Anda di halaman 1dari 12

MENJELASKAN

TENTANG PRINSIP-
PRINSIP IBADAH
SUNNAH
KELOMPOK 2 :
- D I N D A L E S TA R I
-IKA APRILIA
- AY U N I I N D A H
PENGERTIAN IBADAH SUNNAH
Ketika berbicara tentang sunnah, maka yang terlintas dalam pikiran adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik perbuatan,perkataan, maupun taqrirnya. Pengertian
tersebutlah yang selama ini dipegang teguh oleh umat Islam klasik hingga modern.
Sunnah bisa berarti perilaku (sirah), jalan (thariqah), kebiasaan atau ketentuan. Sunnah dalam
pengertian ini bisa mencakup sunnah yang baik (sunnah hasanah) maupun sunnah yang buruk
(sunnah qabihah).Dalam pengertian ini Al-Qur’an menyebutnya dengan Sunnah al-Awwaliin,
yakni sunnah yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada orang-orang terdahulu (Al-Anfal:38)
Sunnah berdiri sebagai penjelas maksud al-Qur’an pejamin makna al-Qur’an dan penjelas
perintah-perintah yang ada didalam al-Qur’an, sehingga al Qur'an tidak bisa dipahami tanpa
sunnah, Qur'an tidak bisa mandiri tanpa sunnah. Misalnya al-Qur'an memberikan perintah-
perintah umum, maka sunnah menjelaskan maksudnya secara spesifik. Sunnah juga
memberikan informasi tambahan yang mutlak diperlukan dalam praktek peribadatan yang tidak
ada dalam al-Qur'an.
PRINSIP-PRINSIP IBADAH
Adapun prinsip-prinsip ibadah adalah :
1. Adanya larangan-larangan, kecuali yang diperintahkan.
2. Berdasarkan hukum Al-Qur’an dan sunnah yang dibawa Nabi Muhammad SAW, berikut contoh-contoh
hukum yang Allah berikan dalam mengatur sistem kehidupan manusia di dunia.
Surah Al-Maidah (5): 89
Artinya :“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksudkan (untuk
bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat
(melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu
berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.
Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang
demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah
sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur
(kepada-Nya)
Surah An-Nisa (4): 92
Artinya : “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali
karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang
diserahkan kepada keluarga (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh) bersedekah.
Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka
(si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa-dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada
Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
3. Ada syarat dan ketentuan tertentu dalam menjalankan ibadah, contoh dalam melaksanakan sholat
ada syarat sah dan rukun sholat yang harus dipenuhi.
4. Tidak diterima suatu ibadah jika tidak disertai dengan keikhlasan, niat yang tulus, dan dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW
5. Ibadah dengan ikhlas, tidak mengharap apa-apa
6. Sesuai dengan contoh dan tuntunan hidup Rasulullah SAW
7. Bid’ah yang mengada-ada itu tertolak ibadahnya
PEMBAGIAN IBADAH SUNNAH
Maka dengan demikian jelaslah, bahwa pembagian (sunnah) oleh sebagian ulama ada tiga
macam, yaitu:
1. Sunnah Al-Huda, dinamakan juga dengan sunnah mu`akkadah, bahwa bagi pelakunya diberi
pahala sedang yang meninggalkannya tanpa ‘udzur -secara terus-menerus- berhak dicela,
dinyatakan sesat, sebagai akibat tindakannya yang menganggap remeh perkara-perkara agama,
seperti adzan, iqamah, sunnah-sunnah marwiyyah (yang terriwayatkan dengan hadits yang
shahih-pent.), berkumur, istinsyaaq (menghirup air ke hidung), dan lainnya;
2. Sunnah Az-Zawaa`id: akan diberi pahala bagi pelakunya dan orang yang meninggalkannya
tidak berhak dicela dan dibenci, seperti adzan orang yang shalat sendirian, bersiwak dan
semisalnya;
3. Nafiilah, dan darinya: mandub dan mustahab, hukumnya adalah sebagaimana hukum sunnah
az-zawaa`id.
MACAM – MACAM IBADAH
SUNNAH
1. Shalat sunnah rawatib, merupakan shalat sunah yang dikerjakan mengiringi shalat fardu atau shalat wajib.
Terdapat dua macam shalat rawatib, yakni shalat rawatib qabliyah yang dikerjakan sebelum shalat fardhu, atau
bakdiyah yang dikerjakan setelahnya.
2. Shalat Wudhu, ialah Sholat Sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan sholat Sunnah wudhu tersebut
dilaksanakan dua rakaat setelah menyempurnakan wudhu
3. Shalat tahajud, merupakan shalat sunnah yang dilakukan di waktu malam. Sebaiknya dilakukan di sepertiga
malam terakhir dan sesudah kita terlelap sebelumnya. Shalat sunnah ini minimal dilakukan 2 rakaat. Nabi
Muhammad SAW biasanya melaksanakan sholat tahajud 11 rakaat termasuk witir, dan kadang 13 rakaat
termasuk witir.
4. Shalat istikharah, adalah shalat sunnah dua rakaat untuk meminta petunjuk yang baik jika kita sedang
dihadapkan dengan dua pilihan. Waktu yang baik untuk melakukan shalat sunnah ini adalah dua per tiga malam
terakhir.
5. Shalat hajat, merupakan shalat sunnah yang dilakukan untuk memohon agar hajat kita dikabulkan atau
diperkenankan oleh Allah SWT. Shalat sunnah ini dilakukan minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat dengan
salam tiap 2 rakaat.
MACAM – MACAM IBADAH
SUNNAH
6. Shalat tahiyatul masjid, merupakan shalat sunnah dua rakaat yang dikerjaan ketika masuk masjid,
sebelum kamu duduk. Shalat tahiyyatul masjid termasuk bagian memuliakan masjid. Sudah pasti semakin
sering melaksanakan shalat, semakin sering juga mendatanginya.
Shalat ini bisa dilakukan sebanyak dua rakaat saja atau lebih dengan kelipatannya. Melaksanakannya berarti
pula telah memperoleh keutamaan shalat sunnah tahiyatul masjid. Salah satu keutamaanya ialah shalat ini
bisa menyempurnakan ibadah shalat wajib.
7. Shalat mutlaq, adalah shalat sunnah yang tidak memiliki kaidah waktu pengerjaan dan tidak memiliki
sebab untuk dilakukan. Jumlah rakaatnya pun tidak dibatasi.
8. Shalat taubat nasuha, merupakan shalat nafilah yang tidak disyariatkan untuk dikerjakan secara
berjamaah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist, hendaknya sebelum melaksanakan shalat taubat
didahului dengan bersuci dengan baik. Disunnahkan untuk mandi besar sebelum melakukan shalat
taubat.Selanjutnya, mengenai waktu pelaksanaan shalat taubat, jika seorang muslim telah melakukan dosa
dan maksiat, segeralah untuk bertaubat, dengan melaksanakan tata cara shalat taubat nasuha yang
benar.Shalat taubat merupakan salah satu bentuk shalat mutlak yang waktu pelaksanaannya bisa dilakukan
kapan saja, baik itu siang maupun malam.
MACAM – MACAM IBADAH
SUNNAH
9. Shalat tasbih, adalah shalat sunnah sebanyak 4 rakaat yang dikerjakan pada siang hari dengan
satu salam, atau malam hari dengan 2 salam. Shalat tasbih memiliki tata cara yang agak berbeda
dengan shalat biasa, karena tiap gerakan diselingi bacaan tasbih sebanyak 10 kali atau 15 kali
dengan total bacaan tasbih tiap salatnya berjumlah 75.
10. Shalat hari raya, adalah shalat sunnah yang dilakukan pada hari raya Idul Fitri 1 Syawal dan
Idul Adha 10 Dzulhijah. Hukum dari shalat hari raya adalah sunnah muakkad atau dianjurkan.
11. Shalat khusuf, adalah shalat sunnah yang dilakukan saat terjadi gerhana matahari atau
bulan. Shalat sunnah ini dikerjakan minimal dua rakaat.
12. Shalat istiqa, merupakan sholat yang ditujukan untuk meminta hujan kepada Allah setelah
musim kemarau yang panjang.
MACAM – MACAM IBADAH
SUNNAH
13. Shalat dhuha, merupakan salah satu shalat sunnah yang istimewa. Ada banyak manfaat dan
keutamaan jika seorang muslim rutin melaksanakan shalat sunnah ini. Shalat ini dikenal sebagai
shalat sunnah untuk memohon rezeki dari Allah SWT.Cara melaksanakan shalat dhuha ini sama
dengan pelaksanaan shalat lain pada umumnya. Hanya saja dalam tata cara sholat dhuha ada
doa-doa tertentu yang dibacakan setelah shalat.Shalat Dhuha dikerjakan minimal 2 raka’at dan
bisa dikerjakan maksimal 12 raka’at. Masing–masing dua raka’atnya diakhiri dengan satu salam.
Shalat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah (munfarid).
14. Shalat Tarawih, adalah salah satu ibadah khas saat Ramadhan. Ramadhan merupakan bulan
suci yang dinanti kedatangannya. Di dalamnya terdapat sejumlah keutamaan di antaranya
adalah mengerjakan Shalat Tarawih.
15. Shalat witir, adalah salat sunah muakkad atau dianjurkan yang dirangkaikan sebagai
penutup salat tarawih.
KETENTUAN MELAKSANAKAN
IBADAH SUNNAH
Hukum Sunnah merupakan perkara yang dikerjakan mendapatkan pahala, dan bila ditinggalkan
tidak berdosa. Sunnah juga terbagi menjadi dua, yaitu Sunnah mu’akkad dan Sunnah ghairu
muakkad.
1. Mu’akad adalah sunnah yang dianjurkan untuk dilaksanakan seperti salat tarawih, salat hari
raya, dan lainnya.
2. Ghairu Muakad adalah perkara sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
salat sunnah Rawatib dan perkara ibadah yang sifatnya insidensial.
KEUTAMAAN IBADAH SUNNAH
1. Menyempurnakan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah wajib
Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah
wajibnya yang kurang?” Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466,
shahih)

2. Mendatangkan kecintaan dari Allah Ta’ala sehingga menjadi wali atau kekasih-Nya yang pilihan
Hal ini sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wali Allah,
“Allah Ta’ala berfirman, “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah
hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan
kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai
Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi
penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang
dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-
Ku, sungguh akan Aku lindungi. “ (HR. Bukhari no. 6502)

3. Menjaga amal ibadah wajib dengan menjaga pelaksanaan ibadah sunnah

Dalam hadits di atas, seseorang yang gemar mendekati hal-hal yang Allah Ta’ala haramkan (belum sampai
mengerjakannya), cepat atau lambat dia akan terjerumus ke dalamnya. Demikian pula sebaliknya. Seseorang yang
bermudah-mudah untuk meninggalkan amal sunnah dan menjauh dari amal sunnah, cepat atau lambat dia akan mudah
meninggalkan amal yang wajib.
KONSEKUENSI MENINGGALKAN
IBADAH SUNNAH
1. Ala`uddin Al-Bukhariy dalam kitab Kasyful Asraar (2/563) dari Abul Yusr, bahwa ia berkata:
“Adapun sunnah adalah perkara nafiilah yang terus-menerus dilakukan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam seperti tasyahhud dalam shalat dan sunnah rawatib.
Dan tentang hukumnya: bahwa dianjurkan untuk mengerjakannya dan dicela bila
meninggalkannya, disertai mendapat dosa yang ringan.”
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Barangsiapa yang membenci
sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku (yaitu golongan orang yang berada di atas
petunjukku).” (Muttafaqun ‘alaih dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu)
3. Al-Hafizh mengatakan di tengah pembahasan: “Pengingkaran itu terkadang ditujukan kepada
orang yang meninggalkan sunnah.” (Al-Fath 2/210)
4. ucapan Abu Bakr Ash-Shiddiiq rodhiyallahu ‘anhu: “Tidaklah aku meninggalkan sesuatu
perbuatan (sunnah) yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukannya, melainkan
aku selalu melakukannya. Dan sesungguhnya aku takut jika aku meninggalkan sesuatu dari
perintahnya, aku akan menyimpang (sesat).” (Ta’zhiimus Sunnah hal.24).

Anda mungkin juga menyukai