Menuju Desentralisasi
Berkesimbangan
Sadu Wasistiono
Abstrak
Sampai saat ini Indonesia belum memiliki cetak biru (blue print) atau disain besar
(grand design) desentralisasi yang akan dijalankan untuk jangka panjang. Perubahan
umumnya dilakukan untuk jangka pendek dan sangat tergantung situasi politik pada
saat undang-undang tentang desentralisasi dibuat, sehigga arahnya seringkali menjadi
tidak jelas dan membuat bingung para penyelenggara pemerintahan daerah. Indonesia
melakukan perubahan besar dalam pola pembagian urusan pemerintahan maupun dalam
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Perubahan
tersebut nampaknya akan terjadi lagi dalam waktu dekat seiring dengan adanya revisi
terhadap UU Nomor 32 Tahun 2004. Menyimak pengalaman selama ini, perlu dipikirkan
filosofis dan paradigma perubahan dalam politik desentralisasi di Indonesia. Arahnya
adalah pada desentralisasi berkeseimbangan, dengan menyeimbangkan antara prinsip
demokratisasi dengan prinsip efektivitas dan efisiensi, serta antara hak, wewenang,
kewajiban pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan antar pemerintah daerah.
Desentralisasi berkeseimbangan pada prinsipnya sejalan dengan Pancasila yang hakekatnya
merupakan ideologi jalan tengah dan berkeseimbangan.
1
Lihat misalnya, buku St. Sularto dan T. Jakob Koekerits (penyunting). 1999.
Federalisme Untuk Indonesia. Jakarta: Penerbit Kompas. Atau buku Ikrar Nusa Bhakti
dan Riza Sihbudi (penyunting). 2002. Kontroversi Negara federal Mencari Bentuk
Negara Ideal Indonesia Masa Depan. Bandung: Penerbit Mizan.
2
Lihat, UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Komite Nasional Indonesia Daerah yang
menggambarkan semangat desentralisasi pada awal kemerdekaan.
3
The World Bank, Independent Evaluation Group. 2008. Decentralization in Client
Countries – An Evaluation of World Bank Support, 1999-2007. Hlm. 10-11.
4
Ibid.
5
Pembentukan daerah otonom baru yang lebih banyak didasarkan pertimbangan
politis dengan alasan tuntutan demokrasi menyebabkan pemerintah pusat
mengalami masalah besar dalam melaksanakan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Untuk memperlambat tuntutan
TABEL 1
HASIL REKAPITULASI PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM BARU
DARI TAHUN 1999 S/D TAHUN 2008
PROVINSI 2 5 7
KABUPATEN 90 73 163
KOTA 25 8 33
Catatan : S/d akhir tahun 2009, DOB telah bertambah menjadi 205,
sehingga total seluruh DO = 524 (33 Prov dan 491 kab/
kab/kota).
kota).
Sumber : Buku Laporan Penyusunan Disain Besar Penataan Daerah di
Indonesia, ditertbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri,
Negeri, 2009.
8
The World Bank. Op.cit. Hlm. XI.
9
Jennie Litvack, Junaidi Achmad, and Richard Bird. 1999. Rethinking Decentralization
in Developing Countries. Washington D.C: The World Bank. Hlm. 2.
10
Cheema, G.S and Rondinelli. G.A (editors). 1983. Decentralization and Development:
Policy Implementation in Developing Countries. Beverly Hills: Sage.
11
Lihat misalnya S. Schiavo-Campo and P.S.A. Sundaram. 2001. To Serve and To Preserve
: Improving Public Administration in A Competitive World. Asian Development Bank.
12
Ibid. Hlm. 130.
13
Lihat Sadu Wasistiono, et all. 2002. Evaluasi Pelaksanaan Otonomi daerah Sebagai
Upaya Awal Merevisi UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999.
Prosiding Seminar Nasional. Diterbitkan oleh Pusat Kajian Pemerintahan STPDN.
Cetakan kedua .
14
Lihat Sadu Wasistiono. Dalam Pasang Surut Otonomi Daerah- Sketsa Perjalanan 100
Tahun. Jakarta: Yayasan Tifa. Hlm. 155-194.
15
Lihat The Liang Gie. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jilid I, II, dan III.
Jakarta: Penerbit Gunung Agung Jakarta. Buku ini berisi gambaran kronologis dan
sistematis perkembangan pemerintahan daerah di Indonesia sejak awal
kemerdekaan sampai akhir tahun 1965, setelah lahirnya UU Nomor 18 Tahun
1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 19 Tahun 1965
tentan Desapraja. Lihat pula Buku Pasang Surut Otonomi Daerah- Sketsa
Perjalanan 100 Tahun. Ibid.
16
Sadu Wasistiono dan Fernandes Simangunsong. 2009. Metodologi Ilmu
Pemerintahan. Edisi I cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
17
Theodorson, G & Theodorson A. 1969. A Modern Dictionary of Sociology. New York:
Thomas Y. Crowell.
18
Akira Iida. 2004. Paradigm Theory and Policy Making. Tokyo: Turtle Publishing.
19
Lihat Sadu Wasistiono, dalam Pasang Surut. Op.cit. Hlm. 157-158. Di sini hanya
digambarkan dalam bentuk perbandingan tabel tanpa disertai penjelasan yang
lengkap.
kecil (kabupaten/kota). Pada sisi lain, masa itu memang eranya pembangun-
ada daerah dengan isi otonomi yang an. Ukuran keberhasilan kinerja
terbatas (pada provinsi) dan daerah pemerintah daerah dilihat dari
dengan isi otonomi yang luas (daerah pembangunan daerahnya. Pada masa
kabupaten/kota). Sebagai penye- UU Nomor 22 Tahun 1999, yang
imbang, posisi gubernur sebagai wakil kemudian dilanjutkan oleh UU Nomor
pemerintah pusat di daerah diperkuat 32 Tahun 2004, fungsi utama peme-
dalam menjalankan fungsi dekon- rintah daerah berubah menjadi pelayan
sentrasi. masyarakat.20 Perubahan ini sejalan
Kebijakan itu diteruskan pada munculnya paradigma baru dalam
masa UU Nomor 32 Tahun 2004. kajian administrasi publik. Ewan Ferlie
Bahkan pemerintah pusat telah menge- et.al., mengemukakan pandangan
luarkan PP Nomor 19 Tahun 2010 bahwa dalam paradigma the new public
tentang Tata cara Pelaksanaan Tugas management, ada empat model yang
dan Wewenang serta Kedudukan ditawarkan. Model keempat dinama-
Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pe- kan public service orientation yang
merintah di Wilayah Provinsi. Melalui menekankan pada tiga hal, yakni: a)
PP ini gubernur diberi wewenang concern with service quality; b) a concept
untuk melaksanakan koordinasi, of citizenship; c) stress on the development
pembinaan dan pengawasan pemerin- of societal learning.21 Paradigma pelayan-
tahan, menjaga kehidupan berbangsa an publik ini nampaknya dilanjutkan
dan bernegara serta memelihara penggunaannya pada revisi UU Nomor
stabilitas politik di wilayah provinsi. 32 Tahun 2004, 22 karena menurut
Paradigma lainnya yang perlu berbagai literatur tentang administrasi
dibandingkan terkait dengan fungsi publik, paradigma ini masih akan
utama pemerintah daerah. Pada masa bertahan lama sebab merupakan fungsi
UU Nomor 5 Tahun 1974, fungsi utama hakiki lembaga pemerintahan.
pemerintah daerah adalah sebagai Paradigma selanjutnya dalam
promotor pembangunan karena pada perbandingan ini adalah penggunaan
20
Lihat konsiderans UU Nomor 22 Tahun 1999 maupun UU Nomor 32 Tahun 2004,
didalamnya menekankan perlunya pemberian pelayanan kepada masyarakat. Isi
konsideran semacam itu tidak ada di dalam konsideran UU Nomor 5 Tahun 1974.
21
Ewan Ferlie, Lynn Ashburner, Louise Fritzgerald, and Andrew Pettigrew. 1996.
The New Public Management in Action. Oxford: Oxford University Press.
22
Lihat Naskah Akademik RUU revisi UU Nomor 32 Tahun 2004.
23
Lihat Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 (yang asli) yang menjelaskan
bahwa MPR adalah pemegang kedaulatan rakyat dan Presiden adalah pemegang
kekuasaan pemerintahan, serta Penjelasan UUD 1945 (yang asli).
24
Lihat Pasal 80 UU Nomor 5 Tahun 1974, yang menyatakan bahwa “Kepala Wilayah
sebagai Wakil Pemerintah adalah penguasa tunggal di bidang pemerintahan dalam
wilayahnya dalam arti memimpin pemerintahan, mengkoordinasikan
pembangunan dan membina kehidupan masyarakat di segala bidang.
25
Lihat Pasal 34 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 1999 yang menyebutkan bahwa : “
Pengisian jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan oleh DPRD
melalui pemilihan secara bersamaan; serta Pasal 44 ayat (2) yang menyatakan
bahwa : “Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Kepala Daerah
bertanggung jawab kepada DPRD.
26
Lihat misalnya UU Nomor 22 Tahun 1948, UU Nomor 1 Tahun 1957, maupun UU
Nomor 18 Tahun 1965.
27
Lihat Pasal 7, 8 dan 9 UU Nomor 5 Tahun 1974.
28
Lihat Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 1999, meskipun kemudian pada Pasal 8
ayat (1) disebut sebagai penyerahan kewenangan.
29
Lihat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun 2002 tanggal 20 Februari
2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota, dan Daftar
Kewenangan Kabupaten dan Kota per bidang dari Departemen /LPND. Keputusan
ini mengatur secara rinci berbagai urusan pemerintahan kabupaten dan kota yang
diakui kewenangannya oleh Pemerintah Pusat. Isi rincian tersebut kemudian
menjadi embrio bagi model pembagian urusan pada UU Nomor 32 Tahun 2004
yang ditindaklanjuti melalui PP Nomor 38 Tahun 2007.
30
Lihat Ketetapan MPR-RI Nomor IV/MPR-RI/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam
Penyelenggaraan Ototnomi Daerah, khususnya rekomendasi nomor 7.
31
Sadu Wasistiono, et al. Op.cit.
32
Lihat Syaukani H.R. 2004. Menolak Kembalinya Sentralisasi – Memantapkan Otonomi
Daerah. Editor Hery Susanto dkk. Jakarta: Penerbit Komunal.
33
Lihat Bab III UU Nomor 32 Tahun 2004 yang berjudul Pembagian Urusan
Pemerintahan.
34
Lihat ketentuan Pasal 1 butir nomor (5) yang menyatakan bahwa urusan
pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan
mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka
melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
provinsi dan kabupaten/kota yang se- kan pola “fungsi mengikuti uang”
mula sebanyak 26 buah akan dikurangi (function follows money), yang ditandai
menjadi sekitar tujuh buah, mencakup dengan banyaknya program yang
urusan pemerintahan yang benar- diatur melalui Instruksi Presiden
benar berkaitan dengan kebutuhan (Inpres), seperti bantuan desa, pasar,
dasar masyarakat, yakni: urusan pe- jalan kabupaten, kesehatan dan lain
merintahan bidang pendidikan, sebagainya. Berdasarkan dana yang
kesehatan, fasilitas umum, perhu- diberikan kemudian dibentuk unit
bungan, kegiatan perekonomian yang pemerintahan yang ditugaskan menge-
menciptakan lapangan pekerjaan, lola dana tersebut.35 Dana perimbang-
penyediaan perumahan, penyediaan an diberikan dalam bentuk program-
kebutuhan administrasi umum. program yang sudah disiapkan oleh
Sedangkan selebihnya dimasukkan ke pemerintah pusat sampai ke hal yang
dalam urusan pemerintahan pilihan, sangat teknis (model specific grant).36
yang akan dipilih oleh daerah sesuai Pada masa UU Nomor 22 Tahun
dengan potensi unggulannya. Urusan 1999 sebagai buah dari gerakan refor-
pemerintahan yang berkaitan dengan masi, dibuat kebijakan perimbangan
kelestarian lingkungan hidup seperti keuangan yang lebih adil bagi daerah.37
kehutanan, pertambangan akan Salah satu ganjalan penting dalam
ditangani oleh pemerintahan daerah hubungan antara pemerintah pusat
provinsi disertai pengaturan pemba- dengan pemerintah daerah adalah
gian hasilnya dengan daerah mengenai perimbangan keuangan,
kabupaten/kota. selain mengenai luasnya kewenangan
Paradigma perimbangan keuang- pemerintah dan kepegawaian. Daerah-
an antara pemerintah pusat dengan daerah yang memiliki kekayaan alam
pemerintahan daerah merupakan yang besar seperti di Riau, Kalimantan
fokus perbandingan lainnya. Pada Timur dan Papua merasa diperlakukan
masa UU Nomor 5 Tahun 1974 diguna- tidak adil karena mereka memperoleh
35
Pembentukan unit Pembangunan Desa (Bangdes) karena adanya Inpres Bantuan
Desa, demikian pula pembentukan unit Puskesmas karena adanya Inpres
Kesehatan.
36
Model bangunan SD Inpres, Puskesmas, Gudang Lantai Kering disiapkan secara
seragam dari pemerintah pusat, tanpa memperhatikan karakteristik dan kebutuhan
daerah, sehingga daerah kesulitan dalam melaksanakan programnya.
37
Lihat UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
38
Lihat UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 25 Tahun 1999.
39
Naskah Akademik Revisi UU Nomor 33 Tahun 2004 yang disusun oleh Tim Asistensi
Menteri Keuangan RI Bidang Desentralisasi Fiskal, dipaparkan dalam acara
Diseminasi Revisi UU Nomor 33 Tahun 2004 di Batam tanggal 15 Juli 2010. Penulis
merupakan salah satu yang diundang untuk membahas.
40
Lihat Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa Pegawai Negeri
adalah Unsur Aparatur Negara.
Tabel 2:
Trend Dana Perimbangan (DBH, DAU dan DAK) Tahun 2001-2008
280,0
DAPER 81,1 94,7 111,1 122,9 143,2 222,1 244,7 266,8 21,2
200,0
179,5
Triliun Rp
160,0 4,0
164,8
145,7
4,0
2,7
120,0
0,6
88,8
0,7
82,1
80,0 77,0
69,2
60,3
0,0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
REALISASI APBN APBN-P APBN
Keterangan : - Realisasi 2001 s.d 2003 berdasarkan PAN, 2004, 2005, dan 2006 berdasarkan LKPP (audited). DBH DAU DAK
- Tahun 2007 menggunakan angka APBN-P 2007 ; - Tahun 2008 angka APBN 2008
41
Lihat Pasal 76 ayat UU Nomor 22 Tahun 1999 yang menegaskan bahwa Daerah
mempunyai kewenangan untuk pengangkatan, pemindahah, pemberhentian,
penetapan pensiun, gaji, tunjangan, dan kesejahteraan pegawai, serta pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Daerah yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, berdasarkan peraturan perundang-undangan.
42
Lihat PP Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Kepada Masyarakat.
43
Lihat Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
44
Lihat Ketetapan MPR-RI Nomor IV/MPR-RI/2000 rekomendasi Nomor 7.
45
Lihat Sadu Wasistiono. 2009. “Makalah Untuk RUU tentang Desa,” disampaikan
pada Rapat Pembahasan RUU tentang Desa di Jakarta, bulan Oktober.
46
Seminar Nasional Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia yang diselenggarakan di
Jakarta tanggal 31 Juli 2010 membahas keseimbangan antara dimensi politik dan
dimensi administrasi negara, dengan pembicara tokoh politik dan akademisi
tingkat nasional.
ekonomi nasional, yang pada giliran- Iida, Lida. 2004. Paradigm Theory and
nya akan membuat Indonesia menjadi Policy Making. Tokyo: Turtle
negara yang maju serta disegani di Publishing.
forum internasional. Litvack, Jennie, Junaidi Achmad &
Richard Bird. 1999. Rethinking
Datar pustaka Decentralization in Developing
Countries. United Nations of
Campo, S. Schiavo- and P.S.A. America: The World Bank
Sundaram. 2001. To Serve and To Washington D.C.
Preserve : Improving Public Nusa Bhakti, Ikrar dan Riza Sihbudi,
Administration in A Competitive (penyunting). 2002. Kontroversi
World. Asian Development Bank. Negara federal– Mencari Bentuk
Cheema, G.S and Rondinelli, G.A Negara Ideal Indonesia Masa Depan.
(editors). 1983. Decentralization Bandung: Penerbit Mizan.
and Development : Policy St.Sularto dan T.Jakob Koekerits,
Implementation in Develoing penyunting. (1999). Federalisme
Countries. Beverly Hills: Sage. Untuk Indonesia. Jakarta: Kompas.
Ferlie, Ewan, Lynn Ashburner, Louise Theodorson, George & Theodorson A.
Fritzgerald, and Andrew 1969. A Modern Dictionary of Socio-
Pettigrew. 1996. The New Public logy. New York: Ty Crowell Co.
Management in Action. England: The World Bank, Independent Eva-
Oxford University Press. luation Group. 2008. Decentrali-
Gie, The Liang. 1995. Pertumbuhan zation in Client Countries An
Pemerintahan Daerah di Negara Evaluation of World Bank Support,
Republik Indonesia, Jilid I, II, dan III. 1999-2007.
Jakarta: Gunung Agung. Wasistiono, Sadu et all. 2002. Evaluasi
H.R, Syaukani. 2004. Menolak Pelaksanaan Otonomi daerah Sebagai
Kembalinya Sentralisasi – Upaya Awal Merevisi UU Nomor 22
Memantapkan Otonomi Daerah, Tahun 1999 dan UU Nomor 25
editor Hery Susanto dkk. Jakarta: Tahun 1999. Proceeding Seminar
Komunal. Nasional. Diterbitkan oleh Pusat
Kuhn, Thomas S. 2002. The Structure of Kajian Pemerintahan STPDN,
Scientific Revolution : Peran Cetakan kedua.
Paradigma Dalam Revolusi Sains Wasistiono, Sadu. 2006. Pasang Surut
(Terj). Bandung: Penerbit Remaja Otonomi Daerah- Sketsa Perjalanan
Rosdakarya. 10 Tahun. Jakarta:Yayasan Tifa.
Wasistiono, Sadu & Fernandes Kabupaten dan Kota per bidang dari
Simangunsong. 2009. Metodologi Departemen /LPND.
Ilmu Pemerintahan, Edisi I cetakan Naskah Akademik RUU revisi UU
kedua. Jakarta: Universitas Nomor 32 Tahun 2004.
Terbuka. Naskah Akademik Revisi UU Nomor
UUD 1945 (yang asli) 33 Tahun 2004 yang disusun oleh
Ketetapan MPR-RI Nomor IV/MPR- Tim Asistensi Menteri Keuangan
RI/2000 tentang Rekomendasi RI Bidang Desentralisasi Fiskal.
Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Sadu Wasistiono, Makalah Untuk RUU
Ototnomi Daerah. tentang Desa, disampaikan pada
UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Rapat Pembahasan RUU tentang
Komite Nasional Indonesia Daerah. Desa di Jakarta, bulan Oktober
UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang 2009.
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah.
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
PP Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Laporan Penyelenggaraan Pemerin-
tahan Daerah Kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggung-
jawaban Kepala Daerah Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daeah, dan
Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Kepada Masyarakat.
PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerinahan
Daerah Kabupaten/Kota.
Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 130-67 Tahun 2002 tanggal
20 Februari 2002 tentang
Pengakuan Kewenangan Kabupaten
dan Kota, dan Daftar Kewenangan
Jurnal Ilmu Politik, Edisi 21, 2010 53