Anda di halaman 1dari 16

DESENTRALISASI, PEMERINTAH LOKAL DAN

OTONOMI DAERAH

Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas


Pada Mata Kuliah
“Otonomi Daerah”

DOSEN PENGAMPU :
AKI EDI SUSANTO M.E

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
SITI NUR HAYATI
IIN UMMATUL KHOIRIAH
AHMAD HIDAYAT

YAYASAN PENDIDIKAN SAID PERINTAH MASOHI


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)
SAID PERINTAH MASOHI
KELAS KOBISONTA
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kuasa-Nya,

sehingga peneliti mampu menyelesaikan makalah ini sesuai dengan tenggang

waktu yang diberikan. Kami menyadari jika selama proses pengerjaan makalah

ini, banyak pihak telah memberikan bantuan dan dukungannya. Oleh karena itu,

kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bpk. Aki Edi Susanto,

M.E, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan di setiap tahapan

pengerjaan makalah hingga selesai.

Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin

untuk menyelesaikannya dengan baik, namun kami juga menyadari jika masih

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran

dari pembaca untuk menyempurnakan kekurangan yang ada dalam makalah ini.

Akhir kata, kami berharap jika makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian

dan pihak-pihak lainnya.

Setibakti, 04 Juni 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Desentralisasi............................................................................................6
B. Pemerintah Lokal.......................................................................................8
C. Otonomi Daerah......................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak kolapsnya rejim Soeharto pada tahun 1988, demokrasi telah

menjadi isu besar di Indonesia. Pemisahan Timor-timor dari wilayah

NKRI, tuntutan kemerdekaan dari beberapa propinsi seperti Papua, Aceh

dan Riau telah membawa efek significant terhadap kebutuhan membentuk

suatu sistem pemerintahan yang demokratis. Sistem desentraliasi terdahulu

yang termuat dalam UU No. 5 tahun 1974 terwarnai oleh

ketidakseimbangan kekuasaan dan kewenangan antara pemerintah pusat

dan daerah. Pada waktu itu pemerintah pusat secara eksesif

mengintervensi kebijakan otonomi daerah tidak hanya pada tahapan

formulasi dan implementasi tapi juga tahapan evaluasi kebijakan

(Simamarta, 2002).

Mengikuti era transisi pemerintahan, pergerakan kemerdekaan dari

beberapa propinsi dan tuntutan dari pemerintah daerah atas otoritas yang

lebih luas, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan otonomi daerah

yang tertera dalam UU No 22/1999. Kebijakan otonomi daerah yang

secara efektif diterapkan pada tahun 2001 tersebut, pada prinsipnya

memberikan peranan yang lebih luas kepada pemerintah daerah dalam

mengelola urusan kepemerintahan dan pelayanan publik kecuali urusan-

urusan pertahanan-keamanan, politik luar negeri, fiscal dan moneter,

kejaksaaan dan agama (UU No. 22/1999).

4
Tujuan utama dari kebijakan otonomi daerah adalah untuk

mendorong pemberdayan masyarakat, membentuk potensi dan kreativitas

masyarakat dan untuk meningkatkan partisipasi publik dalam

pembangunan daerah (UU No. 22/1999). Terlebih tujuan otonomi daerah

untuk membawa pemerintah lebih dekat kepada publik sehingga pelayanan

publik oleh pemerintah daerah lebih efektif dan efisien dan untuk

mengembalikan kodrat daerah yang selama ini telah terlalu didominasi

pemerintah pusat (SMERU Research Institute 2002).

Senada dengan hal tersebut, UU No 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah sebagai acuan terbaru pengganti UU No. 22 tahun

1999 juga menggunakan asas otonomi dalam kerangkan desentralisasi

dalam tubuh NKRI. Namun demikian, terlepas apakah selama ini baik UU

No. 22/1999 dan UU No. 32 Tahun 2004 telah secara efektif menerapkan

framework desentralisasi sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan

pemerintahan di daerah, konsep desentralisasi sangatlah esensial untuk

dipahami secara mendalam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian Desentralisasi dan pemerintah local?

2. Bagaimanakah pengertian dari otonomi daerah?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Desentralisasi

a. Pengertian Desentralisasi

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan

wewenang pemerintah kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Berdasarkan Pasal ini tampak bahwa Indonesia menganut desentralisasi

territorial dalam penyelenggaraan pemerintahan. Desentralisasi dalam

pelaksanaannya harus berorientasi pasa dasar negara yaitu pancasila yang

berarti demokrasi menjadi salah satu hal yang harus di perhatikan.

b. Jenis-jenis Desentralisasi

Desentralisasi ini kemudian dibagi dua, yaitu desentralisasi territorial

dan desentralisasi fungsional. Van Der Pot dan Donner (dalam Ridwan

2009: 16) berpendapat bahwa :

a) Desentralisasi territorial (territorial decentralisastie) yaitu

pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah

tangga daerah masing-masing (otonom), yang melahirkan badan-

badan berdasarkan wilayah (gebiedscorporaties), sedangkan

6
b) Desentralisasi fungsional (functionele decentralisastie) adalah

pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau

beberapa kepentingan tertentu, yang muncul dalam bentuk badan-

badan dengan tujuan tertentu (doelcolporaties).

c. Kelebihan dan Kelemahan Desentralisasi

a) Kelebihan Desentralisasi

Menurut Josef Riwu Kaho (1982 : 12- 13) ada beberapa

kelebihan desentralisasi yakni sebagai berikut :

1. Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.

2. Dalam menghadapi masalah-masalah yang sangat mendesak

yang membutuhkan tindakan cepat, daerah tidak perlu

menunggu instruksi dari pemerintah pusat.

3. Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk, karena setiap

keputusan, pelaksanaannya dapat segera diambil.

4. Dalam sistem desentralisasi dapat diadakan pembedaan

(diferensiasi) dan pengkhususan yang berguna bagi

kepentingan-kepentingan tertentu, khususnya desentralisasi

territorial, dapat lebih mudah menyelesaikan diri kepada

kebutuhan-kebutuhan dan keadaan-keadaan daerah.

5. Dengan adanya desentralisasi territorial, maka daerah otonom

dapat merupakan semacam laboratorium dalam hal-hal yang

terbaik, dapat diterapkan diseluruh negara, sedangkan hal-hal

7
yang kurang baik dapat di lokalisir / dibatasi pada suatu daerah

tertentu saja dan oleh karena itu dapat lebih mudah ditiadakan.

6. Mengurangi kemungkinan campur tangan dari pemerintah

pusat.

7. Lebih memberikan kepuasan bagi daerah-daerah karena

sifatnya lebih langsung. Ini merupakan factor psikologis.

b) Kelemahan Desentralisasi

Desentralisasi selain memiliki keuntungan, desentralisasi

juga memiliki beberapa kelemahan yaitu (Ridwan 2009 : 18) :

1. Karena besarnya organ-organ pemerintahan, maka struktur

pemerintahan bertambah kompleks, hal mana mempersulit

koordinasi.

2. Keseimbangan dan keserasian serta bermacam-macam

kepentingan, daerah dapat lebih mudah terganggu.

3. Khusus mengenai dekonsentrasi territorial dapat mendorong

timbulnya apa yang disebut Daerahisme dan Propinsialisme.

4. Keputusan yang di ambil memerlukan waktu yang lama karena

membutuhkan perundingan-perundingan yang lama.

5. Dalam penyelenggaraan desentralisasi diperlukan biaya yang

lebih banyak dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan

kesederhanaan.

B. Pemerintah Lokal/Daerah

a. Pengertian Pemerintah Daerah

8
Menurut Suhady dalam Riawan (2009: 197) Pemerintah sebagai

pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan masyarakat

dalam sebuah Negara, kota dan sebagainya. Pemerintahan dapat juga

diartikan sebagai lembaga atau badan yang menyelenggarakan

pemerintahan Negara, Negara bagian, atau kota dan sebagainya.

Pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh kekuasaan yaitu

kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif.

Sedangkan pemerintah dalam arti sempit hanya meliputi cabang

kekuasaan eksekutif saja ( W. Riawan Tjandra 2009 : 197).

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa yang dimaksud pemerintahan

daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah

daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Negara Tahun 1945.

b. Tujuan dan Peran Pemerintah Daerah

Tujuan pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk

meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat disamping sebagai sarana pendidikan politik

di tingkat lokal.

Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan. Pemerintah daerah meliputi Gubernur, Bupati, atau

9
Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah.

Berkaitan dengan hal itu peran pemerintah daerah adalah segala

sesuatu yang dilakukan dalam bentuk cara tindak baik dalam rangka

melaksanakan otonomi daerah sebagai suatu hak, wewenang, dan

kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

C. Otonomi Daerah

a. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan bagian dari desentralisasi yang

berarti pelimpahan wewenang pada badan-badan dan golongan dalam

masyarakat dalam daerah tertentu untuk mengurus rumah tangganya

sendiri (Amrah Muslimin dalam Ridwan, 2009: 16).

Otonomi Daerah di Indonesia telah diatur dalam undang -

undang , yang dalam perkembangannya telah mengalamiperubahan

dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah pada dasarnya merupakan

upaya untuk mewujudkan tercapainya salah satu tujuan negara, yaitu

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perataan pelaksanaan

pembangunan dan hasil-hasilnya. Daerah memiliki kewenangan

membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan

peran serta prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan

pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

10
b. Nilai Dasar Otonomi Daerah

Dalam UUD 1945, terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan

berkenaan dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:

a) Nilai Unitaris

Nilai unitaris merupakan nilai yang diwujudkan dalam

pandangan bahwa Indonesia tidak memiliki kesatuan pemerintahan

lain di dalamnya yang bersifat negara. Jadi, kedaulatan yang

melekat pada rakyat, bangsa, dan negara Indonesia tidak akan di

bagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintah.

b) Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial

Nilai dasar desentralisasi teritorial ini bersumber dari isi

dan jiwa yang terdapat pada pasal 18 UUD 1945. Nah, berdasarkan

nilai ini, pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik

desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.

Berkaitan dengan adanya dua nilai dasar tersebut,

penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia berpusat pada

pembentukan daerah otonom. Selain itu, kekuasaan dan

kewenangan pemerintah pusat diserahkan sebagian ke pemerintah

daerah untuk mengurus dan mengatur sebagian kekuasaan dan

kewenangan tersebut.

c. Dimensi Otonomi Daerah

11
Berikut ini beberapa dimensi otonomi daerah yang diambil dari

nilai dasar otonomi daerah, yaitu:

a) Dimensi Politik

Dimensi politik menjadikan kabupaten atau kota dipandang

kurang memiliki fanatisme kedaerahan. Hal ini membuat adanya

risiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi

yang relatif minim. Hal ini membuat peluang pendekatan langsung

yang dibuat pemerintah daerah menjadi lebih bisa terjadi di

masyarakat.

b) Dimensi Administratif

Dimensi administratif ini menjadikan penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih

efektif. Hal ini tidak lepas dari efektifitas dalam administrasi

pemerintah daerah yang membuat pelayanan dan pemerintahan

menjadi lebih baik.

c) Kabupaten atau Kota sebagai Ujung Tombak Pembangunan

Peran kabupaten atau kota dalam otonomi daerah sangat

penting untuk lebih mengetahui kebutuhan daerahnya. Kabupaten

atau kota inilah yang menjadi ujung tombak dari sebuah

pembangunan yang dilaksanakan pemerintah daerah sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

12
d. Prinsip Otonomi Daerah

Berikut ini, lima prinsip dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah, yaitu:

a) Prinsip Kesatuan

Dalam pelaksanaan otonomi daerah harus menjunjung

aspirasi perjuangan rakyat. Hal ini bertujuan untuk memperkuat

persatuan dan menaikan kesejahteraan dari masyarakat daerah.

b) Prinsip Penyebaran

Penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dengan

adanya asas dekonsentaranya dengan memberikan kemungkinan

bagi masyarakatt untuk kreatif membangun daerahnya.

c) Prinsip Rill dan Tanggung Jawab

Pemberian hak otonomi kepada suatu daerah harus

merupakan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab demi

kepentingan seluruh warga daerah. Nah, dalam hal ini pemerintah

daerah berperan dalam mengatur proses dinamika pemerintahan

dan pembangunan di daerahnya.

d) Prinsip Pemberdayaan

13
Prinsip pemberdayaan ini bertujuan untuk meningkatkan

daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan pemerintah di

daerah, baik pelayanan maupun pembangunan bagi masyarakat.

e) Prinsip Keserasian

Pemberian suatu otonomi kepada daerah mengutamakan

aspek keserasian dan tujuan bagi masyarakat daerah tersebut agar

adanya pengembangan daerah. Nah, itulah tadi nilai, dimensi, dan

prinsip otonomi daerah yang ada di Indonesia, di mana pada

prinsipnya ada lima prinsip otonomi daerah.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai hakikat otonomi daerah pada

sistem ketatanegaraan Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya otonomi daerah dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia adalah

kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Saran

Penulis berharap kepada seluruh pihak yang mempunyai komitmen

terhadap pengembangan ilmu kiranya dapat memberikan saran dan kritik

yang bersifat ilmiah dan konstruktif guna melengkapi makalah yang

penulis yakin masih sangat jauh dari kata kesempurnaan. Semoga

pembahasan makalah ini tentang desentralisasi, pemerintah local dan

otonomi daerah dapat menambah wawasan dan membuat

organisasi/lembaga mencapai tujuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sait, Jurnal Desentralisasi. Desentralisasi: konsep, teori dan


perdebatannya. No.04, Vol.06 : 2005. Hlm 57.

Jurnal Mahasiswa Program Doctor Ilmu Hukum Pascasarjana UMI Makasar. Hakikat
Otonomi Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Di Indonesia. No.02,
Vol.19:2017. Hlm 28.

https://Otonomi Daerah: Nilai, Dimensi, dan Prinsipnya di Indonesia - Semua


Halaman - Adjar. Diakses pada tanggal 04 Juni 2023. Pukul 10.53.

16

Anda mungkin juga menyukai