Anda di halaman 1dari 20

RUANG LINGKUP HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI


INDONESIA

Di Susun Oleh :
Mohamad Irfan raihan
044516411

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


UNIVERSITAS TERBUKA

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan, serta pelaksanaan urusan pemerintahan. Harapan saya semoga
tulisan singkat ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

“Tak ada gading yang tak retak”, begitupun makalah ini, saya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, makalah ini saya akui
masih jauh dari sempurna, karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang dan
terbatas. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini
dengan harapan untuk perbaikan kualitas makalah ini ke depannya.

Bekasi, 22 April 2024

Mohamad Irfan raihan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG........................................................................... 1

1.2.RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH.................... 3

2.1.1Urusan Kewenangan................................................................... 5

2.1.2Keuangan Daerah....................................................................... 7

2.1.3 Pelayanan Umum ............................................................................. 10

2.1.4 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya ......... 11

2.2. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ..................................................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ..........................................................................................15

3.2 Saran ..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hubungan antara pusat dan daerah selalu menjadi sasaran menarik untuk
ditelaah. Setelah bedirinya Negara Indonesia urusan pemerintah pusat dan daerah
selalu berubah-ubah. Ini dapat dilihat dari perubahan Undang-undang Tentang
Pemerintahan Daerah. Untuk mencapai tujuan Negara di Bidang Kesejahteraan
Rakyat perlu dilakukan pengaturan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
sehingga terjalin kinerja yang baik. Oleh karena itu penyelenggaraan pemerintah
daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyaraka, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, dan kekhasan/kekhususan suatu daerah dalam Sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebihmemperhatikan aspek-aspek
hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah, potensi dan keanekaragaman
daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.
Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah sekarang adalah
Pemerintahan daerah harus meningkatkan Pendapatan Asli Daerah mereka untuk
memenuhi target APBD (Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah)
Sistem Pemerintahan Otonomi Pemerintahan Daerah adalah mandiri dalam
menjalankan urusan rumah tanganya. Pemerintahan Daerah memerlukan alat-alat
perlengkapannya sendiri sebagai pegawai/pejabat–pejabat daerah dan bukan
pegawai/pejabat pusat. Memberikan wewenang untuk menyelenggarakan rumah
tangga sendiri berarti pula membiarkan bagi daerah untuk berinisiatif sendiri dan
untuk merealisir itu, daerah memerlukan sumber keuangan sendiri dan pendapatan-
pendapatan yang diperoleh dari sumber keuangan sendiri memerlukanpengaturan
yang tegas agar di kemudian hari tidak terjadi perselisihan antara

1
pusat dan daerah mengenai Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul
Kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan, adalah
“memberikan penjelasan tentang kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah serta
dampaknya yang lansung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan masukan
dan informasi kepada pembaca tentang bagaimana kewenangan dan dampak dari
kewenangan yang dijalankan oleh Pemerintahan Daerah.
Dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul; “Tujuan dari penulisan
makalah yang berjudul Kewenangan Pemerintah Pusat dan daerah dalam
pengelolaan lingkungan, adalah “memberikan penjelasan tentang kewenangan
Pemerintah Pusat dan daerah serta dampaknya yang lansung dan tidak langsung
dirasakan oleh masyarakat.
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan masukan
dan informasi kepada pembaca tentang bagaimana kewenangan dan dampak dari
kewenangan yang dijalankan oleh Pemerintahan Daerah.
Dari uraian diatas, maka penulis mengambil judul; “Ruang Lingkup
Hubungan Pusat dan Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di
Indonesia”;

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana hubungan antara pemerintah pusat dan daerah;
1.2.2 Bagaimana pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah yang
dilakukan oleh Gubernur di era otonomi daerah;;

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Pemerintah Pusat Dan Daerah


Pasal 1 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
Oleh karena itu sebagai Negara kesatuan ini dibentuklah Pemerintahan Negara
Indonesia sebagai Pemerintah Nasional. Dan Pemerintah Nasional membentuk
daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan dan diberikan otonomi
yang seluas-luasnya.
Manfaat Pemerintah Nasional membentuk daerah dengan kewenangan
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dengan pemberian otonomi seluas-luasnya untuk daerah adalah:
a. Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta msyarakat;
b. Mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan keistimewaan/ kekhususan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah.
c. Bisa mengatur dan mengurus daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan
masyarakatnya.

Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah selalu menjadi sorotan


menarik untuk ditelaah. Setelah berdirinya Republik Indonesia dan dibentuknya
pemerintahan pusat dan daerah, tak selalu hubungan yang terjalin penuh
keharmonisan. Ada kalanya terjadi beberapa “perselisihan”. Baik sejak zamanorde
lama, orde baru, bahkan pada era reformasi ini. Pada dasarnya, guna mencapai
tujuan Negara yaitu kemakmuran rakyat, perlu adanya hubungan harmonis dari
berbagai pihak. Termasuk pemerintah pusat dan daerah. Dengan adanya hubungan
yang harmonis, diharapkan terjalin kinerja yang sinergis

3
sehingga pelayanan negara terhadap rakyat dapat diwujudkan. Perbincangan
tentang hubungan pemerintahan antara pusat dan daerah senantiasa selalu menjadi
perdebatan panjang dinegara manapun di dunia ini, baik pada negara-negara yang
telah maju seperti Amerika Serikat dan Inggris apalagi bagi negara yang baru
berkembang dan sedang berusaha mencari bentuk dan bereksprimen tentang bentuk
hubungan yang serasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat seperti
Republik Indonesia ini. Hubungan Pusat-Daerah dapat diartikan sebagai hubungan
kekuasaan pemerintah pusat dan daerah sebagai konsekuensi dianutnya asas
desentralisasi dalam pemerintahan negara. Dengan adanya kekuasaan yang
terdesentralisasi, diharapkan semua stakeholder yang terlibat dapat bersinergi dan
mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana seharusnya. Secara umum hubungan
antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai
berikut:
1. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang
dituangkan dalam peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah
pihak. Namun dalam pengaturan hubungan tersebut haruslah memperhatikan
aspirasi daerah sehingga tercipta sinerji antara kepentingan pusat dan daerah.
2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
karena dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi
tanggung jawab negara
3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan
kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan
pemberdayaan sehingga daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal.
Sedangkan peran daerah akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi
tersebut. Dalam melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat
kebijakan daerah. Kebijakan yang diambil daerah adalah dalam batas-batas
otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundangan yang lebih tinggi

4
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat, hubungan tersebut diantaranya
meliputi;
- Hubungan Wewenang;
- Keuangan;
- Pelayanan Umum;
- Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya.

2.1.1 Hubungan Kewenangan


Urusan pemerintahan sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintahan
pusat dikenal sebagai istilah urusan pemerintahan absolut dan urusan
pemerintahan KONKUREN.
2.1.1.1. Urusan Pemerintahan Kerukunan terdiri :
A. Urusan pemerintahan wajib meliputi :
A.1 Urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar :
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. PK dan tata ruang;
d. Perumahan dan kawasan pemukiman;
e. Tramtibum dan Linmas;
f. Sosial.

B.1 Urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait pelayanan dasar


atau macam-macam pelayanan dasar :
a. Tenaga kerja;
b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
c. Pangan;
d. Pertanahan;
e. Lingkungan hidup;
f. Admini Dukcapil;
g. PMD;

5
h. Pengendalian PDDK dan KB;
i. Perhubungan;
j. Kominfo;
k. Koperasi atau usaha kecil menengah;
l. Penanaman modal;
m. Kepemudaan dan olahraga;
n. Static;
o. Persandian;
p. Kebudayaan;
q. Perpustakaan;
r. Arsip.
Selanjutnya pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara
Daerah Provinsi dengan Daerah Kabupaten/Kota walaupun urusan
pemerintahan sama, tetapi ada perbedaan yaitu nampak dari skala atau
ruang lingkup urusan pemerintahan tersebut. Begitu juga walaupun
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota mempunyai urusan
pemerintahan masing-masing sifatnya tidak hierarki, tetapi tetapterdapat
hubungan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaannya karena mengacu pada NSPK
(Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) yang dibuat oleh Pemerintah
Pusat.

B.Urusan pemerintahan pilihan meliputi :


1. Kelautan dan perikanan;
2. Pariwisata;
3. Pertanian;
4. Kehutanan;
5. Energi dan sumber daya mineral;
6. Perdagangan;
7. Perindustrian; dan
8. Transmigrasi.

6
Pelaksanaan pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara
Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten/ Kota
didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional.

2.1.1.2. Urusan Pemerintahan Absolut, meliputi;


a. Politik dan Negeri;
b. Pertahanan;
c. Keamanan;
d. Yustisi;
e. Moneker dan Fiskal Nasional;
f. Agama.
Disamping urusan pemerintahan absolute dan urusan pemerintahan
kerukunan, dikenal hanya urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan
umum menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala Pemerintahan, yang
meliputi;
a. Terkait pemeliharaan ideolosi pancasila;
b. Undang Undang Dasar Negeri RI Tahun 1945;
c. Bhinneka Tunggal Ika;
d. Menjalin hubungan yang serasi berdasarkan Suku, Agama Ras dan
antar golongan sebagai pihak kehidupan berbangsa dan bernegara;
e. Memfasilitasi kehidupan demokrasi.

2.1.2 Keuangan Daerah


Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah akan terlaksana secara
optimal, apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan
pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah.
Pemberian sumber keuangan kepada daerah harus seimbang dengan beban
atau urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah (UU No. 33 Tahun
2004 Tentang Perimbangan Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah). Keseimbangan sumber keuangan ini

7
merupakan jaminan terselenggaranya urusan pemerintahan daerah. Ketika
daerah mempunyai kemampuan keuangan yang kurang mencukupi
khususnya urusan pemerintahan wajib yang terkait pelayanan dasar, maka
pemerintahan pusat dapat menggunakan instrumen DAK untuk membantu
daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai
Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan
dan pembiayaan. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
bersangkutan. Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran tersebut maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya.
Pendapatan daerah sesuai Pasal 5 Ayat 2 Undang Undang Nomor 33
Tahun 2014 bersumber dari:
a. Pendapatan asli daerah;
b. Dana perimbangan;
c. Lain-lain pendapatan.

Pembiayaan menurut Pasal 5 Ayat 3 Undang Undang Nomor 33


Tahun 2014 bersumber dari:
a. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah;
b. Penerimaan pinjaman daerah;
c. Dana cadangan daerah;
d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pada dasarnya APBD disusun dengan mempertimbangkan


kemampuan keuangan daerah. Apabila belanja diperkirakan lebih besar dari
pada pendapatan, maka sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
diperoleh dari penggunaan Silpa, Pinjaman Daerah, Dana Cadangan, Dan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan.

8
Sumber dana dari pendapatan asli daerah yang dikelola oleh
pemerinyah bersumber dari:
a. Pajak daerah;
b. Retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. Lain-lain PAD yang sah.

Pajak Daerah, adalah urusan wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau Badan Kepala Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
dipaksanakan berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Retribusi daerah adalah pengaturan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, adalah pendapatan asli
daerah yang tidak termasuk pada kelompok diatas pajak daerah, retribusi
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Dipisahkan, adalah hasil
penyertaan pemerintah daerah kepada Badan Usaha Milik Negara/ Daerah/
Swasta dan Kelompok Usaha Masyarakat.
Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah
dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi
ketimbangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah, serta
untuk mengurangi kesenjangan pemerintahan antar daerah.
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi
misalkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu, Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, Mengatur Tentang :
a. Bagi Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan;

9
b. Bagi Hasil Penerimaan Pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri;
c. Bagi Hasil Penerimaan PPH Pasal 21;
d. Bagi Hasil Penerimaan Pertambangan Panas Bumi;
e. Bagi Hasil Penerimaan Dana Reboisasi.

DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah


melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
daerah. DAU suatu daerah yang ditentukan oleh besar kecilnyacetak fiskal
(fiskal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah
dan potensi daerah. Artinya DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar,
tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU yang relatif
kecil. Sebaliknya daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan
fiskal besar akan memperoleh alokasi DAK relativebesar.
DAK bertujuan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan
khusus daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan
prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum memcapai standar tertentu
atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
Lain-lain Pendapatan selain Hibah adalah dana darurat kepada daerah
karena bencana social nasional dan/ atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat
ditanggulangi dengan dana APBD. Selain itu pemerintah dapat memberikan
dana darurat pada daerah yang mengalami krisis Solvabilitas, yaitu daerah
yang mengalami krisis keuangan yang berkepanjangan. Hal ini bentuk
menghindari penurunan pelayanan kepada masyarakat setempat, sehingga
pemerintah dapat memberikan dana darurat kepada daerah setelah terlebih
dahulu terkonsultasi dengan DPD.

2.1.3 Pelayanan Umum

10
Pelaksanaan dari pelayanan umum/ publik yang disediakan oleh
peerintah daerah kepada masyarakat. Oleh karena itu untuk mendorong
terciptanya daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan daerah
dalam mensejahterakan masyarakat, maka peningkatan pelayanan publik
perlu dioptimalkan. Untuk itu setiap pemerintah daerah wajib membuat
maklumat pelayanan publik sehingga masyarakat didaerah akan mengetahui
jenis pelayanan publik yang disediakan. Begitu juga cara mendapatkan
aksesnya serta kejelasan dalam prosedur, dan biaya untuk memperoleh
pelayanan publik tersebut, serta adanya keluhan manakala pelayanan publik
yang didapat tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2.1.4 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya.


Pembagian tugas dan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah, dapat dijelaskan bahwa pembagian pengelolaan hutan,
laut, energi sumber daya mineral sebagai berikut
a. Penyelenggaraan urusan pemerintahan (pilihan) bidang kehutanan,
kelautan serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah Provinsi;
b. Bidang kehutanan yang pengelolaan taman hutan raya Kabupaten/ Kota
menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/ Kota;
c. Bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan dengan
pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat, sedangkan pemanfaatan langsung panas bumi dalam Daerah
Kabupaten / Kota menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/ Kota;
d. Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola Sumber daya alam dilaut
meliputi:
▪ Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut
diluar minyak dan gas bumi;
▪ Pengaturan administrative;
▪ Pengaturan tata ruang;

11
▪ Ikut serta dalam memelihara keamanan dilaut;
▪ Ikut serta dalam mempertahankan kedaulatan Negara.
e. Kewenangan Daerah Provinsi untuk mengelola Sumber daya alam dilaut
paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan /
atau kearah perairan kepulauan;
f. Apabila wilayah laut antar dua Daerah Provinsi kurang dari 24 mil, maka
kewenangan untuk mengelola Sumber daya alam dilaut dibagi sama jarak
atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah antar dua
Daerah Provinsi tersebut. Ketentuan pembagian pengelolaan laut
berdasarkan jarak tersebut tidak berlaku terhadap penangkapanikan oleh
nelayan kecil;
g. Daerah Provinsi berciri kepulauan mendapat penegasan dari Pemerintah
Pusat untuk melaksanakan kewenangan Pemerintah Pusat dibidang
kelautan berdasarkan asas tugas pembantuan dimana Pemerintah Pusat
menyusun perencanaan pembangunan dan menetapkan kebijakan DAU
dan DAK. Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan di
Daerah Provinsi yang berciri Kepulauan Pemerintah Pusat dapat
mengalokasikan dana percepatan diluar DAU dan DAK.

2.2 Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Daerah


Dalam penyelenggaraan pemerintahan, kita / Negara RI menganut rasa
DEKONSENTRASI, DESENTRALISASI dan TUGAS PEMBANTUAN.
Pelaksanaan asas desentralisasi dijalankan secara utuh oleh Daerah Kabupaten/
Kota. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberkan kesempatan keleluasaan kepada
daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
secara bertanggungjawab menurut Prakarsa sendiri serta berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberian otonomi daerah ditekankan pada prinsip demokrasi keadilan,
pemerataan, keistimewaan, kekhususan, memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah, serta partisipasi masyarakat prinsip tersebut telah
membuka peluang dan kesempatan yang sangat luas kepada daerah otonom untuk

12
melaksanakan kewenangannya secara mandiri, nyata dan tanggungjawab dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan serta pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat dan daya saing masyarakat.
Pemerintah daerah merupakan Sub sistem dari Pemerintahan Nasionaldan
secara Implisit, maka pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintahan daerah
merupakan bagian Internal dari sistem penyelenggaraan pemerintahan.Pembinaan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan
Pemerintahan dan / atau Gubernur wakil pemerintah didaerah untuk mewujudkan
tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Daalm rangka pembinaan
oleh Pemerintah Pusat, Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah NON
Kementerian melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-
masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan
pengawasan Provinsi, serta Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan
Kabupaten/ Kota.
Pengawasan atas penyelenggaraanPemerintahan Daerah adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan, utamanya terhadap Peraturan Daerah (Perda), dan
Peraturan Kepada Daerah (PERKADA).
Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan kepada
daerah, pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a. Pengawasan terhadap Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA), yaitu
terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi
daerah, APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih
dahulu di Evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Provinsi, dan
oleh Gubernur terhadapRaperda Kabupaten/ Kota. Mekanisme ini dilakukan
agar pengaturan tentang hal- hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil
guna yang optimal.

13
b. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah diluar yang dimaksud angka
1 (satu), yaitu setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri
Dalam Negeri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/ Kota untuk
memperoleh klarifikasi. Selanjutnya terhadap peraturan daerah yang
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi
dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.

Untuk memaksimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, Pemerintah


dapat menerapkan sanksi kepada Penyelenggara Pemerintahan Daerah, apabila
ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggarapemerintah
daerah tersebut. Sanksi dimaksud dapat berupa:
- Penataan kembali suatu daerah otonom;
- Pembatalan pengangkatan pejabat;
- Penanggukan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan daerah, baik berupa
Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan Ketentuan lain yangditetapkan
daerah;
- Dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.

Pembinaan dan Pengawasan Gubernur karena jabatannya berkedudukan


juga sebagai Wakil Pemerintah diwilayah Provinsi yang bersangkutan bertanggung
jawab kepada Presiden memiliki tugas dan wewenang ;
a. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten
/ Kota;
b. Koordinasi penyelenggara urusan pemerintah didaerah Provinsi dan
Kabupaten / Kota;
c. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan
didaerah Provinsi dan Kabupaten / Kota.

Pembinaan dan Pengawasan diatur dalam Pasal 373 sampai Pasal 380
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintahan Nomor 79

14
Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yang secara operasional diatur dalam Pereaturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. Terciptanya hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian berkewajiban membuat
Norma Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi
Daerah dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang diserahkan ke
Daerah dan menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Kementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

B. Efektifitas dan efisiensi pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan


urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kabupaten/Kota,
maka Presiden sebagai penanggungjawab akhir Pemerintahan secara
keseluruhan melimpahkan kewenangannya kepada Gubernur untuk bertindak
atas nama Pemerintah Pusat untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada Daerah Kabupaten/Kota agar melakukan otonominya dalam koridor
NSPK yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

3.2 Saran
Dalam penulisan serta penyusunan makalah ini tentu banyak kesalahan dan
kekurangannya, maka itu kami mengharapkan kepada dosen pengampu dan teman-
teman atas kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya dalam penulisan
makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Keuangan.

Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.

17

Anda mungkin juga menyukai