Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT MANUSIA

I. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT MANUSIA

A. Masa Klasik Yunani


Plato dan Aristoteles melihat konsp manusia. Menurut Aristoteles “manusia
terdiri dari jiwa dan raga”, sedangkan menurut Plato “manusia terdiri dari jiwa
dan raga, tetapi jiwa lebih dominan dan raga mengikuti jiwa”. Menurut Plato
jiwa dibedakan menjadi 2 yaitu nafsu (mengajak ke sesuatu yang kurang
sempurna), dan akal (merupakan identitas manusia).
Menurut Aristoteles :
- Tujuan hidup manusia yaitu mendapatkan kebahagiaan.
- Kebahagiaan di dapat jika memaksimalkan potensi akalnya.
- Pemikiran harus diaplikasikan dalam perilaku di kehidupan.
- Perilaku etis yang dikembangan dari potensi akal tidak bisa dikembangkan
sendiri, harus secara bersama-sama.

B. Masa Abad Tengah (Islam)


Dimulai pada abad 8-14 M. Pada masa ini ada 2 kekuatan yang besar yaitu
islam (The Golden Age) dan Kristen Eropa (masa kegelapan). Manusia
memiliki kesatuan raga dan jiwa. Yang mana jiwa terdiri dari 3 hal yaitu :
nafsu, akal, dan hati (Tuhan menempatkan jati dirinya).
Menurut Aristoteles :
- Capaian tertinggi manusia yaitu keselamatan dalam kehidupan.
- Caranya yaitu berperilaku baik ke sesame dan menjaga hubungan baik
dengan yang punya hati (Allah).

C. Masa Modern
Masanya materialisme dan imperialism. Pada masa ini menyingkirkan Tuhan.
Dan psikologi yang kita anut mengikuti masa modern ini. Manusia dibedakan
menjadi : raga saja, raga dan jiwa. Jiwa dibedakan menjadi nafsu saja (id, ego,
superego) dan akal saja. Capaian manusia pada masa ini kebebasan dalam
individu dan caranya yaitu melepaskan diri dari Tuhan.
D. Masa Kontemporer
Masih mengadopsi masa modern. Manusia dibedakan menjadi : raga saja, raga
dan jiwa (yang meliputi IQ, EQ, dan SQ). capaian manusia pada masa ini yaitu
kebebasan dan komunitas. Caranya bersikap profesionalitas dan menjaga
komunikasi dengan baik.

II. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN AL-QUR’AN UNTUK


MENYEBUT MANUSIA

A. Al-Insan dan Karakternya


Kata Insan dengan segala variasinya diulang sebanyak 77x dalam Al-Qur’an,
dengan rincian: Kata al-Insan (73x), kata Insan (1x), kata Anasiya (1x), kata
Insiya (1x), kata Musta’nisin (1x).
Beberapa karakter yang disebutkan dalam Al-Qur’an terkait kata Insan :
- Terkait dengan proses penciptaan manusia yang melewati waktu lama,
yang secara fisik tergolong kemah tetapi jadi makhluk terbaik.
- Lebih banyak dikaitkan dengan sifa-sifat dan perilaku yang tidak baik pada
manusia.
- Mengingkatkan bahwa manusia akan dibangkitkan kembali dan dimintai
pertanggung jawaban.
B. Al-Nas dan Karakternya
Kata Al-Nas diulang sebanyak 172x, dengan rincian : Wa al-Nasi (5x), Li al-
Nasi (51x), Min al-Nasi (11x), Bi al-Nasi (3x), Ya ayyuha al-Nas (18x), Al-
Nas (84x).
Beberapa hal atau karakter yang terkait dengan Al-Nas :
- Kata Al-Nas lebih dikaitkan dengan dengan sikap dan perilaku manusia
yang tidak mau beriman pada Tuhan, suka mempersoalkan ajaran kitab
suci, mengingkari hari pembalasan.
- Lebih dari itu, manusia lebih suka berteman dengan yang jahat daripada
yang baik, padahal teman yang jahat akan menjerumuskan mereka ke
dalam neraka.
- Bahwa Allah sangat sayang kepada manusia dan telah menyiapkan semua
yang dibutuhkan untk kehidupan mereka.
C. Al-Insu dan Krakternya
Kata Insu dan Unas diualang sebanyak 29x dalam Al-Qur’an. Kata Insi dalam
bentuk isim sebanyak 23x yaitu : kata Insu (3x), kata Al-Insu (15x), kata Unas
bentuk jamak (5x). Kata Insu dalam bentuk fiil sebanyak 6x : kata Anasa (1x),
kata Anastu (3x), kata Anastum (1x), kata Tasta’nisu (1x).
Kata Insu dengan isim digunakan Al-Qur’an mendeskripsikan beberapa hal :
- Tujuan utama dari penciptaan manusia adalah beribadah pada Allah.
- Potensi baik dalam diri manusia, sehingga mampu berbuat amal kebajikan
yang menjadikan dia selamat di akhirat.
- Manusia punya fisik senang kemewahan duniawi dan diperingatkan bahwa
hal itu dapat memalingkan mereka dari tujuan penciptaan dan keselamatan
di akherat.
Kata Insu dengan fiil digunakan Al-Qur’an mendeskripsikan dua hal penting :
- Bahwa manusia mempunyai potensi yang terkait dengan pengembangan
pengetahuan, khusunya yang bersifat empiric. Karena itu, manusia
hendaknya selalu menggunakan potensi tersebut, untuk mengembangkan
pengetahuannya khususnya dari pengethauan-pengetahuan empiric.
- Bahwa manusia mempunyai rasa untuk berperilaku etis dalam pergaulan
dengan sesama, yang itu membedakan mereka dari makhluk lain.
D. Al-Basyar dan Karakternya
Al-Basyar mengandung beberapa arti, antara lain :
- Segala sesuatu yang bersifat kulit.
- Bentuk fisik manusia, mulai ujung rambut sampai ujung kaki, yang terkait
dengan bentuk dan warna kulit.
- Makhluk yang mempunyai kulit.
Kata Basyar diulang sebanyak 37x, dengan rincian : Basyar (27x), Li
Basyarin (4x), Al-Basyar (5x), Basyarain (1x).
Istilah Basyar digunakan Al-Qur’an lebih terkait dengan kondisi fisik
manusia. Istilah Basyar digunakan dalam relasi antara para Rasul dengan
umatnya. Dalam relasi tersebut, kondisi manusia para Rasul yang secara
fisik tidak berbeda dengan manusia biasa dan dijadikan alasan untuk
menolak keberadaan para Rasul. Al-Qur’an mengajarkan agar kita tidak
terjebak pada penampilan fisik , karena hakekat manusia bukan pada
fisiknya.
E. Bani Adam dan Karakternya
Istilah Bani Adam diulang sebanyak 7x dalam Al-Qur’an yaitu : Q.S Al-A’raf
(ayat 26, 27, 31, 35, 172), Q.S. Al-Isra (ayat 70), Q.S Yasin (ayat 60).
- Bani Adam diingatkan bahwa mereka pernah melakukan perjanjian
ketuhanan pada masa azali.
- Bani Adam diingatkan bahwa nenek moyang mereka pernah dijatuhkan
syaitan, karena itu jangan mengikuti ajaran syaiton.
- Ajaran agar Bani Adam senantiasa menggunakan pakaian, pakaian yang
terbaik secara fisik maupun batin.
- Ajaran agar Bani Adam tidak bersikap berlebihan dalam hidup, khususnya
dalam hal makanan dan minuman.

III. MADZHAB-MADZHAB FILSAFAT MANUSIA DALAM PRESPEKTIF


BARAT

A. Materialisme
- Hakikat manusia bersifat materi (fisik).
- Jiwa di materialisme merupakan segala sesuatu yang bisa diamati.
- Lebih mementingkan aspek formal.

B. Spiritualisme & Idealisme


- Spiritualisme tentang persoalan agama.
- Idealism lebih ke pemikiran, jiwa dan akal lebih penting.

C. Dualisme
- Memadukan fisik dan jiwa
- Pemahaman lebih penting daripada nilai
- Pertama kali disampaikan oleh Thomas Hid
- Baik dan buruk bukan kualitas tetapi posisi

D. Sosialisme
- Hakikat manusia bukan individu tetapi relasinya terhadap orang lain
IV. MANUSIA SEBAGAI KESATUAN JIWA DAN FISIK

A. Fisik : saat masih di dalam kandungan


- Nutfah (sperma) : nutfah yang bertemu dengan ovum menjadi alaqah.
- Alaqah : sampai umur 2 bulan
- Mudghah : sepotong daging yang terbentuk dari alaqah, berumur
4 minggu
- Idhom : tulang yang berkembang
- Khalaqa aqar : berumur 4 bulan

B. Jiwa, terdiri dari :


1. Nafsu : kata nafsu diulang sebanyak 118x dalam Al-Qur’an.
- Nafsu mengajak pada sesuatu yang buruk
- Cara menundukkan nafsu yaitu dengan puasa
- Nafsu pada dasarnya tidak bagus, tetapi bisa dilatih menjadi baik dengan
latihan spiritual (riyadah).
2. Qalbu : diulang sebanyak 211x di dalam Al-Qur’an.
- Prinsipnya baik, tetapi bisa menjadi rusak karena perilaku
- Mengembangkan ilmu intuitif
3. Akal : diulang sebanyak 49x di dalam Al-Qur’an.
- Fungsinya untuk melakukan pemikiran rasional
- Mengembangkan ilmu rasional

C. Antara fisik dan jiwa ada potensi yang mengubungkan.


- Sam’a : lebih ke alat fisik (potensi yang dimiliki) dan pendengaran
anak.
- Abshar : fisik dan hati (menjembatani alam fisik dan psikis).
- Al-Af’idah: hati atau jiwa.

D. Ilmu dibagi menjadi dua :


- Usuli : diperoleh dengan cara belajar
- Khuduri : ilmu yang diberikan secara langsung oleh Tuhan (intuitif).
V. MANUSIA SEBAGAI RATIONAL ANIMAL

A. Pandangan Aristoteles (384-322 M)


Ada 2 faktor penting dalam pandangan Aristoteles, yaitu rasio dan indera
eksternal.
- Mengatakan bahwa hakekat manusia adalah rasionya. Jika manusia belum
bisa memaksimalkan rasionya maka manusia tersebut belum termasuk
manusia yang sempurna.
- Rasio merupakan inti dari manusia.
- Aristoteles memiliki konsep republic, lalu memilih pemimpin dan sampai
sekarang dikenal dengan istilah demokrasi.
- Orang yang berhak memilih menurut Aristoteles adalah orang yang
memiliki akal sempurna yaitu laki-laki dewasa.
- Selain rasio, manusia juga memiliki indera eksternal.
- Objek pengetahuan menurut Aristitoteles yaitu : indrawi (sesuatu yang
bisa dilihat itu adalah pengetahuan) dan ma’kulat (sesuatu yang bisa
dipikirkan).

B. Pandangan Al-Farabi (870-950 M)


1. Hakekat manusia adalah rasionya (Al-Aql Al-Juzi). Dibawah akal rasio
ada 2 potensi besar :
- Indera internal : menghubungkan indra eksternal dengan akal, tidak secara
langsung tetapi ada tahapan/potensi yang bisa dikembangkan.
- Panca indera (5 panca indera).
2. Manusia masih mempunyai kemampuan yang lebih besar yaitu intelektual.
Intelektual dibagi menjadi :
- Intelektual potensial
- Akal actual (intelektual yang sudah dikembangkan)
- Akal mustafat (intelektual yang sudah dikembangkan sehingga
mendapatkan ilham dari Allah).

C. Pandangan Ibn Rusyd (1126-1196 M)


- Rasio : terbatas, tidak lagi bisa mengembangkan akal sehingga di isi
dengan wahyu.
- Internal
- Eksternal
Contoh : kematian tidak bisa dipikir dengan akal, tetapi bisa diketahui
dengan adanya wahyu.

D. Pandangan Rene Dercartes (1596-1650 M)


- Hanya percaya akal saja, karena Dercartes mengajarkan sesuatu yang bisa
disebut sumber pengetahuan adalah sesuatu yang pasti.
- Menurut Dercartes akal merupakan hakekat manusia.
VI. MANUSIA SEBAGAI RELIGIOUS ANIMAL
Religious animal adalah kesadaran tentang Tuhan dan bagaimana mengenal
Tuhan.

A. Pandangan Saint Augustine (354-430 M)


Menurut Augustine manusia punya kesadaran tentang Tuhan karena dalam
dirinya ada hati, tempat dimana Tuhan membisikkan bimbingannya pada
manusia. Yang kita kenal dengan bisikan hati nurani.
Cara mengenalnya adalah dengan menggunakan iga potensi dasar manusia:
panca indera untuk mengamati alam fisik ciptaan-Nya, akal, dan hati.

B. Pandangan Al-Ghazali (1058-1111 M)


Pandangan Al-Ghazali terkait dengan manusia sebagai religious animal, mirip
dengan Augustine.

C. Pandangan Ibn Arabi (1126-1650 M)


Menurut Ibn Arabi, manusia punya kesadaran tentang Tuhan karena dua hal :
- Ada hati yang merupakan sesuatu yang diberikan Tuhan pada manusia.
Wanafahtu fihi min ruhi.
- Karena pada dasarnya adalah perwujudan kreasi Tuhan yang kita kenal
dengan istilah “wahdatul wujud”.

D. Pandangan Thomas Aquinas (1225-1274 M)


Menurut Aquinas kita bisa mengenal Tuhan dengan analisis rasional.
Beberapa teori yang dimunculkan adalah teori gerak, teori penciptaan, dan
teori inayah. Teori ini diambil dari Ibn Rusyd. Teori lain disampaikan adalah
teori kausalitas, baik primer maupun sekunder.

VII. MANUSIA SEBAGAI SYMBOLIC ANIMAL

A. Pandangan Ibn Miskawaih (932-1030 M)


Ibn Miskawaih dikenal dengan bapak etika islam, karena dia merupakan tokoh
pertama yang memfilsafatkan etika atau membuat rumusan etis secara
filosofis. Selama ini kita memahami etika Tuhan-Nya islamnya sebagai kajian
praktis perilaku. Ibn Miskawaih mengajarkan kita bahwa persoalan etika itu
bukan hanya sekedar perilaku tapi didasarkan pada pikiran filosofis yang
mendalam. Ibn Miskawaih symbolic animalnya didasarkan dengan potensi
manusia, menurut beliau manusia memiliki potensi besar yang disebut dengan
nafsu. Potensi ada 3 :
- Nafsu bahamiyah (nafsu binatang ternak)
- Nafsu sabuiyah (potensi binatang buas)
- Nafsu anatiqah (potensi untuk berpikir)
Bagi Ibn Miskawaih puncak potensi besar bagi manusia ada di nafsu anatiqah.
Jika seseorang sibuk dengan nafsu bahamiyah dan nafsu sabuiyahnya maka
bukan disebut sebagai manusia.

B. Pandangan Ibn Athailah al-Sakandary (1250-1309 M)


Ibn Athailah lebih pada seorang sufi, bagi beliau manusia memiliki potensi
besar. Potensi terbesar untuk diri manusia berada di qolbu yang akan
menunjukkan kedekatan seseorang kepada Tuhan, dan harus dibuktikan
dengan perilaku seseorang. Semakin seseorang dekat dengan Allah makan
semakin etis perilakunya.

C. Pandangan Ernest Cassirer (1874-1945 M)


Menurut Ernest Cassirer manusia mempunyai potensi besar :
- Sistem resiptor
- Sistem afektor
- Sistem simbol
Sistem resiptor dan afektor tersebut tidak hanya dimiliki pada manusia tetapi
pada binatang juga. Yang membedakannya adalah sistem simbol, sistem
simbol adalah dua hal dimana kemampuan menangkap simbol sesuatu yang
diberikan oleh pihak lain dan sistem simbol ini sebagai fungsi untuk
mencitrakan diri menunjukkan potensi yang ada pada diri kita, kemampuan ini
yang selanjutnya akan menuntut seseorang untuk mempunyai kemampuan
cipta rasa / kebudayaan. Sehingga menurut Ernest Cassirer potensi besar
manusia ditunjukkan dengan cipta rasa / budaya seseorang. Semakin cerdas
seseorang maka semakin kreatif inovatif dan berbudaya tinggi.
D. Pandangan Harold Dwight Lasswell (1902-1978 M)
Lasswell merupakan seorang tokoh dalam bidang komunikasi politik. Bagi
Lasswell manusia itu kemampuan simboliknya dinarasikan dalam bentuk
komunikasi seseorang, artinya manusia memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dan komunikasi itu menunjukkan tingkat kualitas
kemanusiannya.

VIII. MIND BODY PROBLEM

A. Bahasan Penting Mind Body Problem


Relasi antara pikiran dengan fisik. Tema ini sesungguhnya adalah kajian lebih
lanjut atau simpulan analisis terhadap diskusi tentang tema 1. Manusia itu
sesungguhnya bisa disebut manusia karena apa atau yang eksis dalam diri
manusia, yang kemudian muncul diskusi tentang materialism dan spiritualism.
Dalam sisi jumlahnya berapa, yang kemudian memunculkan diskusi antara
dualism dan monism. Dari situ kemudian melahirnya kajian lebih lanjut bahwa
manusia itu ada relasi tentang hubungan badan dan pikiran maka bagaimana
sifat hubungan itu.

B. Diskusi Antara Materialism Vs Spiritualism


- Materialialisme menilai manusai dari fisiknya, yang berfikir adalah proses
fisik seperti teori neurosains, bahwa berifikir hanyalah reaksi yang ada di
dalam jaringan-jaringan sel otak. Karena basis pemikirannya adalah materi
yang dilihat adalah fisiknya, apa yang ada di jiwa maka itu tidak ada, jiwa
itu hanyalah gejala jiwa yang kemudian bisa diamati seperti yang telah di
pelajari dalam psikologi.
- Spritualisme adalah berpikir bahwa hakekat manusia itu adalah mind
(pikiran), fisik itu adalah wadahnya.

C. Diskusi Antara Dualism Vs Monoism


- Monism berarti hakekat manusia itu satu, kemudian dibagi menjadi dua
yaitu:
1. hanya materinya saja dan jiwa tidak ada
2. hanya spiritnya atau berpikirnya, dan fisiknya hanya perwujudan
- Dualism berarti hakekat manusia itu hanyalah satu kesatuan antara jiwa
dan raga. Kedua-duanya harus pada satu kesatuan. Jika kita berpikir fisik
maka yang terpenting adalah nilai, tetapi jika kita berpikir spirit yang
terpenting adalah kefahamnnya. Bagi orang dualism nilai dan paham
adalah satu kesatuan.

D. Diskusi Antara Occasionalism Vs Epiphenomenalism


- Occasinalisme, bagi orang ocasioanlism pikiran itu berpengaruh kepada
gerakan fisik, misal saat kita takut detak jantung menjadi cepat. Antara
fisik dan mind itu saling berkorelasi.
- Epiphenomenalism, berpikir bahwa fisik dan psikis sama-sama diyakini
ada tetapi tidak berhubungan.

IX. RELASI MANUSIA DENGAN ALLAH


A. Uraian Al-Quran Tentang Manusia Sebagai Khalifah Allah
Khalifahtullah, kata khalifah :
- Jamaknya adalah kholaif dan kholafa,
- Diulang 9x dalam Al-Qur’an
- Kata kholifah diartikan sebagai wakil pengganti (Allah akan menciptakan
manusia sebagai wakil Allah di bumi)
Manusia mempunya 2 posisi sebagai wakil Allah, yaitu:
1. Sebagai hamba, yang memiliki kewajiban untuk beribadah.
2. Sebagai wakil, kita diberikan hak untuk mengatur di bumi, mengatur
kehidupan yaitu dalam aspek selain hal-hal yang terkait dengan ibadah.

Fakta menarik tentang khalifah:

1. Ketika kita sebagai hamba ada kewajiban untuk beribadah, harus kita
lakukan kita tidak bisa menawar. Namun, pada posisi sebagai khalifah kita
bisa menawar ada kaitannya dengan kebebasan dan jabariah, kita mengatur
hal-hal yang terkait diluar bentuk ibadah karena itu sudah baku.
2. Tuhan menyampaikan bahwa ketika kita dipercayai sebagai khalifah
namun kemudian kita kufur (kata kafaro diulang 400 lebih dalam al-quran,
itu bisa bermakna orang tidak melakukan kebenaran atau menutupi
kebenaran, contohnya korupsi) maka janji Allah, Allah akan mengganti dia
dengan yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa:

Terkait sebagai hamba Allah, kita harus beribadah dan beriman kepada
Allah. Terkait ke khalifahan, pointnya adalah komitmen kita terhadap
kebenaran dan amanah yang diberikan kepada kita. Sehingga persoalannya
bukan iman atau tidak namun apakah kita punya komitmen atau
kompetensi terkait dengan itu. Siapa yang memegang amanah namun dia
tidak kompeten walaupun dia muslim, persoalannya bukan iman atau
tidak, maka hadits nabi mengatakan “fantahtirin sa’ah”. Ketika beberapa
ulama bisa menerima pemimpin yang tidak seagama, sepanjang dia adil,
dan punya kompetensi, namun mungkin tetap membutuhkan diskusi lain.

B. Uraian Al-Quran Tentang Manusia Sebagai Hamba Allah


Abdullah, dari abada-abida-yabudu yaitu luar biasa dalam al-qur’an, kata
Abdullah dari kata ibadah-abada menggunakan kata kerja dan kata benda.
- Kata kerja : diulang 108x dalam al-qur’an
- Kata benda : diulang 148x dalam al-qur’an
- Totalnya : 256x

Abdullah, menjelaskan tentang posisi manusia yang diciptakan untuk sebagai


hamba. Ketika manusia termasuk jin untuk ibadah, itu ada beberapa hal
(perintah/larangan) :

1. Tugas manusia sebagai hamba adalah beribadah hanya kepada Allah swt.
Kita harus ikhlas hanya kepada Allah swt, tidak dicampuri dengan yang
lain.
2. Ibadah yang dilakukan kepada Allah itu dilakukan sebagai rasa
syukur/tanda syukur. (banyak ayat yg menyuruh kita untuk beribadah
sebagai tanda tasyakur kepada Allah, sehingga kita bisa pahami bahwa
ibadah bukan kewajiban ibadah itu kebutuhan kita sebagai rasa syukur
kepada Allah swt. Walaupun ada di beberapa ayat kata ‘amr’
memerintahkan ibadah itu benar, tetapi sesungguhnya dalam konteks yg
lebih luas ibadah yg diperintahkan oleh Allah yg dilakukan dengan cara
ikhlas itu tidak berhenti pada bahwa ibadah itu diperintahkan namun ada
ayat seterusnya bahwa kita diperintahkan oleh Allah untuk beribadah
secara ikhlas itu adalah sebagai syukur kepada Allah yg sering dilupakan,
sehingga kita puasa yg bukan merupakan kewajiban tetapi kebutuhan kita
sebagai tanda syukur kepada Allah swt. Seperti shalat tahajud, puasa,
jamaah shalat 5 waktu itu bukan kewajiban itu adalah kebutuhan sebagai
rasa syukur kepada Allah, jadi jika kita paham ini kita akan menyesal
apabila tidak beribadah karena dengan demikian asupan spiritualitas kita
berkurang. Kebutuhan kita terhadap ibadah sama dengan kebutuhan kita
terhadap makan, berbuka, dan saur. Ada perintah ibadah secara ikhlas dan
perintah ibadah sebagai syukur, kita sebagai hamba tuhan hal yang terkait
dengan perintah)
3. Beberapa ayat terkait dengan larangan Allah berulang2 mengatakan,
“karena ibadah kita kepada Allah itu adalah kebutuhan kita masing-
masing, maka jangan lupa ibadah karena jika terjadi maka kita sendiri
yang menanggung implikasi dampaknya. Sama seperti saat kita lupa sahur.
Kemudian al-qur’an mengatakan “jangan pernah lupakan ibadah karena itu
kebutuhanmu sendiri”
4. Ibadah dilakukan kepada Allah sebagai zat yang menciptakan kita, jika
kita beribadah kepada Allah dengan tulus maka implikasi manfaatnya akan
kembali pada kita, karena itu Allah mengingatkan yg bisa memberikan
balasan atas ibadah yg kita lakukan adalah Allah maka jangan pernah
beribadah selain kepada Allah. Diistilahkan oleh Al-qur’an adalah tauhud,
karena ketika kita beribadah selain kepada Allah maka yang selain Allah
itu tidak akan mampu memberikan kontribusi balik sehingga apa yg kita
lakukan tidak ada manfaatnya jadi kita sendiri yang akan rugi.
5. Karena ibadah adalah kebutuhan kita maka jangan pernah menggunakan
ibadah sebagai kesombongan. Orang sombong itu bermacam-macam, ada
yang sombong karena hartanya, pinternya, dan keturunannya. Kalo kita
belajar al-qur’an, iblis diusir dari surga karena dia sombong aka asal-
usulnya, ketika dia disuruh sujud kepada Adam dia menolak alasannya
jelas dalam al-qur’an dikatakan iblis beragumen “kenapa saya harus sujud
kepada adam, adam itu diciptakan dari tanah, sedangkan aku diciptakan
dari api, api itu lebih utama dari tanah”. Jika dibandingkan dengan kita,
misalnya kita menyombongkan asal-usul kita karena orang tua kita itu
kiyai, pejabat, tokoh, kemudian ketika di kampus kita merasa hebat
dibanding yang lain karena orang tua kita lalu apa bedanya kesomobongan
itu dengan iblis. Kalo kita menyombongkan diri karena orang tua,
keturunan, nasab, maka berarti kita sudah mengulang kesombongan iblis,
dan iblis karena kesombongan itu diusir oleh Allah dari surga. Tetapi kita
diingatkan oleh Allah bahwa kesombongan itu bisa jadi bukan karena
masa lalu, keturunan, kepinteran namun karena ibadahnya merasa dia lebih
rajin baca qur’an, tahajud, kemudia dia merasa lebih hebat. Al-Qur’an
kemudian mengingatkan “jangan pernah sombong dengan ibadahmu,
jangan pernah mau menggunakan ibadah sebagai kesombongan, karena
ibadah itu pada dasarnya pengakuan posisi kita dihadapan Allah sebagai
hamba, sebagai hamba tidak layak menyombongkan ibadahnya.”

Disimpulkan dimana Abdullah itu punya ketentuan untuk beribadah kepada


Allah, sementara di dalam konteks khalifahtullah persoalannya bukan beriman
atau tidak namun apakah kita mempunyai kompetensi untuk menjaga amanah
yang diberikan, kalau dia tidak maka janji Allah dia akan digantikan dengan
orang lain yg kompeten.

Terkait dengan Abdullah dan khalifahtullah kita bisa mengaitkan dimana sifat
jabariah manusia yang tidak bisa ditentukan itu terkait dengan posisi kita
sebagai Abdullah, sementara kebebasan kita terkait dengan khalifahtullah.

C. Predestinasi Perbuatan Manusia


Predestinasi dalam teologi, menyatakan bahwa semua peristiwa di alam
semesta ini telah ditentukan oleh Allah, biasanya dikaitkan dengan nasib akhir
(takdir) dari jiwa seseorang. Predestinasi merupakan sebuah konsep religius,
yang melibatkan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Karakter religius
predestinasi membedakannya dari gagasan lain seperti determinisme dan
kehendak bebas.
1. Arminanisme
Predestinasi Allah berdasarkan pra-pengetahuan Allah. Mereka percaya
bahwa Allah memilih orang-orang yang Ia "tahu lebih dahulu" mau
percaya untuk diselamatkan, sehingga pra-pengetahuan Allah itu
didasarkan pada syarat atau kondisi yang dibentuk oleh manusia
2. Lutheranisme
Lutheran meyakini bahwa umat pilihan dipredestinasi untuk keselamatan.
Tidak seperti Calvinis, Lutheran tidak percaya pada predestinasi untuk
kebinasaan atau reprobasi .Sebaliknya, Lutheran mengajarkan hukuman
kekal adalah hasil dari dosa-dosa orang fasik, penolakan terhadap
pengampunan dosa, dan ketidakpercayaan.
3. Calvinisme
Calvinis berkeyakinan bahwa Allahlah yang menentukan takdir kekal
terhadap orang-orang, ada yang untuk mendapat keselamatan oleh kasih
karunia, sementara sisanya akan menerima penghukuman kekal atas semua
dosa mereka.

D. Kesadaran Dan Kebebasan Manusia


Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Kesadaran menurut Sartre berifat
itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran tidak sama dengan
benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau
berhadapan dengannya. Sedangkan Istilah kebebasan dari segi etimologi
adalah kata sifat berasal dari kata “bebas”, yang berarti merdeka, tak
terkendali. kata “bebas” mempunyai arti lepas sama sekali, dalam arti tidak
terhalang, tidak terganggu, sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, tiap-
tiap anggota dapat mengungkapkan pendapatnya.
Sifat kesadaran manusia :
1. Kesadaran bersifat spontan. Artinya, ia dihasilkan bukan dari ego atau
kesadaran lain. Ia menghasilkan dirinya sendiri. 
2. Kesadaran bersifat transparan. Artinya, kesadaran mampu menyadari
dirinya. Kesadaran diri merupakan eksistensi manusia yang
membedakannya dengan eksistensi benda-benda. Manusia mempunyai
kemampuan menyadari dirinya. Dunia benda-benda membantu dalam
pencapaian kesadaran diri manusia. Tanpa adanya benda-benda (etre-en-
soi), maka kesadaran diri manusia tidak mungkin tercapai.
Tipe kesadaran manusia :
1. Kesadaran sebagai kondisi banging / terjaga
Kesadaran secara umum disamakan dengan kondisi bangun serta
implikasi keadaan bangun. Implikasi keadaan bangun akan meliputi
kemampuan mempersepsi, berinteraksi, serta berkomunikasi dengan
lingkungan maupun dengan orang lain secara terpadu. Pengertian ini
menggambarkan kesadaran bersifat tingkatan yaitu dari kondisi bangun,
tidur sampai koma.
2. Kesadaran sebagai pengalaman
Menyamakan kesadaran dengan isi pengalaman dari waktu ke waktu,
seperti apa rasanya menjadi seorang tertentu sekarang. Kesadaran ini
menekankan dimensi kualitatif dan subjektif pengalaman
3. Kesadaran sebagai pikiran
Kesadaran digambarkan sebagai keadaan mental yang berisi dengan hal-
hal proposisional, seperti misalnya keyakinan, harapan, kekhawatiran, dan
keinginan.

X. ISU-ISU KONTENPORER
A. Kloning Manusia
Kloning menciptakan manusia buatan, bukan hanya kecerdasan buatan, maka
akan melahirkan problem moral yang luar biasa, terkait dengan identitas
manusia, dengan nasab dan banyak hal. Kemudian di barat objek yang dibuat
untuk kloning itu ditentang keras karena memiliki dampak moral kloning yang
luar biasa. Sementara penolakan terhadap AI (kecerdasan buatan) tidak sekuat
penolakan kloning manusia, karena dalam konteks tertentu kita butuh
membantu aspek-aspek pekerjaan manusia yang tidak bisa dikerjakan oleh
manusia.
B. Kecerdasan Buatan (Artificial Intellegence)
Kecerdasan buatan dibuat untuk membantu tugas-tugas manusia atau
membantu kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dilakukan manusia secara cepat,
yang didasarkan pada pemikiran matematis empiric basis keilmuwan di barat
yang positivistic. Yang biasanya membantu untuk analisis matematis, seperti
SPSS, membantu menjadi lebih cepat, membantu memprediksi beberapa
kemungkinan contohnya prediksi matematis pada langkah catur. Tetapi disisi
lain ada hal yang mengkhawatirkan :
1. Aspek sosial : pada aspek sosial ketika kecerdasan muncul kemudian
menggantikan kerja manusia dan melahirkan pengangguran.
2. Secara psikologis : secara sains kerja kecerdasan buatan sangat luar biasa
tetapi karena hanya berdasarkan analisis matematis kerja ini tidak
berdasarkan rasa.
3. Kemungkinan ketika kecerdasar buatan semakin canggih bahwa
kemungkinan dia akan mandiri dan tidak bisa dikendalikan lagi oleh
manusia. Karena bisa memprediksikan dalam segala hal, dan menjadi
sebuah sistem yang mandiri yang tidak terkendalikan oleh manusia.
C. Kehidupan Ekstraterestrial
- Alien atau piring terbang
Di dalam al-quran hanya mengatakan bahwa makhluk yang diciptakan
tuhan bukan hanya manusia, tapi ada makhluk lain dan berada di tempat
lain. Allah mengatakan sebagian ada yang diceritakan dan ada yang tidak.
Dan ini menjadi tantangan besar manusia terkait dengan kesiapan
teknologi untuk berinteraksi dengan mereka jika benar ada.
- Tentang masa depan manusia
Adanya kehawatiran bagaimana jika Amerika datang kepada kita
kemudian menjajah. Maka kemudian itu akan berpikir bagaimana masa
depan manusia terkait dengan itu.
D. Kerusakan Lingkungan
Kemajuan teknologi, eksploitasi alam yang dilakukan secara besar-besaran
akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Menurut PBB ini merupakan salah
satu perhatian besar bagi PBB bagaimana untuk mengatasinya. Dampak dari
kerusakan lingkungan :
- Munculnya beberapa penyakit, karena lingkungan yang tidak kondusif
maka penyakit tidak terkendalikan.
- Kematian dini. PBB mencatat 1 dari 5 anak di Afrika akan mengalami
kematian dini karena kerusakan lingkungan. Seharusnya masalah ini bisa
diatasi dan dicegah.

Anda mungkin juga menyukai