Di Susun Oleh :
Mohamad Irfan raihan
044516411
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan, serta pelaksanaan urusan pemerintahan. Harapan saya semoga
tulisan singkat ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
“Tak ada gading yang tak retak”, begitupun makalah ini, saya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, makalah ini saya akui
masih jauh dari sempurna, karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang dan
terbatas. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini
dengan harapan untuk perbaikan kualitas makalah ini ke depannya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG........................................................................... 1
1.2.RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.1Urusan Kewenangan................................................................... 5
2.1.2Keuangan Daerah....................................................................... 7
2.1.4 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya ......... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pusat dan daerah mengenai Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul
Kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan, adalah
“memberikan penjelasan tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah serta
dampaknya yang lansung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan masukan
dan informasi kepada pembaca tentang bagaimana kewenangan dan dampak dari
kewenangan yang dijalankan oleh Pemerintahan Daerah.
Dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul; “Tujuan dari penulisan
makalah yang berjudul Kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah dalam
pengelolaan lingkungan, adalah “memberikan penjelasan tentang kewenangan
Pemerintah Pusat dan daerah serta dampaknya yang lansung dan tidak langsung
dirasakan oleh masyarakat.
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan masukan
dan informasi kepada pembaca tentang bagaimana kewenangan dan dampak dari
kewenangan yang dijalankan oleh Pemerintahan Daerah.
Dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul; “Ruang Lingkup
Hubungan Pusat dan Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di
Indonesia”;
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sehingga pelayanan negara terhadap rakyat dapat diwujudkan. Perbincangan
tentang hubungan pemerintahan antara pusat dan daerah senantiasa selalu menjadi
perdebatan panjang dinegara manapun di dunia ini, baik pada negara-negara yang
telah maju seperti Amerika Serikat dan Inggris apalagi bagi negara yang baru
berkembang dan sedang berusaha mencari bentuk dan bereksprimen tentang bentuk
hubungan yang serasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat seperti
Republik Indonesia ini. Hubungan Pusat-Daerah dapat diartikan sebagai hubungan
kekuasaan pemerintah pusat dan daerah sebagai konsekuensi dianutnya asas
desentralisasi dalam pemerintahan negara. Dengan adanya kekuasaan yang
terdesentralisasi, diharapkan semua stakeholder yang terlibat dapat bersinergi dan
mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana seharusnya. Secara umum hubungan
antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai
berikut:
1. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang
dituangkan dalam peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah
pihak. Namun dalam pengaturan hubungan tersebut haruslah memperhatikan
aspirasi daerah sehingga tercipta sinerji antara kepentingan pusat dan daerah.
2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
karena dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi
tanggung jawab negara
3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan
kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan
pemberdayaan sehingga daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal.
Sedangkan peran daerah akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi
tersebut. Dalam melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat
kebijakan daerah. Kebijakan yang diambil daerah adalah dalam batas-batas
otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundangan yang lebih tinggi
4
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat, hubungan tersebut diantaranya
meliputi;
- Hubungan Wewenang;
- Keuangan;
- Pelayanan Umum;
- Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya.
5
h. Pengendalian PDDK dan KB;
i. Perhubungan;
j. Kominfo;
k. Koperasi atau usaha kecil menengah;
l. Penanaman modal;
m. Kepemudaan dan olahraga;
n. Static;
o. Persandian;
p. Kebudayaan;
q. Perpustakaan;
r. Arsip.
Selanjutnya pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara
Daerah Provinsi dengan Daerah Kabupaten/Kota walaupun urusan
pemerintahan sama, tetapi ada perbedaan yaitu nampak dari skala atau
ruang lingkup urusan pemerintahan tersebut. Begitu juga walaupun
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota mempunyai urusan
pemerintahan masing-masing sifatnya tidak hierarki, tetapi tetapterdapat
hubungan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaannya karena mengacu pada NSPK
(Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) yang dibuat oleh Pemerintah
Pusat.
6
Pelaksanaan pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara
Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten/ Kota
didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional.
7
merupakan jaminan terselenggaranya urusan pemerintahan daerah. Ketika
daerah mempunyai kemampuan keuangan yang kurang mencukupi
khususnya urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar, maka
pemerintahan pusat dapat menggunakan instrumen DAK untuk membantu
daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai
Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan
dan pembiayaan. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
bersangkutan. Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran tersebut maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya.
Pendapatan daerah sesuai Pasal 5 Ayat 2 Undang Undang Nomor 33
Tahun 2014 bersumber dari:
a. Pendapatan asli daerah;
b. Dana perimbangan;
c. Lain-lain pendapatan.
8
Sumber dana dari pendapatan asli daerah yang dikelola oleh
pemerinyah bersumber dari:
a. Pajak daerah;
b. Retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Lain-lain PAD yang sah.
Pajak Daerah, adalah urusan wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau Badan Kepala Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
dipaksanakan berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Retribusi daerah adalah pengaturan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, adalah pendapatan asli
daerah yang tidak termasuk pada kelompok diatas pajak daerah, retribusi
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Dipisahkan, adalah hasil
penyertaan pemerintah daerah kepada Badan Usaha Milik Negara/ Daerah/
Swasta dan Kelompok Usaha Masyarakat.
Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah
dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi
ketimbangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah, serta
untuk mengurangi kesenjangan pemerintahan antar daerah.
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi
misalkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu, Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, Mengatur Tentang :
a. Bagi Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan;
9
b. Bagi Hasil Penerimaan Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri;
c. Bagi Hasil Penerimaan PPH Pasal 21;
d. Bagi Hasil Penerimaan Pertambangan Panas Bumi;
e. Bagi Hasil Penerimaan Dana Reboisasi.
10
Pelaksanaan dari pelayanan umum/ publik yang disediakan oleh
peerintah daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu untuk mendorong
terciptanya daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan daerah
dalam mensejahterakan masyarakat, maka peningkatan pelayanan publik
perlu dioptimalkan. Untuk itu setiap pemerintah daerah wajib membuat
maklumat pelayanan publik sehingga masyarakat didaerah akan mengetahui
jenis pelayanan publik yang disediakan. Begitu juga cara mendapatkan
aksesnya serta kejelasan dalam prosedur, dan biaya untuk memperoleh
pelayanan publik tersebut, serta adanya keluhan manakala pelayanan publik
yang didapat tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
11
▪ Ikut serta dalam memelihara keamanan dilaut;
▪ Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan Negara.
e. Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola Sumber daya alam dilaut
paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan /
atau kearah perairan kepulauan;
f. Apabila wilayah laut antar dua Daerah Provinsi kurang dari 24 mil, maka
kewenangan untuk mengelola Sumber daya alam dilaut dibagi sama jarak
atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antar dua
Daerah Provinsi tersebut. Ketentuan pembagian pengelolaan laut
berdasarkan jarak tersebut tidak berlaku terhadap penangkapanikan oleh
nelayan kecil;
g. Daerah Provinsi berciri kepulauan mendapat penegasan dari Pemerintah
Pusat untuk melaksanakan kewenangan Pemerintah Pusat dibidang
kelautan berdasarkan asas tugas pembantuan dimana Pemerintah Pusat
menyusun perencanaan pembangunan dan menetapkan kebijakan DAU
dan DAK. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan di
Daerah Provinsi yang berciri Kepulauan Pemerintah Pusat dapat
mengalokasikan dana percepatan diluar DAU dan DAK.
12
melaksanakan kewenangannya secara mandiri, nyata dan tanggungjawab dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan serta pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan daya saing masyarakat.
Pemerintah daerah merupakan Sub sistem dari Pemerintahan Nasionaldan
secara Implisit, maka pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah
merupakan bagian Internal dari sistem penyelenggaraan pemerintahan.Pembinaan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan
Pemerintahan dan / atau Gubernur wakil pemerintah didaerah untuk mewujudkan
tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Daalm rangka pembinaan
oleh Pemerintah Pusat, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah NON
Kementerian melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-
masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan
pengawasan Provinsi, serta Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan
Kabupaten/ Kota.
Pengawasan atas penyelenggaraanPemerintahan Daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan, utamanya terhadap Peraturan Daerah (Perda), dan
Peraturan Kepada Daerah (PERKADA).
Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan kepada
daerah, pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a. Pengawasan terhadap Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA), yaitu
terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi
daerah, APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih
dahulu di Evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Provinsi, dan
oleh Gubernur terhadapRaperda Kabupaten/ Kota. Mekanisme ini dilakukan
agar pengaturan tentang hal- hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil
guna yang optimal.
13
b. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah diluar yang dimaksud angka
1 (satu), yaitu setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri
Dalam Negeri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/ Kota untuk
memperoleh klarifikasi. Selanjutnya terhadap peraturan daerah yang
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi
dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.
Pembinaan dan Pengawasan diatur dalam Pasal 373 sampai Pasal 380
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintahan Nomor 79
14
Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang secara operasional diatur dalam Pereaturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Terciptanya hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian berkewajiban membuat
Norma Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi
Daerah dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang diserahkan ke
Daerah dan menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Kementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
3.2 Saran
Dalam penulisan serta penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan dan
kekurangannya, maka itu kami mengharapkan kepada dosen pengampu dan teman-
teman atas kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dalam penulisan
makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
17