkat

pendididkan rendah yaitu 51 responden (56,7%) dari jumlah tersebut memiliki

status gizi ideal sebanyak 33 responden (64,7%) untuk nilai P-value 0.846 (<0,05)

yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan status gizi

ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

Berdasarkan dari variabel ekonomi keluarga, di dapatkan ekonomi rendah

yang paling tinggi berjumlah 68 responden (75,6%) dari pada ekonomi tinggi 22

responden dalam ekonomi rendah memiliki status gizi tidak ideal sebanyak 45

responden (66,2%) untuk nilai P-value 0,827 (<0,05) menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara ekonomi dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja

Puskesmas Kaloran.

Berdasarkan dari variabel pengetahuan di dapatkan dominan ibu diwilayah

Kerja Puskesmas Kaloran berpengetahuan baik yaitu 71 responden (78,9%) dalam

39
jumlah tersebut memiliki status gizi tidak ideal sebanyak 45 responden (63,4%)

,untuk nilai P-value 0,401 (<0,05) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pengetahuan dengan status gizi ibu menyusui diwilayah

Kerja Puskesmas Kaloran.

Berdasarkan dari variabel aktivitas fisik ibu didapatkan hasil lebih banyak

tidak terganggu dengan aktivitas fisik ibu menyusui yaitu 77 responden (85,6%),

yang memiliki status gizi tidak ideal sebanyak 54 responden (70,1%) untuk nilai

P-value 0,026 (<0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

aktivitas fisik dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran.

Berdasarkan dari variabel sikap ibu terhadap asupan gizi dominan berikap

baik dengan 82 responden (91,1%) memiliki status gizi tidak ideal sebanyak 56

responden (68,3%) sedangkan yang ideal yaitu 26 responden (31,7%), untuk nilai

P-value 0,0,80 (<0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap ibu terhadap status gizi ibu menyusui dengan skala IMT

diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

Berdasarkan dari variabel pantangan makanan menunjukkan terbanyak

terdapat pantangan makanan pada responden sebanyak 74 responden (82,2%)

pada status gizi tidak ideal sebanyak 57 responden (77,0%) , untuk nilai P-value

0,000 (<0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pantangan makanan

dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

40
Berdasarkan dari variabel dukungan keluarga terhadap asupan gizi ibu

menyusui yang terbanyak yaitu 73 responden (81,1%) dukungan keluarga dengan

sataus gizi tidak ideal sebanyak 46 responden (63,0%) dan pada status gizi ideal

sejumlah 27 responden (37,0%) , untuk nilai P-value 0,293 (<0,05) yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan

keluarga dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

Berdasarkan dari variabel tingkat psikologi menunjukkan dominan ibu

menyusui tidak cemas pada saat menyusui sebanyak 56 responden (62,2%) yang

memiliki status gizi tidak ideal yaitu 29 responden (75,0), untuk nilai P-value

0,000 (<0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat psikologi

dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran.

C. Faktor yang paling memengaruhi status gizi ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Kaloran tahun 2021
Sebelum di lakukan uji multivariat setiap variabel di pilih untuk

menentukan kandidat variabel yang akan di ujikan multivariat ketentuan untuk di

lakuakan uji multivariat yaitu variabel yang di uji kolerasi chi-square dengan hasil

p value kurang dari 0,25. Namun dalam teori serta ke leabilitasan variabel .

Sehingga kandidat variabel yang akan diuji multivariat dengan nilai <0,25

variabel berikut:

41
Tabel 4. 3 Daftar Multivariat

Variabel P value
Aktivitas fisik 0,026
Sikap ibu 0,080
Dukungan keluarga 0,293
Ekonomi keluarga 0,827
Pengetahuan 0,401
Pantangan makanan 0,000
Tingkat psikologis 0,000

Tabel 4. 4 Hasil Uji Regresi Logistik Tingkat Psikologi Dan Aktivitas Fisik Dengan
Status Gizi Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran Tahub 2021 (N=90)

Variabel Wald df Sig Exp(B) 95% CL


Lower Upper
Aktivitas fisik 2,877 1 0,090 0,241 0,047 1,247
Sikap ibu 0,046 1 0,829 0,793 0,096 6,553
Dukungan keluarga 0,567 1 0,452 2,063 0,313 13,594
Ekonomi keluarga 1,478 1 0,224 0,393 0,087 1,772
Pengetahuan 0,001 1 0,981 0,983 0,228 4,230
Pantangan makanan 8,484 1 0,004 17,386 2,545 118,764
Tingkat psikologis 7,590 1 0,006 10,711 1,982 57,868
Konstanta 2,596 1 0,107 0,008

Berdasarkan hasil analisis multivariat yang menggunakan uji regresi logistik

berganda di peroleh variabel pantangan makanan di dapatkan nilai p value 0,004

(<α=0,25) dan OR 17,386 yang berarti pantangan makanan berpengaruh 17,386

kali terhadap peningkatan status gizi ibu menyusui di banding dengan variabel

yang lain.

42
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini membahas tentang bagaimana hasil keterkaitanya suatu

variabel independen beserta variabel dependen dalam uji univariat yang sudah

di bahas pada bab sebelumnya, dalam variabel dependen saya mengguanakan

data IMT sedangkan variabel independenya yaitu meliputi umur, pekerjaan ibu,

pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu,

dukungan keluarga, makanan pantangan dan tingkat psikologi.

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil

Analisis univariat yaitu analisis yang menggunakan satu variabel beserta

tujuan untuk mengetahui serta mengidentifikasi karakteristik dari tiap variabel.

Data univariat ini meliputi umur, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan, data IMT ibu, pengetahuan, aktivitas fisik, sikap ibu, dukungan

keluarga, makanan pantangan, tingkat psikologi

1. Hubungan antara makanan pantangan dengan status gizi ibu

menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

Hasil dari penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran dominan

memiliki makanan pantangan yang harus di hidari pada saat masih

menyusui sebanyak 76,7%. Asumsi peneliti ketika makin banyak jenis

makanan pantangan maka akan mengurangi pemenuhan gizi pada ibu

menyusui tersebut.

43
Dalam hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square di dapat p-

value 0,000 (<p 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

terdapat hubungan bermakna antara makanan pantangan terhadap status

gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran Kabupaten

Temanggung tahun 2021.

Penelitian Kassa et al (2020) sejalan dengan penelitian ini yang

memiliki anjuran dan pantangan makanan pada saat menyusui. Pada

halnya kadang pantangan makanan memiliki gizi yang baik pada tubuh.

Namun setiap daerah memiliki pantangan yang berbeda beda pantangan

makan dan budayanya.

Pada penelitian Maulida dan Kusumadewi (2021) sejalan dengan

penelitian ini yang menyatakan terdapat budaya yang kental pada suatu

daerah. Secara tidak langsung budaya memberikan garis pengaruh dalam

berbagai masalah. Yang tiap golongan masyarakat memiliki klasifikasi

konsumsi yang di definisikan secara adat istiadat. Setiap kebudayaan

memiliki penilaian tentang suatu makanan yang di makan serta bahayanya.

Penelitian Ibrahim et al (2021) sejalan dengan penelitian ini yang

menyatakan terdapat makanan pantangan yang seharusnya baik untuk

status gizi ibu menyusui, namun dengan adanya kepercayaan tersebut

mengakibatkan kurangnya pemenuhan satus gizi yang di butuhkan.

Umumnya tradisi berjalan turun temurun ke anak cucu dan

seterusnya. Tradisi yang berjalan di suku jawa tepatnya di jawa tengah

terdapatnya pantangan makanan berupa makanan pedas, makanan yang

44
terlalu asin, serta makanan yang amis amis, ketika ingin makan ikan ikan

diperbolehkan makan ikan yang tidak bersisik (Novitasari & Pratiwi,

2019).

Didaerah pedesaan masih kental dengan tradisi pantangan makan

bagi ibu hamil maupun ibu menyusui. Walaupun memang ada yang

menyadari makanan tersebut sebenarnya lebih begizi daripada makanan

yang diperbolehkan dimakan. Namun erat kaitanya mereka masih

mendengarkan kata orang tua sudah mengalaminya, dari hasil wawancara

di Pati berkata “ perkataan orang tua itu mujarab”. Sehingga dari hal

tersebut pemenuhan gizi akan terganggu atau kurang (Mardiyati et al.,

2019).

Di Jawa Tengah tepatnya di Pekalongan terdapat pantangan

makanan pada ibu menyusui tidak di perbolehkan makan telur dan

beberapa pantang makanan lain. Alasan tersebut karena makanan tersebut

akan berdapak negatif pada ibu, karena nasihat orangt tua atau mertua,

serta menghormati budaya dan orang-orang sekitar (Kristiyanti &

Khuzaiyah, 2018).

Di Surabaya pantangan makanan di lakukan karena adanya

kepercayaan atau mitos dari kebudayaan sekitar. Sehingga pantangan

makanan tersebut masih di jalankan. Misalnya tidak di perbolehkan makan

sayuran, buah, ikan dan makanan tertentu yang menurut kepercayaan tidak

baik bagi ibu menyusui. Dalam hal tersebut akan menjadi kebiasaan turun

temurun kepada anak cucu (Marcelina & Nisa, 2018).

45
2. Hubungan antara Umur dengan status gizi ibu menyusui di Wilayah

Kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

Dalam hasil penelitian ini di dapatkan 77,8% yang berumur resiko

rendah dengan terdapat status nutrisi tidak ideal 63,8% dari responden

yang umur resiko rendah . Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square

di dapat p-value 0,314 (<p 0,05) sehingga Ho di terima dan Ha di tolak

yang berarti tidak terdapatnya hubungan bermakna antara umur ibu

menyusui dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun 2021.

penelitian Rohman et al (2018) sepemikiran mengenai penelitian ini

yang menunjukan tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara umur

dan ststus gizi ibu menyusui. hubungan umur dengan status gizi ibu

menyusui sebagaimana teori menyatakan bahwa usia ibu pada resiko

rendah ketika usia 20 – 35 merupaka usia reproduktif yang sehat bagi

seorang wanita.

Namun penelitian Lamani et al (2021) sepemikiran mengenai riset

ini yang menunjukan tidak terdapat hubungan signifikan antara umur dan

status gizi ibu menyusui. Karena pengetahuan tidak menjamin

pengetahuan anatara umur yang resiko rendah dan resiko tinggi. Dalam

pemenuhan gizi juga menurut sikap yang di miliki seseorang tersebut.

Pada penelitian Angio dan Sukesi (2018) sejalan dengan penelitian

ini. Dalam penelitian ini juga memebahas tentang usia produktif yang baik

pada umur 20 – 24 tahun, diumur tersebut terdapat kematangan dalam

46
befikir, psikologis, menentukan keputusan, karena mempunyai

kemampuan menyelaraskan diri mengenai keadaan dan kondisi yang

terjadi.

3. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi ibu menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian di ketahui dominan ibu menyusui tidak

memiliki pekerjaan atau menjadi ibu rumah tangga sebesar 76,6% , dengan

skala IMT normal 71,0% pada ibu yang tidak bekerja. Hasil uji statistik

menggunakan uji Chi-square didapat p-value 0,519 (<p 0,05) sehinga Ho

di terima dan Ha ditolak yang berarti tidak adanya hubungan bermakna

mengenai pekerjaan ibu dengan status gizi ibu menyusui diwilayah Kerja

Puskesmas Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2021.

Penelitian Handayani dan Sari (2019) sepemikiran mengenai hasil

riset ini yang tidak ada hubungan dengan status gizi ibu menyusui, dalam

penelitian sebelumnya bekerja tidak bekerja tidak memengaruhi

pemenuhan gizi . karena berbagai pekerjaan belum tentu mengganngu

pemenuhan gizi

Penelitian Hayu et al (2020) sejalan dengan penelitian ini. Berbagai

pekerjaan yang dapat di lakuan diluar atau dirumah untuk memenuhi

kebutuhan hidup, ibu yang bekerja dirumah atau tidak bekerja memiliki

kemungkinan besar dapat memenuhi status gizi ibu. Namum masih

banyaknya ibu yang kurang dalam pemenuhan status gizi yang mengira

pekerjaan yang menjadi penyebab pada gangguan status gizi.

47
Penelitian menunjukan Susilawati dan Triseu (2018) Ketika seorang

ibu menyusui berkerja hal utamanya yang menyebabkan terganggunya

pemenuhan status gizi. Dengan alasan yang paling banyak yaitu harus

bekerja dan pembagian waktu yang kurang efktif, namun masih banyak

ibu yang dapat memenuhi status gizinya.

4. Hubungan antara ekonomi keluarga dengan status gizi ibu menyusui

di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

Dalam hasil penelitian diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran yang di

dapat rata – rata pendapatan keluarga terdapat pada tingkatan rendah

menunjukan 75,6% dan ibu yang terdapati status gizi ideal 36,4% dan

63,6% memiliki status gizi tidak ideal. Peneliti berasumsi dalam pedesaan

dalam memenuhi gizi keluarga dapat di penuhi dengan berbagai sayuran

yang di tanam sendiri ataupun pemberian dari tetangga tanpa membelinya,

sehingga kebutuhan gizi dapat di penuhi dengan baik dengan ekonomi

yang rendah ataupun tinggi

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square di dapat p-value

0,827 (<p 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

terdapatnya hubungan bermakna mengenai pendapatan ekonomi keluarga

dengan status gizi ibu menyusui dengan menggunakan skala IMT

diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2021.

Penelitian Mamonto et al (2020) sejalan dengan penelitian ini, status

ekonomi tidak memengaruhi pemberian ASI ekslusif pada bayi yang.

48
Karena ketika ibu mempunyai pekerjaan yang makin luas dan pengetahuan

yang lebi luas sehinga semakin banyak berupah ke sisi positif.

Penelitian Sulistyowati dan Sari (2017) sejalan dengan penelitian ini,

dalam perkotaan pastinya banyak yang mempunyai tingkat ekonomi yang

tinggi sehingga dapat memenuhi asupan gizi dengan baik, namun ketika

ibu yang mempunyai tingkat ekonomi yang rendah akan sulit dalam

memenuhi asupan gizi yang cukup.

Pada penelitian Hidayatunnikmah et al (2019) menganggab ekonomi

yang paling penting dalam pemenuhan komponen makronutrien, sehingga

ekonomi juga memengaruhi keluaran dalam hal pengonsumsianya. Karena

ekonomi rendah pastinya pemenuhan konsumsi juga akan terganggu atau

berkurang. Ketika berada pada pedesaan dalam ekonomi rendah akan tetpa

bisa memenuhi status gizi, karena dalam lingkungan ketika ada yang

panen sayuran akan saling memberi.

5. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan status gizi ibu menyusui

di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian di wilayah Kerja Puskesmas Kaloran

menghasilkan dominan ibu memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak

56,7% . Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square di dapat p-value

0,846 (<p 0,05) sehingga Ho di terima dan Ha ditolak yang berarti tidak

terdapat hubungan bermakna mengenai tingkat pendididkan dengan status

gizi ibu menyusui dengan menggunakan skala IMT diwilayah Kerja

Puskesmas Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2021.

49
Penelitian Yaneli et al (2021) sejalan dengan penelitian ini tingkat

pendidikan yang rendah juga memiliki resiko kurang dalam mengosumsi

gizi karena pemilkiran yang kurang dalam pemenuhan status gizi,

walaupun pada penelitian tidah signifikan secara uji statistik.

Penelitian Simanungkalit (2018) sepemikiran dengan penelitian ini

yang menandakan ketidak dapatan hubungan yang signifikan. Pendidikan

merupakan tingkah laku proses pendewasaan yang sesorang atau

kelompok menggunakan upaya pengajaran atau pelatihan. Ibu yang tingkat

pendidikanya tinggi aka semakin mudah dalam penerimaan informasi.

Namun tidak semua ibu yang berpendididkan tinggi akan baik dalam

pemenuhan status gizi. Masih banyak ibu yang berpendidikan tinggi

memeiliki sikap kurang baik dalam pemenuhan nutrisi.

Penelitian Ampu (2021) Dalam penelitian menunjukan semakin

tinggi tingkat pendidikan maka akan memengaruhi pola pikir ibu pada saat

mendapatkan informasi, namun dalam tingkat pendidkan yang tinggi

sehingga tidak terjadi kurangnya pemenuhan gizi. Pemikiran juga perlu di

kembangkan pada perilaku atau perbuatan yang baik. Namun ketika tidak

di wujudka pada perbuatan akan sia-sia.

6. Hubungan antara pengetahuan dengan status gizi ibu menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran

diketahui pengetahuan ibu menyusui baik dalam memenuhi kebutuhan gizi

pada tubuhnya yaitu sebanyak 78,9%. Asumsi peneliti semakin

50
pengetahuan tentang gizi baik makan akan baik pula dalam pemilihan

pemenuhan status gizi pada ibu.

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square di dapat p-value

0,401 (<p 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

terdapat keterkaitan hubungan bermakna antara pengetahuan dengan status

gizi ibu menyusui dengan menggunakan skala IMT diwilayah Kerja

Puskesmas Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2021.

Penelitian Oka dan Annisa (2019) sejalan dengan penelitian ini yang

memiliki hasil ketidah terdapatan hubungan mengenai pengetahuan

dengan status gizi. Semakin seseorang memiliki tingkat pendidikan, makin

mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula kepandaian yang

di miliki dan hal ini akan berbanding terbalik pada orang yang

pendididkannya kurang. Namun dalam tingkatan pendididkan tidak

menjamin seorang tidak dapat menyususun konsumsi mengenai

pemenuhan gizi.

Penelitian Risnawati (2018) sejalan dengan penelitian ini karena

dalam tingkat pengetahuan tidak menjamin seseorang akan baik dalam

memenuhi status gizi. Kebanyakyang berpendidikan tinggi yang bekerja

banyak yang kurang memenui status gizi. Walapun pendidikan rendah

banyak yang mempunyai pengetahun yang luas.

Penelitian Manggabarani et al (2018) sejalan dengan hasil penelitian

ini dengan didapat 66,0% memiliki pengetahuan cukup dan terdapat

hububung sangat kuat terhadap pengetahuan, namun masih banyak yang

51
tidak memanfaatkan pengetahuanya tersebut. Dalam penelitian Gede et al

(2018) juga sejalan dengan penelitian ini yang mengenai pengetahuan gizi

ibu menyusui berkenaan gizi ASI dengan status gizi bayi umur 1-6 bulan.

Dalam hal pengehatuan memang sangat penting begitupula dalam

penerapanya.

Pada penelitian Khoiriyah (2017) pengetahuan sangatlah penting

dalam memilih makanan untuk memenuhi status gizi ibu menyusui, dalam

penelitian ini menanyakan pertanyaan mengenai makanan yang harus

memenuhi gizinya dalam menyusui.

7. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi ibu menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran

Didapatkan hasil pe nelitian aktivitas fisik ibu menyusui diWilayah

Kerja Puskesmas Kaloran tidak terganggu dengan aktivitas fisiknya

mengenai pemenuhan status gizi yaitu sebanyak 85,6%. Hasil uji statistik

menggunakan uji Chi-square di dapat p-value 0,026 (<p 0,05) sehingga

Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan bermakna

mengenai aktivitas fisik dengan status gizi ibu menyusui dengan

menggunakan skala IMT diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran Kabupaten

Temanggung tahun 2021.

Penelitian Darmianti et al (2017) sejalan dengan penelitian ini yang

membahas aktivitas fisik ibu baik sebanyak 71,2%, pada saat aktivitas ibu

baik maka pasti melakuakan aktivitas yang sehat serta dengan

52
memperhatikan asupan gizi dengan baik walaupun mungki ada situasi

yang mengganggu aktivitas pemenuha asupan gizi.

Pada penelitian Susulo & Murbiah (2018) sejalan dengan riset ini

mengenai status gizi dengan aktivitas fisik ibu menyusui. Beberapa

aktivitas fisik jika di lakukan dengan sesuai dapat menjadikan kualitas

hidup ibu menyusui, aktivitas diantaranya istirahat, senam, aktivitas

sehari-hari.

Penelitian Maharani et al (2018) sejalan dengan penelitian ini.

Aktivitas fisik akan berpengaruh mengenai pemenuhan status gizi. Dalam

soal aktivitas fisik bisa dilihat dengan pekerjaan ibu yang dirumah atau

diluar rumah. Karena ketika ibu yang terlalu sibuka akan mengabaikan

pemenuhan gizi ibu. Akan mementingkan aktivitasnya terlebih dahulu.

8. Hubungan antara sikap ibu dengan status gizi ibu menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran

Mengenai hasil penelitian diWilayah Kerja Puskesmas Kaloran

dominan memiliki sikap yang baik adalah memenuhi gizi pada tubuhnya

sebanyak 91,1%. Peneliti berasumsi dengan memiliki sikap yang baik

makan akan baik pula pada pemenuhan gizi ibu tersebut.

Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square di dapat p-value

0,080 (<p 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

terdapat hubungan bermakna mengenai sikap ibu dengan status gizi ibu

menyusui dengan menggunakan skala IMT diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2021.

53
Walaupun di lihat dari data terdapat sikap yang positif lebih banyak

sesuai dengan penelitian sebelumnya Haurissa et al (2019), walaupun ibu

bersikap posistif tetapi terjadi dikondisi tertentu yang menggangu

pemenuhan status gizi diri ibu. Menurut teori didalam sikap belum tentu

terwujud dalam tindakan. Terwujudnya tidakan juga perlu ada faktor

pendukung dari pihak tertentu diantaranya keluarga atau orang terdekat

ibu.

Penelitian Rahayu et al (2019) mengemukakan ketidak terdapatan

hubungan antata status gizi dengan sikap ibu menyusui, sikap adalah salah

satu komponen suatu tindakan. Sikap akan di tunjukan pada seseorang

untuk mencerminkan dalam bentuk perilaku pada suatu objek. Variabel

sikap akan memengaruhi perilaku seseorang.

Riset ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Assriyah et al (2020).

Sikap merupakan suatu komponen penting dalam psikologis, banyak

wanita yang mengalami kurangnya status gizi karena kurangnya sikap

mengenai pemenuhan gizi yang baik. Sehingga status gizi yang kurang

yang akan menyebabkan gangguan produksi ASI.

9. Hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi ibu

menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran

Berdasarkan hasil pengambilan data di Wilayah Kerja Puskesmas

Kaloran kebanyakan ibu menyusui memilki dukung keluarga yang baik

sebanyak 81,1% . Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square di dapat

p-value 0,293 (<p 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

54
tidak kertdapatan hubungan bermakna mengenai dukungan keluarga

dengan status gizi ibu menyusui dengan menggunakan skala IMT

diwilayah Kerja Puskesmas Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2021.

Penelitian Rafsanjani, (2018) sejalan dengan penelitian ini,

dukungan keluarga yaitu dukungan pandangan sosial dilihat oleh suatu

kelompo keluarga mengenai suatu yang bisa dipertahankan untuk

keluarga, dalam bentuk hadiah dukungan. Fungsi dukungan keluarga

sebagai pendukung informasi yaitu keluarga bertindak sebagaiman

kolektor dan multiplier tentang mendapatkan informasi yang sesuai dari

wanita berpengalaman, orang dekat dan Tenaga kesehatan atau tidak

langsung melalui media cetak dan elektronik dan dukungan evaluasi

dimana keluarga sebagai umpan balik bimbingan.

Dalam penelitian sebelumnya suami sangat berperan besar

terhadap dukungan keluarga seperti pada penelitian Maimunah dan Sitorus

(2020) mayoritas ketika peran suami kurang baik tentang pemenuhan gizi

akan kurang baik juga status gizi ibu namun biasanya orang tua juga dapat

menjadi pendukung selain suami. Kerbehasilan pemenuhan status gizi juga

tergantung pada peran suami. Bila ayah/suami mempunyai komitmen

terhadap pemenuhan status gizi makan akan terpenuhi dengan baik.

Keluarga yang di lihat paling dekat dengan ibu yaitu suami. Ada

pendapat yang menyatakan soal menyusui yaitu tugas ibu saja tidak ada

kaitanya denga ayah, salah satunya secara cultural pembagian peran.

Namun sebenarnya dalam peran menyusui seperti halnya pemenuhan

55
status gizi perlunya ada dukungan dari keluarga sejalan dengan penelitian

(Wakano et al., 2021).

Pada penelitian sebelumnya Ratna (2020) sejalan dengan

penelitian ini yang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

dukungan keluarga, menunjukan peran suami sangatlah penting ada

beberapa faktor suami mendukung ibu menyusui di antaranya suami ingin

ibu memiliki gizi baik, suami ingin bayinya mendapat nutrisi yang cukup.

Dukungan suami memberikan semangat pada ibu agar dalam pemenuhan

gizi terprnuhi dan akan baik juga pada bayi .

Penelitian Esti Anggraeni et al (2020) sejalan dengan penelitian

ini yang menunjukan tidak berhubungan dukungan keluarga dengan status

gizi , karena kurangnya dukungan keluarga pada ibu dalam pemenuhan

gizi, yang seharusnya keluarga menjadi pendukung yang besar dalam ibu

memenuhi status gizi.

10. Hubungan antara tingkat Psikoilogi ibu dengan status gizi ibu

menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kaloran

Mengenai hasil penelitian diWilayah Kerja Puskesmas Kaloran di

dapatkan dominan ibu menyusui tidak mengalami cemas yang berlebihan

pada masa pandemi ini sebanyak 74,4%. Peneliti berasumsi kebanyakan

ibu menyusui tidak mengalami cemas berlebihan pada saat pandemi

karena hidup di desa yang memiliki rendah penderita covid pada masa

pandemi disaat covid melonjak.

56
Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square di dapat p-value

0,000 (<p 0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada

hubungan bermakna antara tingkat psikologis dengan status gizi ibu

menyusui dengan menggunakan skala IMT diwilayah Kerja Puskesmas

Kaloran Kabupaten Temanggung tahun 2021.

Penelitian Rahmadani et al (2020) menunjukan terdapat hubungan

yang sangat bermakna mengenai kecemasan dengan status gizi ibu

menyusui. Kecemasan yaitu terganggunya alam peraaan yang ketakutan

atau kekhawatiran yang berlebih yang dapat mengakibatkan terganggunya

pemenuhan status gizi menyusui. Kecemasan juga dapat di tandai dengan

gejala fisik dan behavior.

Penelitian Renityas dan Agustina (2020) sejalan dengan penelitian

ini Pada kecemasan ibu menyususi dapat di kurangi dengan teknik

relaksasi, dengan di ajarkanya relaksasi dapat mengurangi kecemasan dan

memiliki tujuan mengurangi tingkat kecemasan dalam hal fisiologi serta

mengenai individu pada keadaan yang lebih rileks baik secara fisik

maupun psikologis.

Riset Wardana et al (2018) sejalan dengan penelitian ini yang

mengganggap kecemasn sangatlah berpengaruh terhadap asupan makanan

yang di siapkan, karena dalam keadaan cemas nafsu makan akan

terganggu sehingga kecemasan akan berakibat turunya status gizi pada ibu

menyusui. Dalam hal tersebut kecemasan yang berlebihan harus dihindari

atau di kurangi.

57
B. Implikasi untuk keperawatan

Impikasi keperawatan diharapkan hasil penelitian dapat meningkatkan

membantu mengidentifikasi gangguan status gizi pada ibu menyusui dan

meningkatkan upaya pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan. Hal

tersebut dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam mengedukasi pentingnya

pemenuhan kebutuhan status gizi ibu menyusui yang dapat di sampaikan pada

saat pemeriksaan kandungan kepada ibu yang nantinya pasti akan mengalami

fase menyusui. Adapun di harapkan petugas kesehatan dalam menjelaskan

status gizi baik informasi secara lansung maupun informasi secara tidak

langsung yang dapat juga di sampaikan pada saat posyandu, dapat menyertakan

brosur atau leaflet yang dapat di tempel pada tempat posyandu mengenai daftar

menu atau bahan makanan yang baik untuk pemenuhan status gizi (Meghalaya

et al., 2018).

Petugas kesehatan di harapkan berperan aktif dalam memperluas sasaran

promosi kesehatan status gizi ibu menyusui terutama pada makanan pantangan.

Hal tersebut tidak hanya di berikan kepada ibu namun juga di berikan kepada

suami serta seluruh mayarakat sehingga nantinya dapat mengingatkan dan

mendukung keberhasilan pemenuhan status gizi ibu menyusui. Dalam hal

pemenuhan gizi ibu menyusui juga dapat dapat mengurangi resiko stunting

(Wahid et al., 2020).

58
C. Keterbatasan penelitian

Mengenai hasil penelitian yang sudah di lakukan di temukan keterbatasan

penelitian diantaranya

1. Pada saat pengambilan data mendapati bayi yang rewel sehingga menjadi

faktor kurang fokusnya pengisian kuesioner oleh responden.

2. Dalam pengambilan data pada saat pandemi sehingga terdapat pembatasan

interaksi dan masih terdapat responden belum berani bertemu dengan orang

asing selama masih menyusui.

59
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Mengenai hasil penelitian yang sudah di jabrakan pada bab sebelumnya maka

ditarik kesimpulan

1. Tidak terdapat keeratan hubungan bermakna antara umur dengan status gizi

ibu menyusui wilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021 dengan hasil P

value 0,314.

2. Tidak keterdapatan hubungan mengenai pekerjaan ibu dengan status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021 dengan hasil P

value 0,518.

3. Tidak terdapat ikatan signifikan antara tingkat pendididkan dengan status

gizi ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021 dengan

hasil P value 0,846.

4. Tidak terdapat ikatan yang bermakna mengenai ekonomi keluarga dengan

status gizi ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

dengan hasil P value 0,827.

5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna mengenai pengetahuan dengan

status gizi ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

dengan hasil P value 0,410.

60
6. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan status gizi

ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021 dengan hasil P

value 0,026.

7. Tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap ibu dengan status gizi ibu

menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021 dengan hasil p

value 0,080.

8. Terdapat hubungan yang erat antara pantangan makanan serta sangat

berpengaruh dengan status gizi ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas

Kaloran tahun 2021 dengan hasil p value 0,000.

9. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

status gizi ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

dengan hasil P value 0,293.

10. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas tingkat psikologi dengan

status gizi ibu menyusui diwilayah kerja Puskesmas Kaloran tahun 2021

dengan hasil p value 0,000.

11. Faktor pantangan makanan yang paling memengaruhi terhadapa status gizi

ibu menyusui mempunyai hasil p value 0,004 serta OR 17,386 yang berarti

makanan pantangan berpengaruh 17,386 kali terhadap peningkatan status

gizi ibu menyusui.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang didapat diatas, maka saran

yang mampu di ajukan diantaranya, sebagai berikut.

61
1. Bagi institusi

Jika melanjutka penelitian mengenai terhadap faktor – faktor yang

memepengaruhi status gizi ibu menyusui dapat di tambahkan instrumen

pengukuran status gizi seperti pengukuran LILA, atau sesuai panduan nutrisi

A (Antropometri), meliputi berat badan, berapa tinggi badan dan indeks

masa tubuh. B (Biochemical data), diantaranya hasil laboratorium seperti

hemoglobin dan hematokrit. C (Clinical sign), diantanya penampilan umum

yaitu lesu, apatis dan kakeksia. D (Diet) diantaranya pemilihan makanan

syang seimbang. Yang dapat di singkat pengkajian nutrisi ABCD

2. Bagi layanan kesehatan

Dapat meningkatkan promosi kesehatan mengenai status gizi di

masyarakat dan tidak hanya di samopaikan kepada ibu saja namun seluruh

masyarakat atau keluarga.

3. Bagi masyarakat

Khususnya ibu menyusui, umtuk mencari informasi lebih banyak

mengenai pemenuhan status gizi, sehingga akan memiliki resiko anak

stunting rendah. Ketika status nutrisi terpenuhi kemungkinan kelancaran ASI

lebih besar. Dan untuk suami dan keluarga di harapkan lebih banyak

memberikan dukungan dari segi informasi, psikologi dll.

62
DAFTAR PUSTAKA

Aminingsih, S., & Anis, D. Y. (2017). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Manfaat Asi dan Status Pekerjaan dengan Lamanya Menyusui di
Desa Kringikan. Kosala" Jik, 5(2), 111–119.
Ampu, M. N. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Asi
Eksklusif Pada Bayi di Puskesmas Neomuti Tahun 2018. Jurnal Ekonomi,
Sosial & Humaniora, 2(12), 10–19.
Anggraeni, I. E., Setyatama, I. P., & Siswati. (2020). Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Jitk
Bhamada, 11(2), 25–31. Http://Ojs.Stikesbhamadaslawi.Ac.Id/Index.Php/Jik
Angio, M. C., & Sukesi. (2018). Pengaruh Peer Education Terhadap Self Efficacy
dan Motivasi The Effect of Peer Education on Self Efficacy and Motivation
in Breastfeeding Mother in Giving Breastmilk. Jurnal Ilmu Keperawatan
Komunitas, 2(1), 26–32.
Assriyah, H., Indriasari, R., Hidayanti, H., Thaha, A. R., & Jafar, N. (2020).
Relations of Knowledge, Attitude, Age, Education, Jobs, Psychological, and
Early Asking Initiations with Exclusive Assessment In Sudiang Puskesmas.
Jgmi: The Journal Of Indonesian Community Nutrition, 9(1), 30–38.
Astuti1, A., & Asthiningsih, N. W. W. (2021). Hubungan antara Pekerjaan Ibu
dan Motivasi dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-12 Bulan.
Borneo Student Research, 2(2), 1002–1009.

Bahriyah, F., Jaelani, A. K., & Putri, M. (2017). Hubungan Pekerjaan Ibu
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sipayung. Jurnal Endurance, 2(2), 113–118.
Https://Doi.Org/10.22216/Jen.V2i2.1699
Darmianti, S. A., Yudanari, Y. G., & Susilo, E. (2017). Gambaran Perilaku Ibu
Primipara yang Bekerja dalam Pemberian ASI di Pt Glory Industrial
Semarang Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan, 5(3), 10.
Dewi, T. (2021). Pengetahuan, Kepercayaan dan Tradisi Ibu Menyusui
Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif Triana. Jurnal Keperawatan,
13(1), 231–240.

Doloksaribu, L. G. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pola Makan


Ibu Menyusui dengan Status Gizi Ibu Menyusui Bayi 0-6 Bulan Di Desa
Sekip Lubuk Pakam. Wahana Inovasi, 7(1), 100–107.

Fajar, N. A., Purnama, D. H., Destriatania, S., & Ningsih, N. (2018). Hubungan
Pemberian ASI Eksklusif dalam Prespektif Sosial Budaya di Kota
Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(3), 226–234.

63
Gede, L., Kencana Putri, I., Astuti, I. W., Gusti, I., & Putu, N. (2018). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Saat Menyusui Dengan Status Gizi
Bayi Umur 1-6 Bulan. Community of Publishing in Nursing, 6(1), 2303–
1298.
Handayani, T. Y., & Sari, D. P. (2019). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Keberhasilan Ibu Menyusui dalam Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Ilmiah
Umum dan Kesehatan Aisyiyah, 4(1), 20–26.
Haurissa, T. G., Manueke, I., & Kusmiyati, K. (2019). Pengetahuan dan Sikap Ibu
Menyusui dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Jidan (Jurnal Ilmiah
Bidan), 6(2), 58–64. Https://Doi.Org/10.47718/Jib.V6i2.818
Hayu, R., Rita, R. S., & Bahar, E. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kadar Protein dan Lemak ASI pada Ibu Menyusui. Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 6(2), 6–11. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.33485/Wk-Jiik
Herianto, P. N. (2017). Efektivitas PMT-P Terhadap Kenaikan Berat Badan Balita
Gizi Kurang 1. Jurnal Gizi, 5(12), 1-8.
Hidayatunnikmah, N., Studi, P., Pgri, U., & Buana, A. (2019). Journal of Health
Science Pendapatan Ekonomi Ibu Menyusui Berpengaruh Tehadap Kwalitas
Komponen Makronutrien ASI. Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(2), 1–6.
Husaidah, S., Amru, D. E., & Sumarni. (2021). Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Batua Makassar 2019. Jurnal Sehat Mandiri, 15(1), 130–139.

Ibrahim, I., Alam, S., Adha, A. S., Jayadi, Y. I., & Fadlan, M. (2021). Hubungan
Sosial Budaya dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di
Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020. Al
Gizzai: Public Health Nutrition Journal, 1(1), 16–26.
Indrayani, D., Shahib, N., & Husin, F. (2018). Hubungan Status Gizi dengan
Kadar Prolaktin Serum Ibu Menyusui Diyan. Jurnal Asuhan Ibu&Anak
(Jaia), 3(1), 45–50.
Kassa, S. K., Alasiry, E., & Pelupessy, N. (2020). Pemberian Kapsul Ekstrak
Daun Kelor Terhadap Kadar Vitamin A pada Ibu Menyusui. Journal of
Midwifery, 2(1), 8–14.

Khoiriyah, U. F. (2017). Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pengetahuan Tentang


Nutrisi pada Ibu Menyusui `. Jurnal Kesehatan, 4(13), 19.
Kristiyanti, R., & Khuzaiyah, S. (2018). Karakteristik Ibu Nifas yang Berpantang
Makanan. The 8th University Research Colloquium, 12(3), 355–359.
Lamani, S. Y. A., Rosdianah, Kasim, I. S., & Pratiwi, H. (2021). Correlation
Between Nutrition Status and Timing of Colostrum Discharge on Postpartum

64
Mother in Regional General Hospital of Makassar. Jurnal Gizi dan
Keluarga, 1(1), 14–20.
Lestari, R. R. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI
Ekslusif pada Ibu. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1),
130. Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V2i1.17
Maharani, A. A., Prabamukti, P. N., & Sugihantono, A. (2018). Hubungan
Karakteristik Ibu, Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Perawatan
Payudara pada Ibu Menyusui ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(5), 696–703.
Maimunah, R., & Sitorus, N. Y. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Konsumsi ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Medan Area Selatan Kota Medan Tahun 2020 Pendahuluan Kelancaran
Produksi ASI Dipengaruhi oleh Banyak Faktor Seperti Frekuensi Pemberian
ASI , Berat Bayi Saat L. September,jurnal kesehatan, 1254–1263.
Mamonto, A. P., Tumiwa, F. F., & Novitasari, D. (2020). Hubungan Status
Ekonomi dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Usia
6-12 Bulan di Kelurahan Kotobangon. Jurnal Keperawatan, 3(1), 9.
Manggabarani, S., Hadi, A. J., Said, I., & Bunga, S. (2018a). Hubungan Status
Gizi, Pola Makan, Pantangan Makanan dengan Kelancaran Produksi Asi
pada Ibu Menyusui di Kota Makassar. Jurnal Dunia Gizi, 1(1), 01–09.
Https://Doi.Org/10.33085/Jdg.V1i1.2902
Manggabarani, S., Hadi, A. J., Said, I., & Bunga, S. (2018). Relationship
Knowledge, Nutrition Status, Dietery, Food Taboo With Breast Milk
Production of Breastfeeding Mother (Case Study at Maradekaya Health
Center Service City of Makassar). Jurnal Dunia Gizi, 1(1), 1.

Mardalena, I., & Suyani, E. (2016). Keperawatan Ilmu Gizi. In Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia,2(5),182-189.
Mardiyati, R. A., Damayanti, K. E., & Kakanita, B. (2019). Pengaruh Kelas Ibu
Hamil Terhadap Persepsi Budaya Pantang Makan. Smart Medical Journa,
2(1), 11-17.
Marcelina, R. F., & Nisa, F. (2018). Hubungan Antara Pantang Makanan Dengan
Penyembuhan Luka Perineum di Ruang Mawar Rsi Jemursari Surabaya. The
Indonesian Journal of Health Science, 10(2), 101–109.

Matdoan, S., & Dolang, M. W. (2020). Pengaruh Konseling Teknik Menyusui


yang Benar Terhadap Pengetahuan dan Sikap pada Ibu Post Partum. Pasapua
Health Journal, 2(1), 25–30.
Https://Jurnal.Stikespasapua.Ac.Id/Index.Php/Phj/Article/View/23
Maulida, L. F., & Kusumadewi, R. R. (2021). Pengetahuan dan Perilaku Ibu

65
Menyusui dalam Konteks Budaya. Jurnal Kebidanan Indonesia, 12(2), 83–
90.
Meghalaya, K., Chyne, D. A. L., & Kuhnlein, H. V. (2018). Nutritional Status ,
Food Insecurity , and Biodiversity Among The. Maternal and Child
Nutrition, 13(2), 1–10. Https://Doi.Org/10.1111/Mcn.12557
Muhith, A., Nursalam, & Wulandari, L. Ana. (2014). Kondisi Ekonomi dan
Budaya Keluarga dengan Status Gizi Balita. Jurnal Ners, 9(1), 138–142.
Oka, I. A., & Annisa, N. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ibu Menyusui Tentang Stunting pada Baduta. Jurnal Fenomena Kesehatan,
2(2), 1–8. Https://Stikeskjp-Palopo.E-Journal.Id/Jfk/Article/View/108
Pangestuti, H. M. D. R., & Pradigdo, S. F. (2016). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal),
4(3), 187–196.
Putri, R., Utami, A. R., & Soemardini. (2019). Pengaruh Dukungan Suami dan
Status Pekerjaan Ibu Terhadap Pola Menyusui Bayi Usia 0-3 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang. Jurnal Kesehatan Hesti
Wira Sakti, 7(1), 17.
Rafsanjani, T. M. (2018). Pengaruh Individu, Dukungan Keluarga dan Sosial
Budaya Terhadap Konsumsi Makanan Ibu Muda Menyusui (Studi Kasus di
Desa Sofyan Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue). Action:
Aceh Nutrition Journal, 3(2), 124.
Https://Doi.Org/10.30867/Action.V3i2.112

Rahayu, P., Hastuti, P., & Rosidah, A. (2017). Hubungan Pemenuhan Nutrisi dan
Tingkat Kecemasan Masa Nifas dengan Pengeluaran ASI Ibu di Desa
Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Jurnal Ilmu Kebidanan
dan Kesehatan, 8(1), 19–29. Https://Doi.Org/Http://Akbidbup.Ac.Id/Jurnal-
2/
Rahayu, S., Djuhaeni, H., Nugraha, G. I., & Mulyo, G. (2019). Hubungan
Pengetahuan, Sikap, Perilaku dan Karakteristik Ibu Tentang Asi Eksklusif
Terhadap Status Gizi Bayi. Jurnal Action: Aceh Nutrition Journal, 4(1), 28–
35. Https://Doi.Org/10.30867/Action.V4i1.149
Rahmadani, P. A., Widyastuti, N., Fitranti, D. Y., & Wijayanti, H. S. (2020).
Asupan Vitamin A dan Tingkat Kecemasan Merupakan Faktor Risiko
Kecukupan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Bayi Usia 0-5 Bulan Prita.
Journal of Nutrition College, 9(1), 44–53.
Rahmawati, A., & Suciara, C. (2020). Faktor Internal dan Eksternal yang
Berhubungan dengan Pola Makan Ibu Menyusui. Jurnal Perawat Indonesia,
4(2), 13–18.

66
Ratna, Z. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Suami
Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Percutsei
Tuan, Kabupaten Deli Serdang 2020. Wahana Inovasi, 9(2), 68–75.

Renityas, N. N., & Agustina, I. (2020). Progressive Muscle Relaxation to Help


Decrease Anxiety Breast Feeding Mother During Post Partum. Jurnal
Keperawatan dan Profesi Ners Ijpn, 1(1), 38–49.
Risnawati, M. S. (2018). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Pelaksanaan ASI
Eksklusif dan Berat Badan Lahir (BBL) pada Anak Umur 6-24 Bulan dengan
Status Gizi di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai.
Advanced Optical Materials, 10(1), 1–9.
Https://Doi.Org/10.1103/Physrevb.101.089902
Rohman, M. A., Ichsan, B., Lestari, N., & Agustina, T. (2018). Status Gizi dan
Usia Ibu Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif The Nutritional Status and
Maternal Age Affect Exclusive Breastfeeding. Jurnal Kesehatan, 5(11),
1143–1155.

Rosdianto, H., Murdani, E., Sekolah, H., Keguruan, T., & Pendidikan, I. (2017).
Implementasi Model Pembelajaran Poe (Predict Observe Explain) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Hukum Newton The
Implementation of Poe (Predict Observe Explain) Model to Improve
Student’s Concept Understanding on Newton's Law, Jurnal Pendidikan
Fisika, 6(1). Http://Jurnal.Unimed.Ac.Id/2012/Index.Php/Jpf
Samiun, Z., Diii Keperawatan, P., & Muhammadiyah Makassar, U. (2019).
Hubungan Status Gizi Terhadap Produksi ASI pada Ibu Menyusui di
Puskesmas Tamalanrea Makassar Kontak. Journal of Health, Education and
Literacy (J-Healt, 2. Https://Doi.Org/10.31605/J
Simanungkalit, H. M. (2018). Status Pekerjaan dan Pengetahuan Ibu Menyusui
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Info Kesehatan, 16(2), 236–244.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.31965/Infokes
Sukardin, Rahmani, Nurjanah, I., & Endrawan, I. M. T. (2018). Hubungan
Budaya Bali dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Karang Kota Mataram. Jurnal Prima, 4(1), 103–110.
Sulistyowati, D. W. W., & Sari, I. R. T. (2017). Pengaruh Status Sosial Ekonomi
dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian Prelacteal Feeding. 2-Trik:
Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Vii(4), 308–314.
Susilawati, N., & Triseu, S. (2018). Menyusui dalam Pemberian Susu Formula
pada Bayi 0-6 Bulan. Jurnal Kesehatan, 6(9), 0–11.
Susulo, A. A., & Murbiah. (2018). Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan
Kualitas Hidup Ibu Postpartum di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Jurnal Keperawatan Maternitas, 6(1), 292–300.

67
Syafri, M. (2021). Gambaran Penerapan Sadar Gizi, Pengetahuan Gizi Ibu, dan
Status Gizi Balita di Desa Karassing Kecamatan Herlang Kabupaten
Bulukumba. Jurnal Mitrasehat, 11(1), 102–119.

Tambunan, S. Y. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu


Menyusui dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidodadi Kabupaten Samosir Sumatera Utara Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Simantek, 1(4), 13–26.
Wahid, A., Hannan, M., Ratna, S., Dewi, S., & Hidayah, R. H. (2020). Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita. Journal of
Health Science, 5(2), 92–102.
Wakano, M., Mahmud, P. E., & Torimtubun, I. (2021). Relationship of Mother’s
Knowledge and Husband's Support With Motivation of Motivation in Giving
Exclusive Breastfeeding To Baby at Benteng Puskesmas Ambon City. Jurnal
Pendidikan Kesehatan, 10(1), 13–20.
Wardana, R. K., Widyastuti, N., & Pramono, A. (2018). Hubungan Asupan Zat
Gizi Makro dan Status Gizi Ibu Menyusui dengan Kandungan Zat Gizi
Makro pada Air Susu Ibu (ASI) di Kelurahan Bandarharjo Semarang.
Journal of Nutrition College, 7(3), 107–113.
Yaneli, N., Fikawati, S., Syafiq, A., & Gemily, S. C. (2021). Faktor yang
Berhubungan dengan Konsumsi Energi Ibu Menyusui di Kecamatan
Cipayung, Kota Depok, Indonesia Factors Associated With Energy
Consumption of Lactating Mothers in Cipayung District, Depok City,
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 84–90.
Https://Doi.Org/10.20473/Amnt.V5i1.2021
Zakiyah, Z. (2020). Determinan Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan
Tentang Optimalisasi Nutrisi Bagi Ibu Menyusui. Jurnal Formil (Forum
Ilmiah) Kesmas Respati, 5(2), 215–224. Http://Formilkesmas.Respati.Ac.Id

Zakiyuddin, & Reynaldi, F. (2020). Fenomena Tradisi “ Badapu ” dengan Status


Gizi pada Ibu Nifas di Aceh Barat. Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan,
5(2), 2541–4615.

68

Anda mungkin juga menyukai