Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
melalui malakait Jibril yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah
manusia. Dan baran siapa saja yang membaca al-Qur’an sekalipun tidak
memahami maknanya terhitung sebagai ibadah dan mendapatkan ganjaran
pahala yang sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam hadis Qudsi :

Artinya : Diriwayatkan oleh Abu said, Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT
berfirman : siapa-siapa yang disibukkan dari memohon kepada Ku karena
membaca Al-Qur’an, maka aku akan berikan dia sebaik-baik ganjaran orang
yang bermohon. Kelebihan firman Allah dari semua perkataan adalah seperti
kelbihan Allah dari semua makhluk-Nya.” (HR. Tirmudzi)

Dari hadis diatas dijelaskan bahwa Al-Qur’an memiliki potensi yang sangat
mulia sebagai sebaik-baik kitab suci dan sekaligus sebagai pedoman hidup.

Nabi Muhammad SAW pun sangat besar perhatiannya terhadap pemeliharaan


al-quran, sehingga setiap turun suatu ayat, dari permulaan hingga
penghabisan, Nabi SAW menyuruh para penulisnya agar menulisnya dengan
cermat.. Maka Allah selalu menjaganya dari berbagai perubahan dan
penukaran. Baik pada surat-suratnya maupun ayat-ayatnya, bahkan pada
huruf-hurufnya. Sebagaimana dalam firman-Nya QS Al-Hajr [15]:9)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.”

Karena kemuliaan al-Qur’an dan untuk mendapatkan ganjaran pahala yang


besar sudah tentu kita harus membaca dan juga mengamalkannya. Oleh
karena itu dibutuhkan pemahaman mengenai huruf Hijaiyah yang merupakan
bahasa resmi Al-Qur’an, dan juga dibutuhkan pemahaman mengenai tanda-
tanda baca Al-qur’an serta di zaman yang modern init tak dipugkiri kebutuhan
kita untuk dapat mentranliterasi huruf Arab-Latin. Dalam makalah ini akan
membahas tiga pokok pebahasan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Sejarah tulisan dan perkembangannya?

1.2.2 Huruf Hijaiyah


a. Apakah Pengertian Huruf Hijaiyah?

b. Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Huruf Hijaiyah?

c. Bagaimana Proses Penyempurnaan Tulisan Arab?

d. Apakah Nama Lain Huruf Hijaiyah?

1.2.3 Apa Sajakah Tanda Baca Al-Qur’an ?

a. Bagaimanakah Tanda Waqaf?

b. Bagaimanakah Tanda Wasal?

1.2.4 Bagaimana Transliterasi Arab-Latin?

a. Apakah Pengertian dan Prinsip Pembakuan Transliterasi?

b. Bagaimanakah Pedoman Transliterasi Arab-Latin?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Sejarah Tulisan Dan Perkembangannya

1.3.2 Untuk Mengenal Huruf Hijaiyah

a. Untuk Mengetahui Pengertian Huruf Hijaiyah

b. Untuk Memahami Pertumbuhan Dan Perkembangan Huruf Hijaiyah

c. Untuk Mengetahui Proses Penyempurnaan Tulisan Arab

d. Untuk Mengetahui Nama Lain Huruf Hijaiyah

1.3.3 Untuk Mengetahui Tanda Baca Al-Qur’an

a. Untuk Memahami Tanda Waqaf

b. Untuk Memahami Tanda Wasal

1.3.4 Untuk Memahami Transliterasi Arab-Latin

a. Untuk Mengetahui Pengertian dan Pembakuan Transliterasi

b. Untuk Memahami Pedoman Transliterasi Arab-Latin


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tulisan dan Perkembangannya

Huruf atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak
cipta dan rasa. Pada awalnya komunikasi dilakukan secara lisan dan isyarat.
Namun ada banyak hal yang sulit dikomunikasikan dengan dua cara tersebut,
dan membutuhkan cara ketiga yaitu bahasa tulis, bahasa tulis tidak serta
merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini. Namun telah melalui
beberapa fase perkembangan dan penyempurnaan untuk dapat menjadi
seperti sekarang.

1. Fase al-shuwari al-dzati, mendiskripsikan suatu peristiwa melalui


gambar itu sendiri. Fase ini merupakan fase paling sederhana tetapi juga
bersifat terbatas.

2. Fase al-shuwari al-ramzi, mendiskripsikan suatu peristiwa waktu


terjadinya, atau situasi dan kondisi pada saat peristiwa yang terjadi melalui
makna yang dilambangkan.

3. Fase al-maqtha’I, merupakan tanda-tanda yang dapat menggantikan


fungsi gambar sebagai bahasa tulis.

4. Fase al-hija’I dalam perkembangan selanjutanya, maktha-maktha


tersebut menjadi huruf setelah akulturasi.[1]

2.2 Huruf Hijaiyah

2.2.1 Pengertian Huruf Hijaiyah

Kata huruf berasal dari bahasa Arab : harf atau huruf. Huruf Arab disebut juga
huruf hijaiyah. Kata hijaiyah berasal dari kata kerja hajja yang artinya
mengeja, menghitung huruf, membaca huruf demi huruf. Huruf hijaiyah di
mulai dari alif dan berakhir pada huruf ya’ secara terpisah-pisah.
Huruf hijaiyah berjumlah 28 huruf tunggal atau 30 jika memasukkan huruf
rangkap lam-alif dan hamzah sebagai huruf yang berdiri sendiri. Orang yang
pertama kali menyusun huruf hijaiyah secara berurutan mulai dari alif
sampai ya’ adalah Nashr bin ‘Ashim al-Laitsi. Cara menulis huruf Arab
berbeda dengan huruf Latin. Kalau huruf latin dari kiri ke kanan maka huruf
Arab ditulis dari kanan ke kiri. [2]

2.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Huruf Hijaiyah

Semua huruf atau tulisan di dunia ini pada mulanya merupakan tanda-tanda
yang sangat sederhana yang telah ditemukan, disepakati dan dipergunakan
oleh generasi paling tua dalam bentuk gambar atau lambang yang dapat
dilihat oleh mata. Kemudian generasi selanjutnya melakukan proses
pengurangan, penambahan, dan penyempurnaan sesuai kebutuhan sehingga
terwujud bentuk huruf seperti sekarang ini. Demikian pula dengan huruf atau
tulisan Arab.

Menurut penelitian para sejarawan, tulisan Arab yang dipergunakan sekarang


ini berasal dari mesir kuno : hieroglyph. Keadaan tulisan pada awalnya
adalah dalam bentuk lambang yang terpisah-pisah seperti huruf cetak latin,
hanya huruf konsonan (selain wawu, alif dan ya’) yang ditulis, tidak memakai
titik-titik, dan terkadang satu huruf dipakai untuk beberapa huruf yang
mempunyai kesamaan bentuk tanpa diberi tanda pembeda seperti lazimnya
huruf pada masa sekarang.

Dalam perkembangan berikutnya, tulisan Arab mengalami proses


penyempurnaan bentuk meskipun belum dibedakan. Hal ini terjadi setelah
adanya penetrasi budaya dan peradaban oleh suku Anbar dan Hirah. Ciri
huruf atau tulisan pada fase ini adalah huruf-huruf sudah ditulis secara
bersambung, juga adanya penambahan beberapa huruf yang sebelumnya
tidak ada. Seperti tsa’, dzal, dhad, dla’ dan ghin. Model tulisan yang demikian
dipergunakan sampai abad ke-6 M.

Pada akhir abad ke-6 M memasuki awal abad ke-7 M, mulai banyak orang
Islam yang pandai baca-tulis, khususnya di kalangan pemudanya. Karena
adanya program pemberatasan buta huruf yang dicanangkan Nabi
Muhammad saw. Yakni tawanan-tawanan non muslim yang tidak
membahayakan Islam jika dibebaskan dan mereka mempunyai kemampuan
baca-tulis yang cukup, maka tiap satu orang tawanan non muslim yang satu
orang tawanan diharuskan mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh anak
orang Islam sampai mahir. Di antara sahabat nabi yang pandai baca-tulis
adalah Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Usman bin ‘Affan, Yazid bin Abi
Sufyan dll. Wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad saw oleh sebagian
sahabat yang dapat menulis, dituliskan diatas pelepah kurma, kayu, tulang,
batu dan material lainnya.

Dengan wafatnya Nabi Muhammad saw pada tahun 623 M , dan banyaknya
penghafal yang gugur di medan perang, umat islam merasakan kebutuhan
mendesak untuk mencatat wahyu dalam bentuk lebih permanen. Atas hal itu
Umar bin al-Khatthab, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
menghimpun dan menulis semua ayat dalam susunan sesuai yang
ditunjukkan oleh nabi Muhammad saw. [3]

Agama islam terus tersebar keberbagai belahan dunia, berkembang


kekhawatiran bahwa Al-Qur’an yang asli akan hilang dan menyimpang.
Proses pelestarian dan tujuan berdakwah melahirkan kebutuhan baru untuk
menyempunakan tulisan. Berangsur-angsur aturan ditetapkan untuk
menyambung banyak huruf Arab. Model tulisan yang digunakan para sahabat
Nabi dan orang Arab pada masa itu adalah tulisan hijazi, yaitu bentuk tulisan
yang merupakan penyempurnaan dari rentetan pertumbuhan dan
perkembangan tulisan Arab dalam proses mencari bentuk kesempurnaan
huruf yang memenuhi kebutuhan bahasa. [4]

2.2.3 Penyempurnaan Tulisan Arab

Penyempurnaan ini dibutuhkan karena munculnya kasus kesalahan baca ayat


al-Qur’an adalah fatal sebab dapat merubah makna ayat tersebut. Dengan
demikian meluasnya agama Islam ke berbagai suku dan bangsa-bangsa
bukan Arab yang tidak mengenal bahasa Arab, kekhawatiran terjadinya
kesalahan yang sama semakin kuat. Karena bahasa dan tulisan Arab
merupakan bahasa dan tulisan resmi al-qur’an. Sedangkan bahasa dan tata
bahasa pada waktu itu belum dibakukan. Penyempurnaan tulisan Arab
selanjutnya adalah dengan :

a. Menciptakan syakal

Pada awal abad ke-7 M, awal daulah Umawiyah, Ziyad bi Abi Sufyan meminta
kepada seorang ahli bahasa Arab, Abu Aswad al-Duali untuk menciptakan
syakal sehingga mempermudah membaca al-qur’an dan meminimalisir
kesalahan baca. Tanda baca yang diciptakan sbb :

- Titik satu disebelah kiri huruf berarti dhammah

- Titik satu tepat di atas huruf berarti fathah


- Titik satu tepat di bawah huruf berarti kasrah

- Bila titik didobelkan maka menjadi tanwin

Titik-titik yang menjadi syakal ditulis dengan tinta merah sedangkan, huruf
ditulis dengan tinta warna hitam.[5]

b. Membedakan huruf yang sama bentuk dengan garis

Tanda baca ciptaan al-dauli sangat membantu dalam membaca al-Qur’aan.


Tetapi, huruf-huruf yang bentuknya sama dan ejaannya berbeda sering kali
membingungkan. Hingga pada masa Abdul Malik bin Marwan (685-705 M)
seorang gubernur bernama al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi meminta Nashr bin
‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar untuk memberi tanda pada huruf-huruf yang
sama bentuknya tetapi berbeda ejaan. Nashr dan Yahya selanjutnya
menciptakan tanda berupa garis-pendek yang diletakkan di atas atau
dibawah huruf. Tanda dan garis-pendek tetap dipakai selama pemerintahan
Bani Umayyah sampai awal pemerintahan Abasiyah ± 685-750 M. [6]

c. Membalik tanda-tanda

Setelah beberapa waktu, sistem penandaan titik dan garis-pendek


mengalami perubahan. Munculnya keluhan dari para pembaca al-Qur’an yang
dianggap menyulitkan, selain itu model penandaan dengan menggunakan
tinta tinta (waktu itu mesin cetak belum dikenal) memunculkan problem lain.
Tinta yang tidak bersifat permanen, sehingga seringkali menyebabkan garis-
garis pendek menjadi seperti titik-titik atau sebaliknya. Sementara itu tinta
merah yang digunakan untuk menulis tanda titik karena terlalu lama menjadi
kehitam-hitaman menyerupai huruf atau garis pendek yang memang ditulis
dengan tinta hitam. Sebuah fakta ynag memunculkan kesulitan baru karena
orang menjadi bingung mana syakal mana huruf tertentu.

Kesulitan ini menggerakkan seorang ahli tata bahasa Arab, yaitu al-
Khalil bin Ahmad mengadakan perubahan. Al-Khalil membalik fungsi tanda
baca yang diciptakan Abu Aswad dan Nashr-Yahya. Titik-titik yang awalnya
merupakan harakat sekarang dijadikan tanda untuk membedakan huruf yang
berbentuk sama namun berbeda ejaan. Dan untuk syakal, al-Khalil megambil
dari huruf-huruf yang menjadi sumber bunyi . [7]

2.2.4 Nama Lain Huruf Hijaiyah


Di samping dikenal dengan nama huruf hijaiyah, juga mempunyai nama atau
sebutan lain sesuai dengan Makraj-nya. Adapun nama-nama tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut.

1. Halqiyah yaitu sebutan huruf hamzah ( ), Ha’ ( ), ‘ain ( ), Ha ( ),


ghain ( ), dan kha’( ), dinamakan Halqiyah karena huruf-huruf tersebut keluar
dari tenggorokan atau kerongkongan.

2. Janbiyah yaitu sebutan huruf dlad ( ), dinamakan demikian karena


huruf ini berada ditepi lidah, baik tepi bagian kanan atau kiri.

3. Dzalqiyah yaitu sebutan huruf lam ( ), Nun ( ), dan ra’ ( ). Dinamakan


demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari pinggir ujung tepi lidah.

4. Nath’iyah yaitu sebutan huruf-huruf ta’ ( ), dal ( ), dan tha’ ( ).


Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari kulit lubang
langit-langit atas.

5. Asaliyah yaitu sebutan huruf-huruf Zai ( ), sin ( ), dan shad ( ).


Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari lidah bagian
depan.

6. Lahawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Qa ( ), dan Ka ( ). Dinamakan


demikian karena huruf-huruf itu keluar dari anak lidah yang ada pada pangkal
lidah.

7. Syajriyah yaitu sebutan huruf-huruf Ja ( ), Sya ( ), dan ya ( ).


Dinamakan demikian karena huruf-huruf itu keluar dari lidah bagian tengah
sejajar dengan langit-langit atas.

8. Jaufiyah yaitu sebutan huruf-huruf mad yakni ( ). Dinamakan


demikian karena huruf-huruf itu keluar dari rongga mulut.

9. Litsawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Tsa ( ), Dza ( ), dan Zha ( ).


Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut dari dekat gusi gigi seri
atas.

10. Syafawiyah yaitu sebutan huruf-huruf Ba ( ), Fa ( ), Mim ( ), dan Wau (


). Dinamakan demikian karena huruf-huruf tersebut keluar dari kedua bibir.
[8]

Anda mungkin juga menyukai