1
dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para
pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi di
dalam menulis sebuah buku, baik buku saku seperti ini
maupun ke buku yang lebih mendetail.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 3
Latar Belakang 4
A. Materi Shalat 5
1. Pengertian Shalat 5
2. Tujuan Shalat 6
3. Macam-macam Shalat 7
KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 20
3
4
Latar Belakang
5
SHALAT DAN PEMBAHASANNYA
A. Materi Shalat
1. Pengertian Shalat
Pengertian Shalat menurut bahasa adalah berdoa
(memohon). Dalam bahasa Arab,
perkataaan Shalatdigunakan untuk beberapa arti.
Diantaranya digunakan untuk arti do’a, seperti dalam
firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat (9) At
Taubah, ayat 103: digunakan untuk arti rahmat dan
untuk arti mohon ampunan seperti dalam Firman Allah
dalam Al-Qur’an surat (33) Al-Akhzab, ayat 43 dan 56.
Dalam istilah ilmu Fiqih, shalat adalah suatu
macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, disertai dengan
ucapan-ucapan tertentu, dan dengan syarat-syarat
tertentu pula. Digunakannya istilah shalat bagi ibadah ini,
adalah tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh
bahasa diatas, karena di dalamnya mengandung do’a-
do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat, dan lain
sebagainya.
Sedangkan menurut Syara’ sebagaimana kata
Imam Rafi’i, pengertian shalat adalah :
ٌالرافِعِي ا َ ْق َوا ٌل َواَفَعا ٌل ُم ْفتَت َ َحةٌ باِلت َّ ْكبِي ِْر ُم ْختَت َ َمة
َّ َوش َْرعًا َك َما قَا َل
ص ِة
َ ص ْو ُ باِلت َّ ْس ِلي ِْم بِش ََرا ئِطِ َم ْخ
Shalat ialah ucapan-ucapan dan perbuatan-
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan ditutup
6
dengan salam disertai beberapa syarat yang sudah
ditentukan.
Jadi, shalat ialah suatu ibadah yang dilakukan
oleh setiap muslim berupa suatu perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam disertai syarat-
syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syara’.
2. Tujuan shalat
Adapun tujuan shalat diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Seseorang menjadi ingat kepada Allah SWT.
2) Mendapat ketenangan dan ketentraman hati
dalam menjalani hidup.
3) Menjaga hati untuk selalu ingat kepada Allah
SWT.
4) Mendorong untuk mengetahui dan mengikuti
tuntunan hidup yang diberikan Allah SWT.
5) Dapat membentengi seseorang dari perbuatan
keji dan munkar.
Shalat merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan
oleh setiap muslim. Tujuan dalam melaksanakan shalat
sangat banyak sekali. Karena dengan shalat, setiap
individu dapat berkomunikasi secara langsung dengan
Allah Swt. Dengan shalat, semua manusia dapat merasa
lebih dekat dengan Allah Swt dan selalu mengingat-Nya.
Dengan begitu, shalat dapat menuntun setiap manusia
untuk menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt
7
dan menta’ati segala perintah-Nya sehingga terciptalah
ketenangan dan ketentraman dalam diri seseorang.
3. Macam-macam Shalat
Dilihat dari hukum melaksanakannya, pada garis
besarnya shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat fardhu
dan shalat sunnah. Shalat fardhu yaitu shalat yang harus
dikerjakan dan tidak boleh diringgalkan.Artinya, jika
dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan akan
mendapat dosa. Sedangkan shalat sunnah adalah shalat
yang dianjurkan untuk dikerjakan. Artinya bagi yang
mengejakan akan mendapat pahala, jika ditinggalkan
maka tidak mendapat dosa.
Selanjutnya shalat fardhu dibagi menjadi dua,
yaitu shalat fardhu ‘ain, dan shalat fardhu kifayah. Shalat
fardhu ‘ain adalah shalat yang harus dikerjakan oleh
setiap orang. Shalat ini sebanyak lima kali dalam satu
hari satu malam. Sedangkan shalat fardhu kifayah adalah
shalat yang diwajibkan kepada sekelompok kaum
muslimin, yang apabila telah ada seseorang atau
sebagian dari mereka yang mengerjakan, maka berarti
telah lepaslah kewajiban tersebut dari mereka semua,
dan jika tidak seorangpun dari mereka yang mengerjakan,
maka berdosalah mereka semua. Dalam hal ini, shalat
jenazah dihukumi fardhu kifayah.
Demikian juga shalat sunnah dibagi menjadi dua,
yaitu shalat sunnah mu’akkadah dan shalat sunnah
8
ghoiru mu’akkad. Shalat sunnah mu’akkadah adalah
shalat sunnah yang selalu dikerjakan ileh Rasulullah Saw.
Seperti shalat witir, shalat ‘idain dan lain-lain.
Sedangkan shalat sunnah ghoiru mu’akkad adalah shalat
sunnat yang jarang dikerjakan oleh Rasulullah Saw.
Seperti shalat dhuha, dan shalat-shalat rawatib yang
tidak mu’akkad.
Dengan adanya pembagian shalat fardhu dan
sunnah tersebut, menunjukkan bahwa agama Islam
merupakan agama yang penuh dengan kemurahan.
Dimana banyak sekali waktu ibadah shalat baik yang
fardhu maupun yang sunnah untuk dapat dikerjakan oleh
setiap muslim.
9
kewajiban-kewajiban tersebut, yaitu shalat lima kali
dalam satu hari satu malam, dimana beliau bersabda:
ت فِي ْاليَ ْو ِم َواللَّ ْيلَ ِة
ٍ صلَ َوا
َ س
ُ َخ ْم
رواه البخا ري ومعلم عن طلحه بن عبيدهللا
Artinya: Shalat lima (kali) dalam satu hari satu malam”.
(HR. Bukhari-Muslim dari Talhah bin Ubaidillah).
10
tersebut dari mereka semua, dan jika tidak seorangpun
dari mereka yang mengerjakan, maka berdosalah mereka
semua. Dalam hal ini ulama’ sepakat bahwa shalat
jenazah hukumnya fardhu kifayah.
3. Shalat Sunnat
Shalat sunnat disebut juga dengan shalat tathawwu’,
shalat nawafil, shalat mandhub, dan shalat mustahab,
yaitu shalat yang dianjurkan untuk dikerjakan. Artinya
bagi yang mengerjakan akan mendapat pahala, jika
ditinggalkan maka tidak mendapat dosa.
1) Shalat sunnat mu’akkad, yaitu shalat sunnat yang
selalu dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Seperti :
shalat witir, shalat ‘idain, dan lain-lain.
2) Shalat sunnat ghairu mu’akkad, yaitu shalat
sunnat yang jarang dikerjakan oleh Rasulullah
SAW, seperti shalat dhuha, dan shalat-shalat
rawatib yang tidak mu’akkad.
Semua shalat, termasuk shalat sunnat dilakukan adalah
untuk mencari keridhoan atau pahala dari Allah SWT.
Namun shalat sunnat, jika dilihat dari ada atau tidak
adanya sebab-sebab dilakukannya, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: shalat yang bersebab dan
shalat sunnah yang tidak bersebab.
1) Shalat sunnah yang bersebab, yaitu shalat
sunnah yang dilakukan karena ada sebab-sebab
11
tertentu, seperti shalat istisqo’ (minta hujan)
dilakukan karena terjadi kemarau panjang, shalat
qushof (gerhana) dilakukan karena terjadi
gerhana matahari atau gerhana bulan dan lain
sebagainya
2) Shalat sunnah yang tidak bersebab, yaitu shalat
sunnah yang dilakukan tidak karena ada sebab-
sebab tertentu. Sebagai contoh : shalat witir,
shalat dhuha danlain sebagainya.
12
Syarat ini didasarkan kepada firman Allah SWT
dalam QS Al-Maidah : 8, juga didasarkan pada
sabda Rasulullah SAW :
ب ْالقَب ِْر مِ ْنهُ ( روا ه الدا ر قطنى عن َ ُ فَ ِا نَّه,تَنَن ََّز ه ُْو مِ نَ ْالبَ ْو ِل
َ ٌعا َّمة
ِ عذا
)انس
Artinya : Bersucilah engkau dari air kencing, karena
pada umumnya siksa kubur itu, adalah disebabkan
karenanya. (HR. Ad-daruquthniy).
4) Menutup aurat
Syarat ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam
QS. Al-A’raaf :31
13
5) Menghadap ke kiblat (ka’bah)
Yang dimaksud dengan menghadap kiblat yaitu,
menghadap ke ka’bah. Syarat ini didasarkan kepada
hadits dari Al-Barra’ bin Azib, sebagai berikut :
َحْو
َ ش ْه ًرا ن
َ شر
َ عَ َس ْب َعة
َ ش ْه ًرا ا َ ْو َ َي ِ صلى هللا عليه و سلام ِستَّة
َ عش ََر صلَّ ْينَا َم َع انَّ ِب ا
َ
)ص ِرفنَا نَح َْوا ْال َك ْعبَ ِة (روا ه مسلم عن البرا ء ُ ت ْال ُمقَدَّ ِس ث ُ َّم ِ بَ ْي
5. Rukun Shalat
1) Niat
Arti niat ada dua:
a. Asal makna niat ialah “menyengaja” suatu
perbuatan. Dengan adanya kesengajaan ini,
perbuatan dinamakan ikhtijari (kemauan sendiri,
bukan dipaksa).
14
b. Niat pada syara’ (yang menjadi rukun salat dan
ibadat yang lain), yaitu menyengaja suatu
perbuatan karena mengikuti perintah Alla supaya
diridhai-Nya. Inilah yang dinamakan ikhlas.
Maka orang yang shalat hendaklah sengaja
mengerjakan shalat karena mengikuti perintah
Allah semata-mata agar mendapat keridhaan-
Nya, begitu juga ibadat yang lain.
15
Membaca surat Al-Fatihah dalam shalat, diwajibkan
dalam setiap rakaat baik dalam shalat fardhu maupun
shalat sunnah. Hal ini seperti yang tercantum dalam
hadist yang diterangkan Abu Qatadah :
ي صلى هللا عليه وسلم َكانَ يَ ْق َرأ ُ فِ ْي ُك ِال َر ْك َع ٍة ِبفَا تِ َح ِة ْال ِكتَا
َّ ا َِّن النَّ ِب
) (رواه البخاري عن ابي قتا دة.ب ِ
16
Artinya berdiri tegak kembali seperti posisi
ketika membaca Al-Fatihah. Rasulullah saw
bersabda :
ْ ث ُ َّم
)ارفَ ْع َحتَّى ت َ ْعتَد ِْل قَائِ ًما (متفق عليه
Artinya: “Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri
tegak untuk i’tidal.” (HR. Bukhari dan muslim).
) (رواه ابن حبان وصحيحه.س َجدْتَ فَ َم اك ِْن َج ْب َهتَكَ َوَلَت َ ْنقُ ْرنَ ْق ًرا
َ اِذَا
17
9) Duduk akhir
Untuk tasyahud akhir, shalawat atas Nabi
Muhammad Saw dan atas keluarga beliau,
keterangan yaitu amal Rasulullah Saw. (beliau selalu
duduk ketika membaca tasyahud dan shalawat).
.ٍعلَى ُم َح َّمد
َ علَى ُم َح َّم ٍد َو َ اَللا ُه َّم
َ ص ِال
Artinya: “Ya Tuhanku, berilah rahmat atas Muhammad
dan keluarganya.”
18
“Sehingga kelihatan putih pipi beliau. (Riwayat Lima
Ahli Hadits dan Disahkan oleh Tirmidzi).
َ ُصلَّى هللا
علَ ْي ِه َ ّللا ُ قَا َل َر: ث رضي هللا عنه قَا َل
ِ س ْو ُل ا ِ ع ْن َما لِكِ ب ِْن ْال ُح َوي ِْر َ َو
) (رواه البخاري.ص ِل ْى ا َ
َ ُ ارأ ْيت ُ ُم ْونِ ْي ا ُ
َ صل ْوا َك َم َّ
َ : سل َم َ َو
Artinya: Dari Malik Bin Huwairits Ra. Rasulullah Saw
bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat
saya shalat.” (HR. Bukhari).
KESIMPULAN
Pengertian Shalat menurut bahasa adalah berdoa
(memohon). Dalam bahasa Arab,
perkataaan Shalat digunakan untuk beberapa arti.
Diantaranya digunakan untuk arti do’a, seperti dalam
firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat (9) At
19
Taubah, ayat 103: digunakan untuk arti rahmat dan
untuk arti mohon ampunan seperti dalam Firman Allah
dalam Al-Qur’an surat (33) Al-Akhzab, ayat 43 dan 56.
Adapun tujuan shalat diantaranya adalah
seseorang menjadi ingat kepada Allah SWT, mendapat
ketenangan dan ketentraman hati dalam menjalani hidup,
menjaga hati untuk selalu ingat kepada Allah SWT,
mendorong untuk mengetahui dan mengikuti tuntunan
hidup yang diberikan Allah SWT, dan dapat
membentengi seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
Dilihat dari hukum melaksanakannya, pada garis
besarnya shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat fardhu
dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardhu dibagi
menjadi dua, yaitu shalat fardhu ‘ain, dan shalat fardhu
kifayah. Demikian juga shalat sunnah dibagi menjadi
dua, yaitu shalat sunnah mu’akkadah dan shalat sunnah
ghoiru mu’akkad.
Syarat-syarat sah shalat antara lain mengetahui
waktunya, suci dari hadast besar dan hadast kecil, suci
badan, pakaian, dan tempat dari najis, menutup aurat,
menghadap ke kiblat (ka’bah).
20
21
DAFTAR PUSTAKA
22