Anda di halaman 1dari 23

BUKU SAKU

MODERASI DAN PLURALISME

Mahasiswa serta Penulis:


Fajrul Hadi (11820311109)

Dosen Pembimbing Lapangan:


Dr. Zuhairansyah Arifin, S.Ag., M.Ag.

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN


MASYARAKAT (LPPM)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan selalu


kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat, Taufiq, dan
Hidayah yang sudah diberikan sehingga kami bisa
menyelesaikan buku panduan yang berjudul
“Pendalaman Kewajiban Shalat bagi Muallaf” dengan
tepat waktu. Tujuan dari penulisan buku saku ini tidak
lain adalah untuk membantu para mahasiswa di dalam
memahami seperti apa panduan di dalam menulis sebuah
karya ilmiah yang berisfat kuantitatif, tidak terbatas dari
jurusan atau program studi yang mereka tempuh.
Buku saku ini juga akan memberikan informasi
secara lengkap mengenai pengertian serta pembahasan-
pembahasan yang mendalam mengenai shalat, yang
dapat membantu sahabat-sahabat kita yang mulai
memeluk agama Islam.
Kami sadar bahwa penulisan buku saku ini bukan
merupakan buah hasil kerja keras kami sendiri. Ada
banyak pihak yang sudah berjasa dalam membantu kami
di dalam menyelesaikan buku ini, seperti melihat situasi
yang terjadi akhir-akhir ini, pemilihan materi yang tepat,
dan lain-lain. Maka dari itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan wawasan dan bimbingan kepada kami
sebelum maupun ketika menulis buku saku ini.
Kami juga sadar bahwa buku saku yang kami
buat masih tidak belum bisa dikatakan sempurna. Maka

1
dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari para
pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi di
dalam menulis sebuah buku, baik buku saku seperti ini
maupun ke buku yang lebih mendetail.

Kabanjahe, 27 Agustus 2021

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 3

Latar Belakang 4

SHALAT DAN PEMBAHASANNYA 5

A. Materi Shalat 5
1. Pengertian Shalat 5
2. Tujuan Shalat 6
3. Macam-macam Shalat 7

B. Shalat Wajib dan Shalat Sunnah 8


1. Shalat Fardhu ‘Ain 8
2. Shalat Fardhu Kifayah 9
3. Shalat Sunnat 10
4. Syarat-syarat Sah Shalat 11
5. Rukun Shalat 13

KESIMPULAN 18

DAFTAR PUSTAKA 20

3
4
Latar Belakang

Dalam kehidupan umat Islam masyarakat


meyakini dan mengetahui bahwa shalat merupakan
perintah yang harus dilakukan atau dianjurkan oleh
ummat islam itu sendiri. Shalat Merupakan salah satu
ibadah yang paling mulia dan paling dicintai oleh Allah
Swt. Bahkan, Nabi Saw Sendiri telah menegaskan
tentang kedudukan shalat dalam agama, yaitu, dalam
sabda beliau yang berbunyi : “Shalat merupakan tiang
agama.” Nabi sendiri disuruh Allah untuk melakukan
Shalat lima waktu pada saat Isra’ Mi’raj. itu merupakan
perintah langsung dari Allah untuk Nabi dan wajib
disampaikan kepada umat-Nya.

Shalat merupakan kewajiban yang tidak dapat di


tinggalkan bagi umat muslim yang sudah mukallaf.
Dalam proses belajar menuju Islam, seorang mu’allaf
juga harus belajar bagaimana carra shalat. Maka dari
itulah buku ini dibuat, agar membantu sahabat baru kita
yang baru memeluk agama Islam.

5
SHALAT DAN PEMBAHASANNYA

A. Materi Shalat
1. Pengertian Shalat
Pengertian Shalat menurut bahasa adalah berdoa
(memohon). Dalam bahasa Arab,
perkataaan Shalatdigunakan untuk beberapa arti.
Diantaranya digunakan untuk arti do’a, seperti dalam
firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat (9) At
Taubah, ayat 103: digunakan untuk arti rahmat dan
untuk arti mohon ampunan seperti dalam Firman Allah
dalam Al-Qur’an surat (33) Al-Akhzab, ayat 43 dan 56.
Dalam istilah ilmu Fiqih, shalat adalah suatu
macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, disertai dengan
ucapan-ucapan tertentu, dan dengan syarat-syarat
tertentu pula. Digunakannya istilah shalat bagi ibadah ini,
adalah tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh
bahasa diatas, karena di dalamnya mengandung do’a-
do’a, baik yang berupa permohonan, rahmat, dan lain
sebagainya.
Sedangkan menurut Syara’ sebagaimana kata
Imam Rafi’i, pengertian shalat adalah :
ٌ‫الرافِعِي ا َ ْق َوا ٌل َواَفَعا ٌل ُم ْفتَت َ َحةٌ باِلت َّ ْكبِي ِْر ُم ْختَت َ َمة‬
َّ ‫َوش َْرعًا َك َما قَا َل‬
‫ص ِة‬
َ ‫ص ْو‬ ُ ‫باِلت َّ ْس ِلي ِْم بِش ََرا ئِطِ َم ْخ‬
Shalat ialah ucapan-ucapan dan perbuatan-
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan ditutup

6
dengan salam disertai beberapa syarat yang sudah
ditentukan.
Jadi, shalat ialah suatu ibadah yang dilakukan
oleh setiap muslim berupa suatu perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam disertai syarat-
syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh syara’.

2. Tujuan shalat
Adapun tujuan shalat diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Seseorang menjadi ingat kepada Allah SWT.
2) Mendapat ketenangan dan ketentraman hati
dalam menjalani hidup.
3) Menjaga hati untuk selalu ingat kepada Allah
SWT.
4) Mendorong untuk mengetahui dan mengikuti
tuntunan hidup yang diberikan Allah SWT.
5) Dapat membentengi seseorang dari perbuatan
keji dan munkar.
Shalat merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan
oleh setiap muslim. Tujuan dalam melaksanakan shalat
sangat banyak sekali. Karena dengan shalat, setiap
individu dapat berkomunikasi secara langsung dengan
Allah Swt. Dengan shalat, semua manusia dapat merasa
lebih dekat dengan Allah Swt dan selalu mengingat-Nya.
Dengan begitu, shalat dapat menuntun setiap manusia
untuk menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt

7
dan menta’ati segala perintah-Nya sehingga terciptalah
ketenangan dan ketentraman dalam diri seseorang.

3. Macam-macam Shalat
Dilihat dari hukum melaksanakannya, pada garis
besarnya shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat fardhu
dan shalat sunnah. Shalat fardhu yaitu shalat yang harus
dikerjakan dan tidak boleh diringgalkan.Artinya, jika
dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan akan
mendapat dosa. Sedangkan shalat sunnah adalah shalat
yang dianjurkan untuk dikerjakan. Artinya bagi yang
mengejakan akan mendapat pahala, jika ditinggalkan
maka tidak mendapat dosa.
Selanjutnya shalat fardhu dibagi menjadi dua,
yaitu shalat fardhu ‘ain, dan shalat fardhu kifayah. Shalat
fardhu ‘ain adalah shalat yang harus dikerjakan oleh
setiap orang. Shalat ini sebanyak lima kali dalam satu
hari satu malam. Sedangkan shalat fardhu kifayah adalah
shalat yang diwajibkan kepada sekelompok kaum
muslimin, yang apabila telah ada seseorang atau
sebagian dari mereka yang mengerjakan, maka berarti
telah lepaslah kewajiban tersebut dari mereka semua,
dan jika tidak seorangpun dari mereka yang mengerjakan,
maka berdosalah mereka semua. Dalam hal ini, shalat
jenazah dihukumi fardhu kifayah.
Demikian juga shalat sunnah dibagi menjadi dua,
yaitu shalat sunnah mu’akkadah dan shalat sunnah

8
ghoiru mu’akkad. Shalat sunnah mu’akkadah adalah
shalat sunnah yang selalu dikerjakan ileh Rasulullah Saw.
Seperti shalat witir, shalat ‘idain dan lain-lain.
Sedangkan shalat sunnah ghoiru mu’akkad adalah shalat
sunnat yang jarang dikerjakan oleh Rasulullah Saw.
Seperti shalat dhuha, dan shalat-shalat rawatib yang
tidak mu’akkad.
Dengan adanya pembagian shalat fardhu dan
sunnah tersebut, menunjukkan bahwa agama Islam
merupakan agama yang penuh dengan kemurahan.
Dimana banyak sekali waktu ibadah shalat baik yang
fardhu maupun yang sunnah untuk dapat dikerjakan oleh
setiap muslim.

B. Shalat Wajib dan Sunnah


Shalat fardhu atau biasa disebut dengan shalat
wajib, yaitu shalat yang harus dikerjakan dan tidak boleh
ditinggalkan. Artinya jika dikerjakan mendapat pahala
dan jika ditinggalkan akan mendapat dosa. Sebagaimana
telah disebutkan di atas, shalat fardhu dibagi menjadi
dua macam yaitu shalat fardhu ain dan shalat fardhu
kifayah.

1. Shalat fardhu ‘ain


Shalat fardhu ‘ain, yaitu shalat yang harus dikerjakan
oleh setiap orang. Shalat ini sebanyak lima kali dalam
satu hari satu malam, mengingat sabda Rasulullah SAW,
ketika ditanya oleh seorang penduduk Najd tentang

9
kewajiban-kewajiban tersebut, yaitu shalat lima kali
dalam satu hari satu malam, dimana beliau bersabda:
‫ت فِي ْاليَ ْو ِم َواللَّ ْيلَ ِة‬
ٍ ‫صلَ َوا‬
َ ‫س‬
ُ ‫َخ ْم‬
‫رواه البخا ري ومعلم عن طلحه بن عبيدهللا‬
Artinya: Shalat lima (kali) dalam satu hari satu malam”.
(HR. Bukhari-Muslim dari Talhah bin Ubaidillah).

Sedangkan yang dimaksud dengan shalat lima kali


yaitu, shalat dhuhur, asar, maghrib, isya’ dan subuh.
Termasuk ke dalam pengertian shalat lima kali ini, yaitu
shalat jumat, yang menurut jumhur ulama’, diwajibkan
kepada laki-laki muslim, yang bukan budak, tidak
sedang bepergian atau sakit, kewajiban shalat jumat ini
didasarkan kepada firman Allah dalam Al-qur’an surat
Al-jumuah : 9, juga didasarkan kepada beberapa hadits
antara lai hadits dari Jabir yang menerangkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka ia wajib (shalat) jumuah, kecuali wanita
atau orang yang sedang yang bepergian, atau seorang
hamba atau orang yang sedang sakit.” (HR. Ad-
daruquthniy dan Al-Baihaqi).

2. Shalat fardhu kifayah


Shalat farrdhu kifayah, yaitu shalat yang diwajibkan
kepada sekelompok kaum muslimin, yang apabila telah
ada seseorang atau sebagian dari mereka yang
mengerjakan, maka berarti telah lepaslah kewajiban

10
tersebut dari mereka semua, dan jika tidak seorangpun
dari mereka yang mengerjakan, maka berdosalah mereka
semua. Dalam hal ini ulama’ sepakat bahwa shalat
jenazah hukumnya fardhu kifayah.

3. Shalat Sunnat
Shalat sunnat disebut juga dengan shalat tathawwu’,
shalat nawafil, shalat mandhub, dan shalat mustahab,
yaitu shalat yang dianjurkan untuk dikerjakan. Artinya
bagi yang mengerjakan akan mendapat pahala, jika
ditinggalkan maka tidak mendapat dosa.
1) Shalat sunnat mu’akkad, yaitu shalat sunnat yang
selalu dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Seperti :
shalat witir, shalat ‘idain, dan lain-lain.
2) Shalat sunnat ghairu mu’akkad, yaitu shalat
sunnat yang jarang dikerjakan oleh Rasulullah
SAW, seperti shalat dhuha, dan shalat-shalat
rawatib yang tidak mu’akkad.
Semua shalat, termasuk shalat sunnat dilakukan adalah
untuk mencari keridhoan atau pahala dari Allah SWT.
Namun shalat sunnat, jika dilihat dari ada atau tidak
adanya sebab-sebab dilakukannya, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: shalat yang bersebab dan
shalat sunnah yang tidak bersebab.
1) Shalat sunnah yang bersebab, yaitu shalat
sunnah yang dilakukan karena ada sebab-sebab

11
tertentu, seperti shalat istisqo’ (minta hujan)
dilakukan karena terjadi kemarau panjang, shalat
qushof (gerhana) dilakukan karena terjadi
gerhana matahari atau gerhana bulan dan lain
sebagainya
2) Shalat sunnah yang tidak bersebab, yaitu shalat
sunnah yang dilakukan tidak karena ada sebab-
sebab tertentu. Sebagai contoh : shalat witir,
shalat dhuha danlain sebagainya.

4. Syarat-syarat sah shalat


1) Mengetahui waktunya
Seperti kita ketahui, bhwasannya setiap shalat
mempunyai waktu-waktu yang telah ditentukan
untuk melakukannya. Untuk itu, orang yang akan
melakukan shalat harus mengetahui bahwa paad saat
itu sudah masuk shalat yang akan dilaksanakan. Hal
ini dapat diperoleh, misalnya dengan melihat tanda-
tanda sebagaimana yang diterangkan oleh hadits-
hadits tentang waktu shalat, atau mendengar suara
adzan, atau dengan pemberitahuan dari orang yang
dapat dipercaya atau dari jadwal waktu shalat yang
dibuat oleh para ahli, dan lain sebagainya.
2) Suci dari hadast besar dan hadast kecil
Orang yang shalat harus suci baik dari hadats kecil
maupun dari hadats besar. Apabila ia berhadats
ketika akan shalat, terlebih dahulu ia harus bersuci
untuk menghilangkan hadatsnya terlebih dahulu.

12
Syarat ini didasarkan kepada firman Allah SWT
dalam QS Al-Maidah : 8, juga didasarkan pada
sabda Rasulullah SAW :

ُ ‫ص ََل ة ً ا اَِل ِب‬


‫ط ُهو ٍر ( رواه مسلم والترمذى وابن ماجه عن ابن‬ َ ُ‫ََل يَ ْقبَ ُل هللا‬
)‫عمر‬
Artinya : “Allah tiada menerima shalat tanpa bersuci.”
(HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari dan Ibnu Umar).

3) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis


Untuk syarat kesucian badan dari najis, didasarkan
pada sabda Rasulullah SAW :

‫ب ْالقَب ِْر مِ ْنهُ ( روا ه الدا ر قطنى عن‬ َ ُ‫ فَ ِا نَّه‬,‫تَنَن ََّز ه ُْو مِ نَ ْالبَ ْو ِل‬
َ ٌ‫عا َّمة‬
ِ ‫عذا‬
)‫انس‬
Artinya : Bersucilah engkau dari air kencing, karena
pada umumnya siksa kubur itu, adalah disebabkan
karenanya. (HR. Ad-daruquthniy).

4) Menutup aurat
Syarat ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam
QS. Al-A’raaf :31

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang


indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535].
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.(QS. Al-A’raaf : 31)

13
5) Menghadap ke kiblat (ka’bah)
Yang dimaksud dengan menghadap kiblat yaitu,
menghadap ke ka’bah. Syarat ini didasarkan kepada
hadits dari Al-Barra’ bin Azib, sebagai berikut :

‫َحْو‬
َ ‫ش ْه ًرا ن‬
َ ‫شر‬
َ ‫ع‬َ َ‫س ْب َعة‬
َ ‫ش ْه ًرا ا َ ْو‬ َ َ‫ي ِ صلى هللا عليه و سلام ِستَّة‬
َ ‫عش ََر‬ ‫صلَّ ْينَا َم َع انَّ ِب ا‬
َ
)‫ص ِرفنَا نَح َْوا ْال َك ْعبَ ِة (روا ه مسلم عن البرا ء‬ ُ ‫ت ْال ُمقَدَّ ِس ث ُ َّم‬ ِ ‫بَ ْي‬

Artinya : kami shalat bersama dengan Rasulullah SAW


selama 16 atau 17 bulan menghadap ke Baitul Maqdis,
keudian diperintahkan menghadap ke ka’bah. (HR.
Muslim dari Al-Barra’).

Syarat sah shalat adalah segala sesuatu yang harus


dipenuhi dengan sempurna atau cukup selama shalat,
yaitu memenuhi syarat dan rukunnya, dan dikerjakan
secara benar. Dengan begitu, shalatnya sah. Tetapi kalau
tidak dikerjakan maka shalatnya tidak sah.

5. Rukun Shalat
1) Niat
Arti niat ada dua:
a. Asal makna niat ialah “menyengaja” suatu
perbuatan. Dengan adanya kesengajaan ini,
perbuatan dinamakan ikhtijari (kemauan sendiri,
bukan dipaksa).

14
b. Niat pada syara’ (yang menjadi rukun salat dan
ibadat yang lain), yaitu menyengaja suatu
perbuatan karena mengikuti perintah Alla supaya
diridhai-Nya. Inilah yang dinamakan ikhlas.
Maka orang yang shalat hendaklah sengaja
mengerjakan shalat karena mengikuti perintah
Allah semata-mata agar mendapat keridhaan-
Nya, begitu juga ibadat yang lain.

2) Berdiri bagi orang yang kuasa


Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh shalat sambil
duduk, kalau tidak kuasa duduk, boleh berbaring,
dan kalau tidak kuasa berbaring, boleh menelentang,
kalau tidak kuasa jga demikian, shalatlah sekuasanya,
sekalipun dengan isyarat.

3) Takbiratul Ihram (membaca “Allahu Akbar”)


Takbirorul ihram adalah ucapan takbir untuk
memulai shalat. Rukun atau kewajiban ini,
didasarkan keterangan hadist, sabda Rasulullah Saw :

َّ ‫اِذَا قُمْتَ اِلَى ال‬


)‫صَلَةِ فَ َكباِ ْر (رواه البخاري ومسلم عن ابي هريرة‬
Artinya: Jika kamu akanmengerjakan shalat, maka
bertakbirlah. (Hr. Al-Bukhori dan Muslim dari Abi
Hurairah).

4) Membaca surat al-Fatihah

15
Membaca surat Al-Fatihah dalam shalat, diwajibkan
dalam setiap rakaat baik dalam shalat fardhu maupun
shalat sunnah. Hal ini seperti yang tercantum dalam
hadist yang diterangkan Abu Qatadah :

‫ي صلى هللا عليه وسلم َكانَ يَ ْق َرأ ُ فِ ْي ُك ِال َر ْك َع ٍة ِبفَا تِ َح ِة ْال ِكتَا‬
َّ ‫ا َِّن النَّ ِب‬
) ‫ (رواه البخاري عن ابي قتا دة‬.‫ب‬ ِ

Artinya: “Bahwasanya Nabi Saw membaca Fatihatul


kitab (surat Al-Fatihah) pada setiap rakaat. (HR Al-
Bukhari dan Abu Qatadah).

5) Rukuk serta tuma’ninah (diam sebentar)


Rukuk dilakukan setelah membaca surat atau ayat
Al-Qur’an, yaitu dengan membungkukkan badan,
dengan telapak tangan sampai berada di atas lutut,
sehingga dalam keadaan tuma’ninah (berhenti
dengan tenang). Kewajiban rukuk didasarkan kepada
firman Allah, dalam QS. Al-Hajj: 77).

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu,


sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah
kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.(QS. Al-
Hajj: 77).

6) I’tidal serta tuma’ninah (diam sebentar)

16
Artinya berdiri tegak kembali seperti posisi
ketika membaca Al-Fatihah. Rasulullah saw
bersabda :

ْ ‫ث ُ َّم‬
)‫ارفَ ْع َحتَّى ت َ ْعتَد ِْل قَائِ ًما (متفق عليه‬
Artinya: “Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri
tegak untuk i’tidal.” (HR. Bukhari dan muslim).

7) Sujud dua kali serta tuma’ninah (diam sebentar)


Sekurang-kurangnya sujud adalah meletakkan dahi
ke tempat sujud. Rasulullah Saw bersabda:

)‫ (رواه ابن حبان وصحيحه‬.‫س َجدْتَ فَ َم اك ِْن َج ْب َهتَكَ َوَلَت َ ْنقُ ْرنَ ْق ًرا‬
َ ‫اِذَا‬

Artinya: “Apabila engkau sujud, letakkanlah dahimu,


dan janganlah engkau mencotok seperti cotok
ayam.”(HR. Ibnu Hibban dan telah disahkan).

8) Duduk diantara dua sujud serta tuma’ninah (diam


sebentar)

ً ‫ارفَ ْع َحتَّى ت َْط َمئ َِّن َجا ِل‬


‫سا ث ُ َّم ا ْس ُجدْ َحتَّى‬ ْ ‫اجدًا ث ُ َّم‬
ِ ‫س‬َ ‫ث ُ َّم ا ْس ُجدْ َحتَّى ت َْط َمئ َِّن‬
)‫ (متفق عليه‬.‫اجدًا‬ ِ ‫س‬ َ ‫ت َْط َمئ َِّن‬
Artinya: “Kemudian sujudlah engkau hingga diam untuk
sujud, kemudian bangkitlah engkau hingga diam untuk
duduk, kemudian sujudlah engkau hingga diam pula
untuk sujud.”

17
9) Duduk akhir
Untuk tasyahud akhir, shalawat atas Nabi
Muhammad Saw dan atas keluarga beliau,
keterangan yaitu amal Rasulullah Saw. (beliau selalu
duduk ketika membaca tasyahud dan shalawat).

10) Membaca tasyahud akhir

11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw


Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir
sesudah membaca tasyahud akhir. Adapun shalawat
atas keluarga beliau menurut Syafi’i tidak wajib
melainkan hanya sunnat. Sekurang-kurangnya
membaca shalawat seperti berikut:

.ٍ‫علَى ُم َح َّمد‬
َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫اَللا ُه َّم‬
َ ‫ص ِال‬
Artinya: “Ya Tuhanku, berilah rahmat atas Muhammad
dan keluarganya.”

12) Memberi salam yang pertama (ke kanan)


‫سا ِر ِه‬َ َ‫ع ْن ي‬ َ ‫س ِلا ُم‬
َ ‫ع ْن يَ ْمنِ ِه َو‬ َ ُ‫ي صلى هللا عليه وسلم َكانَ ي‬ َّ ِ‫ع ِن اب ِْن َم ْسعُ ْو ٍد ا َ َّن النَّب‬
َ
.‫اض َخ ِدا ِه‬ َّ ُ ُ َ
ُ َ‫عل ْيك ْم َو ار ْح َمة هللاِ احتى ي اُرى بَي‬ َ َ ُ
َ ‫عل ْيك ْم َو ار ْح َمة هللاِ السََّل ُم‬ ُ َ َ ‫اَلسََّل ُم‬
َ
) ‫(رواه الخمسة وصححه الترمذي‬
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, Sesungguhnya Nabi Saw
memberi salam ke kanan dan ke kiri. Beliau
mengucapkan, “Assalaamu’alaikum
warahmatullaah. Assalaamu’alaikum warahmatullaah.

18
“Sehingga kelihatan putih pipi beliau. (Riwayat Lima
Ahli Hadits dan Disahkan oleh Tirmidzi).

13) Menertibkan rukun


Artinya meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya
masing-masing menurut susunan yang telah
disebutkan di atas. Rasulullah Saw bersabda :

َ ُ‫صلَّى هللا‬
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫ّللا‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ث رضي هللا عنه قَا َل‬
ِ ‫س ْو ُل ا‬ ِ ‫ع ْن َما لِكِ ب ِْن ْال ُح َوي ِْر‬ َ ‫َو‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ص ِل ْى‬ ‫ا‬ َ
َ ُ ‫ارأ ْيت ُ ُم ْونِ ْي ا‬ ُ
َ ‫صل ْوا َك َم‬ َّ
َ : ‫سل َم‬ َ ‫َو‬
Artinya: Dari Malik Bin Huwairits Ra. Rasulullah Saw
bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat
saya shalat.” (HR. Bukhari).

Rukun adalah sesuatu yang harus dikerjakan dan


merupakan bagian pokok yang tidak boleh ditinggal,
seperti membaca surat Al-Fatihah dalam shalat.
Tegasnya, tidak membaca surat Al-Fatihah dalam shalat
maka shalatnya tidak sah. Jadi, surat Al- Fatihah tidak
bisa ditinggalkan dalam shalat. Begitu juga dengan
rukun-rukun yang lainnya.

KESIMPULAN
Pengertian Shalat menurut bahasa adalah berdoa
(memohon). Dalam bahasa Arab,
perkataaan Shalat digunakan untuk beberapa arti.
Diantaranya digunakan untuk arti do’a, seperti dalam
firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat (9) At

19
Taubah, ayat 103: digunakan untuk arti rahmat dan
untuk arti mohon ampunan seperti dalam Firman Allah
dalam Al-Qur’an surat (33) Al-Akhzab, ayat 43 dan 56.
Adapun tujuan shalat diantaranya adalah
seseorang menjadi ingat kepada Allah SWT, mendapat
ketenangan dan ketentraman hati dalam menjalani hidup,
menjaga hati untuk selalu ingat kepada Allah SWT,
mendorong untuk mengetahui dan mengikuti tuntunan
hidup yang diberikan Allah SWT, dan dapat
membentengi seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
Dilihat dari hukum melaksanakannya, pada garis
besarnya shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat fardhu
dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardhu dibagi
menjadi dua, yaitu shalat fardhu ‘ain, dan shalat fardhu
kifayah. Demikian juga shalat sunnah dibagi menjadi
dua, yaitu shalat sunnah mu’akkadah dan shalat sunnah
ghoiru mu’akkad.
Syarat-syarat sah shalat antara lain mengetahui
waktunya, suci dari hadast besar dan hadast kecil, suci
badan, pakaian, dan tempat dari najis, menutup aurat,
menghadap ke kiblat (ka’bah).

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Zakiyah Daradjat, Ilmu Fiqh Jilid 1, PT Dana Bakti


Wakaf, Yogyakarta, 1995

Imron Abu Amar, Fathul Qarib Jilid 1, Menara Kudus,


Kudus, 1982

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo,


Bandung, 2012

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Remaja


rosdakarya, Bandung, 2012

22

Anda mungkin juga menyukai