OLEH:
OLIVIA MARIA FRANSISKA MENGE FOLO
1207017167
OLEH:
OLIVIA MARIA FRANSISKA MENGE FOLO
1207017167
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
selaku pembimbing I, Bapak Soni Doke, S.Pt., M.Kes selaku pembimbing II dan
Bapak Agus Setyobudi., S.KM., M.Kes selaku penguji yang memberikan arahan
dan petunjuk serta saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada
1. Ibu Dra. Engelina Nabuasa, MS selaku Dekan dan seluruh civitas akademik
2. Ibu Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Cendana.
Nusa Cendana.
4. Bapak Drs. Johny A. R. Salmun, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik
di FKM.
5. Bapak Wutu Suu Aloysius selaku Kepala Desa Ulubelu Mataloko beserta
7. Keluarga tercinta, khususnya Bapak Antonius Folo dan Mama Katarina Siena
Nur Talam Nai yang dengan penuh kasih sayang telah membantu baik moril
maupun material. Kakak Maria Dolorosa Albertha Orpa Folo, S.P dan Adik
Hendrika Yoseva Nai Folo yang selalu setia memberikan dukungan dan doa
kepada penulis.
Maku, Ferdy Angi, S.KM, Huldenevon Utan, Lina Parera, S.KM, Niko Rato,
selalu memberikan kritik saran dan motivasi bagi penulis selama studi.
10. Keluarga Besar Mahasiswa Katolik St. Thomas Aquinas yang selalu
sempurna. Oleh karena itu, segala usul, kritik dan saran yang bersifat
membangun penulis sangat harapkan demi kesempurnaan Skripsi ini. Kiranya
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengetahuan ...........................................................................................8
B. Sikap.....................................................................................................12
D. Defenisi Operasional.........................................................................44
A. Hasil ..................................................................................................48
B. Bahasan .............................................................................................54
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...........................................................................................63
B. Saran .................................................................................................63
LAMPIRAN...................................................................................................69
DAFTAR TABEL
3. Dokumentasi…………………… 71
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
wajar dari suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan suatu luka bagi pekerja
Indonesia No. 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri, salah satu faktor
mengabaikan penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja. Alat pelindung
diri (APD) merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya yang dapat terjadi di tempat kerja. Sumber-sumber bahaya perlu
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber
akibat kerja dan kecelakaan kerja. Bahaya-bahaya lingkungan kerja baik fisik,
suatu lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman. Berbagai cara pengendalian
Namun, pengendalian secara teknis pada sumber bahaya itu sendiri dinilai paling
galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis
maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah
permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batu bara,
pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak
dan bijih mangan (BPS, 2010). Usaha pertambangan merupakan kegiatan dengan
risiko tinggi terjadinya suatu kecelakaan. Industri pertambangan yang pesat tanpa
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang muncul di area pertambangan adalah
potensi bahaya keselamatan kerja seperti tertimpa, kebakaran dan ledakan serta
potensi bahaya kesehatan kerja seperti paparan debu mineral yang dapat
Bumi Mataloko yang termasuk dalam lapangan panas bumi berentalpi (energi
kalor yang dikandung oleh suatu zat yang disebabkan oleh getaran) tinggi dan
uap kering dengan kualitas uap yang sangat baik, sehingga lapangan panas bumi
Mataloko merupakan satu diantara lapangan panas bumi di Indonesia yang layak
Daerah Kabupaten Ngada ini bertujuan untuk menghasilkan energi listrik tenaga
panas bumi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kabupaten Ngada dan
sejak akhir tahun 2013, karena dua unit turbin mengalami kerusakan yang
adanya kebutuhan kelistrikan di daerah ini tidak mungkin dapat dipenuhi dengan
sumber energi non fosil lain dan juga telah terbukti tersedianya sumber energi
panas bumi yang besar sebagai sumber daya alternatif pembangkit listrik. Proyek
2004).
Potensi dan bahaya yang sering terjadi pada pekerja di PLTPB yaitu
paparan debu dan gas beracun (belerang) hasil pengeboran, cedera akibat
mengangkat pearalatan berat seperti pipa yang digunakan untuk menyalurkan gas
belerang, luka akibat terpotong atau tergores pada saat melakukan pengelasan
permukaan tanah yang digunakan untuk menanam dan menimbun pipa yang
digunakan untuk menyalurkan lumpur belerang hasil galian dari pipa yang satu ke
pipa yang lainnya. Jenis-jenis APD yang disediakan oleh perusahaan PLTPB bagi
para pekerja berupa alat pelindung kepala, alat pelindung mata, alat pelindung
telinga, alat pelindung pernapasan, alat pelindung tangan, alat pelindung kaki,
pakaian pelindung dan alat pelindung jatuh berupa sabuk pengaman yang dapat
melindungi para pekerja dari bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
28 orang dengan rata-rata pendidikan terakhir adalah SMA dan pada saat
pada saat bekerja tetapi tidak lengkap. Ketersediaan Alat Pelindung Diri di
PLTPB Mataloko bagi para pekerja yakni alat pelindung kepala (helm), alat
pelindung mata (kacamata), alat pelindung telinga (ear plug), alat pelindung
pernapasan (masker), alat pelindung tangan (sarung tangan), alat pelindung kaki
(sepatu), pakaian pelindung dan alat pelindung jatuh berupa sabuk pengaman.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
pelindung diri pada pekerja di pembangkit listrik tenaga panas bumi di Kabupaten
B. Rumusan Masalah
pendidikan terakhir adalah SMA dan pada saat melakukan pekerjaan terlihat
hanya sekitar 15 orang yang menggunakan APD pada saat bekerja tetapi tidak
pekerja yakni alat pelindung kepala (helm), alat pelindung mata (kacamata),
alat pelindung telinga (ear plug), alat pelindung pernapasan (masker), alat
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Ngada.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi PLTPB
dan tepat.
PLTPB.
c. Bagi Peneliti
bahaya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
Menurut Lerik (2008), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi
rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,yakni :
seseorang, yakni :
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi di sini dapat
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
berkualitas.
B. Sikap
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus/ obyek, manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
Menurut Lerik (2008), manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
a) Komponen Sikap
obyek.
terhadap obyek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan
b) Tingkatan sikap
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah.
4) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi melalui panca indera
dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng, akan
tetapi sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja/ buruh di tempat kerja bagi
pekerja yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesi (SNI) atau standar
yang berlaku dan diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma, semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah
2010).
b) Pelatihan
baik dan benar. Pekerja juga harus diberitahu tentang kemampuan dan
keterbatasan dari APD yang digunakan. Selain itu juga, pekerja perlu
(Dekresano, 2015).
c) Kenyamanan
Kenyamanan dalam bekerja sangat dibutuhkan oleh seluruh karyawan
pekerja dari bahaya di tempat kerja. Oleh karena itu, APD yang digunakan
2015).
back) dan dukungan sosial. Hal itu dapat terwujud dalam sikap dan
perilaku tokoh yang menjadi referensi atau panutan. Faktor pendorong ini
dapat positif atau negatif tergantung dari sikap dan perilaku orang dalam
lingkungannya. Selain itu juga aturan atau kebijakan juga menjadi faktor
kewajiban dan kesadaran untuk mengikuti peraturan yang ada dan mau
agar mereka dapat mengetahui dan peraturan yang dibuat dapat berjalan
di perusahaan.
melindungi pekerja dari kecelakaan atau penyakit yang serius di tempat kerja
mekanik atau potensi bahaya lainnya di tempat kerja. Selain penutup muka,
kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penggunaan APD oleh
tempat kerja. Walaupun upaya ini berada pada tingkat pencegahan paling
Langkah ini sebagai langkah awal agar APD yang digunakan sesuai untuk
tiap-tiap pekerjaan.
Jumlah APD yang disediakan sebaiknya sesuai dengan tenaga kerja yang
ada. Jika tidak, dapat pula menentukkan jumlah APD bergantung pada
jenis APD yang digunakan sendiri-sendiri atau APD yang dapat dipakai
bergiliran.
penyakit akibat kerja yang dapat terjadi dalam artian bahwa APD yang
hendaknya memiliki kualitas yang baik dan harus dipilih secara cermat.
kualitas yang buruk dan tidak sesuai standar dapat mencelakai tenaga kerja
karena APD tersebut tidak melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya
yang ada di tempat kerja. Oleh karena itu, pihak perusahaan perlu
APD yang memenuhi syarat untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya
yang ada.
7. Pemeliharaannya mudah
lama
10. Tidak menimbulkan rasa tidak nyaman yang berlebihan sehingga pekerja
11. Memiliki bentuk yang cukup menarik sehingga pekerja tertarik dan tidak
c. Jenis-jenis APD
2010 pada pasal 3 menyebutkan beberapa jenis APD antara lain: pelindung
sebagai berikut:
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk melindungi rambut yang bisa
saja terjerat oleh mesin yang berputar, serta juga dapat melindungi kepala
dari bahaya benturan benda keras atau tajam, percikkan bahan kimia
antara lain:
a. Topi Pelindung (Safety Helmet), berguna untuk melindungi kepala dari
arus listrik.
b. Topi (Hats/ Cap), berguna untuk melindungi kepala/ rambut dari kotoran
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi bagian mata dan
muka dari gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, percikan
(Harwasih, 2008).
b. Goggles, untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan percikan larutan
kimia. Terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang dilapisi
kobalt untuk melindungi bahaya radiasi dan kesilauan atau lensa yang
muka. Ada yang dipasang pada helm atau langsung pada kepala, namun
a. Ear plug sekali pakai (disposable plug), terbuat dari kaca halus (glass
down), plastik yang dilapisi glass down, lilin yang berisi katun wool, busa
plyurethane. Ear plug jenis ini biasanya disediakan beberapa buah untuk
b. Reusable Plug, terbuat dari plastik yang dibentuk permanen atau karet.
Untuk ear plug jenis ini dicuci setiap selesai digunakan dan disimpan
dalam tempat yang steril. Kelebihan ear plug dibandingkan ear muff
adalah mudah untuk dibawa dan disimpan karena kepraktisannya. Ear plug
helm.
c. Tutup Telinga (Ear Muff), dapat melindungi mulai dari bagian luar telinga
yakni daun telinga alat ini lebih efektif dibandingkan dengan sumbat
30 dB. Terbuat dari cup menutupi daun telinga. Agar tertutup rapat, pada
seperti debu, uap, gas, fume, asap, kabut, kekurangan oksigen. Alat
pernapasan ini terdiri dari tiga jenis jenis, yaitu masker, Self Rescuer, dan
a. Masker, umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang didesinfektan
gas beracun, alat inilah yang dapat menjadi penyelamat bagi para pekerja.
Alat ini dirancang dapat memasok oksigen secara mandiri kepada pekerja.
Waktunya memang tidak lama, tetapi alat ini dapat memberikan cukup
kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Ada dua jenis respirator
menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam dan asap.
menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu
Alat ini berguna untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari bahaya
benda tajam yang dapat mengakibatkan goresan, bahaya bahan kimia baik
padatan maupun larutan, benda-benda panas/ dingin dan juga kontak arus
listrik. Sarung tangan yang terbuat dari karet berfungsi melindungi tangan
dari paparan bahan kimia dan arus listrik. Sarung tangan yang terbuat dari
kain/ katun berfungsi melindungi tangan dari benda panas/ dingin atau
goresan. Sarung tangan untuk mengurangi dari paparan getar yang tinggi
adalah sarung tangan kulit yang dilengkapi dengan bahan peredam getar
karet alami dan tidak tepat bila digunakan untuk pemaparan pelarut-pelarut
benda yang halus. Pemakaian sarung tangan yang tipis akan memberikan
kepekaan yang lebih besar dari sarung tangan yang berukuran tebal dan
bagian tangan yang harus dilindungi yaitu bagian tangan saja atau bagian
lengan bawah.
Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan, jenis alat pelindung kaki (PK3
a. Sepatu steril, sepatu yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang
leggings), dibuat dari bahan kulit dilapisi krom atau asbes dan tinggi
sepatu kurang lebih dari 35cm, tetapi bagian sampingnya terbuka untuk
bahaya peledak. Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat
pekerja dari bahaya listrik dengan hubungan arus pendek dan sepatu ini
harus tahan terhadap arus listrik 10.000 volt selama 3 menit. Sepatu bagi
benda-benda berat atau terbentur benda-benda keras dibuat dari kulit yang
7. Pakaian Pelindung
Alat pelindung jenis ini berfungsi melindungi sebagian atau seluruh tubuh
Bentuknya dapat berupa apron (menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dari
dada sampai lutut), celemek atau pakaian terusan dengan celana panjang
dan lengan panjang. Apron tidak boleh digunakan di tempat kerja yang
Pakaian pelindung juga dapat berupa rompi reflektor. Rompi reflektor ini
dilengkapi dengan illuminator, yaitu sebuah alat yang dapat menyala jika
dalam area pertambangan tidak terlihat. Rompi reflektor ini menjadi sangat
penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan pada saat bekerja
Alat pelindung jatuh berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak terjatuh
atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam
jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar. Salah satu jenis alat
pelindung jatuh adalah sabuk pengaman. Alat ini terdiri dari tali pengaman
dan harus dapat menahan beban seberat 80 kg. Selain itu, alat pengaman
d. Pemeliharaan APD
Secara umum menurut Suhardi (2008), ada tiga cara pemeliharaan APD
air bersih secukupnya terutama untuk helm, kacamata, ear plug, sarung
2. Menjemur peralatan yang sudah dicuci maupun yang tidak bisa dicuci di
keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
melakukan pekerjaan.
kualitas barang dan jasa serta dapat memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup dan masyarakat sekitarnya dari bahaya penyakit dan kecelakaan akibat
kerja. Perlindungan terhadap tenaga kerja dari ancaman kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja merupakan hak asasi pekerja yang wajib dipenuhi oleh
tidak banyak diketahui oleh para pekerja sendiri padahal manajemen perusahaan
2007).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya perusahaan,
melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi
keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Menurut Undang-
dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang
baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat agar mereka dapat
tenaga kerja.
dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi risiko bahaya seperti
kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem,
dll. Jadi, manajemen risiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara
benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman
Menurut OPI (2008) adapun faktor risiko yang sering dijumpai di perusahaan
a. Ledakan
dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang
b. Longsor
longsor. Hal ini bisa juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan
c. Kebakaran
tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal,
limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang
yang bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan risiko yang dengan demikian
seluruh korporat. Selain itu, melalui budaya manajemen risiko proaktif dan
diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya yang ada di tempat kerja
Menurut Kamus Bahasa Indonesia geothermal terdiri dari dua kata, yaitu geo dan
thermal. Geo adalah bumi sedangkan thermal adalah panas, jadi jika digabungkan
berarti panas bumi. Secara istilah, geothermal dapat diartikan sebagai energi panas
yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang
(Suhartono, 2012). Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam
bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas
matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk
memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban Romawi.
Namun, sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Energi panas
bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat
area perbatasan lapisan tektonik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya
dapat dibangun di sekitar lempeng tektonik dimana temperatur tinggi dari sumber
terdekat.
geothermal, diantaranya :
3. Adanya batuan reservoir yang mampu menyimpan uap dan air panas
4. Adanya batuan keras yang menahan hilangnya uap dan air panas (cap
rock)
di kulit bumi yang memberikan jalan kepada uap dan air panas bergerak
ke permukaan bumi
Menurut (BSN, 1998), panas bumi terbentuk dari hasil perpindahan panas
dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan
suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi
karena gaya apung (bouyancy) air karena gaya gravitasi selalu mempunyai
kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak
dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga
temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini
menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin
bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi. Ada
lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi
lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusa Tenggara
kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa
dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga
menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan
menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena
itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati
energi bumi (earth energy), energi batuan panas kering (hot dry rock energy),
energyi magma (energy magma), energi tekanan bumi (geopressured energy) dan
energi air panas (hydrothermal energy). Namun, dari semua energi tersebut energi
Hal ini dikarenakan pada sistem hidrotermal, pori-pori batuan mengandung air
atau uap, atau keduanya, dan reservoir umumnya letaknya tidak terlalu dalam
lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panas bumi lainnya, dimana
beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas yang sering
dll.
yang memungkinkan fluida panas bumi (uap dan air panas) mengalir ke
permukaan. Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida
utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fase dan
sistem dua fase. Pada sistem satu fase, sistem umumnya berisi air yang
mempunyai temperatur 90o-180oC dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama
besar berisi uap panas. Dalam sistem dominasi uap, diperkirakan uap
air mengisi pori-pori batuan. Karena jumlah air yang terkandung di dalam
pori-pori relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit
lebih besar dari saturasi air konat (Swc) sehingga air terperangkap dalam
dua fase yang berupa campuran uap air. Dalam sistem dominasi air,
rekahan. Pada sistem dominasi air, baik tekanan maupun temperatur tidak
fluida yaitu sistem entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan
sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalpi,
akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalpi adalah fungsi dari
bumi di daerah Nusa Tenggara Timur yang tersebar dalam enam kabupaten yaitu
Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende, Flores Timur, Lembata dan Kabupaten Alor.
Dari 18 lokasi tersebut, enam lokasi masih dalam tahap penyelidikan pendahuluan
sedangkan sepuluh lokasi sudah memasuki tahap penyelidikan detail dan dua
bumi daerah Nusa Tenggara Timur mencapai 1055 MWe yang terdiri dari 125
MWe Sumber Daya Spekulatif, 374 MWe Sumber Daya Hipotetis, 542 MWe
Cadangan Terduga dan 14 MWe Cadangan. Perioda anggaran tahun 2003 -2004,
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral (DJGSM) melalui Subdit
Ngada – NTT. Dua sumur ini diharapkan memproduksi uap yang setara 3 MWe.
Dalam kaitan ini, maka dilakukan evaluasi rinci terhadap potensi reservoir
panas bumi daerah ini, lokasi dan konstruksi sumur, strategi pemboran, serta
Sebagai tambahan, di lapangan panas bumi Mataloko telah ada satu sumur
eksplorasi MT-2 (TD = 180.02 m) yang mampu mengalirkan uap kering (dry
steam) sebesar 14.48 – 14.71 ton/jam. (TKS = 5.79 – 5.88 barg) yang setara
tergolong entalpi tinggi (2713.5 – 2727.3 kJ/kg) pada kisaran temperatur 151.9 –
176.8°C. Tidak kurang dari 1055 MWe energi panas bumi terdapat didaerah Nusa
sumur MT-2 maka temperatur reservoir panas bumi Mataloko adalah antara 270 –
yang ditindih langsung oleh sekitar 500 – 600 m lapisan penudung (clay cap).
Berarti, lapangan panas bumi ini cukup prospek untuk dikembangkan dengan
Potensi terduga sebesar 63.5 MWe dihitung berdasarkan sebaran zona konduktip
2
seluas ± 5 km (Data Base Sub Direktotat Panas Bumi, Status 2002). Rencana
pengeboran dua sumur panas bumi di daerah ini pada tahun 2003, lokasi A
terletak disebelah timur MT-2. Lokasi ini diperkirakan merupakan lokasi yang
tepat sasaran dan sangat berpeluang untuk memenuhi target produksi uap. Dengan
(zona produktif).
sekitar 78% Nitrogen, 20% oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon monoksida
dan sisanya terdiri dari Neon, Helium, Metan dan Hidrogen. Udara
dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila
Pencemaran udara adalah adanya atau masuknya salah satu atau lebih
zat pencemar di udara, dalam jumlah dan waktu tertentu, yang dapat
lainnya. Sumber pencemaran udara dapat dibagi menjadi tiga katrgori besar,
yaitu sumber perkotaan dan industri, sumber pedesaan/ pertanian dan emisi
alami.
sumber titik, walaupun di dalam kawasan industri besar akan ditemui pula
sumber area. Sumber titik di industri dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
dipantau besarannya;
sebuah proses berupa kebocoran gas atau uap dari sambungan pipa. Emisi ini
sulit untuk diperhitungkan satu per satu tetapi dapat menjadi beban emisi
yang cukup besar di dalam suatu kompleks industri. Emisi dapat diestimasi
dan pelaporan dilakukan dengan cara digabungan sebagai sumber area (KLH,
2010).
Pb, CO, SO2, hidrokarbon, NOX, dan H2S, yang secara bersamaan maupun
(benda) seperti bangunan, logam dll. Gas SO2 (sulfur dioksida), merupakan
gas polutan yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang
Disamping SO2, pembakaran ini juga menghasilkan gas SO3, yang secara
bersama-sama dengan gas SO2 lebih dikenal sebagai gas SOx (sulfur oksida).
deposisi asam, iklim global dan lapisan ozon global. Sumber utama dari SO2
adalah pembangkit listrik tenaga batu bara, pembakaran bahan bakar fosil dan
Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industry seperti pemurnian
minyak bumi (petroleum), industry asam sulfat, industri peleburan baja, dan
menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam
bentuk garam sufida misalnya Tembaga (CuFeS2 dan Cu2S), Zink (ZnS),
yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak
sulfur dari logam. Oleh karena itu, SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk
rasa jika konsentrasinya 0,3 ppm (part per million atau perbandingan
konsentrasi zat terlarut dan pelarutnya) dan menghasilkan bau yang kuat
pada tingkat konsentrasi yang lebih besar dari 0,5 ppm. SO2 adalah gas yang
dapat diserap oleh selaput lendir hidung dan saluran pernapasan. Gas SO2 dan
H2SO4 dengan konsentrasi tinggi dapat merusak paru-paru dan iritasi sistem
pernapasan kardiovaskular.
menit
berbentuk gas) seperti konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM), peleburan biji
sulfida logam untuk mendapatkan logam murni, pembakaran batu bara dan
alami yaitu gunung berapi yang merupakan sumber alami yang penting dari
gas SO2 di atmosfer. SO2 ketika dibebaskan ke atmosfer bereaksi cepat dengan
membentuk SO3 kemudian larut dalam awan dan aerosol kemudian bereaksi
G. Kerangka Konsep
penyakit akibat kerja merupakan hak asasi pekerja yang wajib dipenuhi oleh
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja pada saat bekerja sehingga dapat
terhindar dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan yang dapat
terbagi atas tiga yaitu : 1) faktor predisposisi antara lain pengetahuan dan sikap. 2)
faktor pemungkin Ketersediaan Alat Pelindung Diri. 3) faktor penguat antara lain
Sikap seorang pekerja pada saat bekerja dalam menjaga dirinya sangat
bagaimana pekerja dalam bereaksi atau merespon sesuatu yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus/ obyek , manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap yang kurang baik seperti acuh tak acuh dari pekerja dalam
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengetahuan, sikap dan penggunaan alat
pelindung diri pada saat bekerja maka dapat meningkatkan risiko terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja kepada para pekerja yang dapat mengancam
keselamatan mereka.
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Faktor Pemungkin :
Penggunaan KESEHATAN DAN
Ketersediaan Alat Alat Pelindung KESELAMATAN
Pelindung Diri Diri KERJA
Faktor Penguat :
Dukungan dari PLTPB
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel tidak diteliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
survei yaitu suatu cara yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang
1. Lokasi Penelitian
Timur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan bulan September
2016.
1. Populasi
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi dijadikan sampel (total
sampling) dengan alasan jumlah populasi yang kurang dari 100, sehingga
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
b. Data Sekunder
lembar observasi berisi daftar kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati oleh peneliti yang berupa penggunaan Alat Pelindung Diri yang
1. Teknik Pengolahan
a. Editing
oleh responden.
b. Coding
operasional,yaitu:
a) Pengetahuan:
Baik : jika skor jawaban benar ≥ 80% (10 jawaban benar dari 12
pertanyaan)
pertanyaan)
Kurang: jika skor jawaban <60% (<8 pertanyaan benar dari 12).
b) Sikap
Positif : jika nilai total jawaban responden atas pernyataan ≥ 60% (dari
12 pernyataan)
Negatif : jika nilai total jawaban responden atas pernyataan ≤ 60% (dari
12 pernyataan).
d. Entry
2. Penyajian Data
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi
A. Hasil Penelitian
salah satu perusahaan yang menggunakan tenaga panas bumi sebagai sumber
energi alternatif yang murah dan bersih yang diharapkan dapat memenuhi
Inventarisasi Sumber Daya Mineral) dan peneliti Jepang (GSJ, West JEC,
MRC dan NEDO) selama lima tahun (1997-2002) yang melakukan penelitian
mengenai reservoir.
memiliki luas daerah sebesar 10.0000 m2 dan terbagi atas beberapa bangunan
utama yaitu ruang mesin, ruang kontrol, ruang turbin, dan Kantor PLTPB.
Selain bangunan-bangunan utama tersebut juga terdapat bangunan pendukung
jawab dengan kepengurusan lainnya pada bagian operasi listrik 4 orang, bagian
pemeliharaan pusat listrik 4 orang, regu harian dan operator 4 orang, cleaning
dalam enam hari kerja dengan waktu kerja dimulai pukul 08.00-17.00 WITA
dengan spesifikasi karyawannya tiga orang pada bagian kontrol dan satu orang
melindungi pekerja dari kecelakaan atau penyakit yang serius di tempat kerja
akibat kontak dengan potensi bahaya kimia, radiologik, fisik, elektrik, mekanik
atau potensi bahaya lainnya di tempat kerja. Secara umum APD yang
digunakan pekerja di PLTPB Mataloko pada saat bekerja adalah helm, baju
a. Umur
c. Masa Kerja
yang cukup tentang Alat Pelindung Diri yaitu sebanyak 2 orang (7,14%).
4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Tentang Alat Pelindung
berdasarkan tingkat sikap positif sebanyak 27 orang (96,43%) dan yang memiliki
Alat Pelindung Diri pada saat bekerja sebanyak 15 orang (53,57%) dan responden
yang tidak memakai Alat Pelindung Diri pada saat bekerja sebanyak 13 orang
(46,43%).
B. Bahasan
terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua informasi yang telah diketahui
dan dipahami oleh para pekerja mengenai istilah, manfaat dan akibat apabila tidak
serta mengetahui bahaya atau akibat pada kesehatan dan keselamatan saat bekerja
responden yang baik akan membentuk sikap yang baik. Sebaliknya pengetahuan
responden yang buruk akan membentuk sikap yang buruk (Erawatyningsih dalam
Kota, 2015). Pengetahuan tentang alat pelindung diri bagi responden bisa didapat
melalui penyuluhan dari dinas atau instansi terkait. Diharapkan setelah diadakan
(92,86%), hal ini didukung oleh kegiatan penyuluhan tentang APD yang
yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Setiap tingkatan
perlu dilihat seberapa tinggi sikap serta faktor pemungkin responden terhadap
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari dengan
judul Pemakaian Alat pelindung diri Pekerja di Pabrik Tahu ECO Kota Semarang
belum baik. Kemungkinan bias pada variabel ini terjadi karena perbedaan
kecelakaan pada saat bekerja. Tingkat pengetahuan yang baik bukanlah jaminan
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
Setiap individu memiliki sikap yang berbeda-beda satu sama lain. Individu
memiliki sikap yang positif ketika individu merasa senang dan mampu
menempatkan dirinya pada tingkatan sikap yang ada (Sarlito dalam Putra,
2012). Begitupun sebaliknya, individu akan memiliki sikap yang negatif ketika
individu tersebut tidak merasa senang dan menerima stimulus yang ada.
memiliki sikap negatif 1 orang (3,57%). Hal ini didasari oleh pengetahuan
responden yang mayoritas baik sehingga menghasilkan suatu tingkatan afeksi
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dengan
dengan sikap positif dan negatif terhadap APD. Kemungkinan bias pada
variabel ini adalah sikap responden dalam penggunaan APD tidak hanya
suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bahwa sikap itu merupakan
akan tetapi merupakan predisposisi suatu perilaku. Sikap itu merupakan reaksi
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
(Lerik, 2008). Dari pengetahuan yang baik tentang APD, responden berpikir
dan berusaha agar menggunakan APD dengan baik dan benar sehingga dalam
(Notoatmodjo, 2012). Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak
pola cara berpikir tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya pola-pola cara
bekerja dan sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Contohnya
di PLTPB Mataloko saat bekerja APD yang digunakan oleh para pekerja
berupa helm, masker, kacamata, sarung tangan, baju pelindung dan sepatu.
Ketersediaan APD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketersediaan alat
pelindung kepala (safety helm) 50 buah bagi pekerja dan tamu yang datang ke
buah dan 1 dus masker sekali pakai bagi tamu yang datang, alat pelindung
telinga 10 buah, alat pelindung tangan 30 buah, pakaian pelindung 28, alat
pelindung kaki (safety shoes) 35 pasang dan alat pelindung jatuh berupa tali
dan sabuk pengaman sebanyak 5 buah yang disediakan oleh perusahaan tempat
para pekerja bekerja dan akan segera diganti dengan yang baru bila APD yang
pelindung diri yang wajib digunakan oleh tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
dari masker, helm, sepatu, kacamata, pakaian pelindung, pelindung telinga dan
sangat baik ditandai dengan pengawasan yang serius terhadap keadaan APD
mengadakan penilaian atau pendapat apa yang telah diketahui dan proses
(Notoatmodjo, 2010).
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi;
yang tinggi terhadap penggunaan alat pelindung diri serta ketersediaan APD di
PLTPB Mataloko mencukupi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Asrini dengan judul penelitian Gambaran Penggunaan Alat
mengisi kuesioner dengan baik dan dari data tersebut responden memiliki
pengetahuan dan sikap yang tinggi serta ketersediaan APD di PLTPB Mataloko
mencukupi, akan tetapi hasil observasi langsung peneliti melihat bahwa sebagian
responden tidak patuh dalam menggunakan APD seperti penutup kepala (helm)
dan masker. Seperti yang responden ketahui bahwa apabila tidak menggunakan
Akut (ISPA) karena tingkat keterpaparan terhadap uap belerang secara terus-
beberapa faktor. Faktor internal (berupa respon) yaitu pengetahuan dan sikap
faktor dari dalam diri seseorang dalam merespon stimulus dari lingkungannya.
Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan baik fisik maupun
penggunaan APD oleh pekerja dengan statusnya dalam keluarga yaitu sebagai
PENUTUP
A. Simpulan
berikut:
3. Penggunaan APD oleh pekerja pada saat bekerja 15 orang (53,57%) dan
orang (46,43%).
B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang APD seperti Studi korelasi
Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT). 2004. Bogor: Pusdiklat Teknologi
Mineral dan Batubara.
DISDM.. 2002. Potensi Energi Panas Bumi Propinsis Nusa Tenggara Timur Dan
Evaluasi Lapangan Panas Bumi Mataloko.
Sitorus, K. 2003. Potensi Energi Panas Bumi Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Evaluasi Lapangan Panas Bumi Mataloko.
Suyono, J. 2001. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
A. DATA RESPONDEN
Nomor Responden :
Nama responden :
Umur :
Masa Kerja :
Pendidikan Terakhir :
a. Tidak sekolah/ tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Perguruan Tinggi
B. PENGETAHUAN
1. Apa yang saudara ketahui tentang Alat Pelindung Diri?
a. Alat yang melindungi saudara dalam melakukan pekerjaan
b. Alat untuk menghindarkan saudara dari bahaya di tempat kerja
c. Tidak tahu
2. Apa tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri menurut saudara?
a. Meningkatkan pengendalian bahaya
b. Meningkatkan perlindungan keselamatan saudara
c. Tidak tahu
3. Apa manfaat penggunaan Alat Pelindung Diri menurut saudara?
a. Melindungi saudara dari bahaya lingkungan kerja
b. Mengurangi cidera pada tubuh jika terjadi kecelakaan kerja
c. Tidak tahu
4. Apa alasan saudara menggunakan Alat Pelindung Diri?
a. Diwajibkan oleh perusahaan untuk menggunakan Alat Pelindung
Diri
b. Kesadaran untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
c. Tidak tahu
5. Menurut saudara, Alat Pelindung Diri adalah alat yang bagaimana?
a. Mengganggu saat bekerja dan tidak nyaman digunakan
b. Merepotkan
c. Menjamin keselamatan saat bekerja
6. Apakah di tempat kerja saudara diwajibkan untuk menggunakan Alat
Pelindung Diri?
a. Iya
b. Tidak
7. Apa akibat apabila tidak menggunakan Alat Pelindung Diri?
a. Terjadi kecelakaan kerja
b. Terjadi penyakit akibat kerja
c. Tidak terjadi apa-apa
8. Apa kerugian apabila terjadi kecelakaan kerja?
a. Tidak tahu
b. Tidak bisa bekerja
c. Tidak mendapatkan gaji kerja
9. Menurut saudara, Alat Pelindung Diri yang bagaimana yang ingin
saudara gunakan?
a. Nyaman/enak digunakan
b. Modelnya bagus
c. Warnanya menarik
10. Siapa yang bertanggungjawab terhadap pemeliharaan Alat Pelindung
Diri?
a. Saudara sendiri
b. Rekan kerja
c. Pihak PLTPB/ perusahaan
11. Menurut saudara, apa kerugian yang ditimbulkan apabila terjadi
kecelakaan kerja?
a. Tidak tahu
b. Tidak bisa bekerja
c. Tidak mendapatkan gaji kerja
12. Menurut saudara, Alat Pelindung Diri seperti apa yang ingin saudara
gunakan?
a. Nyaman/ enak digunakan
b. Modelnya bagus
c. Warnanya menarik
C. SIKAP
Beri tanda centang (√) sesuai yang saudara rasakan
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN SS S RR TS STS
1. Saat bekerja tidak menggunakan APD (tameng wajah,
ear plug, sepatu, penutup kepala) tidak apa-apa.
2. APD (tameng wajah, ear plug, sepatu, penutup
kepala) hanya digunakan jika mengerjakan pekerjaan
dalam waktu yang lama.
3. APD (tameng wajah, ear plug, sepatu, penutup
kepala) sangat mengganggu saudara saat bekerja.
4. Pekerja wajib menggunakan APD (tameng wajah, ear
plug, sepatu, penutup kepala) saat bekerja.
5. Meskipun bekerja hanya sebentar saja, tetap harus
menggunakan APD (tameng wajah, ear plug, sepatu,
penutup kepala).
6. APD (tameng wajah, ear plug, sepatu, penutup
kepala) nyaman untuk digunakan.
7. APD (masker kain, ear plug, sepatu, penutup kepala)
nyaman untuk digunakan.
8. Berhati-hati dan waspada selama bekerja mempunyai
efek yang baik terhadap kesehatan dan mencegah
risiko pekerjaan.
9. Selama melaksanakan pekerjaan tidak dibenarkan
sama sekali merokok, makan, atau minum.
10. Setiap pekerja harus memelihara dan merawat semua
perlengkapan kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
11. Selalu memakai APD selama bekerja adalah cermin
tenaga kerja yang disiplin.
12. Bagaimana menurut saudara jika Kepala Perusahaan
menegur saudara bekerja tidak menggunakan APD?
LEMBAR OBSERVASI
Nama H1 H2 H3 H4 H5 H6
No.
Pekerja S1 K S2 S1 K S2 S1 K S2 S1 K S2 S1 K S2 S1 K S2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Keterangan:
H : Hari
S1 : Sebelum Kerja
K : Pada saat bekerja
S2 : Sesudah Kerja
LAMPIRAN 2
1 PBS 53 L 2 2 TP
2 RRJ 24 L 1 1 TP
3 R 32 L 1 1 TP
4 M.D 28 L 1 1 P
5 M.F 29 L 1 1 P
6 KA 22 L 1 1 TP
7 PTAE 24 L 1 1 P
8 ED 43 L 1 1 TP
9 H 30 L 1 1 TP
10 APK 27 L 1 1 TP
11 FH 25 L 1 1 TP
12 PMT 27 L 1 1 TP
13 DPBS 29 L 1 1 P
14 YGM 27 L 1 1 P
15 DFA 28 L 1 1 P
16 RYZ 22 L 1 1 P
17 B 27 L 1 1 P
18 F 28 L 1 1 P
19 LES 38 L 1 1 P
20 IW 32 L 1 1 TP
21 ES 44 L 1 1 TP
22 RG 38 L 1 1 TP
23 JS 34 L 1 1 TP
24 EB 45 L 1 1 P
25 FXW 21 L 1 1 P
26 FD 35 L 1 1 P
27 STK 24 L 1 1 P
28 DDS 52 L 1 1 P
Keterangan:
2. Cukup: 2 responden
3. Kurang: 0 responden
2. Negatif: 1 responden
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 7. Panas Bumi yang Berupa Lumpur Panas dan Gas Belerang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Olivia Maria Fransiska Menge Folo, lahir di Kupang, pada tanggal 1 Juli 1994.
Anak Ke-2 dari 3 bersaudari, putri pasangan Bapak Antonius Folo dan Ibu
Katarina Siena Nur Talam Nai. Penulis saat ini tinggal di Jalan Ade Irma II No.
20 Rt.020/ Rw. 007 Kompleks Perumahan Dosen Undana IV, Kelurahan Kelapa
Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Penulis menganut agama Katolik.
Pada tahun 1999 penulis memulai pendidikan di TKK Katolik Naikoten II
Kupang dan tamat pada tahun 2000, pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Dasar Katolik St. Yoseph II dan tamat pada tahun 2006,
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Bajawa dan
tamat pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMAN 5 Kupang pada
tahun 2009 dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012 melalui jalur Mandiri
penulis diterima dan tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat
pada bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Universitas Nusa
Cendana Kupang. Selama kuliah penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi
KMK St. Thomas Aquinas.