Kelompok 8
Anggota :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah penulis terima, serta petunjuk-
Nya sehingga memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyusun makalah ini.
Didalam makalah ini penulis selaku penyusun hanya bisa memberikan sebatas ilmu yang
dirangkum kedalam topik Dampak Otonomi Daerah terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Pembangunan. Dimana didalam topik ini ada beberapa hal yang penting untuk dipahami
dan dianalisa oleh masyarakat luas, terutama untuk pemerintah daerah.
Harapan penulis, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua,
terutama masyarakat Sumatera Barat. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang terkait didalam pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Otonomi daerah memiliki banyak dampak positif, namun di samping itu otonomi
daerah belum terlaksana dengan baik. Oleh karenanya, penulis ingin membahas dampak yang
ditimbulkan dari otonomi daerah baik dari segi positif maupun segi negatif.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah :
LANDASAN TEORI
2.1 Sentralisasi
2.2 Desentralisasi
Pada masa sebelum 1998, kekuasaan pemerintah pusat Negara Republik Indonesia
sangat sentralistik dan semua daerah di republik ini menjadi perpanjangan tangan kekuasaan
Jakarta (Pemerintah pusat). Dengan kata lain, rezim orde baru mewujudka kekuasaan
sentripetal, yakni berat sebelah memihak pusat bukan pinggiran (daerah).
Daerah yang kaya akan sumber daya alam di tarik keuntungan produksinya dan di
bagi-bagi di antara elit Jakarta, alih-alih di investasikan untuk pembangunan daerah.
Akibatnya, pembangunan antara daerah dengan Jakarta menjadi timpang. B.J. Habibie yang
menggantikan Soeharto sebagai presiden pasca orde baru membuat kebijakan untuk
mengubah hubungan kekuasaan pusat dan daerah dengan menerbitkan UU Nomor 5 tahun
1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah. Untuk menanggulangi adanya keinginan provinsi
memisahkan diri dari republik seperti Aceh, Riau, dan Papua menuntut merdeka dan ingin
berpisah dari republik Indonesia juga bermunculan aspirasi dari berbagai daerah yang
menginginkan dilakukannya pemekaran provinsi atau kabupaten. Dengan terbitnya Undang-
Undang ini, daerah tidak lagi sepenuhnya bergantung kepada Jakarta dan tidak lagi mau
didikte pusat.
2.4 Ruang Lingkup dan Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah
Profesional
Sesuai Pasal
Terbuka
23C UUD
1945 Bertanggung
Tahunan
Universalit
as
Kesatuan
BAB III
PEMBAHASAN
Hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah
Pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara
informal berada di luar pemerintah pusat
1. Peranan pihak swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu
utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (enginee of growth).
2. Daerah lebih mudah menarik investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Masyarakat daerah dapat untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki di masing-
masing daerah, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola
secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat
Otonomi daerah tidak hanya memiliki dampak positif terhadap pembangunan daerah
karena ada juga dampak negatif dari otonomi daerah dimana ada kontra mengenai otonomi
daerah ini. Berikut dampak negatif otonomi daerah terhadap pembangunan:
1. Tidak semua daerah memiliki sumber daya yang banyak dan melimpah sehingga bagi
daerah yang memiliki sumber daya yang minim maka itu akan merugikan daerah nya
dalam pembangunan, karena tidak banyak sumber daya yang dapat ia kelola dengan
keterbatasan sumber daya yang ia miliki tersebut.
2. Daerah yang memiliki pendapatan sedikit maka akan sulit untuk melakukan
pembangunan yang signifikan.
3. Banyak nya terjadi penyelewengan dana oleh pemerintah karena tidak adanya kontrol
terhadap anggaran yang diberikan.
4. Dapat terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang diberikan pemerintah pusat
terkadang bukan pada tempatnya.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan otonomi daerah dalam pembangunan dan keuangan sudah berjalan
dengan baik. Akan tetapi dalam praktiknya otonomi daerah masih belum sepenuhnya
terealisasi karena masih adanya ketimpangan pembangunan dan pendapatan daerah di pulau
Jawa dan luar pulau Jawa serta otonomi derah tidak sepenuhnya dapat mengurangi praktek
KKN. Akan tetapi dengan adanya otonomi daerah tingkat pembangunan daerah dan tingkat
pendapatan daerah meningkat secar garis besar otonomi daerah dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Adi PH. 2006. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Kritis.
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Kuncoro, Mudrajad 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi, dan Peluang. Yogyakarta: Erlangga
https://id.wikipedia.org/
https://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/03/19/pengelolaan-keuangan-di-era-otonomi-
daerah/
http://www.kompasiana.com/akbaranwari/pengaruh-otonomi-daerah-dalam-perekonomian-
daerah_54f74b08a33311e32b8b4585
http://merinaastuti.blogspot.co.id/2013/09/mengetahui-dampak-positif-dan-
negatif.html
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-
perbendaharaan/20088-azas-azas-good-governance-dalam-pengelolaan-
keuangan-negara