Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI HAZARD DI PUSKESMAS

Oleh :

1. Arju Rohmata (1810013)


2. Cholishotun Nufus (1810023)
3. Dewinda Hera N (1810027)
4. Geovany Calvin S (1810043)
5. Mellienia Bunga C (1810057)
6. Siti Rachmawati (1810097)
7. Ulfiah Nurrahmaningtias (1810103)
8. Vira Serlisa (1810105)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 dengan judul
“Identifikasi Hazard Di Puskesmas”. Adapun dalam penyajian makalah ini
menggunakan berbagai referensi dari buku-buku  yang kemudian kami susun
menjadi satu.
Dengan demikian proses perkuliahan K3 diharapkan dapat tercapai dengan
tujuannya yaitu mahasiswa dapat mengerti dan memahami lebih jelas.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu demi kesempurnaan selanjutnya, kritik, saran,
dan komentar yang konstruktif dari pembaca sekalian sangat dibutuhkan.

Surabaya, 13 mei 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata
pengantar......... ..........................................................................................................
.........................................ii

Daftar
isi.......... .....................................................................................................................
.........................................iii

Bab 1
Pendahuluan.............................................................................................................
.............. ............1

Rumusan
masalah.......................................................................................................................
..............................2

Tujuan
masalah...... ................................................................................................................
..................................2

Bab II
Pembahasan..............................................................................................................
.............................2

Pengertian....... ...........................................................................................................
..............................................2

Pengenalan potensi bahaya dipuskesmas dan masalah yang


ditimbulkannya... ..................3

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja


dipuskesmas......................................................3

iii
Induktor kebersihan keselamatan dan kesehatan kerja
dipuskesmas.... .................................5

Bab III
Penutup.....................................................................................................................
.............................9

Kesimpulan..... ..........................................................................................................
.................................................9

Saran....... ...................................................................................................................
...............................................9

Daftar
Pustaka.... ..................................................................................................................
.............................10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina
dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.
Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang
rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah
juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tetap harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan
kepada masyarakat tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) bagi seluruh pekerja, pasien, dan pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas antara lain penyakit-penyakit infeksi,
kecelakaan, radiasi bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan
psikososial dan ergonomi. Adanya potensi bahaya diperlukan upaya untuk
mengendalikan dan meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya. K3
di lingkungan puskesmas perlu dikelola dengan baik melalui manajemen
risiko Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining Control
(HIRADC).

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian


materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya
akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam
penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,

1
keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. (Prof. Dr. Soekidjo
notoamodjo, prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat, jakarta,
rineka cipta, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari bahaya?
2. Bagaimana pengenalan potensi bahaya dipuskesmas dan masalah yang
ditimbulkannya?
3. Bagaimana proses pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
dipuskesmas?
4. Bagaimana indikator keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja
dipuskesmas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu memahami pengertian dari bahaya?
2. Mampu mengetahui bagaimana pengenalan potensi bahaya
dipuskesmas dan masalah yang ditimbulkannya?
3. Mampu mengetahui bagaimana proses pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja dipuskesmas?
4. Mampu mengetahui bagaimana indikator keberhasilan keselamatan
dan kesehatan kerja dipuskesmas?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Bahaya adalah suatu potensi yang dapat menimbulkan kerugian,gangguan
kesehatan,cidera,kerusakan properti dan lingkungan atau kerugian dalam
produksi. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit diakibatkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Penilaian resiko adalah proses perkiraan
kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan dan
besarnya akibat dalam jangka waktu tertentu. Resiko kesehatan adalah
besarnya kemungkinan yang dimiliki oleh suatu bahan,proses atau kondisi
untuk menimbulkan kesakitan,gangguan kesehatan,dan penyakit akibat
kerja yang dipengaruhi oleh magnitude of hazard. Standar operasional
prosedur adalah penetapan standar pelaksanaan pekerjaan baik secara
resmi maupun tidak resmi oleh manajemen tentang tahapan kegiatan yang
akan dilaksanakan pekerjaan sebagai acuan dalam bekerja. Standar
precaution yaitu pengurangan terjadinya penyakit infeksi yang disebabkan
oleh penularan kontak langsung terhadap bahan infeksius maupun alat
yang tidak steril atau mengandung bahan infeksius.

2.2 Pengenalan Potensi Bahaya Dipuskesmas dan Masalah Yang


Ditimbulkannya
Potensi Bahaya Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi
bahaya beragam terhadap kesehatan disemua tempat baik didalam maupun
diluar gedung yang dapat timbul dari: lingkungan tempat kerja, proses
kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan penyakit
akibat kerja. Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan
masalah yang ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat
melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga terhindar dari
berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan. Potensi bahaya
umum, yaitu potensi bahaya yang sama terdapat disemua ruangan.
a. Fisik: pencahayaan, suhu atau kelembaban, ventilasi. Masalah
kesehatan yang timbul: gangguan mata, stress, kepanasan atau
kedinginan.
b. Biologi: lalat, kecoa, tikus, nyamuk, kucing. Masalah kesehatan yang
timbul: diare, pes, malaria, demam berdarah, tyroid.
c. Sanitasi: sampah non medis, air bersih, jamban. Masalah kesehatan
yang timbul: pencemaran lingkungan, penularan penyakit infeksi.
d. Kontruksi bangunan: bangunan, ukuran ruangan, listrik. Masalah
kesehatan yang timbul: kecelakaan akibat tertimpa, luka kesetrum,
kebakaran, terbentur.

2.3 Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dipuskesmas


a. Tahap perencanaan

3
Sosialisasi K3 di puskesmas, membuat komitmen dan kebijakan kesehatan
dan keselamatan kerja di Puskesmas (komitmen adalah kesepakatan
seluruh pegawai puskesmas untuk menjalankan K3 di puskesmas
dilakukan secara tertulis dan ditandatangani oleh seluruh petugas),
Pembentukan tim K3 ditetapkan dengan surat keputusan kepala
puskesmas, Perencanaan K3 (Mapping potensi masalah di puskesmas,
Membuat perencanaan (RPK) dan renstra dalam satu tahun dan lima
tahun). Pencegahan dapat dilakukan dengan:

1. Promotif: Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kepada


seluruh petugas, memasang leaflet, brosur budaya kesehatan dan
keselamatan kerja, melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani,
rekreasi.
2. Preventif: penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai
sabun, apd, mengganti alat berbahaya, pengaturan shift kerja
3. Kuratif: Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum,
Penatalaksanaaan kecelakaan akibat kerja , Melakukan pengobatan
penyakit akibat kerja , Melakukan rujukan kasus.
4. Rehabilitative: Ditujukan untuk mencegah kecacatan dan kematian,dan
rekomendasi penempatan kembali petugas pasca kecelakaan kerja.

b. Tahap pelaksanaan
1. Menyusun SOP, rambu, petunuk k3
2. Pembudayaan SOP K3
3. Penyediaan sarana dan prasarana K3 (APD, APAR, Vaksin dll)
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat
5. Pengelolaan alat
6. Pengelolaan limbah
7. Peningkatan kemampuan sumberdaya (pelatihan pencegahan
infeksi, cuci tangan dengan benar)
8. Pengendalian resiko dengan upaya:
 Eliminasi.
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya
dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk
menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam
menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling
efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja
dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan
benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.
Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan
misalnya: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang
terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.

 Substitusi

4
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan,
proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi
lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan
bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun
desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya:
Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi
mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan
pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi
kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku
padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau
basah.

 Isolasi
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan
bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya
kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu
unit sistem mesin atau peralatan. Contoh-contoh implementasi
metode ini misal adalah adanya penutup mesin/machine guard,
circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation
system, sensor, sound enclosure.

 Pengendalian secara administrasi


Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang
yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode
kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan
dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara
aman. Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan,
adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan,
modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan,
manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll.

 Alat pelindung diri


Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan
merupakan hal yang paling tidak efektif dalam pengendalian
bahaya,dan APD hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari
dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu
dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung
diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Alat pelindung diri
Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet),
kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug,
Pakaian (Uniform) dan Sepatu Keselamatan. Dan APD yang
lain yang dibutuhkan untuk kondisi khusus, yang

5
membutuhkan perlindungan lebih misalnya: faceshield,
respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll.

c. Tahap pengawasan
Pemantauan dan evaluasi Pengawasan dilakukan oleh tim K3 secara
berkala sesuai jadwal dalam rencana. Pemantauan dilakukan terhadap
kepatuhan SPO,penyediaan APD, penyediaan kebutuhan sarana
prasarana, pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat, pengelolaan
alat, pengelolaan limbah, peningkatan kemampuan sumber
daya,penyediaan alat dukungan K3,penilaian resiko.dengan
menggunakan instrumen. Evaluasi dilakukan secara internal oleh tim
k3 setiap tahun bertujuan untuk menilai pelaksanaan K3 di
Puskesmas,hasilnya digunakan untuk perencanaan tahun berikutnya.

2.4 Indikator Keberhasilan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Dipuskesmas
1. Komitmen dan kebijakan kepala puskesmas
2. Adanya SK tim
3. Adanya rencana kerja
4. Adanya dukungan sarana dan prasarana
5. Tingkat kepatuhan petugas atas SOP
6. Angka kecelakaan akibat kerja menurun
7. Pengelolaan limbah

6
ANALISIS JURNAL:
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN PENENTUAN
KONTROL DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

Judul jurnal
Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penentuan control di puskesmas
gambirsari Surakarta.
Nama jurnal
IJMS (Indonesian journal on medical science)
Institusi
Universitas sebelas maret Surakarta
Penulis
Reni wijayanti, ari probandari, mega aini, amaliasalim, hera Amelia, berlian adji,
windy.
Tahun – volume
Volume 4 no.2 tahun 2017
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bahaya yang tidak diinginkan pada puskesmas agar dapat di
lakukan pengendalian sejak dini.

Desain penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif, penelitian
dilakukan di puskesmas gambirsari kabupaten Surakarta.
Latar belakang
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari sumber daya
kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan adalah Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat
pertama yang memiliki peranan sangat penting dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan primer yang berada di
sekitar lingkungan masyarakat. Berdasarkan Kepmenkes Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas menyatakan
bahwa Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan
Kabupaten/Kota yang ber-tanggung jawab dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Dalam menjalankan fungsinya,
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di
wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014). Puskesmas Gambirsari merupakan salah
unit fungsional UPTD kesehatan Kota Surakarta yang memiliki wilayah kerja

7
yang cukup besar dengan jumlah penduduk di 45.136 jiwa, dan merupakan
puskesmas non rawat inap. Tenaga kerja Puskesmas Gambirsari yang tercatat
pada tahun 2016 sejumlah 27 orang.

Hasil Penelitian
Puskesmas Gambirsari memiliki pelayanan poli umum, poli gigi, poli KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak), poli gizi, dan laboratorium. Puskesmas Gambirsari
yang berhubungan dengan K3L meliputi:
a. Pendaftaran: Puskesmas Gambirsari melayani pasien rawat jalan,
pemeriksaan kehamilan dan kontrasepsi,dan imunisasi.
b. Poliklinik: yang ada di Puskesmas Gambirsari terdiri dari Poli Umum,
Poli KIA, Poli Gigi, dan Poli Gizi.
c. Ruang Tunggu: Di Puskesmas Gambirsari disediakan ruang tunggu di
beberapa tempat, antara lain di tempat pendaftaran, di dekat poli dan dekat
apotek. Pada setiap ruang tunggu disediakan kursi dengan sandaran
punggung.
d. Apotek: Apotek di Puskesmas Gambirsari melayani kebutuhan farmasi
bagi setiap pasien yang datang berobat. Pelayanan yang diberikan bersifat
dasar. Apotek di Puskesmas Gambirsari dilayani oleh dua orang apoteke.
e. Laboratorium: Laboratorium di Puskesmas Gambirsari melayani hanya
beberapa pemeriksaan untuk penegakan diagnosis diantaranya
pemeriksaan urin, hemoglobin, dan golongan darah.
f. Aula: Puskesmas Gambirsari memiliki sebuah aula yang digunakan untuk
ruang rapat maupun untuk menunjang kegiatan Puskesmas seperti
penyuluhan maupun pelatihan kader.
g. Kantor: di Puskesmas Gambirsari terdapat dua ruangan yang digunakan
sebagai kantor.
h. Toilet: Puskesmas Gambirsari memiliki satu buah toilet untuk pasien di
sebelah ruang tunggu dan dua buah toilet untuk petugas di kedua ruangan
kantor.
Beberapa temuan identifikasi bahaya yang terdapat di Puskesmas Gambirsari
Kabupaten Surakarta antara lain:
a. Pemanfaatan tempat sampah kurang optimal
 Dampaknya: sampah beresiko tercampur tanpa membedakan jenisnya.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode eliminasi (dilakukan
perawatan berkala), substitusi (mengganti tempat sampah yang rusak
dengan yang baru), administrasi (memasang instruksi penggunaan).
b. Letak APAR kurang mudah dijangkau
 Dampaknya: apabila dibiarkan dapat menghambatpada saat situasi
gawat darurat.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode teknik (diletakkan di
posisi yang mudah dijangkau), administrasi (dipasang instruksi
penggunaan),dan APD (dilengkapi dengan alat penunjang lainnya
seperti helm keselamatan.membersihkan dengan menggunakan masker
agar kotoran tidak terhirup).
c. Kabel kurang tertata rapi

8
 Dampaknya: meningkatkan resiko petugas kesehatan maupun pasien
terjatuh dan menyebabkan cedera.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode eliminasi
(menyingkirkan kabel dan mengganti dengan wireless microphone)
dan teknik (dirapikan dan dijauhkan dari ruang gerak).
d. Kipas angin kurang terawatt kebersihannya
 Dampaknya: membahayakan kesehatan pernafasan pasien maupun
petugas kesehatan apabila digunakan terus menerus.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode teknik
(membersihkan kipas dari kotoran dan debu secara berkala) dan APD
(membersihkan dengan menggunakan masker agar kotoran tidak
terhirup).
e. Terdapat atap berlubang di poli
 Dampaknya: meningkatkan risiko infeksi pernafasan karena debu dan
kotoran yang jatuh ke dalam ruangan poli.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode substistusi (ditutup
dengan bahan yang padat seperti tripleks), dan teknik (membersihkan
atap poli secara berkala).
f. Tidak adanya tanda jalur evakuasi
 Dampaknya: saat dapat meningkatkan resiko jatuh pada setiap orang yang
menggunakannya.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode eliminasi (membuang
kursi yang sudah rusak), substitusi (mengganti dengan yang baru), dan
teknik (dilakukan perawatan berkala).
g. Kamar mandi licin dan kurang terawat.
 Dampaknya: meningkatkan resiko jatuh terhadap pengguna fasilitas
kamar mandi.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode teknik (memperbaiki
bak mandi agar air tidak bocor), dan administrasi (memasang tanda
peringatan bahwa area licin).
h. Penggunaan arus listrik berlebih
 Dampaknya: meningkatkan risiko terjadinya kebakaran karena
konsleting.
 Pengendalian bahaya dilakukan melalui: metode substitusi (memasang
jalur konektor lebih banyak sehingga tidak menumpuk dalam satu
tempat), dan teknik (menggunakan konektor sesuai dengan
kebutuhan).

Kesimpulan
Dengan temuan-temuan risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tersebut,
maka pihak pengelola Puskesmas Gambirsari Surakarta perlu melakukan langkah-
langkah perbaikan untuk mengurangi risiko yang ada. Sebagian besar peniliaan
risiko bahaya yang ditemukan adalah tingkat risiko bahaya masih dapat diterima,
tetapi tetap perlu dilakukan perbaikan walaupun dari segi waktu belum mendesak.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahaya adalah suatu potensi yang dapat menimbulkan kerugian,gangguan
kesehatan,cidera,kerusakan properti dan lingkungan atau kerugian dalam
produksi. Potensi Bahaya Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai
potensi bahaya beragam terhadap kesehatan disemua tempat baik didalam
maupun diluar gedung (fisik, biologi, sanitasi, kontruksi bangunan).
Pelaksanaan kesehatan dipuskesmas ada beberapa tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaksanaan. Ada beberapa
indicator keberhasilan keselamatan dipuskesmas antara lain komitmen dan
kebijakan kepala puskesmas, adanya SK tim, adanya rencana kerja, adanya
dukungan sarana dan prasarana, tingkat kepatuhan petugas atas SOP,
angka kecelakaan akibat kerja menurun, dan pengelolaan limbah.

3.2 Saran
Kami berharap para pembaca bisa memahami materi yang telah kami
sampaikan dalam makalah ini dan kami juga berharap para pembaca lebih
banyak membaca tentang materi ini dari sumber-sumber yang lain.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang


Pusat Kesehatan Masyarakat

Prof. Dr. Soekidjo notoamodjo. Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat.


Jakarta. Rineka cipta. 2003.

Sumakmur. keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. CV. Masagung.


Jakarta. 1989.

11

Anda mungkin juga menyukai