Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(SHALAT)
Dosen pengampu :

Sahwan, S.Pdi., M.pd.

Oleh kelompok 5:

1. Sula Mudiana
2. Hendara Kuswandi
3. Lalu Imam Yusuf Habibi

FAKULTAS PERTANIAN PRODI AGRIBISNIS

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2022/2023
Kata pengantar

Puji syukur allhamdulillah kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang
berjudul “SHALAT” walaupun masih dalam banyak kekurangan, baik dalam bentuk tulisan
atau penyampaiyan isi materinya.

Kami juga ucapkan banyak trimkasih atas kontribusi teman-teman yang telah mau
mengerjakan secara berkelompok sehingga makalah ini bisa terselesaikan dalam waktu yang
tepat, walaupun adanya kendala dalam pembuatan makalah ini.

Kami bisa menyadari bahwa dalam pembuatan atau penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan ketidak kesempurnaan, untuk itu kami mohon dan berharap ada
masukan atau saran kritik yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya
pada pembaca.

Mataram, 15 maret 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN..........................................................................................................

1.1 Lalar belakang ...........................................................................................................

1.2 Rumusan masalah......................................................................................................

1.3 Tujuan .......................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................................

2.1 Pengertian shalat .......................................................................................................

2.2 Rukun shalat..............................................................................................................

2.3 Hal-hal yang mambatalkan shalat ..............................................................................

2.3 Pengerian ruhksah .....................................................................................................

2.4 Macam-macam ruhksah

2.5 Sebab-sebab diperbolehkannya ruhksah .....................................................................

BAB III

PENUTUP .....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................

3.2 Saran .........................................................................................................................

3.3 Daftar pustaka ...........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sholat merupakan suatu ibadah yang didalamnya terdiri atas ucapan dan juga perbuatan
yang di awali takbir dan diakhiri salam. Menurut bahasa, pengertian shalat berarti berdoa.
Sehingga, pada intinya sholat ialah sebuah kegiatan ibadah yang isinya doa. Didalam sholat
juga ada syarat sah sholat atau aturan yang harus di ikuti agar sholatnya sah di mata agama.
Rukun shalat adalah bagian dari pada shalat dimana shalat dimana shalat itu tidak
terwujud kecuali dengannya. Dan apabila sebagian dari padanya hilang maka shalat itu tidak
disebut sebagai shalat (yang sebenarnya).
Shalat dikatakan batal atau tidak sah apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja.
Rukhsah adalah keringanan hukum karena sebuah kesulitan yang bertujuan demi
kemashlahatan manusia atau meringankan beban mukalaf pada keadaan tertentu.Perubahan
hukum dari berat ke ringan ini bukan karena hilangnya sebab yang mendasari hukum asal,
tapi murni keringanan dari hukum syariat.Kata rukhshah (‫ )الرخصة‬secara bahasa berarti izin
pengurangan atau keringanan atau kemudahan.Sedangkan menurut istilah dari para ulama
ushul kata rukhshah diartikan sebagai hukum yang berlaku berdasarkan dalil yang menyalahi
dalil yang ada karena adanya udzur.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian shalat
2. Rukun-rukun shalat
3. Apa saja yang membatalkan shalat
4. Apa pengertian ruhksah
5. Macam-macam ruhksah
6. Sebab-sebab diperbolehkannya ruhksah
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian shalat
2. Mengetahui rukun-rukun shalat
3. Mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat
4. Mengetahui pengertian ruhksah
5. Mengetahui macam-macam ruhksah
6. Mengetahui sebab-sebab diperbolehkannya ruhksah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERIAN SHALAT


Sholat merupakan suatu ibadah yang didalamnya terdiri atas ucapan dan juga
perbuatan yang di awali takbir dan diakhiri salam. Menurut bahasa, pengertian shalat berarti
berdoa. Sehingga, pada intinya sholat ialah sebuah kegiatan ibadah yang isinya doa. Didalam
sholat juga ada syarat sah sholat atau aturan yang harus di ikuti agar sholatnya sah di mata
agama.
2.2 RUKUN SHALAT
Rukun shalat adalah bagian dari pada shalat dimana shalat dimana shalat itu tidak
terwujud kecuali dengannya. Dan apabila sebagian dari padanya hilang maka shalat itu tidak
disebut sebagai shalat (yang sebenarnya). Adapun rukun shalat adalah sebagai berikut:
1. Niat mengerjakan shalat
Niat menurut bahasa adalah ketetapan hati, untuk melakukan sesuatu dibarengi
dengan pekerjaanya, kecuali puasa. Ia tidak disyaratkan membarengkan niat
dengan pekerjaanya, karena hal itu menilbulkan kesulitan, mengingat keharusan
mengawasi fajar cukup memberatkan bagi orang berpuasa.
2. Berdiri bagi yang mampu untuk shalat fardu
Berdiri tegak bagi yang kuasa ketika shalat fardu, boleh sambil duduk atau
berbaring bagi yang sedang sakit.
3. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram, yakni mengucapkan Allahu Akbar dan harus bersambung
dengan niat, diucapkan dalam posisi berdiri.
4. Membaca surat Al- fatihah
Bacaan alfatihah disyaratkan harus dibaca berbahasa arab, dan tidak
diperbolehkan membaca dengan menggunakan bahasa selain arab (terjemahan
Indonesia), meskipun diluar shalat.
5. Rukuk dengan thumaninah
Menurut bahasa rukuk berarti membukuk dan mirik secara mutlak. Sedangkan
menurut terminology syara’, rukuk berarti membungkukkan punggung dan
kepala semuanya dalam shalat.
6. I’tidal deangan thumaninah
Setelah rukuk lalu bangkit dengan mengangkat kedua tangan sebatas telinga
hingga berdiri kembali, sambil membaca do’a tasmi’.
7. Sujud dua kali dengan thumaninah
Sujud menurut etimologi bahasa berarti tunduk. Sujud terlaksana dengan
menempelkan dahi atau hidung ke tanah atau pada sesuatu yang menempel di
tanah, dengan syarat sesuatu itu harus tetap, seperti tikar dan sajadah.
8. Duduk di antara dua sujud dengan thumakninah
Setelah sujud, kemudian bangkit dari sujud mengambil posisi duduk sambil
mebaca “Allahu akbar”. Posisi kedua telapak tangan berada di atas kedua paha
dekat lutut.
9. Duduk akhir
Gaya duduk tahiyatul akhir adalah dengan mengambil posisi duduk tawaruk,
yakni gaya duduk dengan pangkal paha atas (pantat) yang kiri bertumpu
langsung pada lantai dan telapak kaki kiri dimasukkan di bawah kaki kanan.
10. Membaca tasyahud akhir
Duduk akhir yang dimaksud, yaitu duduk di akhir shalat meskipun tidak
didahului oleh duduk pertama seperti shalat yang dua rakaat, duduk akhir
merupakan salah satu fardhu shalat menurut kesepakatan ulama (ijama’), karena
tanpa adanya duduk akhir, tidak dapat dibyngkan adanya tasyahud dan salam.
11. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir.
12. Salam
Setelah selesai berdoa pada tasyahud akhir, kemudian melakukan “salam” yaitu
membaca “Assallamu’allaikum wa rahmatullah”
13. Tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut).
Dapat disimpulkan bahwa rukun-rukun shalat ada tiga belas yaitu niat, berdiri
bagi yang mampu, takbiratul ihram, membaca alfatihah, rukuk, I’tidal, sujud, duduk
diantara dua sujud, duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca sholawat nabi
pada tasyahud akhir, salam dan tertib. Dari tiga belas rukun shalat tersebut harus
dikerjakan secara berurutan dan apabila salah satu rukun shalat ada yang
ditinggalkan dengan sengaja maka tidak sah shalat orang tersebut dan apabila orang
tersebut lupa atau ragu ada salah satu yang tertinggal maka bisa diganti dengan sujud
sahwi yang dilakukan di rakaat terakhir salam.
2.3 Hal-hal yang membatalkan shalat
Shalat dikatakan batal atau tidak sah apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Berbagai hal yang dapat menyebabkan
batalnya shalat adalah:
a. Meninggalkan salah satu rukun shalat degan senngaja
Apabila ada salah satu sahalat yang tidak dikerjakan dengan sengaja maka shalat itu
menjadi batal dengn sendirinya. Misalnya, seseorang tidak membaca surat al-fatihah
lalu rukuk, maka shalatnya menjadi batal.
b. Berhadas
Bila seseorang mengalami hadats besar kecil, maka batal pula shalatnya. Baik terjadi
tanpa sengaja atau secara sadar.
c. Terkena najis baik badan, pakaian, atau tempay shalat
Bila seseorang yang shalat terkena benda najis, maka secara langsung shalatnya
menjadi batal. Namun yang dijadikan patokan adalah bila najis itu tersentuh tubuhnya
atau pakaianya dan tidak segera ditepis/tampiknya najis tersebut maka batallah shalat
tersebut.
d. Dengan sengaja berbicara yang bukan untuk kemaslahatan shalat
Berbicara dengan sengaja yang di maksud di sini bukanlah berupa bacaan-bacaan
dalam al-qur’an, dzikir ataupun do’a akan tetapi merupakan pembicaraan yang sering
dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
e. Terbuka auratnya
Bila seseorang yang sedang melakukan shalat tiba-tiba terbuka auratnya secara
sengaja, maka shalatnya otomatis menjadi batal. Baik dilakukan dalam waktu yang
singkat ataupun terbuka dalamm waktu yang lama. Namun jika auratnya terbuka
tanpa di sengaja dan bukan dalam waktu yang lama, maksudnya terbuka sekilas dan
langsung ditutup lagi maka shalatnya tidak batal.
f. Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat
Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbetik niat untuk tidak shalat di dalam
hatinya, maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya sudah rusak. Meski
belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya.
g. Bergerak bergerak
Gerakan yang banyak dan berulang-ulang terus dan bukan merupakan gerakan yang
terdapat dalam shalat.mazhab imam syafi’I memberikan batasan sampai tiga kali
gerakan berturut-turut sehingga batal dari shalatya.
h. Membelakangi kiblat
Bila seseorang shalat dengan membelakangi kiblat dengan sengaja, atau di dalam
shalatnya malakukan gerakan hingga badanya bergerak arah hingga membelakangi
kiblat, maka sahalatnya itu batal dengan sendirinya.
i. Tertawa sampai terdengar tawanya oleh orang lain
Maksudnya adalah tertawa yang sampai mengelurkan suara, adapun bila sebatas
tersenyum, belumlah sampai batal shalatnya.
j. Mendahului imam dalam dua rukun shalat, apalagi lebih
Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam seperti bangun
dari sujud lebih dahulu dari imam, maka batalah shalatnya. Namun bila hal itu terjadi
tanpa sengaja maka tidak termasuk yang membatalkan shalat.
k. Murtad, artinya keluar dari agama islam
Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya.

Dapat ditarik kesimpulan ada sebelas hal yang dapat membatalkan shalat
diantaranya: meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja, berhadas, terkena
najis, secara sengaja mengucapkan ucapan di luar apa yang di baca waktu shalat,
terbuka auratnya, mengbah niat, banyak bergerak, membelakangi kiblat, tertawa,
mendahului imam dan murtad. Apabila salah satu hal tersebut dilakukan dalam
keadaan shalat, maka shalat tersebut menjadi batal dan shalat tersebut mesti di ulang
lagi dari awal.
2.4 Pengertian ruhksah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata rukhsah berarti kemudahan yang
diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seseorang karena suatu sebab tidak dapat
melaksanakan atau menunaikan ibadah wajib dengan sempurna. Rukhsah adalah keringanan
hukum karena sebuah kesulitan yang bertujuan demi kemashlahatan manusia atau
meringankan beban mukalaf pada keadaan tertentu. Perubahan hukum dari berat ke ringan
ini bukan karena hilangnya sebab yang mendasari hukum asal, tapi murni keringanan dari
hukum syariat. Kata rukhshah (‫ )الرخصة‬secara bahasa berarti izin pengurangan atau
keringanan atau kemudahan. Sedangkan menurut istilah dari para ulama ushul kata rukhshah
diartikan sebagai hukum yang berlaku berdasarkan dalil yang menyalahi dalil yang ada
karena adanya udzur. Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami tiga syarat dari
rukhshah, yakni: Pertama, rukhshah atau keringanan hendaknya berdasarkan dalil Al Qur’an
dan Sunnah. Baik secara tekstual maupun kontekstual melalui qiyas atau ijtihad dan bukan
berdasarkan kemauan atau dugaan ssendiri. Kedua, kata hukum mencakup semua hukum dan dalil
hukum yang ada, seperti wajib, sunnah, haram, dan mubah. Semua bisa terdapat rukhshah di
dalamnya. Ketiga, adanya udzur baik yang berupa kesukaran atau keberatan dalam melakukannya.
2.5 Macam-macam ruhksah
Rukhsah adalah sesuatu yang disyariatkan oleh Allah berupa ketentuan hukum yang
ringan untuk orang mukalaf pada kondisi tertentu yang menghendaki keringanan” (Abdul
Wahhab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 121)
Berikut ini adalah ulasan mengenai pembagian rukhsah yang terdapat dalam kitab
Ushūl al-Fiqh al-Islāmī karya Syekh Wahbah Zuhaili (w. 1437 H).
Rukhsah terbagi menjadi empat bagian :
Pertama, rukhsah wajibah. Rukhsah ini merupakan rukhsah yang wajib dilakukan.
Contoh : kebolehan makan bangkai bagi orang yang hampir mati kelaparan. Hukum
asalnya adalah tidak boleh (haram) memakan bangkai, namun apabila seseorang hampir mati
karena lapar, maka dia wajib hukumnya memakan bangkai jika tidak ada makanan lain lagi
selain bangkai. Hal ini dikarenakan menjaga jiwa yang telah diamanahkan oleh Allah
hukumnya adalah wajib, berdasarkan penggalan firman Allah surah al-Baqarah ayat 195 :
‫الت َّ ْهلُ َك ِة إِلَى بِأ َ ْيدِيكُ ْم ت ُ ْلقُوا َو َل‬
Artinya :
“Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan
sendiri”
Kedua, rukhsah mandubah. Rukhsah ini merupakan rukhsah yang sunah dikerjakan.
Contoh : kebolehan meringkas (qashar) salat bagi musafir yang beperjalanan lebih dari dua
marhalah (81 km atau lebih) . Nah, rukhsah semacam ini membolehkan musafir meringkas
salat yang awalnya empat rakaat menjadi dua rakaat. Hukum asalnya adalah tidak boleh
meringkas salat dalam keadaan normal (tidak sedang perjalanan), namun karena ia sedang
dalam perjalanan (musafir) maka diperbolehkan bahkan hukumnya sunah dilakukan supaya
tidak mengalami kesulitan (masyaqqah) dalam perjalanannya.
Hal ini didasarkan atas sabda Rasulullah Saw. kepada Umar Ra. :
‫صدَقَة‬ َ َ ‫ّللاُ ت‬
َ َ‫صدَّق‬ َ ‫صدَقَتَهُ فَا ْق َبلُوا‬
َّ ‫علَ ْيكُ ْم ِب َها‬ َ
Artinya :
“Itu adalah sedekah yang Allah bersedekah dengannya atas kalian. Maka terimalah
sedekah-Nya”. (Ahmad bin Husain al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, jus 3 hal 141)
Ketiga, rukhsah mubahah. Rukhsah ini merupakan rukhsah yang boleh dilakukan
atau ditinggalkan.
Contoh : kebolehan melakukan akad salam (pesanan). Hukumnya asalnya tidak
diperbolehkan dikarenakan itu adalah melakukan akad terhadap sesuatu (barang) yang
belum ada (bay’ al-ma’dum), namun akad salam (pesanan) diperbolehkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia yang semakin berkembang.
Keempat, rukhsah khilaf al-aulā. Rukhsah ini merupakan rukhsah yang lebih utama
ditinggalkan.
Contoh : kebolehan membatalkan puasa bagi musafir dimana ia masih mampu untuk
berpuasa (tidak berbahaya bagi dirinya). Hal ini didasarkan atas penggalan firman Allah
dalam surah al-Baqarah ayat 184 :
‫صو ُموا َوأَن‬
ُ َ ‫ ت َ ْعلَ ُمونَ كُنت ُ ْم ِإن ۖ لَّكُ ْم َخيْر ت‬Artinya : “Dan puasamu itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.”
Nah, itulah sekelumit penjelasan mengenai macam-macam rukhsah (keringanan)
yang ditawarkan oleh syariat kepada kita. Alangkah baiknya kita dapat mengamalkannya
sesuai porsi yang dibutuhkan. Wallahu a’lam.
2.6 Sebab-sebab diperbolehkannya ruhksah
Berikut beberapa Sebab-Sebab Diperbolehkannya Rukhshah
1. Kondisi lemah yang pasti dimiliki makhluk
Kondisi seperti ini menjadi penyebab digugurkannya kewajiban beban syariat untuk anak
kecil dan orang yang gila. Ini juga menjadi sebab diringankannya kewajiban beban
syariat untuk wanita sehingga mereka tidak diwajibkan jum’atan, shalat berjamaah di
masjid, maupun berjihad.
2. Sakit
Sakit menjadi sebab dibolehkannya tidak berpuasa ketika Ramadhan, mengambil posisi
dudu atau tidur ketika shalat wajib, maupun mengkonsumsi obat yang hukum asalnya
terlarang. Tentu semua dilakukan karena tidak ada pilihan.
3. Safar
Safar atau dalam perjalanan menjadi penyebab diperbolehkannya untuk tidak berpuasa
ketika Ramadhan. Begitu juga ddengan mengqashar shalat empat rakaat, tidak wajib
jum’atan, serta tambahan batas waktu bolehnya mengusap khuf ketika wudhu.
4. Lupa
Lupa menjadi sebab gugurnya dosa dan hukuman akhirat ketika seseorang hamba
melakukan kesalahan. Demikian pula hal ini menjadi alasan tetap sahnya ibadah
seseorang, seperti shalat atau puasa meskipun melanggar. Misalnya saja lupa maka
ditengah puasa atau lupa tasyahud awal ketika shalat. Tentu jika dilakukan dengan
sengaja tetap batal.
5. Bodoh
Selama kebodohan terjadi bukan karena tidak mau belajar, maka bisa menjadi sebab
gugurnya dosa di akhirat ketika ia melakukan kesalahan.
6. Paksaan
Paksaan dari pihak lain menjadi sebab diperbolehnkannya melanggar aturan dalam
rangka untuk menghindari ancaman yang membahayakan. Contohnya, seseorang dipaksa
untuk minum khamr atau miras, jika tidak ia akan dipukul atau dilukai. Keadaan seperti
itu, maka diperbolehkan ia meminumnya.
7. Kondisi umum dan meluas sehingga susah untuk dihindari
Kasusnya seperti saat thawaf, dimana antara lelaki dan perempuan bercampur baur
padahal aslinya dilarang. Namun, hal itu tentu saja sulit dihindari ketika thawaf, maka hal
tersebut bisa ditoleransi. Kasus lain adalah kondisi orang yang selalu terkencing kencing.
Meskipun dia shalat dalam keadaan terkencing ditengah jalan hal ini dibolehkan dan
tidak membatalkan karena memang kondisinya seperti itu.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sholat merupakan suatu ibadah yang didalamnya terdiri atas ucapan dan juga
perbuatan yang di awali takbir dan diakhiri salam. Menurut bahasa, pengertian shalat
berarti berdoa. Sehingga, pada intinya sholat ialah sebuah kegiatan ibadah yang isinya
doa. Didalam sholat juga ada syarat sah sholat atau aturan yang harus di ikuti agar
sholatnya sah di mata agama.
Bahwa rukun-rukun shalat ada tiga belas yaitu niat, berdiri bagi yang mampu,
takbiratul ihram, membaca alfatihah, rukuk, I’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud,
duduk akhir, membaca tasyahud akhir, membaca sholawat nabi pada tasyahud akhir,
salam dan tertib. Dari tiga belas rukun shalat tersebut harus dikerjakan secara berurutan
dan apabila salah satu rukun shalat ada yang ditinggalkan dengan sengaja maka tidak sah
shalat orang tersebut dan apabila orang tersebut lupa atau ragu ada salah satu yang
tertinggal maka bisa diganti dengan sujud sahwi yang dilakukan di rakaat terakhir salam.
Ada sebelas hal yang dapat membatalkan shalat diantaranya: meninggalkan salah
satu rukun shalat dengan sengaja, berhadas, terkena najis, secara sengaja mengucapkan
ucapan di luar apa yang di baca waktu shalat, terbuka auratnya, mengbah niat, banyak
bergerak, membelakangi kiblat, tertawa, mendahului imam dan murtad. Apabila salah
satu hal tersebut dilakukan dalam keadaan shalat, maka shalat tersebut menjadi batal dan
shalat tersebut mesti di ulang lagi dari awal.
3.2 SARAN
Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkan kebaikan
dalam segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan kemaksiatan, sebagai
pembeda antara orang yang beriman dan orang yang kafir, sholat sebagai syariat dari
Allah dalam kehidupan, semoga dapat difahami, diamalkan dan diaplikasikan dengan
benar dalam kehidupan kita. Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahan-
kesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan.
Maka teruslah berusaha untuk menjauhi segala yang menjadi larangannya dan
melaksanakan segala perintahnya, meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.selasar.com/pengertian-sholat

https://www.gramedia.com/best-seller/rukun-shalat

https://akumaubelajar.com/agama-islam/yang-membatalkan-shalat

https://konsultasisyariah.com/33401-apa-itu-rukhshah.html

https://bincangsyariah.com/kalam/macam-macam-rukhsah-dalam-hukum-islam

https://akumaubelajar.com/agama-islam/pengertian-rukhshah

Anda mungkin juga menyukai