Anda di halaman 1dari 20

Pembelajaran 2.

Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


Tempat Kerja

A. Kompetensi

Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan


dapat menerapkan praktik kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari materi dalam pembelajaran ini, Anda dapat :

1. Mengidentifikasi bahaya di tempat kerja


2. Mengidentifikasi posis yang tepat untuk pintu daruat
3. Menerapkan prosedur dan instruksi tempat kerja untuk mengendalikan resiko
secara akurat
4. Menganalisis isu-isu keshatan dan keselamatan kerja sesuai dengan prosedur
tempat kerja yang relevan
5. Menidentifikasi dokumen kesehatan dan keselamatan kerja yang relevan
secara periodik diperiksa dan rekomendasinya ditindaklanjuti
6. Mengidentifikasi teknik-teknik penanganan keselamatan secara manual dan
tehnik keselamatan operasi peralatan diterapkan setiap waktu;
7. Menerapkan prosedur pertolongan pertama secara darurat diikuti
8. Menganalisis penyakit akibat kerja
9. Menerapkan prosedur pengobatan penyakit akibat kerja

C. Uraian Materi

1. Prosedur Kerja untuk Mengidentifikasi Bahaya dan Pengendalian


Risiko
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 27


Keselamatan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana karyawan
dalam melaksanakan pekerjaannya dengan terbebas dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan sehingga mereka tidak merasa khawatir akan mengalami kecelakaan
(Suparyadi, 2015:384).
Selanjutnya kita beralih membahas mengenai pengertian kesehatan kerja.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
praktiknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun social dengan
usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta
terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996).
Berikut adalah pengertian dan definisi Keselamatan dan Keseha tan Kerja (K3)
tersebut : Secara filosofis bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani ataupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya
(Suma’mur, 1996).
Adapun tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat
2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan
efisien
3) Agar proses produksi dapat berjalan dengan lancer tanpa hambatan apapun
(Suma’mur, 1996)
Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
1) Mencegah dan mengarungi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran
2) Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja
3) Mencegah dan mengurangi angka kematian, cacat tetap, dan luka ringan
4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya
5) Meningkatkan produktivitas
6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal
7) Menjamin tempat kerja aman
8) Memperlancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi
(Suma’mur, 1996)

28 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


b. Bahaya dan Potensi Bahaya
Pengertian bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja
(PAK) - definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007.
Menurut Tarwaka (2008) hazard atau potensi bahaya dapat dikelompokkan
berdasarkan kategori-kategori umum atau dapat juga disebut sebagai energy
potensi bahaya sebagai berikut:
1) Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances).
2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazard).
3) Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazard).
4) Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazard).
5) Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazard).
6) Potensi bahaya gravitasi dan aselerasi (Gravitational and Accelerational
Hazard).
7) Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazard).
8) Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazard).
9) Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazard).
10) Potensi bahaya ergonomic (Hazard Relating to Human Factor).
11) Potensi bahaya lingkungan kerja (Environmental Hazard).
12) Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses
produksi, properti, image public, dan lain-lain.

c. Sumber Bahaya
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian
langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dicegah dengan cara dideteksi sumber-
sumber bahaya yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
tersebut. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari:
1) Manusia
2) Peralatan
3) Bahan
4) Proses
5) Cara Kerja
6) Bangunan, Peralatan dan Instalasi

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 29


7) Lingkungan

d. Identifikasi Bahaya
Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko merupakan salah
satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (OHSAS 18001:2007
klausul 4.3.1).
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk
mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat
kerja (Tarwaka, 2008).
Identifikasi bahaya merupakan tindakan awal dari suatu sistem manajemen
pengendalian risiko yang merupakan suatu cara untuk mencari dan mengenali
terhadap semua jenis kegiatan, alat, produk dan jasa yang dapat menimbulkan
potensi cedera atau sakit yang bertujuan dalam upaya mengurangi dampak negatif
risiko yang dapat mengakibatkan kerugian asset perusahaan, baik berupa
manusia sebagai tenaga kerja, material, mesin, hasil produksi, maupun financial
(Slamet Ichsan, 2004).

Proses identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain, yaitu:


1) Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja,
sistem kerja, kondisi kerja, dan lain-lain) yang ada di tempat kerja.
2) Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.
3) Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang
berhubungan dengan objek-objek tersebut.
4) Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya.
5) Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi (Tarwaka, 2008).

Identifikasi bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional perusahaan


di tempat kerja meliputi :
1) Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.
2) Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor,
pemasok, pengunjung dan tamu.
3) Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.

30 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


4) Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5) Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan
Perusahaan.
6) Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan den gan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.
7) Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat
sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8) Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9) Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.

e. Prosedur Kerja dan Instruksi Kerja dalam Pengendalian Resiko


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008:1106) prosedur
diartikan sebagai: (1) tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas; (2)
metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.
Manfaat prosedur kerja K3 ini tidak hanya berdampak pada karayawan akan tetapi
juga berdapak pada perusahaan itu sendiri. Berikut ini manfaat yang bisa diambil
jika perusahaan itu menerapkan prosedur kerja K3.
1) Pekerja merasa aman melakukan pekerjaannya dan perusahaan juga
diuntungkan karena tidak harus mengeluarkan biaya penyembuhan terhadap
karyawan yang celaka akbit kerja.
2) Hemat waktu-karena kawayan tidak harus berpikir panjang dan hanya
mengikuti prosedur yang telah diterapkan.
Sebenarnya masih banyak manfaat yang bisa didapatkan baik itu oleh perusahaan
atau pun karyawan dengan adanya prosedur kerja K3 yang jelas.
Sedangkan untuk instruksi kerja, menurut ISO 9001; 2000 Instruksi Kerja adalah
dokumen mekanisme kerja yang mengatur secara rinci dan jelas urutan suatu
aktifitas yang hanya melibatkan satu fungsi saja sebagai pendukung Prosedur
Mutu atau Prosedur Kerja.
Secara prinsip instruksi kerja menguraikan bagaimana satu langkah dalam suatu
prosedur dilakukan. Terkadang penulisan prosedur sangat panjang sehingga tidak
rinci penguraiannya sehingga memerlukan penjelasan yang lebih d etail dan rinci

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 31


dengan menggunakan instruksi kerja. Namun terkait pembuatan instruksi kerja
masih terdapat perdebatan, instruksi kerja dibuat untuk menjelaskan bagian dari
prosedur secara rinci namun juga terdapat juga beberapa pendapat ahli yang
mengatakan bahwa instruksi kerja dapat dibuat apabila belum ada prosedur
standar yang dibuat. Namun dalam hal ini penulis termasuk yang mendukung
bahwa instruksi kerja merupakan bagian dari prosedur. Apabila belum ada
prosedurnya, maka tentunya perlu dibuat terlebih dahulu. Tidak semua prosedur
memerlukan instruksi kerja. Apabila prosedur sudah cukup jelas menggambarkan
proses maka tentunya tidak diperlukan instruksi kerja.

f. Prosedur Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Kecelakaan, Api, dan Darurat
Langkah-Langkah Penanggulangan Kebakaran sebagai berikut:
1) Jika terjadi kebakaran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memadamkan secara langsung dengan alat pemadam yang sesuai yang
diletakkan pada tempat terdekat.
2) Jika api tidak padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi kepala
gedung (fire marshall).
3) Bunyikan alarm / tanda bahaya kebakaran jika api belum padam.
4) Apabila alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi (pengosongan gedung)
melalui pintu darurat dan segera lakukan pemadam dengan alat pemadam
yang tersedia.
5) Hubungi unit pemadam kebakaran untuk minta bantuan dengan identitas yang
jelas
6) Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi (pengosongan gedung) dan
bantu kelancaran petugas pemadam
7) Beritahu penolong atau petugas pemadam tempat alat pemadam dan sumber
air
8) Utamakan keselamatan jiwa dari pada harta benda

Penyelamatan Diri
1) Buat rencana penyelamatan diri, dengan menentukan sedikitnya dua jalur
keluar dari setiap ruangan. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela, jadi
perhatikan apakah pembatas ruangan akan mengganggu rencana ini. Buatlah
denah penyelamatan diri.

32 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


2) Persiapkan petunjuk arah di pintu darurat.
3) Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan
tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk di bawah,
tutup mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi.
4) Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman.
Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat,
demikian pula jika harus melalui jendela.
5) Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut tebal yang
dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila tidak ada jalan
lain kecuali menerobos kobaran api.

g. Mengenal Seluruh Pintu Darurat di Tempat Kerja


Bangunan pabrik atau gedung perkantoran yang dijadikan ruang produksi dan
bekerja para karyawan sangat penting untuk memperhatikan beberapa syarat
tentang keselamatan kerja terutama keberadaan pintu keluar darurat dan rambu-
rambunya. Beberapa pabrik yang memiliki risiko kebakaran sangat tinggi (kimia,
kayu, textile) diharuskan oleh pemerintah untuk memahami secara keseluruhan
sistem keamanan tersebut.
Beberapa hal penting tentang pintu keluar darurat sebagaimana kita ketahui
adalah sebagai berikut:
 Pada sebuah bangunan ruang produksi harus memiliki minimal 2 pintu keluar.
Apabila terjadi situasi darurat dan pintu yang pertama tidak bisa diakses, maka
pintu kedua bisa menjadi alternatif
 Pintu darurat harus SELALU dalam keadaan tidak terkunci, atau untuk alasan
keamanan, kunci harus diletakkan pada posisi yang mudah dan cepat
dijangkau
 Tidak boleh ada benda-benda yang bisa menghalangi akses menuju pintu
darurat
 Perlu adanya rambu yang menunjukkan letak pintu keluar darurat
 Rambu yang digunakan harus mudah dilihat dan dikenal dalam keadaan gelap
atau pada waktu tidak ada tenaga listrik
 Jalur keamanan menuju pintu keluar darurat harus jelas tergambar pada lantai
atau dinding bangunan

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 33


Beberapa rambu untuk pintu darurat banyak tersedia dalam berbagai macam dan
desain. Rambu dengan lampu aliran listrik dan dilengkapi dengan lampu darurat
(baterai) adalah merupakan pilihan yang terbaik tetapi dengan biaya yang cukup
mahal. Walau bagaimanapun yang paling utama adalah pemahaman akan
pentingnya beberapa hal tersebut di atas pada sebuah bangunan produksi yang
berisiko besar terjadinya kebakaran ataupun bencana yang lain.

Gambar 1 Simbol Pintu Darurat Berwarna Hijau


Sumber: Modul KKNI Level IV Etika Profesi dan K3

2. Partisipasi dalam Pengaturan Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja

a. Isu-Isu Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut menurut Swasto (2011) Keselamatan kerja menyangkut segenap proses
perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul
dalam lingkungan pekerjaan. Sedangkan Mangkunegara (2009) mengungkapkan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kondisi yang aman atau
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Risiko
keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik yang terpotong, luka memar,
keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
Tenaga kerja merupakan asset perusahaan yang harus diberi perlindungan oleh
pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mengingat ancaman bahaya
yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kualitas pekerja dapat dipengaruhi
oleh salah satunya yaitu dengan pelaksanaan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang baik, karena kecelakaan kerja dapat menyangkut masalah
produktivitas. Peraturan perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

34 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


merupakan salah satu upaya dalam pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja, peledakan, kebakaran, dan pencemaran lingkungan kerja yang
penerapannya menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan serta kondisi
lingkungan kerja. (Silaban, 2008:35).
Di Indonesia angka kecelakaan kerja menunjukkan angka yang sangat
mengkhawatirkan. Bahkan menurut penelitian International Labor Organization
(ILO), Indonesia menempati urutan ke 52 dari 53 negara dengan manajemen K3
yang buruk. Padahal biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan sangat
besar apabila sampai terjadi kecelakaan di tempat kerja (Hanggraeni, 2012).
Budaya keselamatan dalam bekerja akan menjadi lebih efektif apabila komitmen
dilaksanakan secara nyata dan terdapat keterlibatan langsung dari pekerja dan
pengusaha dalam upaya keselamatan kerja. Keterlibatan pekerja dalam
keselamatan kerja tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, berupa
keaktifan pekerja dalam kegiatan K3, memberikan masukan mengenai adanya
kondisi berbahaya di lingkungan, menjalankan dan melaksanakan kegiatan
dengan cara yang aman, memberikan masukan dalam penyusunan prosedur dan
cara kerja aman, dan mengingatkan pekerja lain mengenai bahaya K3 (Ramli,
2010).

b. Mengidentifikasi Dokumen Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Formulir Daftar Dokumen Induk K3 digunakan untuk mengidentifikasi dokumen-
dokumen apa saja yang digunakan dalam penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Formulir ini juga bermanfaat untuk
mengendalikan dokumen-dokumen K3 yang terdistribusi dalam penerapan Sistem
Manajemen K3.
Identifikasi dokumen memuat antara lain :
1) Jenis dan Tingkatan (Level) Dokumen K3.
2) Nomor Dokumen K3.
3) Tanggal Terbit Dokumen K3.
4) Judul Dokumen K3.
5) Nomor Revisi Dokumen K3.
6) Tanggal Revisi Dokumen K3.
7) Penyusun Dokumen K3.
8) Pemberi Persetujuan Dokumen K3.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 35


9) Penanggung Jawab Perawatan dan Penyimpanan Dokumen K3.
10) Lokasi Penyimpanan Dokumen K3.
11) Masa Simpan Dokumen K3.
12) Keterangan lain-lain yang relevan dengan dokumen K3.

Beberapa Jenis dan Tingkatan (Level) Dokumen K3 antara lain :


1) Dokumen Tingkat I (Satu): Pedoman (Manual) Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2) Dokumen Tingkat II (Dua): Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3) Dokumen Tingkat III (Tiga): Instruksi Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4) Dokumen Tingkat IV (Empat): Formulir/Catatan/Rekaman/Laporan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5) Dokumen Tingkat IV (Lima): Pengumuman dan Surat-Menyurat.

Diharapkan dengan formulir ini, petugas K3 dapat dengan lebih mudah


mengidentifikasi serta mengelola dokumen-dokumen apa saja yang digunakan
dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Contoh Formulir Daftar Dokumen Induk K3 :

Gambar 2 Formulir Daftar Dokumen Induk K3


Sumber: Modul KKNI Level IV Etika Profesi dan K3

c. Klarifikasi Kewajiban, Prosedur dan Praktik-Praktik Kesehatan dan


Keselamatan Kerja

36 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


Dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari sebagai tenaga kerja harus ikut serta
dalam menciptakan area kerja yang aman dan menjalankan pekerjaan tanpa
mengalami kecelakaan. Berikut adalah Kewajiban dan Hak Tenaga kerja yang
diatur dalam UU No 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
1) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
atau ahli keselamatan kerja;
2) Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
3) Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
4) Meminta pada pengurus (perusahaan) agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
5) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
Tenaga kerja atau karyawan diwajibkan memberikan keterangan yang benar saat
dimintai seperti pada saat pemeriksaan kecelakaan, dan senantiasa mengikuti
aturan yang berlaku di lingkungan perusahaan.
Selain itu, karyawan atau tenaga kerja juga dapat menolak jika syarat keselamatan
diragukan atau tidak tersedia, sebagai contoh saat diper intahkan melakukan
pekerjaan di atas ketinggian namun perlengkatan keselamatan seperti safety
harness tidak tersedia (Sumber : www.darmawansaputra.com).

3. Praktik-Praktik Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keamanan kerja merupakan unsur-unsur penunjang yang mensupport
terwujudnya situasi kerja yang aman, baik berbentuk materil ataupun non materil.
Unsur penunjang keamanan yang berbentuk materiil, yakni : pakaian, helm,
kacamata dan sarung tangan. Sedangkan unsur penunjang keamanan yang
berbentuk nonmaterial, yakni: buku-buku panduan pemakaian alat, rambu-rambu
dan isyarat bahaya, himbauan-himbauan dan petugas keamanan.

Prasyarat lingkungan kerja yang aman, yakni :


1) Ada pembagian pekerjaan dan tanggung jawab dan wewenang ya ng pasti.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 37


2) Ada ketentuan kerja yang fleksibel.
3) Ada penghargaan atas hak dan keharusan pekerja senantiasa diberikan.
4) Ada prosedur kerja sesuai sama ketentuan SOP.

Keselamatan kerja yaitu beberapa ilmu dan pengetahuan yang aplikasinya


sebagai unsur-unsur penunjang seseorang karyawan supaya selamat saat tengah
bekerja dan sesudah melaksanakan pekerjaannya.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam suatu organisasi/instansi/perusahaan/
yayasan, yaitu :
1) Tenaga kerja: Adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
2) Pengusaha adalah :
 Orang, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.
 Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya.
 Orang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia dalam
huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
3) Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang memperkerjakan tenaga
kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun
Negara.
4) Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-
sumber bahaya, baik darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.

Pihak pengusaha atau perusahaan melakukan prosedur bekerja dengan aman


dan tertib dengan cara :
1) Menetapkan standar K3;

38 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


2) Menetapkan tata tertib yang harus dipatuhi;
3) Menetapkan peraturan-peraturan;
4) Mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan K3 ini kepada seluruh
tenaga kerja;
5) Memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan;

Beberapa faktor penyebab timbulnya kecelakaan kerja, antara lain :


1) Faktor nasib dari para tenaga kerja;
2) Faktor lingkungan fisik tenaga kerja, seperti mesin, gedung, ruang, peralatan;
3) Faktor kelalaian manusia;
4) Faktor ketidakserasian kombinasi faktor-faktor produksi yang dikelola dalam
perusahaan.

Cara Mengantisipasi Kecelakaan Kerja


1) Menerapkan prosedur bekerja sesuai dengan SOP (Standard Operational
Procedure)
a) Seluruh unsur yang ada harus mengetahui sarana, peraturan kesehatan
dan prosedur kemanan organisasi;
b) Seluruh staf bekerja sesuai dengan tugas atau kewajibannya;
c) Tenaga kerja yang tidak dapat melakasanakan kewajiban harus melapor
kepada pihak yang berwenang agar ada antisipasi jika timbul masalah.
2) Melaksanakan prosedur dengan memperhatikan K3, yaitu seluruh unsur yang
ada (pimpinan, karyawan mempunyai “tugas perawatan” yang berkaitan
dengan masalah K3.
a) Pimpinan atau pengusaha harus menyiapkan dan menyediakan :
 Kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan bagi karyawan/tenaga
kerja di tempat kerja;
 Akses yang aman di tempat kerja;
 Informasi, pelatihan, dan supervisi.
b) Karyawan atau tenaga kerja harus :
 Bekerja sama dengan pimpinan dna tenaga kerja yang lain secara baik;
 Bekerja dan menggunakan peralatan dengan aman;
 Memperhatikan keselamatan dan kesehatan orang lain di tempat kerja;
3) Bekerja sesuai dengan peraturan atau prosedur kerja.

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 39


Menginformasikan laporan kepada pihak yang terkait dengan segera
a) Secara langsung, datang ke tempat yang dimintai pertolongan;
b) Secara tidak langsung, dengan menggunakan media komunikasi, seperti
telepon, handphone, internet, pesan SOS, e-mail, dan surat.
4) Melaporkan kejadian yang mencurigakan secara tertulis/lisan.
Jika terjadi hal-hal yang tidak seperti biasanya, ganjil, atau aneh, segera
laporkan kepada pihak yang berwenag (atasan atau kepolisian), baik secara
tertulis maupun secara lisan.

b. Peringatan Bahaya dan Tanda-Tanda Keselamatan


Sinyal peringatan di tempat kerja, berbentuk gambar, kalimat, himbauan, lampu
warna, dan isyarat badan. Sinyal sudah terjadinya bahaya di tempat kerja bisa
berbentuk alarm kebakaran, alarm pencurian, alarm kebocoran gas, sirine
ambulan dan nada tembakan. Di antara kondisi yang bisa menyebabkan bahaya
di tempat kerja bisa bersumber dari fisik, biologis, kimia, faal dan psikologis.
1) Flammable (Mudah Terbakar)
2) Corrosive (Korosif)
3) Toxic (Beracun)
4) Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)
5) Explosive (Bersifat Mudah Meledak)

Gambar 3 Peralatan K3
Sumber: Modul KKNI Level IV Etika Profesi dan K3

40 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


Gambar 4 Tanda Bahaya
Sumber: Modul KKNI Level IV Etika Profesi dan K3

Gambar 5. Rambu K3

c. Prosedur Pertolongan Pertama Secara Darurat


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) merupakan pertolongan pertama
yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 41


penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat
rujukan atau Rumah sakit. P3K yang dimaksud yaitu memberikan perawatan
darurat pada korban, sebelum pertolongan pertama yang lengkap diberikan oleh
dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Prinsip Dasar
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut
diantaranya:
1) Pastikan anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau
kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita
menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau
masih dalam bahaya.
2) Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien.
Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumber daya yang ada baik
alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila anda bekerja dalam tim,
buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
3) Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah anda
lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dan sebagainya.
Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan
tambahan oleh pihak lain.

Sistematika Pertolongan Pertama


Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :
1) Jangan Panik
2) Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
3) Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
4) Pendarahan.
5) Perhatikan tanda-tanda shock.
6) Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
7) Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setiap pemberian pemberian pertolongan pada kecelakaan secara terinci tentu
berbeda, tergantung pada jenis kecelakaan yang terjadi, jenis dan bentuk cidera
serta situasi dan kondisi korban. Namun pada dasarnya pertolongan pertama pada
kecelakaan harus dilakukan secara sistematis berdasar kepada DR CAB, yaitu :
1) Danger (Bahaya)

42 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


2) Response (Respon)
3) Compression (Tekanan pada Dada)
4) Airway (Jalan Nafas)
Setelah melakukan 30 kompresi, buka jalan nafas korban dengan metode
Head-tilt chin-lift. Tujuannya adalah untuk membuka jalan nafas korban yang
tersumbat oleh lidah yang tertarik ke tenggorokan sehingga menutupi jalan
nafas. Cara melakukan metode Head-tilt chin-lift yaitu:
 Letakkan telapak tangan anda di dahi korban dan letakkan jari-jari tangan
anda yang lain di bawah dagu korban.
 Kemudian tekan dahi ke bawah sambil angkat dagu keatas sehingga
kepala korban mendongak keatas dan mulut korban terbuka.
5) Breathing (Bernafas)
Setelah jalan nafas terbuka, lanjutkan dengan pemberian 2 kali nafas bantuan
dari mulut ke mulut. Perhatikan membusungnya dada korban untuk
memastikan Volume tidal. Volume tidal adalah jumlah udara yang dihirup dan
dihembuskan setiap kali bernafas, dimana volume tidal normal sesorang
adalah 350-400ml. Adapun cara memberikan nafas bantuan sebagai berikut :
 Pastikan jalan nafas korban masih dalan posisi terbuka dengan metode
Head-tilt chin-lift sebelumnya.
 Tekan hidung korban untuk memastikan tidak ada udara yang bocor
melalui hidung, ambil nafas dengan normal lalu tempelkan mulut serapat
mungkin pada mulut korban dan tiupkan nafas Anda melalui mulut.
Lakukan dengan perbandingan 30:2 yaitu 30 kompresi dada dan 2 kali
napas bantuan, sampai ada respon dari korban atau sampai bantuan
medis tiba. Perlu diketahui, bahwa otak tidak boleh kekurangan oksigen
lebih dari 4 menit terutama saat diketahui jantung seseorang berhenti. Itu
artinya Anda hanya punya waktu kurang dari 4 menit untuk melakukan RJP
atau CPR pada korban.
 Resusitasi jantung paru-paru (Cardio Pulmonary Resuscitation/CPR)
Ini adalah langkah-langkah penyelamatan jiwa seseorang dimana denyut
jantung telah berhenti. CPR adalah kombinasi dari masase jantung dari
luar dan resusitasi mulut ke mulut. Untuk melakukan CPR dengan
seharusnya Anda sudah mengikuti latihan sehingga berkurang

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 43


kemungkinan Anda melakukan kesalahan yang malah bertambah cedera
pada penderita.
Adapun susunan prioritas pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan yaitu
pada korban:
1) Henti napas.
2) Henti jantung.
3) Pendarahan berat.
4) Syok ketidak sadaran.
5) Pendarahan ringan.
6) Patah tulang atau cidera lain.

Tindakan penolong selama melakukan pertolongan pertama, harus di perhatikan


pula:
1) Hindari memindahkan korban.
2) Jangan pernah ragu.
3) Hubungi petugas yang berwenang.

D. Rangkuman

1. Keselamatan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana


karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya dengan terbebas dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan sehingga mereka tidak merasa khawatir
akan mengalami kecelakaan.
2. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
praktiknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setingi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial
dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
3. Secara praktis, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya
perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula orang lain yang
memasuki tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara
aman dan efisien dalam pemakaiannya.

44 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga


4. Adapun tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah: (1) Agar tenaga kerja
dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat
dan sehat; (2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan
secara aman dan efisien; (3) Agar proses produksi dapat berjalan dengan
lancer tanpa hambatan apapun.
5. Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat
kerja.
6. Identifikasi bahaya adalah proses pencarian terhadap bahaya yang ada pada
semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan
potensi cedera ataupun sakit.
7. Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada
periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
8. Pengendalian merupakan metode untuk menurunkan tingkat faktor bahaya
dan potensi bahaya sehingga tidak membahayakan. Apabila suatu risiko
terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai,
maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko
sampai batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan
dan standar yang berlaku.
9. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan cara untuk
melakukan pekerjaan mulai awal hingga akhir yang didahului dengan penilaian
risiko terhadap pekerjaan tersebut yang mencakup keselamatan dan
kesehatan terhadap karyawan.
10. Untuk menciptakan suasana kerja yang bersih dan rapi, berikut beberapa tips
yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan kerja: (1) Memisahkan barang
yang diperlukan dan tidak diperlukan lagi; (2) Menentukan tata letak dengan
rapi, sehingga dapat dengan mudah menemukan barang yang diperlukan; (3)
Tidak menimbun sampah di sekitar meja kerja; (4) Memelihara barang agar
tetap bersih dan jauh dari debu.
11. Beberapa hal penting tentang pintu keluar darurat sebagaimana kita ketahui
adalah sebagai berikut: (1) Pada sebuah bangunan ruang produksi harus
memiliki minimal 2 pintu keluar; (2) Pintu darurat harus selalu dalam keadaan
tidak terkunci, atau untuk alasan keamanan, kunci harus diletakkan pada posisi
yang mudah dan cepat dijangkau; (3) Tidak boleh ada benda-benda yang bisa

Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 45


menghalangi akses menuju pintu darurat; (4) Perlu adanya rambu yang
menunjukkan letak pintu keluar darurat; (5) Rambu yang digunakan harus
mudah dilihat dan dikenal dalam keadaan gelap atau pada waktu tidak ada
tenaga listrik; (6) Jalur keamanan menuju pintu keluar darurat harus jelas
tergambar pada lantai atau dinding bangunan.

46 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga

Anda mungkin juga menyukai