Disusun oleh:
KELAS 1E
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2013
Otonomi Daerah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat serta anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “OTONOMI DAERAH DAN GOOD GOVERNANCE” dengan baik dan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kewarganegaraan kelas I
semester ganjil di Politeknik Negeri Malang tahun 2013.
Makalah ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Khrisna Hadiwinarta SH. MH dan Dewi Cahyandani selaku dosen pembimbing
Kewarganegaraan yang telah banyak membimbing, membantu dan memotifasi
penulis dengan rasa penuh tanggung jawab demi terselesainya makalah ini.
2. Semua rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
3. Serta seluruh pihak yang tidak dapat satu persatu disebutkan, yang telah terlibat
sehingga tuntasnya susunan makalah yang tersedia ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa masih banyaknya
kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu dengan segenap kerendahan
hati, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
Otonomi Daerah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Pengertian Otonomi daerah..............................................................................................2
B. Faktor- Faktor yang Berpengaruh Terhadap Wawasan Nusantara............................2
C. Isi Wawasan Nusantara....................................................................................................7
D. Ketahanan Nasional..........................................................................................................9
E. Kasus Perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan...............................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
Otonomi Daerah
BAB I
PENDAHULUAN
Otonomi Daerah
1
sumberdaya manusia, pembangunan didalam bidang pendidikan yang
mengacu kepada UUD 1945 yang memang harus benar-benar merata agar
tersusun tatanan pola pembangunan yang merata dan terstruktur bagi
tatanan daerah.
Otonomi Daerah
2
BAB II
PEMBAHASAN MENGENAI OTONOMI DAERAH
2. Model Desentralisasi
Otonomi Daerah
a) Field administration (administrasi lapangan)
Pejabat lapangan diberi keleluasaan untuk mengambil keputusan
seperti merencanakan, membuat keputusan-keputusan rutin dan
menyesuikan pelaksanaan kebijaksanaan pusat dengan kondisi setempat.
Otonomi Daerah
3) Devolusi
Otonomi Daerah
ditangani pusat hampir sama dengan yang ditangai oleh pemerintah
dinegara federal, yaitu hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan,
peradilan, moneter dan agama serta berbagai jenis urusan yang memang
lebih efisien ditangani secara sentral oleh pemerintah pusat seperti
kebijakan makro ekonomi standarisasi nasional, administrasi
pemerintahan, badan usaha milik negara dan pengembangan sumber daya
manusia.
FUNGSI DESENTRALISASI :
desentralisai dapat menghantarkan kepada administrasi pemerintahan
yang mudah disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Pemerintah Daerah dapat
memiliki peluang untuk menguji inofasi, serta berexperiment dengan
kebijakansanaan yang baru didaerah tertentu tanpa harus
menjastipikasinya kepada seluruh wilayah negara. Kalau mereka berhasil
maka dapat dicontoh oleh daerah yang lainya.
desenteralisasi perencanaan dan fungsi manajemen dapat memungkinkan
peminpin di daearah menetapkan pelayanan dan fasilitas secara efektip
ditengah-tengah masyarakat, menintegrasikan daerah-daerah yang
terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek
pembangunan dengan lebih baik daripada yang dilakukan oleh pejabat di
pusat.
desentralisasi dapat memantapkan stabilitas politik dan kesatuan nasional
yang memberikan peluang kapada berbagai kelompok masyarakat didaerah
untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan kebijaksanaan,
sehingga dengan demikian akan meningkatkan kepentinggan mereka
didalam memelihara sistem politik.
desenteralisasi dapat meningkatkan penyediaan barang dan jasa ditingkat
lokal dengan biayaya yang lebih rendah, karena hal itu tidak lagi menjadi
beban pemerintah Pusat karena sudah diserahkan kepada Daerah.
Otonomi Daerah
mutlak diperlukan dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan,
baik dalam memberikan pelayanaan kepada masyarakat ataupun guna
memberikan perlindungan. Dana yang sangat besar diperlukan untuk
membayar belanja pegawai, dan juga segala bentuk pembiayaan lainya yang
biasanya diwujudkan dalam bentuk proyek.
Dengan adanya 2 UUD yang mengatur pemerintahan Daerah yang
baru, apakah persoalaan tersebut akan dapat diselesaikan ? tentu saja
tidak, apalagi masih diperlukan sejumlah peraturan lebih lanjut guna
menginterpretasikan kedua UU tersebut. Baik UU.No.22/1999 ataupun UU
No.25/1999, keuangan Daerah dinyatakan bersumber dari :
a. Pendapatan asli Daerah yaitu:
Hasil pajak Daerah.
Hasil retribusi daerah.
Hasil perusahaan Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan, dan
Lain-lain pendapatan asli daerah yang syah.
a. Dana perimbangan;
b. Pinjaman Daerah;
c. Lain-lain pendapatan Daerah yang syah.
Sementara itu yang dimaksud dengan “dana perimbangan” adalah “ a.
Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bagunan, dan penrimaan SDA; b. Dana alokasi umum;
dan c. Dana alokasi khusus. “bagian dari perolehan daerah secara terperinci
dinyatakan pembagiannya sebagai berikut agar terlihat lebih jelas kita
mencoba dengan penjelasan lewat tabel berikut ini.
Otonomi Daerah
potensi daerah serta kemampuan aparat pemerintah daerah untuk
mengambil inisiatif guna menemukan sumber-sumber keuangan yang baru.
Dengan demikian yang menjadi landasan falsafahnya adalah “dengan
kewenangan, uang akan dicari” atau dalam bahasa asingnya ialah “Money
Follows Funcition.” Bukan sebaliknya sebagaimana yang sudah
diperlihatkan selama puluhan tahun di Indonesia.
Pada masa-masa yang akan datang kita justru harus dapat bersigap
tegas dan jeli untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan akan
tumbuhnya dinamika politik lokal yang sangat tinggi. Hal itu sangat sejalan
sekali dengan dengan berkembangnya proses demokratisasi hampir di
semua tingkatan masyarakat, termasuk ditinggkatan lokal. Pejabat
pemerintah itu tidak lagi merupakan individu yang “untouchable “namun
mereka akan sangat terbuka untuk dijadikan sasaran keritik dari berbagai
pihak didaerah. Oleh karena itu, kemungkinan peningkatan akuntabilitas
pejabat di daerah akan sangat tinggi, karena akan terjadi proses
skrutinisasi terhadap pemegang jabatan, baik yang menyangkut
perilakunya sehari-hari ataupun yang berkaitan dengan pemilihan
kebijaksanananya.
Hal itu menjadi bertambah kuat lagi sejalan dengan meningkatnya
kebebasan, baik kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat ataupun
kebebasan Pers. Hal yang terakir ini jelas merupakan hal gejala yang sangat
menarik karena. Selama masa transisi Pers Indonesia telah memperlihatkan
peranannya yang memang cukup luar biasa besarnya dalam menyoroti
berbagai perilaku pejabat pemerintahan, termasuk pejabat didaerahpun
sama demikian.
Otonomi Daerah
4) Dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi
dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak
saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani.
5) Dari sudut kultur, desentralisasi perlu diadakan supaya adanya perhatian
sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti
geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau
latar belakang sejarahnya.
6) Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan
karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung dapat
membantu pembangunan tersebut.
Otonomi Daerah
1) Politik
2) Ekonomi
Otonomi Daerah
b) Penguatan peran DPRD sebagai representasi rakyat lokal dalam pemilihan
dan penetapan kepala Daerah
c) Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur demokrasi
demi menjamin tampilnya kepemimpinan pemerintahan yang berkualifikasi
tinggi dengan tingkat akseptabilitas yang tinggi pula.
d) Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif melalui
pembenahan organisasi dan institusi yang dimiliki agar lebih sesuai dengan
ruang lingkup kewenangan yang telah didesentralisasikan, setara dengan
beban tugas yang dipikul, selaras dengan kondisi daerah serta lebih
responsif terhadap kebutuhan daerah.
e) Peningkatan efisien administrasi keuangan darah serta pengaturan yang
lebih jelas atas sumber-sumber pendapatan negara dan daerah, pembagian
revenue (pendapatan) dari sumber penerimaan yang berkait dengan
kekayaan alam, pajak dan retribusi serta tata cara dan syarat untuk
pinjaman dan obligasi daerah.
f) Perwujudan desentralisasi fiskal dari pemerintahan pusat yang bersifat
alokasi subsidi berbentuk block gran, peraturan pembagian sumber-sumber
pendapatan daerah, pemberian keleluasaan kepada daerah untuk
menetapkan prioritas pembangunan serta optimalisasi upaya
pemberdayaan masyarakat melalui lembaga-lembaga swadaya
pembangunan yang ada.
Otonomi Daerah
2. Penyerahan 11 jenis kewenangan itu kepada daerah otonom kabupaten
dan daerah otonom kota akan membuka peluang dan kesempatan bagi
aktor-aktor politik lokal dan sumber daya manusia yang berkualitas
didaerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas dan melakukan
inovasi.
3. Karena distribusi sumber daya manusia yang berkualitas tidak merata.
4. Pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi masalah nasional yang
tidak saja hanya dipikulkan kepada pemerintah pusat semata.
Otonomi Daerah
merugikan penduduk pribumi. Sedangkan kasus Organisasi Papua Merdeka (OPM)
adalah kasus yang menginginkan penduduk pribumi Papua untuk lepas dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membentuk negara sendiri.
Otonomi Daerah
Sumatra Barat dan Investor Hariadi, yang menyebabkan kerugian negara”. Dalam
hal ini negara dirugikan sebesar 1,3 miliar (Kompas, 11 Agustus 2004)
Kedua, kasus korupsi yang menimpa Wakil Bupati Agam. Umar diduga
terlibat dalam kasus korupsi proyek swakelola perbaikan jalan lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Agam tahun 2008 dengan kerugian negara RP 2.9
miliar (Kompas, selasa, 9 November 2010)
Otonomi Daerah
3.Pemahaman terhadap asas-asas umum pemerintahan yang baik
meliputi :
1.Asas persamaan
2.Asas Kepercayaan
3.Asas Kepastian Hukum
4.Asas Kecermatan
5.Asas Pemberian Alasan
6.Asas Larangan bertindak kesewenang-wenangan
Otonomi Daerah
otonomi daerah benar-benar bernilai serta menjadi berkah bagi rakyat di
daerah.
BAB III
PENUTUP
Otonomi Daerah
A. Kesimpulan
Otonomi daerah merupakan kemandirian suatu daerah dalam kagitan
pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya
sendiri.
Desentralisasi merupakan pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Arti penting otonomi daerah :
Untuk terciptanya efisien – efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagai sarana pendidikan politik
Pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan.
Stabilitas politik
Kesetaraan politik
Akuntabilitas publik.
Model desentralisasi :
Dekonsentrasi
Delegasi
Devolusi
Privatisasi
Daftar Pustaka
Otonomi Daerah
, 1990, presfektif Otonomi Daerah (Jakarta, Rinekacipta) Sulvian,
John, 1992, Local Government and Commnunity in Java: An Urban Case
Study (Oxford, Oxford University Press)
, Riwukaho, Josef, 1988, Prospek Otonomi Daerah di Negara
Republik Indonesia (Jakarta, Rineka Cipta)
, Davey, Kent J, 1989, Pembiayayaan Pemerintah Daerah
(Jakarta, UI Press)
, Devsas, Nick, 1989, Keuangan Daerah di Indonesia (Jakarta,
UI Press)
, http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
BAB I
Otonomi Daerah
PENDAHULUAN
Otonomi Daerah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip dan konsepsi good governance?
2. Apa saja prinsip-prinsip good governance pada sektor pemerintah?
3. Apa saja prinsip-prinsip good governance pada sektor swasta?
4. Bagaimana hubungan antara good governance dengan otonomi daerah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara mewujudkan konsep good governance
di indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip good governance.
3. Untuk menjelaskan kaitan dari prinsip-prinsip good governance dalam
pelayanan publik.
Otonomi Daerah
BAB II
PEMBAHASAN
Otonomi Daerah
2. Prinsip- Prinsip Good Governance Dalam Sektor Pemerintah
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang
berjuang dan mendambakan terciptanya good governance. Namun, keadaan
saat ini menunjukkan bahwa hal tersebut masih sangat jauh dari harapan.
Kepentingan politik, KKN, peradilan yang tidak adil, bekerja di luar
kewenangan, dan kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa
masalah yang membuat pemerintahan yang baik masih belum bisa
tercapai. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan di
Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan
dalam berbagai institusi penting pemerintahan. Dengan melaksanakan
prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu pemerintah,
korporasi, dan masyarakat sipil hendaknya saling menjaga, saling support
dan berpatisipasi aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang
dilakukan
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas
prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan
didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya
pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur
prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini,
prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di
bawah ini:
1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan
pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,
termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi
manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses
oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha
melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan
yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal
Otonomi Daerah
apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin,
konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan
hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada
masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan
jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk
mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus
memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial
yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
3.1 Kaitan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik
Menerapkan praktik good governance dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan
mekanisme pasar. Salah satu pilihan strategis untuk menerapkan good
governance di Indonesia adalah melalui penyelenggaraan pelayanan publik.
Ada beberapa pertimbangan mengapa pelayanan publik menjadi strategis
untuk memulai menerapkan good governance.
Pelayanan publik sebagai penggerak utama juga dianggap penting
oleh semua aktor dari unsur good governance. Para pejabat publik, unsur-
unsur dalam masyarakat sipil dan dunia usaha sama-sama memiliki
kepentingan terhadap perbaikan kinerja pelayanan publik. Ada tiga alasan
penting yang melatar-belakangi bahwa pembaharuan pelayanan publik
dapat mendorong praktik good governance di Indonesia. Pertama, perbaikan
kinerja pelayanan publik dinilai penting oleh stakeholders, yaitu pemerintah
, warga, dan sektor usaha. Kedua, pelayanan publik adalah ranah dari
ketiga unsur governance melakukan interaksi yang sangat intensif. Ketiga,
nilai-nilai yang selama ini mencirikan praktik good governance
diterjemahkan secara lebih mudah dan nyata melalui pelayanan publik
Fenomena pelayanan publik oleh birokrasi pemerintahan sarat
dengan permasalahan, misalnya prosedur pelayanan yang bertele-tele,
ketidakpastian waktu dan harga yang menyebabkan pelayanan menjadi
Otonomi Daerah
sulit dijangkau secara wajar oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadi
ketidakpercayaan kepada pemberi pelayanan dalam hal ini birokrasi
sehingga masyarakat mencari jalan alternatif untuk mendapatkan
pelayanan melalui cara tertentu yaitu dengan memberikan biaya tambahan.
Upaya untuk menghubungkan tata-pemerintahan yang baik dengan
pelayanan publik barangkali bukan merupakan hal yang baru. Namun
keterkaitan antara konsep good-governance (tata-pemerintahan yang baik)
dengan konsep public service (pelayanan publik) tentu sudah cukup jelas
logikanya publik dengan sebaik-baiknya. Argumentasi lain yang
membuktikan betapa pentingnya pelayanan publik ialah keterkaitannya
dengan tingkat kesejahteraan rakyat.
Otonomi Daerah
Analisis implementasi GCG dilakukan dengan mengukur
implementasi berdasarkan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness. Dari hasil studi
diketahui bahwa secara umum implementasi GCG pada perusahaan-
perusahaan yang menjadi responden sudah sangat baik. Hal ini dapat
dilihat dari Indeks GCG yang didapat, baik berdasarkan prinsip-prinsip
GCG yang mencapai angka 88,89 maupun berdasarkan kerangka kerja
implementasi GCG (compliance, conformance dan performance) yang
mencapai 90,41.
Hal ini berarti secara rata-rata, hampir 90% dari prinsip-prinsip GCG
sudah dilaksanakan oleh perusahaan responden. Dari prinsip-prinsip GCG,
ada satu prinsip yang relatif lemah yaitu responsibilitas.
Indeks pencegahan korupsi adalah 89,39, yang berarti sudah cukup
baik. Namun beberapa hal yang perlu didorong adalah pengawasan
terhadap pelaksanaan dari tindakan yang berpotensi terhadap terjadinya
benturan kepentingan. Selain itu, masih belum adanya kerjasama antara
perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam mengembangkan
sistem pencegahan korupsi.Untuk analisis, perusahaan responden dibagi
dalam 4 (empat) kelompok, yaitu BUMN/BUMD Lembaga Keuangan,
BUMN/BUMD Non Lembaga Keuangan, Swasta Lembaga Keuangan, dan
Swasta Non Lembaga Keuangan.
Secara umum implementasi di perusahaan yang bergerak di sektor
keuangan, baik perusahaan swasta BUMN/BUMD lebih baik dibanding
perusahaan non lembaga keuangan. Selain itu, implementasi di perusahaan
yang swasta lebih baik dibanding BUMN/BUMD. Demikian pula,
perusahaan yang sudah terbuka (go public) lebih baik dibanding
perusahaan yang belum go public. Berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek
compliance cukup lemah pada kelompok perusahaan non lembaga
keuangan. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya perusahaan yang belum
melengkapi komite-komite fungsionalnya. Selain itu, masih kurangnya
tindakan komisaris terhadap (potensi) benturan kepentingan yang
menyangkut dirinya. Sebaliknya, aspek-aspek tersebut sangat diperhatikan
oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, sehingga
lembaga keuangan lebih patuh dibanding perusahaan non lembaga
keuangan. Sebagai rekomendasi, untuk meningkatkan kualitas
implementasi GCG, perusahaan-perusahaan perlu didorong untuk lebih
patuh dalam membentuk berbagai komite fungsional yang diperlukan
dalam penerapan GCG. Lembaga-lembaga yang berfungsi mengawasi dan
membina seperti Bank Indonesia, Menneg BUMN dan Bapepam LK agar
lebih proaktif dalam mengawasi implementasi GCG terutama berkaitan
dengan potensi terjadinya benturan kepentingan.
Selain itu, perlu diterbitkan peraturan yang dapat memaksa
perusahaan sawsta yang belum terbuka dan BUMD untuk menerapkan
Otonomi Daerah
GCG. Dalam rangka meningkatkan kerjasama perusahaan dengan lembaga
penegak hukum dalam upaya pencegahan korupsi, diperlukan rumusan
bentuk dan metode kerjasama yang dapat dilakukan dan mendorong
perusahaan untuk melakukan kerjasama dengan lembaga penegak hukum.
4. Good Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah
Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU No 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah salu instrumen yang
merefleksikan keinginan Pemerintah unluk melaksanakan tata
pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal
ini dapat dilihat dari indikator upaya penegakan hukum, transparansi dan
penciptaan partisipasi. Dalam hal penegakan hukum, UU No. 32 Tahun
2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum bagi para penyelenggara
pemerintahan daerah yang diindikasikan melakukan penyimpangan.
Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya
terdapat 7 elemen penyelenggaraan pemerintahan yang saling mendukung
tergantung dari bersinergi satu sarna lainnya, yaitu :
1. Urusan Pemerintahan;
2. Kelembagaan;
3 Personil;
4. Keuangan;
5. Perwakilan;
6. Pelayanan Publik dari
7. Pengawasan.
Meskipun dalam pencapaian Good Governance rakyat sangat
berperan, dalam pembentukan peraturan rakyat mempunyai hak untuk
menyampaikan aspirasi, namun peran negara sebagai organisasi yang
bertujuan mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas. Untuk
menghindari kesenjangan didalam masyarakat pemerinah mempunyai
peran yang sangat penting. Kebijakan publik banyak dibuat dengan
menafikan faktor rakyat yang menjadi dasar absahnya sebuahnegara. UU
no 32 tahun 2004 yang memberikan hak otonami kepada daerah juga
menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat diberi kewenangan untuk
mengatur dan menentukan arah perkembangan daerahnya sendiri. Dari
pemilihan kepala daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah (UU no
25 tahun 1999). Peraturan daerah pun telah masuk dalam Tata urutan
peraturan perundang - undangan nasional (UU no 10 tahun 2004),
Pengawasan oleh masyarakat.
Sementara itu dalam upaya mewujudkan transparansi dalam
penyelenggaran pemerintahan diatur dalam Pasa127 ayat (2), yang
menegaskan bahwa sistem akuntabilitas dilaksanakan dengan kewajiban
Kepala Daerah untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan keterangan
Otonomi Daerah
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
Masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pelaksanaan pengawasan oleh
masyarakat dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai perorangan,
kelompok maupun organisasi dengan cara: Pemberian informasi adanya
indikasi terjadinya korupsi, kolusi atau nepotisme di lingkungan
pemerintah daerah maupun DPRD. Penyampaian pendapat dan saran
mengenai perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun represif atas
masalah.
Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada pejabat yang
berwenang dan atau instansi yang terkait. Menurut Pasal 16 Keppres No.
74 Tahun 2001, masyarakat berhak memperoleh informasi perkembangan
penyelesaian masalah yang diadukan kepada pejabat yang berwenang.
Pasal tersebut berusaha untuk memberikan kekuatan kepada masyarakat
dalam menjalankan pengawasan.
Otonomi Daerah
negeri untuk menawarkan jasa pendidikan, tetapi juga memaksa institusi –
institusi pendidikan
negeri mencari dan menghimpun dana dari mahasiswa dan murid. Dengan
berbagai dalih,
universitas – universitas negeri yang selama ini diunggulkan membuka
jalur-jalur khusus,
menyejajarkan kompetisi kecerdasan dengan kompetisi kantong.
Kelangkaan penduduk yang
berpendidikan tinggi jelas tidak sesuai dengan dengan kebijakan privatisasi
yang dilakukan di
perguruan tinggi yang berakibat meningkatnya beban masyarakat untuk
membiayai pendidikan
tinggi. Alokasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi per mahasiswa
dibandingkan produk
domestik bruto (PDB) per kapita tahun 2002 sangat rendah, yakni hanya
12,3%.
Tidak jauh dengan pendidikan, kesehatan pun masih banyak masalah.
Angka kematian Ibu (AKI)
melahirkan, mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003
menurut Badan Pusat
Statistik dan ORC Macro. Angka tersebut jauh lebih tinggi daripada angka
negara –negara Asia
lainnya. Padahal AKI 307 itu pun sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena
belum memasukkan data
dari Papua, Maluku, Maluku Utara dan Aceh.
Masalah tingginya angka kematian ibu sebenarnya baru sebagian kecil dari
masalah kesehatan
reproduksi secara menyeluruh yang merupakan satu siklus hidup dari
sejak lahir hingga lanjut usia.
Tingginya angka kematian ibu sangat tergantung kepada kesehatan ibu
sebelumnya. Padahal
dalam diskusi terungkap, kebijakan yang maskulin dan tidak sensitif jender
menyebabkan layanan
kesehatan tidak terpenuhi.
Selain angka kematian ibu, angka kematian bayi juga masih cukup tinggi
yaitu ..... . angka yang
tinggi ini disebabkan oleh gizi yang buruk, kurangnya pengetahuan dan
kesadaran akan kesehatan,
dan lainnya.
Otonomi Daerah
TANGGAPAN TENTANG KASUS GOOD GOVERNANCE
TERSEBUT
Setelah delapan tahun reformasi , harapan untuk membangun masa depan
yang lebih baik, lebih
adil, lebih makmur , dan lebih sejahtera masih tetap tinggal harapan.
Pengalaman di negara lain
menunjukkan bahwa gelombang reformasi itu seperti bola salju : jika
dibiarkan menggelinding
tanpa terkendali, bola salju yang semakin lama semakin besar itu akan
menggelinding semakin
cepat , melindas dan menghancurkan apa saja yang berada di depannya.
Dalam situasi seperti ini, tidak mengehrankan apabila krisis kepemimpinan
diajdikan biang keladi
atas semua masalah transisional. Ini. Yang dihadapi pemimpin di masa
seperti ini adalah berbagai
paradoks. Rakyat menginginkan pemimpin yang kuat yang mampu
menyelesaikan masalah, tetapi
rakyat juga takut dia menyalahgunakan kekuasaan. Rakyat ingin presiden
yang menyatu dengan
rakyat, tetapi juga bisa mengambil tindakan-tindakan visioner. Rakyat ingin
presiden yang
mengatasi semua golongan, tetapi kantor presiden dipenuhi masalah dan
pikiran yang sarat
kepentingan. Rakyat menginginkan pemimpin yang mempersatukan, tetapi
tiap keputusan harus
selalu bisa memenangkan satu pihak dan mengalahkan pihak lain. Rakyat
ingin presiden yang
punya program jelas dan sistematis, tetapi juga tanggap pada suara-suara
rakyat yang sama sekali
tak peduli pada program yang jelas dan sistematik itu.
Titik berat bukan pada kebijakan pemerintah dan inisiatif
pemimpin nasional,
tetapi juga sinergi dengan masyarakat madani, dan pasar. Namun, tentu
saja, pemimpinlah
yang harus mengambil prakarsa untuk menawarkan konsep dan visinya ke
depan. Dan yang
mungkin perlu didorong, agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih
proaktif, tegas, dan berani
melakukan terobosan. penting , karena visilah yang akan menjadi petunjuk
arah yang dibutukan bagi setiap pihak yang
berada di dalamnya untukm menjalankan kegiatan. Banyak pihak tidak
berani menetapkan masa
Otonomi Daerah
depan yang hendak dituju karena takut akan adanya kesenjangan antara
apa yang diinginkan di
masa yang akan datang dan relaitas yang terjadi. Sepanjang dilakukan
dengan pikiran terbuka
(open mind) dan hati terbuka (open heart), maka visi ke depan bisa
ditetapkan. Apalagi jika diiikuti
dengan kemauan terbuka , maka visi itu akan bisa diaplikasikan
Peningkatan sumberdaya manusia menjadi kunci utama, karena mereka
yang mampu memprediksi
apa yang terjadi di depan, dan merealisasikan apa yang menjadi kebutuhan
ke depan akan
memetik manfaat paling maksimal.
Perlu membangun etos kerja baru, Kepemimpinan yang kuta dan
berwibawa. Sebuah reformasi di bidang kebudayaan baru bisa bergulir
apabila nilai – nilai di
dalam masyarakat bisa dikukuhkan menjadi sebuah etos. Kebudayaan
menyangkut pengetahuan
dan nilai – nilai, sedangkan pengetahuai akan berarti apabila menjadi
pegangan dalam perilaku
sehari – hari. Siapa pun di negara ini memeilki pengetahuan bahwa korupsi
itu dilarang, namun
mengapa sampai kini Indonesia tetap menjadi salah satu negara terkorup di
dunia?
Ketimpangan antara kata dan perilaku lama kelamaan memupuk rasa tidak
percaya dalam
masyarakat. Semakin tinggi ketidakpercayaan, semakin dalam hilangnya
kepercayaan rakyat
terhadap pemimpinnya. Rasa percaya adalah modal suatu bangsa untuk
bekerjasama.
Otonomi Daerah
sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan
direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Good Corporate Gorvernance
dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah
terjadinya kesalaha-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan
untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat di
perebaiki dengan segera. Penertian ini dikutip dari buku Good Corporate
Governance pada badan usaha manufaktur, perbankan dan jasa keuangan
lainnya (2008:36)
Analisis :
Layanan SMS premium ini tentunya sudsh tidak asing lagi bagi kita, dan
sudah tidak asing pula bahwa jasa ini memberikan dampak yang sangat
merugikan bagi pengguna telepon seluler. Kerugian yang didapat tersebut
adalah banyak sekali pelanggan yang pulsanya sering habis oleh ulah para
penyelenggara jasa SMS premium tersebut, walaupun pelanggan sudah
menghentikan layanan tersebut tetapi pulsa selalu saja di sedot oleh pihak
penyelenggara jasa tersebut. Hal ini tentu saja merugikan pelanggan yang
membuat keperluannya terhambat karena pulsa yang tiba-tiba habis di
ambil oleh penyelenggara jasa tersebut.
Otonomi Daerah
tersebut agar tidak terjadi lagi peristiwa sedot pulsa. Dalam kasus diatas
juga sudah di jelaskan tentang pasal-pasal yang tidak dilaksanakan sesuai
kenyataan. Hal inilah yang membuat BRTI diduga menyimpang dari Good
Corporate Governance (GCG)
Otonomi Daerah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemerintahan yang baik tidak di lihat dari sistem yang berbuat atau
rancanggan undang-undang yang di rumuskan, melainkan suatu sikap
yang pasti dalam menangani suatu permasalahn tanpa memandang siapa
serta mengapa hal tersebut harus di lakukan.
2. Good Governance merupakan pengertian dalam hal yang luas sehingga
untuk memberikan arti serta defenisi tidak semudah mengartikan kata
perkata melainkan perlunya aspek –aspek serta pemikiran yang luas
menyangkut bidang tersebut.
3. Perlunya pengertian menggenai aspek-aspek dalam Good Governance
sehingga tidak ada kesalahan dalam aplikasinya.
4. Penerapan Good Governance dalam sistem kepemerintahan saat ini
sangat di perlukan karena peranan perintah dalam memajukan suatu
negara sangatlah besar.
B. Saran
Atas kesimpulan di atas, beberapa saran untuk membenahi
kelemahan-kelemahan dalam penegakkan prinsip good governance di
Indonesia yaitu:
1. Integritas dan nilai etika perlu ditingkatkan atau dikomunikasikan
dengan perilaku yang terbaik dan melibatkan pihak terkait. Karena sebaik
apapun desain sebuah pengawasan tidak akan terlaksana dengan efektif,
efisien dan ekonomis jika dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki
integritas dan nilai etika yang rendah.
2. Kinerja Inspektorat atau pengendalian intern perlu terus ditingkatkan
meskipun penulis mengusulkan sektor publik, namun itu bukan berarti
mengabaikan sektor pengawasan intern.
Otonomi Daerah
DAFTAR PUSTAKA
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/99011-12-
466363723031.doc
http://www.alisjahbana08.wordpress.com/page/22/
http://www.bangka.go.id/artikel.php?id_artikel=7
http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1067
http://www.scribd.com/doc/52568330/Good-Governance
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/52568330?
extension=docx&ft=1322794393<=1322798003&uahk=I7OI11/oFO1Qz58
2ultXVVmvKbU
Otonomi Daerah