Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“RUANG LINGKUP K3 DALAM KEPERAWATAN”

Dosen Pengampu : Adelheid Ensia, S.P.d.,M.Kes

Disusun Oleh :
Alda Veronika 2020-01-14201-045
Angrea Lestari 2020-01-14201-050
Anjelsie 2020-01-14201-051
Elsa Rianni Safitri 2020-01-14201-056
Fina 2020-01-14201-059
Roby Kurniandi 2020-01-14201-072
Selpi 2020-01-14201-077

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA
MARET 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya yang telah
melimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah K3 dalam
Keperawatan tentang Ruang lingkup K3 dalam keperawatan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
masukan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Adelheid Ensia, S.P.d.,M.Kes selaku dosen mata kuliah K3 dalam
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan kepada kami. Dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Palangka Raya, 16 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Metode.........................................................................................................................2
1.3. Hasil.............................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
BAB II PENUTUP..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

ii
BAB I
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kegiatan yang dirancang untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Perawat berisiko terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan
paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun
banyak perawat yang tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya, melupakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Rumah sakit juga merupakan tempat kerja yang
berpotensi tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Karena terdapat banyak bahan mudah
terbakar, gas medis, radiasi pengion, dan bahan kimia. Membutuhkan perhatian serius
terhadap keselamatan pasien, staf dan umum. Untuk mengendalikan, meminimalisasi dan
meniadakannya bahaya di rumah sakit dapat dilakukan melalui K3RS. Sistem Manajemen
K3RS ini merupakan sesuatu yang baru dan menjadi sasaran penilaian akreditasi rumah sakit.
Selain itu Sistem Manajemen K3 merupakan faktor yang secara tidak langsung berhubungan
dengan pasien, tetapi memegang peran penting dalam pelayanan rumah sakit. Pelaksanaan
Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentukupaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan
korban jiwa ataupun kerugian materi bagi pekerja atau perusahaan. Tetapi berdampak luas
pada lingkungan dan masyarakat luas. Perilaku perawat juga merupakan peranan penting
dalam mengakibatkan suatu kecelakaan, sehingga cara yang efektif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan adalah dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman.
Pelaksanaan keselamatan pasien di Indonesia masih belum optimal, terbukti dari banyaknya
kasus mal praktik yang dilaporkan oleh media massa. Keselamatan pasien dilaksanakan demi
tercapainya 6 tujuan antara lain: ketepatan identifikasi pasien; peningkatan komunikasi yang
efektif; peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; keamanan tindakan bedah;
pencegahan risiko infeksi; dan pencegahan risiko pasien jatuh. Perawat juga merupakan
bagian dari suatu tim, yang didalamnya terdapat berbagai profesional lain seperti dokter.
Luasnya peran perawat memungkinkannya terjadinya risiko kesalahan pelayanan. Hal-hal
tersebut menempatkan peran perawat sebagai komponen penting dalam pelaporan kesalahan
pelayanan dalam pengembangan program keselamatan pasien di rumah sakit. Oleh karena itu
perlu digali berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam melaporkan kesalahan

i
pelayanan. Kesalahan praktek keperawatan dapat terjadi dalam tahap pengkajian
keperawatan,

1.2 Metode
Metode yang digunakan dalam pembahasan ini yaitu menggunakan metode tersearch
yang memberikan penjelasan dengan menggunakan analisis dari berbagai sumber seperti
buku, jurnal, e-book dan membandingkan beberapa jurnal yang berhubungan dengan ruang
lingkup pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam keperawata

1.3 Hasil
Hasil dari penelusuran ini bahwa ruang lingkup pelaksanaan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam keperawatan sangat luas, di dalamnya terdapat perlindungan teknis yaitu
perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di
setiap tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani,2013). Ruang lingkup Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di semua lini kegiatan, baik di sektor formal
maupun non formal, karena potensi ancaman bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja selalu
akan mengancam di mana pun kita berada. Banyak yang bisa kita jadikan sebagai contoh,
seperti sektor industri manufaktur berbagai limbah padat maupun cair, pencemaran udara
oleh partikel,bahan kimia, suara bising penggunaan mesin-mesin semuanya berpotensi
mengganggu kesehatan para pekerjanya. Juga seperti kejadian pasien jatuh, perawat sendiri
yang tertusuk jarum. Dengan itu di dalam sebuah tempat kerja khususnya Rumah Sakit harus
terdapat manajemen K3RS. Keselamatan dan kesehatan kerja RS merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan
bagi sumber daya manusia (SDM) RS, pasien,pengunjung/pengantar pasien, dan masyarakat
sekitar RS. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi
RS, di samping standar pelayanan lainnya. Seorang manajer senior atau direktur bertanggung
jawab untuk menjalankan RS dan mematuhi Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
Para pimpinan RS ditetapkan dan secara kolekif bertanggung jawab untuk menentukan misi
RS dan membuat rencana dan kebijakan. Tanggung jawab dan akuntabilitas (badan)
pengelola digambarkan di dalam peraturan internal (bylaws), kebijakan dan prosedur, atau
dokumen serupa yang menjadi pedoman bagaimana tanggung jawab dan akuntabilitas
dilaksanakan. Dalam pengaturan RS satu atau lebih individu yang kompeten mengatur tiap

ii
departemen / unit atau pelayanan di RS. Hal ini dapat digambarkan pada struktur organisasi,
kebijakan, maupun prosedur yang berada di RS tersebut. Oleh karena itu para manajer
memiliki kaitan langsung dengan kesehatan dan keselamatan kerja karena mereka memiliki
kendali dan boleh memberikan instruksi. Instruksi kerja pada RS ini terdapat dua instruksi
yaitu instruksi tertulis yang berupa jobdesk di masing-masing unit yang berada di RS dan
lembar disposisi mapun surat tugas keluar, sedangkan untuk instruksi kerja tidak tertulisnya
berupa perintah secara langsung maupun instruksi yang dikirimkan dengan menggunakan
handphone. RS dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan suportif
bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Secara fasilitas yang terkait tentang K3 yang
diberikan RS sudah baik, akan tetapi fasilitas yang diberikan belum lengkap, fasilitas
diberikan sesuai dengan anggaran RS tentang K3

iii
i
BAB II
2.1Pembahasan
2.1.1 Pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan kerja (Health) adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari
gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan lingkungannya
(Kuswana,2014). Kesehatan kerja adalah spesialis ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif
terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakitpenyakit umum (Santoso,2012).
Keselamatan kerja (Safety) suatu keadaan yang aman dan selamat dari penderitaan dan
kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai alat, bahan,mesin-mesin
dalam proses pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan, maupun menjaga dan
mengamankan tempat serta lingkungan kerja (Kuswana, 2014). Kesehatan dan keselamatan
kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari
resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosi terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan, serta menyangkut berbagai unsur dan pihak (Sucipto, 2014).
Menurut Ridley dan John (1983), mengartikan K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar tempat kerja tersebut (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
“Keselamatan Kerja yang diatur dalam undang-undang ini mencakup semua tempat
kerja.”
“Syarat Keselamatan Kerja wajib dipatuhi untuk mengendalikan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.”

2.1.2 Tujuan
Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari kecelakaan akibat kerja.
Sutrisni dan Ruswandi (2007) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan kerja dan kesehatan
kerja adalah untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan seseorang saat bekerja dan setelah
bekerja (Gayatri,2014).

1
2.1.3 Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup K3 sangat luas, di dalamnya termasuk perlindungan teknis yaitu
perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di
setiap tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
Ruang lingkup K3 Rumah Sakit yaitu :
1) Keselamatan terhadap faktor Penyebab penyakit
2) Keselamatan terhadap pemakaian peralatan medik dan non medik
3) Keselamatan terhadap bahan berbahaya
4) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran
5) Keselamatan terhadap bencana

2.1.4 Konsep K3
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan
lingkungan di mana pekerjaan itu dilaksanakan. Kesehatan,keselamatan dan keamanan kerja
adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja/pekerja agar selalu dalam keadaan sehat dan
selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, atau sering digunakan/dimasuki oleh tenaga kerja/pekerja yang di
dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu: adanya suatu usaha; adanya sumber bahaya; adanya tenaga
kerja/pekerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-
waktu (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
A. Wawan (2011) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah orang mengadaan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian persepsi terhadap objek. Menurut Notoatmodjo (2005),perilaku didasari
.pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan,yaitu pendidikan, pekerjaan, umur,
lingkungan dan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan
tidak serta merta timbul begitu saja, namun banyak faktor yang melatar belakangi.
Pendidikan yang tinggi, akan membuka wawasan, cara berpikir serta cara pandang yang baik.

1
Ragam pekerjaa, juga membuat orang akan memiliki pengalaman yang kemudian dapat
menambah pengetahuan. Kecelakaan kerja dapat diakibatkan karena rendahnya pengetahuan
pekerja tentang suatu teknik keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja. Beberapa
faktor yang dapat berpengaruh yaitu faktor pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, dan
sosial. Hal itu dikarenakan faktor tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
tentang suatu objek atau subjek (A. Wawan dkk., 2011). Sikap juga membantu untuk
mencapai tujuan sebagai predisposisi tindakan atau perilaku. Apabila objek sikap dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positip terhadap
objek tersebut. Sebaliknya jika objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, maka orang akan bersikap negatip terhadap objek sikap. Pengukuran sikap
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden atas suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan dengan pendapat responden.
Melalui sikap, maka akan memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata
yang mungkin dilakukan individu/karyawan dalam kehidupan sosialnya (A. Wawan 2011).
Menurut
A. Wawan (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh budaya,media
masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. Para pekerja
hendaknya diberitahu tentang prinsip-prinsip dan praktek kesehatan kerja serta sifat-sifat
bahaya kesehatan yang mungkin terjadi di tempat kerja, dan hendaknya didorong untuk
menerima kebisaaan-kebisaaan yang mengurangi risiko kesehatan (Suma’mur, 2006).

2
BAB III
3.1 Penutup
Berdasarkan research dari beberapa referensi, bahwa untuk meningkatkan ruang lingkup
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit, dalam melaksanakan kegiatan
K3 harus ada komitmen dari pengelola, perlu dilaksanakan peningkatan kemampuan dan
penyegaran bagi sumber daya manusia di Rumah Sakit. Pengetahuan karyawan RS tentang
pengertian serta manfaat K3RS sudah cukup baik, akan tetapi pengetahuan karyawan RS
belum mengetahui semua peraturan yang digunakan RS, struktur organisasi K3 belum ada
karena belum terbentuk, namun pihak manajemen RS sudah mempunyai orang yang
menangani masalah itu yaitu HRD dan Direktur RS.

1
Daftar Pustaka
Cahyono, S.B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius
Imran. (2020). Analisis Pengaruh Pendidikan dan Latihan, Motivasi,, Kepuasan Kerja
Terhadap Perawat Pada RS Ibu dan Anak Eria Bunda-Pekanbaru. Ensiklopedia of
Journal. 2 (3): 117-122.
Ivana, A., Widjasena, B., Jayanti, S. (2014). Analisa Komitmen Manajemen RS
terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada Rumah Sakit Prima Medika
Pemalang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(1) : 53-41
Hanifa, N.D., Respati, T., Susanti, Y. (2017). Hubungan Pengetahuan dengan Upaya
Penerapan K3 Pada Perawat. Bandung Meeting On Global Medicine (BaMGMH). 1
(1) : 144-149.
Maharani, D.P., Wahyuningsih, B., Jayanti, S. (2017). Pengetahuan, Sikap, Kebijakan
K3 Dengan Penggunaa Pelindung Diri di Bagian Ring spinning Unit 1. Jurnal of
Health Education. 2 (1) : 33-38
Mantiri, E., Pinontoan, O.R., Mandey, S. (2020). Faktor Psikologi Dan Perilaku
Dengan Penerapan Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine. 1 (3) : 19-27.
MN, Syaigoel H. (2012). Paradigma Baru Manajemen Occupational Health Nursing
Dalam Pembelajaran Community of Nursing. Jurnal Keperawatan. 3 (2) : 230-245.
Rejeki, Sri. (2016). Kesehatan dan Kesempatan Kerja. Jakarta Selatan : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai