Anda di halaman 1dari 5

Resensi

Otonomi dan Pembangunan Daerah


Judul Otonomi Daerah dan Pembangunan
Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi, dan Peiuang.
Penulis MudrajadKuncoro, Ph.D.
Cetakan Pertama, Tahun 2004
Penerbit Eriangga, Jakarta
Tebal Xiii + 345 halaman
ISBN 979 - 741-120 - 6

telah menimbuikan gerakan-gerakan


separatisme, dan untuk mencegahnya
pemerintah pusat melakukan dekrit 5 Juli
1959 yang menandai sistem administrasi
pemerintahan sentralistik. Pemerintahan
yang bersifat sentralistik terus berlanjut
pada pemerintahan Orde Baru meskipun UU
Pemerintahan Daerah telah digantldengan
UU No. 5 tahun 1974. Sistem pemerintahan
sentrallsasi masa Orde Baru telah
Desentralisasi bukan masalah baru bagi menghasilkan berbagai ketimpangan dan
ketidakadilan. Ketimpangan yang terjadi
pola hubungan pemerintah pusatdan
daerah di Indonesia. Setelah merdeka, tidak hanya ketimpangan antardaerah saja
pemerintah Indonesia dihadapkan tetapijuga ketimpangan antaradesa-kota,
bagaimana pola hubungan pemerintahan ketimpangan antargolongan, dan juga
pusat dengan pemerintahan yang berada dl ketimpangan antarsektor. Ketidakadilan
bawahnya. Apakah melanjutkan sistem yang terjadi juga tidak hanya ketidakadilan
administrasi pemerintahan sentralistik ekonomi, tetapijuga ketidakadilan berpolitik.
sebagaimana pemerintahan penjajahan bersosial, berbudaya, dan hukum. Ketim
Belanda dan Jepang atau sistem adminis pangan, yang terjadi ditambah dengan
trasi federasi yang diterapkan kekuatan- ketidakadilan, telah menghasilkan krisis
kekuatan pro-NICA dan anti-kemerdekaan. multidemensidan konflik sosial dl berbagai
Sampai tahun 1959, sistem administrasi daerah yang masih berkepanjangan sejak
pemerintahan yang diterapkan secara de tahun 1997.
facto adalah federalisme. Lemahnya Krisis multidimensi ini menimbuikan
administrasi dan turunnya efektivitas keinginan untuk melakukan enam agenda
kekuasaan pemerintahan pusat atas daerah reformasi, yang meliputl amandemen UUD

UNISIA NO. 53/XXVI!/llI/2004 325


Topik:RekonstruksiIndonesia

1945. penghapusan dwifungsi ABRI, melakukan peneiitian iebih dalam tentang


otonomi daerah, penyehatan ekonomi, Impllmentasi dan pengembangan
pemberantasan KKN, dan penegakan pelaksanaan otonomi daerah.
hukum. Agenda reformasi, yang menjadi Buku yang dituiis oieh Mudrajad
tanggung jawab MPR dan DPR, telah Kuncoro ini dibagi menjadi 4 bagian dengan
dilakukan seperti amandemen UUD 1945, 17 bab, mencoba membahas implementasi
penghapusan pengangkatan anggota otonomi daerah dan reformasi pembangunan
parlemen dari TNI-PoIri, Tap-tap MPR daerah. Bagalmana pemerintah daerah
tentang penyehatan ekonomi, pembe melakukan perencanaan pembangunan
rantasan KKN, penegakan hukum. dan daerah? Bagalmana strategi pembangunan,
berbagaiUU barutermasuk UU No. 22Tahun yangberbasis potensisumberdaya-didaerah
1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU dan peluang pengembangan bisnis di
No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan daerah, ditentukan? Pada bagian satu, buku
Keuangan Pemerintahan Pusatdan Daerah. inidibagi menjadi 2 bab. Bab yang pertama
Penerapan kedua UU tentang otonomi menjeiaskan secara singkat ide dasar
daerah tersebut, yang dilakukan sejak tahun desentraiisasi yang merupakan pencerml-
2001, telah menimbulkan dampak yang nan pasai 18 UUD 1945. Format sistem
menggembirakan maupunyang kurang balk. administrasi pemerintahan otonom dan
Dampak yang menggembirakan adalah desentraiisasi kekuasaan politik dan
maslng-masing daerah berusaha dan ekonomi terus mengaiami perubahan.
berkompetisi untukmembangun daerahnya. Setelah merdeka dari penjajah Belanda,
Kreativltas dan strategi pembangunan pemerintahan baru tersebut tidak dengan
daerah muiai dikembangkan dengan mudah dapat memutuskan format sistem
berbasis pada kemampuan dan kemauan administrasi pemerintahan daerah dan poia
masyarakat di masing-masing daerah. hubungan pemerintahan daerah dengan
Pemerintahan daerah dan iembaga legislatif pusat. Pendulum sentralisasi dan desen
daerah (DPRD) menentukan sendiri misi- traiisasi terus berayun mengikutikonfigurasi
visidan strategi pembangunan daerah yang kekuasaan saat ini. Pada tahun 1959, for
akan dilakukannya dalam meiaksanakan mat pemerintahan bersifat otonomi terbatas
llmpahan urusan pemerintahan pusat dan setelah turunnya efektifitas kekuasaan pusat
pungutan pajak darl pemerintah pusat. atas daerah dan menjamurnya gerakan
Dampak yang kurang menggembirakan separatisme. Pemerintahan, yang bersifat
antara lain adalah praktik KKN di otonomi terbatas tersebut, beriangsung
pemerintahan pusat menular ke pemerin sampai tahun 1974. Pada tahun 1974,
tahan daerah, fanatisme kedaerahan, pemerintah orde baru mengeiuarkan UU No.
melemahnya koordinasi antar daerah dan 5 Tahun 1974. Dengan UU tersebut,
jugadaerah dengan pusat dalam pembagian pemerintahan bersifat sentralisasi.
urusan, pelayanan pubiik, dan Integrasi Sentralisasi pemerintahan tersebut
pembangunan yang berkelanjutan. beriangsung hingga dikeluarkan UU No. 22
Meskipun demlkian, penerapan kedua UU dan No. 25 Tahun 1999 dan juga sebagai
otonomi daerah tersebut membutuhkan po akhir pemerintahan orde baru.
litical will pemerintah pusat dan daerah, Sentralisasi pemerintahan selama orde
kesabaran menunggu proses Institusi dan baru tersebut tidak secara mudah berbaiik
pemerintahan daerah bekerja, dan

326 UNISIA NO. 53/XXVI1/UI/2004


Resensi

menjadi pemerintahan otonomi luas. detail mengenal pokok-pokok perencanaan


Pemerintah daerah menghadapi berbagai daerah yang sangat diperlukan. Pemerintah
kendala, yang antara lain: rendahnya PAD, daerah harus melakukan proses perubahan
rendahnya kualitas sumber daya manusia, perencanaan pembangunan daerah yang
tingginya dominasi kekuasaan politik dan lebih otonom. Penulis membandingkan tiga
ekonomi Pemerintah Pusat. Ketergantungan pendapat mengenal tahapan pembangunan.
daerah terhadap Pusat tersebut menjadikan Menurut Blakely (1989) proses perencanaan
daerah tidak memiliki BUMD yang dapat melalui enam tahapan yang berurutan, yang
diandalkan, kurusnya objek pajak yang dimulai dari pengumpulan dan analisis data,
menjadi wewenang daerah menarik pajak, sampai persiapan perencanaan keseluruhan
dan tingginya subsidi diberikan pusat ke dan implementasi program yang telah
daerah yang membuat daerah tidak mandiri. disusun, sedangkan menurut Bendavid-Val
Pada bab 2 menjelaskan bagaimana (1991) proses perencanaan berlasung
pemerintah daerah melakukan proses secara simultan dan proses perencanaan
perubahan struktur pemerintahan pembangunan masa orde baru. Disamping
sebagaimanadiaturdalam UU No. 22Tahun perubahan proses perencanaan, pemerintah
1999. Pemerintah daerah mendapatkan daerah juga melakukan perubahan prosedur
penyerahan wewenang Pemerintah Pusat ke perencanaan yang bersifat top-down menjadi
pemerintah daerah, pelimpahan wewenang bottom up. Permasalahan yang timbul
Pemerintah Pusat ke pemerintah daerah, adaiah bagaimana mengkombinasikan
dan tugas perbantuan pemerintah daerah antara perencanaan yang diturunkan dari
kepada Pemerintah Pusat. Penyerahan, Propenas (bersifat top down) dengan usuian
pelimpahan, dan perbantuan tersebut tidak yang muncul dari Musbangdes Tingkat Desa
hanya meliputi urusan administrasi (bersifat botton up). Pada saat ini, kedua
pemerintahan yang diaturdaiam UU No.22 prosedur perencanaan tersebut bertemu di
Tahun 1999, tetapi juga dana perimbangan Rakorbang Tingkat Kota atau Kabupaten.
pemerintah Pusat- Daerah dan pemungutan Pada bab 4, penulis mengetengahkan
pajak yang dapat diiakukan oleh pemerintah bagaimana visi dan misi dibangun. Setelah
daerah yang diatur daiam UU No. 25 Tahun visi dan misi ditentukan, pemerintah daerah
1999. Sampai saat diterbitkan buku ini, menentukan strategi dan program aksi yang
terdapat enam isu sentral pelaksanaan akan diiakukan. Strategi dan program aksi
otonomi daerah, antara lain adaiah masalah: pemerintah daerah tersebut tertuang dalam
urusan, pelayanan publik, lemahnya Renstra. Dalam buku ini, penulis
koordinasi antar sektor dan daerah, memberikan beberapa contoh visi dan misi
pembagian sumber pendapatan, fanatisme di beberapa Kabupaten dan Propinsi.
sempit, dan masalah ancaman disintegrasi. Sebagai penutup bagian dua ini, penulis
Pada baglan dua, penulis menjelasan memberikan kasus Kabupaten Kutai Timur.
tiga hal yang terbagi dalam tiga bab, yaitu: Dalam bab Ini, penulis menjelaskan secara
perencanaan pembangunan daerah (bab 3), detail mulai dari profil daerah sampai
merumuskan visi dan misi (bab 4), dan menetapkan renstra yang akan dilaku-
contoh kasus transformasi ekonomi daerah kannya. Kasus ini sangat berguna dan
yang berbasis tambang (bab 5). Pada bab membantu pembaca mendapatkan
3,,penulis melakukan penjelasan cukup gambaran riil penyusunan perencanaan dan

UNISIANO. 53/XXVn/in/2004 327


Topik: Rekonstruksi Indonesia

, dapat menerapkan penyusunan peren- fasilitas di daerah. Kinerja masing-masing


canaan untuk daerah lain. lembaga terkait akan memberikan kontribusi
Pada bagian tiga, penulis membahas terhadap keberhasiian kinerja bisnis di
bagaimana strategi pembangunan daerah, daerah. Misalkan: untuk mengembangkan
yang dipillh, perlu disesuaikan dengan usaha kecil perlu mendapat dukungan
kondisi dan permasalahan yang dihadapi berbagai lembaga antara lain adalah:
daerah. Dalam bagian tiga ini. penulis Deperindag, Depdiknas, Depnaker, Depsos,
' memberikan kasus riil pemilihan strategi Depkeu, Bappenas, Depkop dan PPK,
pembangunan yang dihadapi di daerah. Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas Tata
Kasus rill yang ditulis adalah strategi Kota, Lembaga Swadaya Masyarakat,
menyeiesaikan masaiah ketimpangan Lembaga Penelitlan di Perguruan Tinggi,
pertumbuhan ekonomi antar kecamatan di Asosiasi Pengusaha Kecil, dan pelaku
Kabupaten Banyumas (bab 7); strategi usaha kecil. Salah lembaga tidak bekerja,
penanggulangan kemiskinan (bab 8); maka kinerja usaha kecil tidaksebagaimana
strategi pengembangan industri (bab 9); diharapkan.
strategi pengembangan industri pedesaan Selain bekerjanya kelembagaan terkait
di Kalimantan Timur (bab 10); strategi didaerah, kinerjabisnisjuga ditentukan oleh
pengembangan kawasan andalan di ketersedian fasilitas di daerah. Sebagai
, Kalimantan Selatan (bab 11); strategi salah satu penyebab mengapa pembangu
pengembangan di kawasan perdagangan nan Kawasan Timur Indonesia (KTi)
bebas di Batam (bab 12); dan strategi tertinggal dengan pembangunan Kawasan
memberantas korupsi dan membangun good Barat Indonesia (KBI) adalah rendah minat
governance (bab 13). Penjabaran kasus investor di KTI. Rendahnya minat investor
strategi pembangunan daerah ini merupakan tersebutdisebabkan oleh mahalnya investasi
keunggulan buku ini dibandingkan buku di KTI dan minimnya fasilitas publik yang
tentang otonomi daerah yang masih diperlukandalam pengembangan bisnis dan
terkesan normatif. usaha. Oleh karenanya, untuk mengejar
Pada bagian empat, buku ini ditutup ketertinggalan pembangunan KTI,
dengan peluang pengembangan bisnisyang pemerintah pusatmembentuk KAPET yang
dapat dilakukan oleh pemerintahdaerah (bab berdasarkan pada Keppres No. 120Tahun
14-16), dan polemik terhadap revisi UU No. 1993 (bab 16). KAPET ini merupakan
22/1999 dan UU No.25/1999. Pada bab 14, kristaiisasi ide pengembangan kawasan
pembaca mendapa'kan penjelasan andalan.
bagaimana peran pemerintah daerah, dalam Sebagai penutup bagian empat ini,
mewujudkan obsesi peningkatan daya saing penuiis menutup dengan epilog mengenai
dan memasarkan agar menarik investor polemik revisi UU No. 22 dan No. 25 Tahun
untuk berinvestasi di daerahnya. Bab 14 ini 1999. Mungkin karena keterbatasan waktu
ditutup dengan kasus pemerintah akan segera cetak dan juga masih
Kabupaten BantuI mengundang Investor berlangsungnyapolemik tersebut, penulisan
untuk berinvestasi di sektor pariwisata. bab ini terasa belum tuntas.
Pada bab 15, pengembangan bisnis di Buku ini memiliki kelebihan, antara lain
daerah tidak dapat dipisahkan oleh adalah sistematika penulisan buku yang
bekerjanya kelembagaan dan tersedianya mudah diikuti dan dipahami, dan dilengkapi

328 UNISIA NO. 53/XXVIl/ni/2004


Resensi

dengan berbagai data dan kasus empiris arah pembangunan yang dihasilkannya; (2)
tentang masalah yang dibicarakan. Data dan menuntaskan pembahasan polemik
kasus empiris tersebutakan mempermudah terhadap revisi UU No.22 dan No. 25 Tahun
pembaca memahami dan mengaplikasikan 1999. Mengapa terjadi dorongan untuk
kasus untukdaerah lain baikditujukan untuk mengurangi kekuasaan pemerintah daerah
penelitian ataupun untuk menentukan tingkat dua dan peningkatan peran
kebijakan yang akan diambil. Buku akan pemerintah daerah tingkat satu? Meskipun
bertambah lengkap bila menambahkan; (1) demikian, buku in! patut mendapat
kasus atau bahasan tentang penyusunan penghargaan dan layak dibaca oleh
alokasi mata anggaran di APBD. Penentuan pengambi! kebijakan, praktisi, kalangan
alokasi mata anggaran APBD yang akademis. dan pemerhati masalah-masalah
dilakukan oleh pemerintah daerah dan pembangunan daerah.®
DPRD mempunyai and!! dalam menentukan Awan Setya Dewanta

noa

UNISIA NO. 53/XXVII/III/2004 329

Anda mungkin juga menyukai