Anda di halaman 1dari 11

Pancasila Dan Kewarganegaraan

“Otonomi Daerah”

Nama Kelompok 4:
Ahmad Padri
Eka Nurfitriyani
Vega Saputri
Tri Handayani
1. Hakikat Sejarah Otonomi Daerah
a. Hakikat Otonomi Daerah
Otonomi artinya memiliki peraturan sendiri atau mempunyai hak atau kewenangan untuk
membuat peraturan sendiri. Istilah otonomi mengalami perkembangan menjadi
“pemerintahan sendiri”. Pemerintahan sendiri ini meliputi pengaturan atau
perundangundangan sendiri, pelaksanaan sendiri, dalam batas-batas tertentu juga peradilan,
dan kepolisian sendiri. Otonomi daerah adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan tertentu. Urusan-
urusan yang diserahkan oleh pusat ke daerah tersebut disebut urusan rumah tangga daerah.
Daerahdaerah yang diberi wewenang untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri ini
kemudian disebut daerah otonom
b. Sejarah Otonomi Daerah
 Era kolonial
Dalam buku Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan (2002) karya Don't
f orget
Syaukani dkk, pada Pemerintahan Hindia Belanda sudah mengeluarkan
peraturan mengenai otonomi daerah, yaitu Reglement op het Beleid der
...
Regering van Nederlandsch Indie (Peraturan tentang administrasi Negara
Hindia Belanda).Kemudian pada 1903, belanda mengeluarkan
Decentralisatiewet yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan
yang memiliki keuangan sendiri.Kemudian pada 1922 pemerintah Belanda
mengeluarkan peraturan baru mengenai administrasi. Dari ketentuan S 1922
No 216 munculah sebutan provincie (provinsi), regentschap (kabupaten),
stadsgemeente (kota) dan groepmeneenschap (kelompok masyarakat).
- Era Jepang

Jepang mengatur penyelenggaraan pemerintah daerah dalam beberapa bagian, dikenal


dengan sebutan Syuu (tiga wilayah kekuasaan Jepang) dibagi dalam Ken (kabupaten)
dan Si (kota).Jepang tidak mengenal provinsi dan sistem dewan. Pemerintah daerah
hampir sama sekali tidak memiliki kewenangan. Penyebutan otonomi daerah pada
masa itu bersifat menyesatkan.

- Orde Lama
Di Era Orde Lama, Indonesia hanya mengenal satu jenis daerah otonomi.Daerah
otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkat daerah, yaitu: Kotaraya Kotamadya
Kotapraj.
- Era Revormasi

- Orde Baru
Otonomi daerah di Era Reformasi menjadi
Selama Orde Baru berlangsung, pemerintah jawaban dari persoalan otonomi daerah di Era
pusat memperketat pengawasan atas Orde Baru. Seperti masalah Desentralisasi
Politik, Desentralisasi Administrasif, dan
pemerintah daerah sebagai pengejawantahan
Desentralisasi Ekonom
dari pelaksanaan tanggung jawab pemerintah
pusat. Dalam era tersebut dikenal tiga jenis
pengawasan, yaitu pengawasan preventif,
pengawasan represif, dan pengawasan umum.
2. Prinsip Otonomi Daerah

Prinsip Kesatuan Prinsip Rill Dan Tanggung Jawab

Harus mendukung keinginan rakyat


untuk memperkuat negara kesatuan Bersifat nyata dan bertanggung
dan meningkatkan kesejahteraan jawab atas kesejahteraan
lokal. masyarakat secara keseluruhan.
Pemda bertanggung jawab atas
proses pemerintahan dan
pembangunan lokal.
Perinsip Pemberdayaan
Prinsip Penyebaran Prinsip Keserasian

Masyarakat dapat Meningkatkan efisiensi dan


Keserasian, tujuan, dan
menggunakan prinsip efektivitas penyelenggaraan
demokrasi adalah faktor
desentralisasi dan pemerintah daerah, terutama
utama di daerah otonom.
dekonsentrasi untuk dalam hal pelayanan publik
melakukan inovasi dalam dan pembangunan
pembangunan daerah. masyarakat
3. Pembagian kekuasaan pusat

Pasca amandemen
Undang-undang Dasar Kekuasaan Eksekutif
atau UUD 1945, terjadi Kekuasaan Legislatif
pergeseran klasifikasi Kekuasaan Yudikatif
kekuasaan negara di Kekuasaan Eksaminatif
tingkat pusat dari tiga atau Inspektif
jenis kekuasaan yaitu Kekuasaan Moneter
eksekutif, legislatif,
yudikatif menjadi enam
jenis kekuasaan negara
yaitu sebagai berikut :
4. Pembagian kekuasaan daerah
Otonomi daerah adalah penyerahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur
dan mengurus urusan-urusan tertentu. Pembagian kekuasaan
antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip
negara kesatuan tetapi dengan semangat federalisme.

Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom dalam


rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan
pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, dan sumber
daya manusia. Salah satu daerah otonom adalah provinsi.
Selain sebagai daerah otonom, provinsi juga menjadi daerah
administratif. Kewenangan yang diserahkan kepada daerah
otonom provinsi dalam rangka desentralisasi adalah:
• Kewenangan yang Bersifat Lintas Kabupaten dan Kota
• Kewenangan Pemerintahan Lainnya
• Kewenangan Kelautan
• Kewenangan Lain
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai