DAFTAR ISI____1
PENDAHULUAN____4
PENGERTIAN SHALAT____9
SYARAT-SYARAT SAHNYA SHALAT____11
1. Masuknya waktu shalat____11
2. Menghadap kiblat____12
3. Suci dari hadast kecil dan besar____13
4. Suci dari najis baik badannya, pakaiannya
dan tempat shalatnya____13
5. Menutup aurat____15
6. Wajib Mengetahui kefarduan shalat yang
akan dijalankan____17
7. Tidak meyakini rukun shalat sebagai
sunnahnya shalat____17
RUKUN-RUKUN SHALAT____18
1. Niat____22
1
2. Takbiratul Ihram____30
3. Berdiri Bagi Yang Mampu Dalam Shalat
Fardhu____34
4. Membaca Surat Al-fatihah____36
5. Rukuk____40
6. I'tidal____42
7. Dua Sujud____45
8. Duduk Di Antara Dua Sujud____47
9. Tasyahhud Akhir____48
10. Duduk Saat Tasyahhud____51
11. Baca Sholawat____51
12. Salam____52
13. Tertib____54
SUNNAH-SUNNAH SHALAT____54
1. Kesunnahan Sebelum Shalat____59
2. Kesunnahan Disaat Shalat____73
3. Kesunnahan Setelah Melakukan
Shalat___123
2
MAKRUH-MAKRUH SHALAT___131
1. Kemakruhan shalat dari sisi tempat__132
2. Kemakruhan shalat dari segi kondisi
musholli___134
3. Kemakruhan dari segi menyelisihi
kesunnahan atau meninggalkannya__135
4. Kemakruhan shalat dari segi
sikap/perbuatan___138
PEMBATAL - PEMBATAL SHALAT___140
1. Berbicara____141
2. Gerakan yang terhitung banyak___147
3. Makan___151
4. Meninggalkan salah satu rukun shalat,
atau tidak terpenuhinya salah satu syarat
shalat___152
PENUTUP___155
3
PENDAHULUAN
Berawal dari keresahan penulis melihat
sebagian besar kaum muslimin ketika
berjamaah yang shalatnya tidak sesuai dengan
tuntunan syariat khususnya Madzhab Syafiiy,
bukan hanya di persoalan etika bahkan dalam
keafsahannya tidak terlalu diperhatikan,
padahal sudah banyak para guru atau kyai di
sekitaran yang bisa untuk dimintai penjelasan
tentang itu dan juga buku-buku yang
menghimpun tulisan mengenai tata cara shalat
juga sudah menumpuk di pasaran, namun
tingkat kesadaran kebanyakan kaum muslimin
masih nihil akan pentingnya tata cara shalat
dengan benar menurut Madzhab Syafiiy.
Sampai-sampai sebagian dari mereka
beranggapan bahwa shalat mereka sudah
benar meskipun kenyataanya salah bahkan
4
batal, karena disamping minimnya ilmu mereka,
juga memang masih banyak dari pemuka
agama ini yang belum berani menuntun mereka
dengan alasan mereka enggan atau kesal jika
diberitahu.
Adalah hal yang wajar jika sesuatu yang
berharga hanya diketahui oleh ahlinya, jangan
salahkan mereka yang tidak mengerti
pentingnya shalat jika kebanyakan pemuka
agama ini lelah dan tidak terus
mempopulerkannya bagi mereka.
Jika dalam shalat, satu saja tidak sesuai
dengan syarat rukunnya maka sudah pasti batal
jika batal maka tidak dianggap melakukan
kewajiban shalat, konsekwensinya harus
mengulang dengan benar atau kalau tidak ia
berdosa dan punya hutang shalat, lebih-lebih
jika tidak dipenuhi hutang shalatnya maka akan
5
terjatuh dalam ayat
َ ٱﻟﺬِﻳﻦَ ﻫُﻢۡ ﻋَﻦ ﺻَﻼَﺗِﻬِﻢۡ ﺳَﺎﻫُﻮن،َ ﻟﻠۡﻤُﺼَﻠﻴﻦٞﻓَﻮَﻳۡﻞ
7
yang lain.
Dengan harapan Ridho kepada Allah SWT.
Semoga buku ini bermanfaat dan menjadi
penyemangat bagi kami khususnya dan para
pemuka agama pada umumnya agar tetap
terus mempopulerkan shalat dan juga kepada
kaum muslimin untuk lebih meningkatkan lagi
kualitas shalat dengan cara yang benar. Amin
8
PENGERTIAN SHALAT
Shalat menurut bahasa adalah do'a ( )اﻟﺪﻋﺎءdan
ada yang mengatakan doa kebaikan, sedang
menurut istilah dalam syariat adalah:
اﻗْﻮَال وأﻓﻌﺎل ﻣﻔﺘﺘﺤﺔ ﺑِﺎﻟﺘﻜْﺒِﻴﺮِ ﻣﺨﺘﺘﻤﺔ ﺑِﺎﻟﺘﺴْﻠِﻴﻢِ ﺑِﺸُﺮُوط
9
shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri,
pada waktu duduk dan ketika berbaring.
Kemudian, apabila kamu telah merasa aman,
maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (Surat An-Nisa', Ayat 103)
Dan Hadist Nabi Shalallahu'Alaihi Wasallam:
ُﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ان اﻟﻨﺒِﻲ ﺻَﻠﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ وَﺳَﻠﻢَ ﻗَﺎلَ ﺑَﻴْﻦَ اﻟْﻜُﻔْﺮِ وَاﻻْﻳﻤَﺎنِ ﺗَﺮْك
ِاﻟﺼﻼَة
10
SYARAT-SYARAT SAH SHALAT2
Yang dimaksud syarat sahnya shalat adalah
suatu ketentuan yang harus tetap ada mulai
awal shalat sampai selesainya shalat, jika satu
saja syarat tersebut hilang baik dipermulaan
maupun dipertengahan shalat maka shalatnya
tidak sah, adapun syarat-syaratnya ada tujuh
yaitu:
1. Masuknya waktu shalat, seorang musholli
harus mengetahui secara pasti tentang
masuknya shalat, jika seseorang ragu-ragu
akan masuknya shalat dan tetap
melaksanakan shalat maka shalatnya tidak
sah meskipun kenyataanya waktunya sudah
masuk, berbeda jika ia berprasangka dengan
sangkaan yang kuat melalui proses ijtihad
maka ditafsil sebagai berikut :
2
Kitab At-taqriyrotus Sadidah hal 199-207
11
a. Jika shalat tersebut ternyata dilakukan
sebelum masuknya waktu shalat maka
status shalat tersebut sebagai shalat Qadha'
baginya jika memiliki hutang shalat yang
semisal, jika tidak maka shalat tersebut
menjadi shalat sunnah mutlak, karena
menjadi shalat sunnah mutlak maka ketika
sudah masuk waktu shalat harus shalat lagi
sebagaimana biasa.
b. Jika shalat tersebut ternyata dilakukan
sesudah berakhirnya waktu shalat maka
secara otomatis status shalat yang
dilakukan tersebut sebagai Qadha' untuknya,
artinya dia tidak perlu mengulang lagi
(mengqadhai) shalat tersebut.
2. Menghadap kiblat، menurut pendapat yang
mu'tamad madzhab Syafiiy (yang disepakati
12
oleh Imam Nawawi dan Imam Rofi'i) adalah
harus menghadap ke 'ain ka'bah (bangunan
ka'bah) maka tidak cukup jika hanya
menghadap ke arah kiblat (misal di indonesia
hanya menghadap ke barat itu tidak cukup,
harus agak mojok ke utara)
3. Suci dari dua hadast kecil dan besar. Jika
seseorang lupa shalat dalam keadaan
berhadast maka shalatnya tidak sah, namun
ia tetap mendapat pahala dari niatannya
tetapi tidak dari perbuatannya
4. Suci dari najis baik badannya, pakaiannya
dan tempat shalatnya, jika seseorang lupa
atau tidak sengaja mengerjakan shalat
dengan membawa najis dan diketahui setelah
selesainya shalat maka menurut Qaul Ashah
shalatnya harus diulang. Adapun perincian
suci badan, pakaian dan tempat adalah
13
sebagai berikut:
a.yang dimaksud suci dari badannya adalah
semua tubuh bagian luar harus suci mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki
termasuk dalam mulut (gigi, lidah dan
seluruh bagian yang terlihat ketika
menganga), lobang hidung yang terlihat
ketika berhadapan termasuk juga mata dan
kedua kemaluan.
b. Yang dimaksud suci pakaiannya adalah
segala apa yang dikenakan sewaktu shalat
meliputi baju, sarung, daleman, kopyah
termasuk apa yang dibawa ketika shalat
meskipun tidak bergerak mengikuti gerakan
shalat seperti ujung sorban yang panjang
c.Yang dimaksud suci tempat shalatnya
adalah setiap sesuatu yang bersentuhan
14
langsung dengan anggota badan musholli
dan pakaiannya, dengan begitu tidak
termasuk dibawah sajadah karena tidak
bersentuhan langsung، atau hanya
berdekatan dengan najis itu hukumnya
makruh
5. Menutup aurat, Aurat adalah sesuatu yang
wajib ditutupi dan haram untuk dilihat, untuk
laki-laki dari pusar sampai lutut untuk
perempuan dalam shalat seluruh badannya
kecuali wajah dan telapak tangan, jika diluar
shalat maka seluruh badan wanita adalah
aurat. Dan yang wajib ditutupi adalah bagian
atas dan samping untuk bagian bawah tidak
mengapa, untuk itu harus hati-hati bagi
muslimah yang menggunakan mukena
potong karena rentan terlihat auratnya dari
samping ketika ruku', jika sampai auratnya
15
terlihat maka shalatnya batal untuk itu
disarankan menggunakan baju yang bisa
menutupi celah tersebut. Dan hati-hati pula
dalam menampakkan ukuran wajah bagi
muslimah karena sering bawah dagunya tidak
ditutupi padahal dibawah dagu itu merupakan
aurat yang harus ditutupi. Jika seseorang
tidak menemukan sesuatu yang bisa
menutupi auratnya dengan sempurna maka
wajib menutupi kedua kemaluannya jika
masih tidak memenuhi maka dahulukan yang
ditutupi jalan yang depan. Jika seseorang
ketika shalat mengetahui auratnya terbuka
dengan tidak sengaja maka cepat-cepat
ditutupi jika tidak maka shalatnya batal.
Adapun ketentuan Satr (penutup) adalah :
a.Pakaian yang dapat menyelimuti tubuh
maka tidak sah jika seseorang telanjang
16
berada di dalam sebuah tenda atau kamar
mekipun tertutup rapat,
b. Dapat menutupi warna kulit (tidak
transparan)
6. Wajib Mengetahui kefarduan shalat yang
akan dijalankan, jika seseorang meyakini atau
ragu bahwa shalat dhuhur (misal) itu sunnah
maka tidak sah shalatnya
7. Tidak meyakini rukun shalat sebagai
sunnahnya shalat. Jika seseorang
menganggap satu saja rukunya shalat atau
semua yang dilakukan dalam shalat itu
sunnah maka shalatnya tidak sah berbeda
jika seseorang meyakini semua perbuatan
dalam shalat adalah rukun maka sah, begitu
juga meyakini bahwa di dalam shalat ada
sebagian yang rukun dan ada yang sunnah
17
namun tidak bisa membedakan diantara
keduanya maka ini shalatnya juga sah
RUKUN-RUKUN SHALAT
Pengertian rukun secara bahasa adalah bagian
sesuatu yang terkuat sedang secara istilah
adalah setiap perkataan atau perbuatan yang
ketika disatukan akan membentuk hakikat
shalat. Ibarat satu bangunan rumah yang
dimaksud rukunnya itu
komponen-komponennya semisal pondasi,
lantai, dinding dan atap oleh karenanya rumah
akan dikatakan rumah secara utuh jika
beberapa kompenen tersebut terangkai menjadi
satu, sebaliknya jika satu saja tidak ada maka
belum bisa dikatakan rumah secara utuh, begitu
juga dengan shalat jika satu saja rukun dalam
shalat tidak terpenuhi maka pastinya suatu
shalat tidak akan bisa dianggap shalat secara
18
utuh
Adapun jumlah rukun shalat menurut qaul
mu'tamad ada tiga belas, dengan terbagi
menjadi empat jenis :
1. Rukun Qauliy (sejenis ucapan), disebut
demikian karena musholli disyaratkan harus
berucap sekiranya terdengar oleh dirinya
sendiri, ini ada lima macam yakni : takbiratul
ihram (takbir pertama), al-fatihah, tasyahhud
akhir, shalawat dan salam
2. Rukun Fi'liy (sejenis perbuatan), ada enam
macam yakni: berdiri, ruku', i'tidal, sujud,
duduk diantara dua sujud dan duduk di saat
tasyahhud akhir
3. Rukun Ma'nawiyyah (sejenis ma'nawi/non
fisik) cuman satu yakni tertib atau berurutan,
jadi tidak boleh menyelisihi urutan yang telah
19
ditentukan oleh syariat, jika sengaja
melakukan perbuatan dalam shalat yang
bukan pada tempatnya maka shalatnya batal
4. Rukun Qalbiyah (Sejenis perbuatan hati) itu
hanya satu yakni niat (bertujuan)
Dari berbagai rukun shalat di atas manakah
yang paling utama berdiri atau sujud? Menurut
qaul mu'tamad adalah berdiri merupakan paling
utamanya rukun diantara semua rukun shalat
karena merupakan tempat untuk membaca
Al-Qur'an, yang mana kita tahu Al-Qur'an adalah
paling utamanya dzikir, dan juga berdasarkan
sabda Nabi Shalallahu'Alaihi Wasallam:
ُﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﻗَﺎلَ ﺳُﺌِﻞَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ وَﺳَﻠﻢَ اي اﻟﺼﻼَةِ اﻓْﻀَﻞ
ِﻗَﺎلَ ﻃُﻮلُ اﻟْﻘُﻨُﻮت
23
Dari sini sangat terang sekali bahwa sebuah
tujuan itu pasti menempel atau bersamaan
dengan adanya suatu pekerjaan, meskipun ada
pengecualian seperti rukhsoh niat puasa
sehingga tujuan/niatan itu harus didahulukan
dari perbuatannya karena sulit jika harus
bersamaan.
Adapun tempatnya niat itu di dalam hati, karena
"maksud' dan "tujuan" itu adalah perbuatan hati
bukan perbuatan lidah, bisa jadi seseorang
berkata ke barat tapi maksud hatinya ke timur,
untuk itu ucapan lafadz niat itu tidak
berpengaruh apa apa terhadap suatu pekerjaan
jika hatinya tidak berniat atau tidak memiliki
tujuan apa-apa,
Namun melafadzkan niat sebelum takbir
hukumnya sunnah karena itu dapat
memudahkan musholli untuk fokus dalam
24
berniat.
Adapun tempat mendatangkan permulaan niat
dalam shalat adalah diantara huruf hamzah
lafadz Jalalah dan Ro'nya kalimat Akbar pada
takbirotul ihram, oleh karena itu jika seseorang
menghadirkan niat sebelum atau sesudah
takbiratul ihram maka shalatnya tidak sah.
Kedudukan niat dalam shalat ada tiga
tingkatan:
1. Jika shalat fardu maka wajib :
a.Qasdul Fi'li yakni ketika musholli takbirotul
ihram di hatinya terbesit bahwa tujuan dari
apa yang ia lakukan itu adalah untuk shalat,
kalau bahasa arab diwakili dengan kalimat
Usholli jika bahasa indonesia "saya shalat"
b.Atta'yin yakni menentukan macam atau jenis
shalat yang ia kerjakan, apakah shalat
25
Magrib, Isya', Subuh, Duhur dan Asar
c.Al-fardiyah yakni mengetahui bahwa yang ia
kerjakan adalah shalat fardu/wajib bukan
shalat sunnah
Jadi jika hati seseorang terbesit dalam
hatinya bahwa apa yang dilakukannya saat
takbiratul ihram itu tujuanya adalah untuk
"shalat fardu duhur" misal maka sudah
cukup ia dikatakan berniat dalam shalat
atau kalau dengan bahasa Arab
ِاﺻَﻠﻲ ﻓَﺮْضَ اﻟﻈﻬْﺮ
26
hati seseorang terbesit bahwa tujuan yang ia
lakukan disaat takbiratul ihram itu adalah
"Shalat" dan jenisnya shalat tersebut adalah
"Dhuha" mekipun tanpa menyertai sunnah itu
sudah cukup dikatakan niat shalat sunnah
atau jika dengan bahasa Arab
اﺻَﻠﻲ ﺳُﻨﺔَ اﻟﻀﺤَﻰ
3
Kitab At-taqriyrotus Sadidah hal : 208-210 cetakan Darul Mirats An-nabawi
27
Tidak wajib bagi seseorang menyandarkan
shalat (dan ibadah-ibadah lainnya) untuk Allah
ta'ala karena sudah ma'lum apabila seseorang
shalat pasti diperuntukkan hanya untuk Allah4,
dan tidak wajib pula merinci bilangan shalat,
tidak wajib bermaksud menghadap kiblat dan
juga ada'an (tunai) maupun qadhaan
(pelunasan), akan tetapi semua itu hukumnya
sunnah. Seperti niatan
أﺻﻠﻲ ﻓﺮض اﻟﻈﻬﺮ أرﺑﻊ رﻛﻌﺎت ﻣﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ أداء ﻣﺄﻣﻮﻣﺎ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
28
shalat jum'at jika tidak ada niatan bermakmum
maka batal shalatnya.
Jika musholli meninggalkan niatan
bermakmum atau ia tidak memastikan apakah
ia mau bermakmum atau tidak (ragu-ragu) dan
ia sengaja mengikuti gerakan imam dalam
perpindahan rukunnya atau salamnya imam,
setelah menunggu lama (demi menselaraskan
gerakannya dengan gerakan imam) maka batal
shalatnya, sebab ia menangguhkan gerakan
shalatnya pada shalat orang lain tanpa ada
jalinan hubungan diantara keduanya, namun
bila kecocokan gerakan shalatnya dengan
imam hanya secara kebetulan, atau mengikuti
salamnya imam dengan masa penantian
pendek atau dalam masa panjang namun tidak
ada unsur niat mengikuti maka shalatnya sah5
5
Kitab Hasyiyah al-Jamal Juz : 5 Hal 91 versi Maktabah Syamilah
29
Yang Ke Dua Takbiratul Ihram
Yang dimaksud dengan takbirotul ihram adalah
kalimat "Allahu Akbar" yang dibaca saat
permulaan shalat. Dikatakan takbiratul ihram
karena mengharamkan sesuatu yang halal
sebelum malakukannya seperti makan,
berbicara dan lain sebagainya. Syarat takbiratul
ihram itu ada sepuluh:
1. Harus memperdengarkan bacaan takbiratul
ihram tersebut kepada dirinya, dengan
begitu tidak sah shalatnya jika hanya dibaca
dalam hati atau mulutnya berkomat kamit
tapi tidak ada suara yang didengar oleh
telinganya sendiri, dengan catatan jika
pendengarannya normal, namun jika tidak
maka cukup memperdengarkan bacaan
tersebut meskipun kenyataannya tidak
mendengar.
30
2. Harus dibaca dalam keadaan tegak berdiri
bagi yang tidak ada udzur dan di dalam
shalat fardu, untuk shalat sunnah boleh
duduk
3. Harus dengan bahasa Arab
4. Harus Tertib atau berurutan
5. Harus menggunakan kalimat Allah
6. Harus menggunakan kalimat Akbar
7. Tidak boleh memanjangkan huruf
hamzahnya Lafadz Jalalah seperti
membaca 'Aaaaallooh" itu tidak sah
8. Tidak boleh memanjangkan huruf ba'nya
kalimat Akbar seperti membaca "Akbaaaar"
itu tidak sah
9. Tidak boleh mentasydidkan ba'nya kalimat
Akbar seperti membaca "Akebbar" itu tidak
31
sah
10. Harus dibaca bersambung diantara
kedua kalimatnya tidak boleh terpisah,
seperti dengan membaca " Alloh" lalu diam
sebentar kemudian diteruskan "Akbar" itu
tidah sah
11. Tidak boleh memanjangkan alifnya
lafadz Jalalah melebihi 7 Alif atau 14
harokat (ketukan) seperti dengan membaca
"Allooooooooooooooh" itu tidak sah
12. Tidak boleh menambah huruf wawu
diantara kedua kalimat seperti dengan
membaca " Alloooohuwakbar" itu tidak sah
13. Tidak boleh menambah huruf Wawu
sebelum lafadz Jalalah seperti dengan
membaca "wallooooh"
14. Harus menjaga keaslian huruf-hurufnya,
32
jadi tidak boleh mengganti huruf-huruf
kalimat takbiratul ihram dengan huruf-huruf
yang lain seperti mengganti huruf lamnya
lafadz jalalah dengan wau "Awwoooohu
akbar" itu tidak sah
15. Di saat takbirotul ihram harus sudah
masuk waktunya shalat yang akan
dikerjakan
16. Takbiratul ihram harus berbarengan
dengan niatnya shalat
17. Mendahulukan takbirmya imam dari
pada takbirnya makmum, maksudnya harus
bergantian dan imam harus terlebih dahulu
jika takbir makmum berbarengan dengan
takbir imam maka shalat makmum tidak sah
18. Harus menghadap kiblat
19. Tidak boleh disaat takbir ada niat/tujuan
33
lain selain mengerjakan shalat
20. Tidak boleh memutus huruf hamzahnya
kalimat Akbar kemudian melanjutkan lagi
dengan mengulangnya seperti bercuap "A"
lalu berhenti, kemudian melanjutkan Akbar,
jadi kesannya berucap "A Akbar"
Yang Ke Tiga Berdiri Bagi Yang Mampu Dalam
Shalat Fardhu
Bagi seseorang yang mampu untuk berdiri
dalam shalat fardhu maka wajib shalat dalam
keadaan berdiri, namun jika tidak mampu maka
boleh tidak berdiri, namun untuk shalat sunnah
boleh tidak berdiri meskipun mampu untuk
berdiri seperti duduk misal namun pahalanya
separuh, atau berbaring (tidur miring) maka
pahalanya hanya seperempatnya, dan tidak
boleh tidur telentang bagi yang mampu untuk
34
melakukan ketiga posisi sebelumnya namun
jika memang tidak mampu kecuali seperti itu
maka tidak apa-apa.
Adapun ketentuan secara tertib dalam shalat
wajib jika tidak mampu berdiri adalah sebagai
berikut,
1. Jika tidak mampu berdiri tegak maka boleh
berdiri membungkuk
2. Jika tidak mampu maka boleh bertumpu
kepada lututnya (seperti rukuk)
3. Jika masih tidak mampu maka boleh duduk
dan yang paling utama duduk secara iftirosh
4. Jika tidak mampu maka shalat dengan tidur
miring, dan yang utama adalah miring ke
sebelah kanan (tangan kanan berada di bawah)
5. Jika tidak mampu maka shalat dalam
keadaan telentang, dan ketika ruku' dan sujud
35
cukup berisyarat dengan kepalanya dengan
catatan menunduknya ketika sujud lebih rendah
dari pada ruku'
6. Jika tidak mampu maka berisyarat
menggunakan kelopak matanya, dengan
catatan jika rukuk matanya dipejamkan separuh
dari sujud
7. Jika masih juga tidak mampu maka cukup
semua rukun shalat dilaksanakan dengan
lintasan hati
Jika seseorang yang shalat dalam keadaan
tidur miring itu mampu untuk duduk disaat
pertengahan shalat maka wajib baginya untuk
shalat dalam keadaan duduk, begitu pula
seterusnya.
Yang Ke Empat Membaca Surat Al-fatihah
Wajib bagi musholli membaca Surat Al-fatihah
36
secara sempurna di saat berdiri di semua
rakaatnya, baik shalat wajib, sunnah, berjamaah
maupun sendirian. Adapun syarat-syaratnya
ada dua belas macam:
1. Tertib yakni harus berurutan di setiap
ayatnya, jika musholli membaca dengan tidak
tertib namun tidak sampai merubah makna
(seperti ayat kedua dibaca terlebih dahulu
kemudian ayat pertama dst.) maka wajib
mengulang agar sah bacaan fatihahnya, akan
tetapi jika sampai merubah maknanya seperti
satu ayat dibaca dari belakang maka seketika
shalatnya batal.
2. Berkesinambungan diantara satu ayat
dengan ayat yang lainnya, boleh berhenti
hanya dengan satu tarikan nafas jika sampai
melebihi itu maka batal shalatnya.
37
3. Perhatian di setiap huruf - hurufnya, jika
sampai satu saja hurufnya tidak dibaca atau
diganti dengan huruf lain maka batal
shalatnya
4. Perhatian di setiap tasydidnya , jika musholli
ringan dalam membaca tasydid maka tidak
dianggap membacanya, maka harus diulang
dengan yang lebih kuat. Jika sengaja dan
tahu namun tetap membacanya dengan
ringan dan maknanya berubah maka batal
shalatnya, namun jika tidak sengaja dan tidak
mengerti maka shalatnya tidak batal
5. Tidak boleh diam terlalu lama maupun
sebentar dengan tujuan memutus bacaan, ini
mirip dengan syarat yang kedua.
6. Membaca seluruh ayat-ayatnya termasuk
basmalah
38
7. Tidak boleh lahn yakni keliru baca harokat
yang bisa merubah maknanya, seperti
membaca 'An'amta dibaca 'An'amtu dst. Maka
batal shalatnya
8. Untuk shalat fardu harus dibaca dalam
keadaan berdiri secara sempurna, maka tidak
sah shalatnya jika separuhnya dibaca disaat
turun mau rukuk atau separuhnya dibaca di
pertengahan saat bangkit dari sujud sebelum
berdiri tegak, berbeda jika shalat sunnah tidak
apa-apa.
9. Wajib memperdengarkan bacaan fatihahnya
kepada dirinya sendiri, karena itu termasuk
rukun qauliy
10. Tidak boleh bacaan fatihahnya diselingi
dengan dzikir yang tidak ada kaitannya
dengan shalat seperti mendoakan orang
39
bersin dan lain sebagainya, maka wajib
mengulang dari awal, jika tidak mengulang
maka batal shalatnya, berbeda jika doa
semisal sujud tilawah, bacaan amin, doa
permohonan rahmat, doa berlindung dari
adzab atau membetulkan bacaan imam maka
itu semua tidak perlu mengulang dari awal
tinggal melanjutkan bacaan fatihahnya.
11. Tidak boleh berpaling dari tujuan membaca
surat Al-fatihah, jika membacanya ada tujuan
lain maka shalatnya tidak sah
12. Wajib menggunakan bahasa arab, jika
diganti dengan terjemahannya maka
shalatnya tidak sah
Yang Ke Lima Rukuk
Rukuk secara bahasa adalah
merunduk/menunduk, secara istilah adalah
40
membungkukkan badan tanpa membusungkan
dada (degger : jawa, keljing : madura) sehingga
kepalanya sejajar dengan punggung seraya
meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua
lutut. Adapun syarat-syaratnya ada enam
macam:
1. Rukun sebelumnya (baca Al-fatihah) harus
sah, dari itu jika rukun sebelumnya tidak sah
maka rukun apapun yang dikerjakan sesudah
rukuk yang tidak sah ini, juga ikut tidak
dianggap sah.
2. Tidak bermaksud lain selain rukuk, jika
musholli membungkuk untuk sujud tilawah
kemudian dijadikan rukuk maka tidak bisa
dikatakan sudah melakukan rukuk, namun
sebaliknya jika tujuan utamanya rukuk
kemudian ada tujuan yang lain tidak apa-apa.
41
3. Harus tuma'ninah yakni berdiam diri paling
sebentar seukuran bacaan subhanalllah
4. Harus yakin bahwa dirinya sudah
melakukan tuma'ninah, jika musholli ragu
apakah ia sudah melakukan tuma'nianah apa
belum maka shalatnya tidak sah
5. Membungkuk dengan sekiranya kedua
telapak tangannya dapat meraih kedua
lututnya, meskipun pada kenyataannya kedua
telapak tangannya tidak menyentuh lututnya
6. Membungkuk dengan cara tidak inkhinas
membusungkan dada yakni menekuk pantat
musolli seraya mengangkat kepalanya dan
membusungkan dada, jika musholli
melakukan yang demikian hukumnya haram
Yang Ke Enam I'tidal
Pengertian i'tidal secara bahasa adalah tegak
42
lurus sedang menurut istilah adalah kembalinya
musholli keposisi sebelum melakukan rukuk,
dan i'tidal termasuk rukun pendek yang
disyariatkan sebagai pemisah antara rukuk dan
sujud, sama halnya dengan duduk diantara dua
sujud juga termasuk rukun pendek. Adapun
syarat-syaratnya i'tidal ada enam yakni:
1. Rukun sebelumnya (rukuk) harus sah, dari
itu jika rukun sebelumnya tidak sah maka
rukun apapun yang dikerjakan sesudah i'tidal
yang tidak sah ini, juga ikut tidak dianggap
sah.
2. Tidak bermaksud lain selain i'tidal, jika
musholli bangkit dari rukuk karena terkejut
atau ada hal lain maka tidak dianggap telah
melakukan i'tidal
3. Tuma'ninah
43
4. Yakin tuma'ninah
5. Tulang punggungnya harus tegak, maka
tidak dianggap melakukan i'tidal jika musholli
hanya dengan membungkuk tanpa bangkit
meluruskan tulang punggungnya lalu pindah
ke posisi sujud, kecuali yang udzur
6. Lamanya i'tidal tidak boleh melebihi
lamanya do'a yang telah disyariatkan atau
lamanya bacaan surat Al-fatihah, jika melebihi
itu maka shalatnya batal, kecuali i'tidal rokaat
yang terakhir maka tidak apa-apa karena
merupakan tempat untuk qunut menurut
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, akan tetapi
menurut Imam Ar-Ramli shalatnya batal jika
lamanya i'tidal itu bukan karena melakukan
qunut.
44
Yang Ke Tujuh Dua Sujud
Pengertian sujud adalah tunduk atau condong,
ada yang mengartikan tunduk khusu' atau
rendah diri sedangkan menurut istilah adalah
meletakkan dahinya musholli ke tempat
shalatnya. Adapun syarat-syaratnya ada
sembilan:
1. Rukun sebelumnya (i'tidal) harus sah, dari
itu jika rukun sebelumnya tidak sah maka
rukun apapun yang dikerjakan sesudah sujud
yang tidak sah ini, juga ikut tidak dianggap
sah.
2. Tidak bermaksud lain selain sujud, jika
musholli sujud karena ada hal lain maka tidak
dianggap telah melakukan sujud
3. Tuma'ninah
4. Yakin tuma'ninah
45
5. Harus sujud menggunakan enam anggota
tubuh yakni dahi, dua telapak tangan, dua
lutut, bagian dalam (perut) jari-jari kedua kaki,
yang diwajibkan hanya satu bagian dari
semua bagian ke enam anggota tersebut, jadi
tidak wajib menempelkan seluruh bagian
yang dikatakan dahi begitu juga telapak
tangan dan jari kaki
6. Wajib dahinya dalam keadaan terbuka,
meskipun hanya satu bagian yang wajib
menempel ke tempat sujud
7. Tidak boleh sujud ke sesuatu yang bergerak
mengikuti gerakannya musholli, seperti ujung
sorbannya atau lengan bajunya
8. Wajib pantatnya lebih tinggi dari kepala dan
kedua pundaknya
9. Harus kepalanya agak ditekan, seumpama
46
sujud di atas kapas maka kapasnya akan
pipih
Yang Ke Delapan Duduk Di Antara Dua Sujud
Duduk diantara dua sujud merupakan rukun
pendek yang disyaratkan untuk memisah
diantara dua sujud, Adapun syarat-syaratnya
ada enam macam:
1. Rukun sebelumnya (sujud) harus sah, dari
itu jika rukun sebelumnya tidak sah maka
rukun apapun yang dikerjakan sesudah duduk
diatara dua sujud yang tidak sah ini, juga ikut
tidak dianggap sah.
2. Tidak bermaksud lain selain duduk diantara
dua sujud, jika musholli duduk karena ada hal
lain maka tidak dianggap telah melakukan
duduk.
3. Tuma'ninah
47
4. Yakin tuma'ninah
5. Harus duduk tegak tidak boleh badannya
membungkuk kedepan
6. Lamanya duduk tidak boleh melebihi
lamanya do'a yang telah disyariatkan atau
lamanya bacaan tasyahhud yang wajib, jika
melebihi itu maka shalatnya batal, karena
termasuk rukun pendek
Yang Ke Sembilan Tasyahhud Akhir
Disebut tasyyahhud karena di dalamnya
terdapat bacaan dua kalimat syahadat. Adapun
syarat-syaratnya ada sembilan yaitu:
1. Rukun sebelumnya (sujud) harus sah, dari
itu jika rukun sebelumnya tidak sah maka
rukun apapun yang dikerjakan sesudah
tasyahhud yang tidak sah ini, juga ikut tidak
dianggap sah
48
2. Harus menggunakan bahasa Arab, namun
jika benar-benar tidak mampu boleh
diterjemahkan khusus bacaan yang
wajib-wajib saja
3. Memperhatikan huruf-hurufnya, tidak boleh
ada yang diganti dengan huruf yang lain
4. Memperhatikan harokat tasydidnya, yang
wajib di 16 tempat
5. Tidak boleh keliru harokat yang bisa
merobah makna
6. Harus dibaca dalam keadaan duduk
sempurna, jika sebagian dibaca pada posisi
duduk yang belum sempurna maka belum
cukup dikatakan membaca tasyahhud.
7. Wajib memperdengarkan bacaan
tasyahuddnya yang wajib kepada dirinya
sendiri, karena tidak dikatakan membaca jika
49
dirinya saja tidak mendengar apalagi sampai
dibaca di dalam hati maka belum cukup
dikatakan membaca tasyahhud
8. Tartib, syarat ini jika sampai merubah
makna, namun jika tidak tertib tapi tidak
sampai merubah makna maka tidak apa-apa
hanya saja dengan tertib dapat fadhilah
kesunnahan
9. Terus menerus / berkesinambungan itu
wajib menurut Imam Ar-Ramli dan sunnah
menurut Imam Ibnu Hajar Al-Haitami.
Adapun bacaan tasyahhud yang wajib sebagai
berikut:
ﺳَﻼَمٌ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ،ُ ﺳَﻼَمٌ ﻋَﻠَﻴْﻚَ اﻳﻬَﺎ اﻟﻨﺒِﻲ وَرَﺣْﻤَﺔُ اﻟﻠﻪِ وَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪ،ِاﻟﺘﺤِﻴﺎتُ ﻟِﻠﻪ
وَﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎدِ اﻟﻠﻪِ اﻟﺼﺎﻟِﺤِﻴﻦَ اﺷْﻬَﺪُ انْ ﻻ اﻟَﻪَ اﻻ اﻟﻠﻪُ وَاﺷْﻬَﺪُ ان ﻣُﺤَﻤﺪًا
ِرﺳُﻮلُ اﻟﻠﻪ
50
Artinya: Segala penghormatan hanya milik Allah.
Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada
engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan
berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan
terlimpahkan kepada kami dan kepada
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi
tidak ada ilah yang Berhak disembah selain Allah
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan-Nya
Yang Ke Sepuluh Duduk Saat Tasyahhud
Jika musholli tidak mampu untuk membaca
bacaan tasyahhud sama sekali maka tetap
wajib duduk dengan seukuran bacaan
tasyahhud
Yang Ke Sebelas Baca Sholawat
Syaratnya baca shalawat juga sama
sebagaimana yang telah disebutkan di dalam
51
syaratnya tasyahhud akhir. Adapun yang paling
sedikit (yang wajib) bacaan shalawat kepada
baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi
Wasallam sebagai berikut:
ٍاﻟﻠﻬُﻢ ﺻَﻞ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤﺪ
52
macam syarat yang harus dipenuhi yaitu:
1.Wajib ma'rifah (nahwu) maka tidak cukup
dengan berkata salamun 'alaikum
2.Menggunakan dhomir khitob maka tidak
cukup assalaamu alaihim
3.Harus dhomir jama' mudzkkar maka tidak
boleh alaikuma, alaika, alaikunna
4.Diantara dua kalimat satu dengan yang
lainnya harus bersambung tidak boleh
diselingi dengan bacaan apapun
5.Terus-menerus tidak boleh berhenti diantara
kedua kalimat
6.Harus dalam posisi dada menghadap kiblat
7.Tujuan salam bukan khobariyah (kalimat
berita) tapi insyaiyyah (permohonan)
8.Harus dibaca pada posisi duduk sempurna
53
9.Musholli harus memperdengarkan bacaan
salamnya terhadap dirinya sendiri.
10. Harus dengan bahasa Arab.
Yang ke Tiga Belas Tertib
Kenapa harus tertib? karena Nabi
mencontohkan shalat dengan cara berurutan
sebagaimana yang disaksikan oleh para
sahabat-sahabatnya dalam sabdanya:
ﺻَﻠﻮا ﻛَﻤَﺎ رَاﻳْﺘُﻤُﻮﻧِﻲ اﺻَﻠﻲ
SUNNAH-SUNNAH SHALAT
Adalah bagian dari perwujudan rahmat Allah
Jalla Jalaluh disetiap mensyariatkan suatu
kewajiban pasti disyariatkan pula kesunnahan -
54
kesunnahan atasnya, disamping untuk
menyempurnakan yang wajib jika ada yang
kurang juga agar orang mukmin bertambah
imannya dengan terus melakukan yang
sunnah sehingga akan mendapatkan cinta Allah
Subhanahu Wata'ala, sebagaimana hadist Nabi
shalallahu 'alaihi waalihi wasallam.
ِﻋَﻦْ اﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَةَ رﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪ
وَﺳَﻠﻢَ ان اﻟﻠﻪَ ﻗَﺎلَ ﻣَﻦْ ﻋَﺎدَى ﻟِﻲ وَﻟِﻴﺎ ﻓَﻘَﺪْ آذَﻧْﺘُﻪُ ﺑِﺎﻟْﺤَﺮْبِ وَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺮبَ اﻟَﻲ
ﻋَﺒْﺪِي ﺑِﺸَﻲْءٍ اﺣَﺐ اﻟَﻲ ﻣِﻤﺎ اﻓْﺘَﺮَﺿْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ وَﻣَﺎ ﻳَﺰَالُ ﻋَﺒْﺪِي ﻳَﺘَﻘَﺮبُ اﻟَﻲ
ُﺑِﺎﻟﻨﻮَاﻓِﻞِ ﺣَﺘﻰ اﺣِﺒﻪُ ﻓَﺎذَا اﺣْﺒَﺒْﺘُﻪُ ﻛُﻨْﺖُ ﺳَﻤْﻌَﻪُ اﻟﺬِي ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺑِﻪِ وَﺑَﺼَﺮَه
ْاﻟﺬِي ﻳُﺒْﺼِﺮُ ﺑِﻪِ وَﻳَﺪَهُ اﻟﺘِﻲ ﻳَﺒْﻄِﺶُ ﺑِﻬَﺎ وَرِﺟْﻠَﻪُ اﻟﺘِﻲ ﻳَﻤْﺸِﻲ ﺑِﻬَﺎ وَان
ﺳَﺎﻟَﻨِﻲ ﻻَﻋْﻄِﻴَﻨﻪُ وَﻟَﺌِﻦْ اﺳْﺘَﻌَﺎذَﻧِﻲ ﻻَﻋِﻴﺬَﻧﻪُ وَﻣَﺎ ﺗَﺮَددْتُ ﻋَﻦْ ﺷَﻲْءٍ اﻧَﺎ
ُﻓَﺎﻋِﻠُﻪُ ﺗَﺮَددِي ﻋَﻦْ ﻧَﻔْﺲِ اﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﻳَﻜْﺮَهُ اﻟْﻤَﻮْتَ وَاﻧَﺎ اﻛْﺮَهُ ﻣَﺴَﺎءَﺗَﻪ
56
kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia
merasakan kepedihan sakitnya." (HR. Bukhari)
Jika kewajiban shalat merupakan paling
utamanya kewajiban badan setelah dua
kalimat syahadat maka begitupun dengan
sunnah-sunnahnya merupakan kesunnahan
yang paling utama dari kesunnahan selainnya,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam
kitab Tuhfatul Muhtaj :
ِأﻓﻀﻞ ﻋِﺒَﺎدَاتِ اﻟْﺒَﺪَنِ ﺑَﻌْﺪَ اﻟﺸﻬَﺎدَﺗَﻴْﻦِ اﻟﺼﻼَةُ ﻓَﻔَﺮْﺿُﻬَﺎ أﻓﻀﻞ اﻟْﻔُﺮُوض
وَﻧَﻔْﻠُﻬَﺎ اﻓْﻀَﻞُ اﻟﻨﻮاﻓﻞ
58
shalat seperti berdzikir, tetap duduk ditempat
shalat dan lain sebagainya.
Kesunnahan Sebelum Shalat
Adapun rincian kesunnahan yang dilakukan
sebelum shalat adalah sebagai berikut:
1. Adzan
2. Iqmah. Untuk perincian keduanya (adzan
dan iqamah) sudah penulis tulis di buku yang
lain dengan judul "Buku Saku Muadzdzin"
untuk itu tidak perlu kami ulang lagi disini.
3. Melangkah menuju tempat shalat dengan
pelan dan tenang, tidak terburu-buru
meskipun imam sudah takbiratul ihram
4. Berdoa diantara Adzan dan iqamah dengan
doa memohon keselamatan di dunia dan
akherat6
6
Kitab Al-Adzkar Lin Nawawi Hal 38 versi Maktabah Syamilah
59
5. Bergegas dalam mempersiapkan diri untuk
shalat di awal waktu
6. Shalat sunnah Qabliyah seperti dua rakaat
yang muakkad sebelum shalat Dhuhur dan
dua rakaat yang gairu muakkad sebelum
shalat Dhuhur, empat rakaat yang tidak
muakkad sebelum shalat Asar, dua rokaat
yang tidak muakkad sebelum magrib dan isya'
dan yang sangat muakkad sebelum shalat
Subuh.
7. Shalat sunnah diantara adzan dan iqamah,
namun ada yang berpendapat bahwa itu
adalah shalat sunnah rawatib
8. Berdoa dengan doa yang ma'tsur sebelum
mengerjakan shalat, semisal doa yang
dilakukan sebelum shalat subuh dan setelah
mengerjakan shalat sunnah qabliyah subuh
60
dibawah ini:
اﻟﻠﻬُﻢ اﻧﻲ اﺳْﺎﻟُﻚَ رَﺣْﻤَﺔً ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِكَ ﺗَﻬْﺪِي ﺑِﻬَﺎ ﻗَﻠْﺒِﻲ وَﺗَﺠْﻤَﻊُ ﺑِﻬَﺎ اﻣْﺮِي
وَﺗَﻠُﻢ ﺑِﻬَﺎ ﺷَﻌَﺜِﻲ وَﺗُﺼْﻠِﺢُ ﺑِﻬَﺎ ﻏَﺎﺋِﺒِﻲ وَﺗَﺮْﻓَﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺷَﺎﻫِﺪِي وَﺗُﺰَﻛﻲ ﺑِﻬَﺎ
ﻋَﻤَﻠِﻲ وَﺗُﻠْﻬِﻤُﻨِﻲ ﺑِﻬَﺎ رُﺷْﺪِي وَﺗَﺮُد ﺑِﻬَﺎ اﻟْﻔَﺘِﻲ وَﺗَﻌْﺼِﻤُﻨِﻲ ﺑِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻛُﻞ
ٍﺳُﻮء
61
ْ وَرﺿﻨﻲ ﺑِﻤَﺎ ﻗَﺴَﻤْﺘَﻪُ ﻟِﻲ،ﺣَﺘﻰ اﻋْﻠَﻢَ اﻧﻪُ ﻟَﻦْ ﻳُﺼِﻴْﺒَﻨِﻲْ اﻻ ﻣَﺎ ﻛَﺘَﺒْﺘَﻪُ ﻋَﻠَﻲ
62
Ya Allah Aku memohon pada-Mu sebuah
keberuntungan saat perjumpaan (dengan-Mu),
kesabaran ketika menerima keputusan-Mu,
derajat para syuhada’, kehidupan orang-orang
yang bahagia, pertolongan atas musuh dan
berdampingan dengan para nabi (di surga).
ُاﻟﻠﻬُﻢ اﻧﻲ اﻧْﺰِلُ ﺑِﻚَ ﺣَﺎﺟَﺘِﻲ وَانْ ﺿَﻌُﻒَ رَاﻳِﻲ وَﻗَﺼُﺮَ ﻋَﻤَﻠِﻲ اﻓْﺘَﻘَﺮْت
ُاﻟَﻰ رَﺣْﻤَﺘِﻚَ ﻓَﺎﺳْﺎﻟُﻚَ ﻳَﺎ ﻗَﺎﺿِﻲَ اﻻْﻣُﻮرِ وَﻳَﺎ ﺷَﺎﻓِﻲَ اﻟﺼﺪُورِ ﻛَﻤَﺎ ﺗُﺠِﻴﺮ
ْﺑَﻴْﻦَ اﻟْﺒُﺤُﻮرِ انْ ﺗُﺠِﻴﺮَﻧِﻲ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَابِ اﻟﺴﻌِﻴﺮِ وَﻣِﻦْ دَﻋْﻮَةِ اﻟﺜﺒُﻮرِ وَﻣِﻦ
ِﻓِﺘْﻨَﺔِ اﻟْﻘُﺒُﻮر
63
lautan aku mohon agar Engkau lindungi aku
dari adzab Neraka Sa'ir, serta seruan
kebinasaan, serta fitnah kubur.
ﻧﻴﺘﻲ ُاﻟﻠﻬُﻢ ﻣَﺎ ﻗَﺼُﺮَ ﻋَﻨْﻪُ رَاﻳِﻲ وﺿﻌﻒ ﻋﻨﻪ ﻋﻤﻠﻲ وَﻟَﻢْ ﺗَﺒْﻠُﻐْﻪ
وأﻣﻨﻴﺘﻲ ﻣِﻦْ ﺧَﻴْﺮٍ وَﻋَﺪْﺗَﻪُ اﺣَﺪًا ﻣِﻦْ ﻋﺒﺎدكَ اوْ ﺧَﻴْﺮٍ اﻧْﺖَ ﻣُﻌْﻄِﻴﻪِ اﺣَﺪًا
َﻣِﻦْ ﺧﻠﻘﻚ ﻓَﺎﻧﻲ ارْﻏَﺐُ اﻟَﻴْﻚَ ﻓِﻴﻪِ وَاﺳْﺎﻟُﻚَ إﻳﺎه ﻳﺎ رَب اﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦ
64
َاﻟﻠﻬُﻢ اﺟْﻌَﻠْﻨَﺎ ﻫَﺎدِﻳﻦَ ﻣُﻬْﺘَﺪِﻳﻦَ ﻏَﻴْﺮَ ﺿَﺎﻟﻴﻦَ وَﻻَ ﻣُﻀِﻠﻴﻦَ ﺣﺮﺑﺎ ﻻِﻋْﺪَاﺋِﻚ
ﺳِﻠْﻤًﺎ ﻻِوْﻟِﻴَﺎﺋِﻚَ ﻧُﺤِﺐ ﺑِﺤُﺒﻚَ اﻟﻨﺎس وَﻧُﻌَﺎدِي ﺑِﻌَﺪَاوَﺗِﻚَ ﻣَﻦْ ﺧَﺎﻟَﻔَﻚَ ﻣﻦ
ﺧﻠﻘﻚ
66
menepati janji, sesungguhnya Engkau Maha
Penyayang Lagi Mencintai, dan Engkau Maha
Memperbuat apa yang Engkau kehendaki.
َ ﺳُﺒْﺤَﺎنَ ﻣﻦ ﻟَﺒِﺲَ اﻟْﻤَﺠْﺪَ وَﺗَﻜَﺮم،ِﺳُﺒْﺤَﺎنَ ﻣﻦ ﺗَﻌَﻄﻒَ ﺑﺎﻟْﻌِﺰّ وَﻗَﺎلَ ﺑِﻪ
ِ ﺳُﺒْﺤَﺎنَ ذِي اﻟْﻔَﻀْﻞِ وَاﻟﻨﻌَﻢ،ُ ﺳُﺒْﺤَﺎنَ ﻣﻦ ﻻَ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ اﻟﺘﺴْﺒِﻴﺢُ اﻻ ﻟَﻪ،ِﺑِﻪ
ﺳُﺒْﺤَﺎنَ اﻟﺬي أﺣﺼﻰ ﻛﻞ ﺷﻲء ﺑﻌﻤﻠﻪ؛،ﺳُﺒْﺤَﺎنَ ذِي اﻟْﺠﻮد وَاﻟْﻜَﺮَم
67
sesuatu dengan ilmu-Nya.
اﻟﻠﻬُﻢ اﺟْﻌَﻞْ ﻟِﻲ ﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﻗَﻠْﺒِﻲ وَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﻗَﺒْﺮِي وَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﺳَﻤْﻌِﻲ
وَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﺑَﺼَﺮِي وَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﺷَﻌْﺮِي وَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﺑَﺸَﺮِي وَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﻟَﺤْﻤِﻲ
ْوَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ دَﻣِﻲ وَﻧُﻮرًا ﻓِﻲ ﻋِﻈَﺎﻣِﻲ وَﻧُﻮرًا ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﻳَﺪَي وَﻧُﻮرًا ﻣِﻦ
ْﺧَﻠْﻔِﻲ وَﻧُﻮرًا ﻋَﻦْ ﻳَﻤِﻴﻨِﻲ وَﻧُﻮرًا ﻋَﻦْ ﺷِﻤَﺎﻟِﻲ وَﻧُﻮرًا ﻣِﻦْ ﻓَﻮْﻗِﻲ وَﻧُﻮرًا ﻣِﻦ
ﺗَﺤْﺘِﻲ اﻟﻠﻬُﻢ زدﻧﻲ ﻧُﻮرًا وَاﻋْﻄِﻨِﻲ ﻧُﻮرًا اﻋْﻈﻢ ﻧُﻮر وَاﺟْﻌَﻞْ ﻟِﻲ ﻧُﻮرًا
ﺑﺮﺣﻤﺘﻚ ﻳﺎ أرﺣﻢ اﻟﺮاﺣﻤﻴﻦ
69
untuk riya dan bukan untuk dipuji. Aku keluar
agar terhindar dari murka-Mu dan mengharap
ridla-Mu. Maka aku meminta agar Engkau
melindungiku dari siksa neraka dan
memasukkanku ke surga sebab Rahmat-Mu
Wahai Dzat yang Maha penyayang diantara
para penyayang.
10. Bangkit berdiri ketika selesai iqamah atau
(pendapat lain) ketika mendengar bacaan
qadqaamatis shalah
11. Meluruskan Shaf/barisan shalat ketika
berjamaah
12. Merapatkan kerenggangan dan memilih
shaf yang terdepan
13. Pandangan melihat ke tempat sujud dan
kepala tunduk kebawah
14. Merasakan kehadiran/pengawasan dari
70
Allah yang kelak kita semua akan berada di
hadapan-Nya, ini selaras dengan Hadist:
أن ﺗﻌﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﻛﺄﻧﻚ ﺗﺮاه ﻓﺈن ﻟﻢ ﺗﺮاه ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺮاك
71
Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari
bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung
(pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari
kedatangan mereka kepadaku. (Q.S.
Al-Mu’minun: 97-98).”
17. Merenggangkan kaki dengan jarak satu
jengkal tangan bagi laki-laki dan
mengumpulkan keduanya bagi banci dan
wanita
18. Bersiwak dan semua kesunnahan yg terkait
dengannya, dan yang paling utama
menggunakan kayu arok yang dibasahi
dengan air,
19. Melangkahkan kaki menuju shalat dengan
perasaan semangat serta
mengenyampingkan segala beban di pikiran
20. Melafadzkan niat (tujuan) agar membantu
72
hati untuk lebih fokus dalam menghadirkan
berniat
Kesunnahan Disaat Shalat
Kesunnahan yang dilakukan disaat melakukan
shalat sangat banyak, hanya saja semuanya
terbagi menjadi dua yakni Sunnah Ab'ad
(sunnah yang apabila ditinggalkan disunnahkan
sujud sahwi) dan Sunnah Hai'at (sunnah yang
apabila ditinggalkan tidak disunnahkan sujud
sahwi) dengan perincian sebagai berikut:
Sunnah Ab'ad ada enam yakni :
1. Membaca tasyahhud awal
2. Duduk di tasyahhud awwal
3. Qunut pada shalat subuh dan pada shalat
tarawih di saat pertengahan akhir (malam
tanggal 16) Bulan Ramadhan
73
4. Berdiri saat qunut
5. Membaca shalawat di tasyahhud awal
6. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi
Sunnah Hai'at sebagimana yang termaktub di
dalam kitab "Kifayatul Akhyar" ada lima belas
macam.
Akan tetapi penulis menukil yang termaktub di
kitab "At-taqriyrotus Sadidah" Sunnah Ab'ad
dan Hai'at beserta sunnah tambahan lainnya
yang berhubungan dengan shalat sebanyak 32
macam dengan rincian sebagai berikut :
1. Mengangkat kedua tangan secara
bersamaan, sempurnanya hingga ujung jari
sejajar dengan bagian atas telinga dan kedua
jempol sejajar dengan daun telinga dan kedua
telapak tangan sejajar dengan bahu, dan
sunnah telapak tangannya terbuka dan
74
dihadapkan ke kiblat disertai merenggangkan
jari-jari.8 ini dilakukan baik bagi yang shalat
mampu berdiri atau yang duduk maupun
shalat berbaring, dan kesunnahan ini ada di
empat tempat:
a. Ketika takbiratul ihram, musholli
disunnahkan mengangkat kedua tangannya
secara bersamaan dan mengangkat
tangannya itu dimulai pada saat awal takbir
dan berakhir pada saat selesainya takbir
b. Ketika mau ruku', musholli ketika mau ruku'
disunnahkan mengangkat kedua tangannya
secara bersamaan dan mengangkat
tangannya dimulai pada saat awal takbir
dan berakhir pada saat selesainya bertakbir,
dan musholli membungkuk untuk ruku' itu
dilakukan disaat kedua tangannya musholli
8
Kifayatul Akhyar Juz: 1 Hal: 113, Versi Maktabah Syamilah
75
sejajar dengan bahunya dan takbirnya
berakhir bersamaan dengan diletakkannya
kedua tangannya di lutut.
c.Ketika i'tidal, musholli mulai mengangkat
kedua tangannya disaat mengangkat
kepalanya disertai dengan bacaan tasmi'
(samiallahu liman hamidah) dan selesai
ketika sudah berdiri tegak seraya
menjulurkan kedua tangannya.
d. Ketika berdiri dari tasyahhud awal,
musholli mulai mengangkat kedua tangan
ketika pada posisi sedikit rukuk dan berakhir
ketika tegak berdiri, sedangkan bacaan
takbirnya dimulai saat beranjak berdiri dari
duduk hingga berdiri tegak.
2. Tangan kanan menggenggam pergelangan
tangan kiri dan menaruhnya dibawah dada,
76
Tujuan tangan kanan diletakkan diatas tangan
kiri adalah agar kedua tangan musholli
tenang, namun bila melepasnya tidak terjadi
main-main maka tidak apa-apa cuman tidak
mendapatkan fadhilah kesunnahan, sedang
hikmah kedua tangan diletakkan dibawah
dada agar berada dibawah anggota tubuh
yang paling mulianya yaitu hati.
3. Melihat ke tempat sujud secara mutlak
kecuali ketika membaca Illallah pada saat
tasyahhud itu sunnah melihat jari telunjuk
hingga salam, meskipun telunjuknya tertutup
kain dan jika tidak punya telunjuk maka
disunnahkan melihat ke tempat sujud9
4. Membuka mata hingga shalat selesai,
makruh musholli memejamkan mata dalam
shalat kecuali ada hal yang membuatnya
9
Nihayatuz Zain Hal : 73 Versi Maktabah Syamilah
77
tidak khusu'
5. Diam seukuran bacaan Subhanallah, sunnah
bagi musholli diam pada enam tempat :
a.Diantara takbiratul ihram dan doa iftitah
b. Diantara doa iftitah dan taawwudz
c.Diantara taawwudz dan baca Surat
Al-fatihah
d. Diantara selesainya baca surat Al-fatihah
dan Amin
e.Diantara Amin dan baca Surat-suratan,
disunnahkan pula bagi imam untuk lebih
memanjangkan diamnya pada saat ini agar
makmum tenang membaca surat Al-fatihah
dan ini dilakukan pada shalat jahriyah saja
baik yang wajib seperti magrib, isya', subuh
dan jumat atau yang sunnah seperti dua
hari raya, tarawih, witir dan lain sebagainya
78
f. Diantara akhir baca surat-suratan dan ruku'
6. Baca doa iftitah/istiftah (doa pembuka)
sunnah dengan lima syarat;
a. Makmum mendapati imam masih pada
posisi berdiri, maka tidak disunnahkan jika
mendapati imam pada posisi ruku', duduk,
dan lain sebagainya
b. Musholli tidak memulai membaca
ta'awwudz, jika sudah terlanjur membaca
ta'awwudz terlebih dahulu maka tidak usah
membaca do'a iftitah, lebih-lebih baca
Al-Fatihah
c.Tidak dikhawatirkan bagi makmum
ketinggalan membaca surat Al-fatihah
meskipun tertinggalnya hanya sebagian
ayat,
d. Bukan shalat Janazah
79
e.Tidak khawatir kelewat waktu shalat, karena
jika waktu shalat sudah hampir habis maka
wajib bagi musholli melakukan yang
wajib/rukun saja.
Adapun bacaan doa iftitah adalah sebagai
berikut10:
ًاﻟﻠﻪُ اﻛْﺒَﺮُ ﻛَﺒِﻴﺮًا وَاﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﻪِ ﻛَﺜِﻴﺮًا وَﺳُﺒْﺤَﺎنَ اﻟﻠﻪِ ﺑُﻜْﺮَةً وَاﺻِﻴﻼ
10
Al-Adzkar Lin Nawawi Hal 43 Versi Syamilah
11
Al-mu'jamul Kabir Lit Tharoniy Juz: 1 Hal: 314 Versi Syamilah
80
Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Yang
menciptakan langit dan bumi, dengan lurus dan
berserah diri sedangkan aku bukan bagian dari
orang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah Tuhan semesta alam.Tiada sekutu
baginya dan dengan itulah aku diperintahkan.
Dan aku termasuk bagian dari orang-orang
muslim.
ﻇَﻠَﻤْﺖُ ﻧَﻔْﺴِﻲ،َ وأﻧﺎ ﻋَﺒْﺪُك،َ اﻧْﺖَ رَﺑﻲ، ﻻ إﻟﻪَ اﻻ أﻧْﺖ،ُاﻟﻠﻬُﻢ أﻧْﺖَ اﻟﻤَﻠﻚ
،َواﻋْﺘَﺮَﻓْﺖُ ﺑِﺬَﻧْﺒِﻲ ﻓﺎﻏْﻔِﺮْ ﻟﻲ ذُﻧُﻮﺑِﻲ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﻻَ ﻳَﻐْﻔِﺮُ اﻟﺬﻧُﻮبَ اﻻ أﻧْﺖ
وَاﺻْﺮِفْ ﻋَﻨﻲ،َ ﻻ ﻳَﻬْﺪِي ﻷﺣْﺴَﻨﻬﺎ إﻻ اﻧْﺖ،ِوَاﻫْﺪِﻧﻲ ﻷﺣْﺴَﻦِ اﻷﺧْﻼق
واﻟﺨَﻴْﺮُ ﻛُﻠﻪُ ﻓﻲ،َ ﻟَﺒﻴْﻚَ وَﺳَﻌْﺪَﻳْﻚ،َ ﻻ ﻳَﺼْﺮِفُ ﺳَﻴﺌَﻬﺎ اﻻ اﻧْﺖ،ﺳَﻴﺌَﻬﺎ
َ أﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُك،َ ﺗَﺒﺎرَﻛْﺖَ وَﺗﻌﺎﻟَﻴْﺖ،َ أﻧﺎ ﺑِﻚَ وَاﻟَﻴْﻚ،َ وَاﻟﺸﺮ ﻟَﻴْﺲَ اﻟَﻴْﻚ،َﻳَﺪَﻳْﻚ
." َوأﺗُﻮبُ اﻟَﻴْﻚ
82
dan bersandar kepadaMu. dan Aku memohon
taufik padaMu. Mahasuci Engkau lagi Maha
Tinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan
bertaubat kepada-Mu.
اﻟﻠﻬُﻢ ﺑَﺎﻋِﺪْ ﺑَﻴْﻨِﻲ وَﺑَﻴْﻦَ ﺧَﻄَﺎﻳَﺎيَ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺎﻋَﺪْتَ ﺑَﻴْﻦَ اﻟْﻤَﺸْﺮِقِ وَاﻟْﻤَﻐْﺮِبِ اﻟﻠﻬُﻢ
ﻧَﻘﻨِﻲ ﻣِﻦْ ﺧَﻄَﺎﻳَﺎيَ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﻨَﻘﻰ اﻟﺜﻮْبُ اﻻْﺑْﻴَﺾُ ﻣِﻦْ اﻟﺪﻧَﺲِ اﻟﻠﻬُﻢ اﻏْﺴِﻠْﻨِﻲ
ِﻣِﻦْ ﺧَﻄَﺎﻳَﺎيَ ﺑِﺎﻟﺜﻠْﺞِ وَاﻟْﻤَﺎءِ وَاﻟْﺒَﺮَد
83
nama-Mu, Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak
ilah selain Engkau
Jika sendirian atau imam yang direlakan
memanjangkan bacaanya oleh makmumnya
maka boleh dibaca semua doa di atas, jika mau
baca pendek boleh memilih yang paling pendek
dan yang terbaik jika harus memilih yang
pendek menurut Imam Nawawi Rahimahullah
maka bacalah yang Wajjahtu wajhiya sampai wa
ana minal muslimin.
7. Membaca Ta'awwudz, yang paling utama
bacaanya adalah
ِاﻋُﻮذُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ اﻟﺸﻴْﻄَﺎنِ اﻟﺮﺟِﻴﻢ
86
secara berurutan dalam satu rakaat,
Kesunnahan membaca surat-surat pendek ini
hanya pada rokaat pertama dan kedua dan
afdholnya dengan cara antara rokaat pertama
dan kedua bacaan suratnya berurutan, misal
rokaat pertama membaca surat Al-Ikhlas
maka rokaat yang kedua membaca surat
Al-Falaq dan seterusnya, atau rokaat pertama
bacaanya lebih panjang dari pada rokaat yang
kedua, baik itu sebagian surat maupun dibaca
tuntas satu surat. Dan sunnah membaca
sebagaimana Rosulullah baca, seperti ketika
shalat subuh membaca surat As-Sajadah dan
Surat Al-Insan.
Perlu diketahui bahwa membaca surat yang
pendek tapi dibaca secara utuh satu surat itu
lebih baik dan lebih utama dari pada
membaca surat yang panjang tapi
87
setengah-setengah.
11. Memohon Rahmat ketika membaca atau
mendengar imam baca Ayat Rahmah atau
memohon perlindungan ketika membaca
atau mendengar imam baca Ayat Adzab
seperti:
ۚﯾُﺪۡﺧِﻞُ ﻣَﻦ ﯾَﺸَﺎۤءُ ﻓِﯽ رَﺣۡﻤَﺘِﻪِۦ
88
Adapun bagi orang-orang zhalim
disediakan-Nya azab yang pedih.12
Dengan membaca doa
َاَﻟﻠﻬُﻢ اﺟِﺮْﻧَﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَاﺑِﻚ
12
Surat Al-Insan Ayat : 31
89
berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?13
َأﻟَﯿۡﺲَ ٱﻟﻠﻪُ ﺑِﺎﺣۡﻜَﻢِ ٱﻟۡﺤَـٰﻜِﻤِﯿﻦ
13
Surat Al-Qiyamah Ayat: 40
14
Surat At-Tin Ayat : 8
90
g. Gerhana bulan
h.Tarawih
i. Witir Ramadhan
j. Dua Rokaat Towaf malam
Sunnah bagi perempuan mengeraskan
suaranya ketika tidak ada di dekatnya laki-laki
yang bukan mahramnya, akan tetapi suaranya
lebih rendah dari suara laki-laki
Jika seseorang mengqadhai shalat jahr di
waktu shalat sir maka aturannya harus ikut sir
begitu sebaliknya meskipun shalat sunnah
kecuali shalat subuh dan sunnah dua hari raya
maka dijahrkan secara mutlak dan kecuali
juga semua shalat sunnah rawatib, dan witir
selain ramadhan maka di sirkan secara
mutlak.
13. Makmum tenang dan diam fokus
91
mendengarkan bacaan imam
14. Makmum membaca surat Al-fatihah
setelah aminnya imam, oleh karena itu jika
makmum membaca surat Al-Fatihah di selain
itu maka tidak mendapatkan fadhilah
kesunnahan
15. Memanjangkan rokaat pertama dari pada
rokaat setelahnya dengan cara
memperpanjang bacaan di dalamnya.
16. Mengucapkan takbir di setiap perpindahan
rukun kecuali i'tidal, dan disunnahkan
memperpanjang bacaan takbir hingga sampai
pada rukun berikutnya.
17. Ketika ruku' sunnah memanjangkan
punggung dan leher serta meluruskan dua
betis dan paha dan merenggangkan keduanya
sejengkal tangan, dan meraih lututnya dengan
92
kedua tangannya dalam keadaan kedua
tangannya terbuka atau tidak tertutup misal
pakek kaos tangan, dan merenggangkan
jari-jari sewajarnya sambil punggung telapak
tangannya dihadapkan ke kiblat, membuka
mata, dan bagi laki-laki merenggangkan
kedua sikunya dari kedua
lambung/pinggangnya. Dan membaca doa
sebagai berikut:
ِﺳُﺒْﺤَﺎنَ رَﺑﻲَ اﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ وَﺑِﺤَﻤْﺪِه
93
وَﻣُﺨﻲ وَﻋَﻈْﻤِﻲ وَﻋَﺼَﺒِﻲ
94
Allah maha mendengar atas orang yang
memujinya.
Dan ketika posisi sudah tegak maka
dilanjutkan dengan membaca doa
tambahannya sebagai berikut;
َ وَﻣِﻞْء،ِ ﻣِﻞْءَ اﻟﺴﻤَﻮَات،ِرَﺑﻨَﺎ ﻟَﻚَ اﻟﺤَﻤْﺪُ ﺣَﻤْﺪاً ﻛَﺜِﻴﺮاً ﻃَﻴﺒﺎً ﻣُﺒﺎرَﻛﺎً ﻓِﻴﻪ
ِ أﻫْﻞَ اﻟﺜﻨﺎء،ُ وَﻣِﻞْءَ ﻣﺎ ﺷِﺌْﺖَ ﻣِﻦْ ﺷﺊ ﺑَﻌْﺪ، وَﻣِﻞْءَ ﻣﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤﺎ،ِاﻷرْض
وﻻ، ﻻ ﻣﺎﻧِﻊَ ﻟِﻤَﺎ أﻋﻄﻴﺖ،ٌ وﻛﻠﻨﺎ ﻟَﻚَ ﻋَﺒْﺪ،ُ أﺣﻖ ﻣﺎ ﻗَﺎلَ اﻟﻌَﺒْﺪ،واﻟﻤﺠﺪ
. وَﻻ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ذَا اﻟﺠَﺪّ ﻣِﻨْﻚَ اﻟﺠَﺪ،َﻣﻌﻄﻲ ﻟﻤﺎ ﻣَﻨَﻌْﺖ
97
Sebelum Nabi berdiri untuk i'tidal (masih
dalam keadaan ruku'), tiba-tiba Malaikat Jibril
'alaihi salam mendatangi Nabi dan berkata:
. ﺳﻤﻊ اﻟﻠﻪ ﻟﻤﻦ ﺣﻤﺪه،ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪ
99
lirih dan imam tetap jahr,16 dan ketika imam
membaca sholawat makmum lebih utama
membaca amin dari pada ikut membaca
bersama karena shalawat merupakan doa17.
Adapun Qunut ini ada dua macam:
a. Qunut rotibah , yakni qunut di i'tidal kedua
pada shalat subuh dan qunut di i'tidal
terakhir pada shalat witir di pertengan
ramadhan (malam tanggal 16)
b. Qunut Nazilah, yakni qunut yang dibaca di
i'tidal akhir pada semua shalat maktubah
(fardu) ketika terjadi bencana atau wabah
yang menimpa kaum muslimin dimanapun
tempatnya.
Adapun bacaan qunut riwayat dari Sayyidina
Hasan Radiyallau Anhu dan tambahan dari
16
Minhajul Qowim Syarah Al-Khadromiyah Juz: 1 Hal: 103 Versi Maktabah Syamilah
17
Mugnil Muhtaj Syarah Al-Minhaj Juz: 1 Hal: 372 Versi Maktabah Syamilah Ki
100
ulama' adalah sebagai berikut:
ْاﻟﻠﻬُﻢ اﻫْﺪِﻧِﻲ ﻓِﻴﻤَﻦْ ﻫَﺪَﻳْﺖَ وَﻋَﺎﻓِﻨِﻲ ﻓِﻴﻤَﻦْ ﻋَﺎﻓَﻴْﺖَ وَﺗَﻮَﻟﻨِﻲ ﻓِﻴﻤَﻦ
َﺗَﻮَﻟﻴْﺖَ وَﺑَﺎرِكْ ﻟِﻲ ﻓِﻴﻤَﺎ اﻋْﻄَﻴْﺖَ وَﻗِﻨِﻲ ﺷَﺮ ﻣَﺎ ﻗَﻀَﻴْﺖَ ﻓَﺎﻧﻚَ ﺗَﻘْﻀِﻲ وَﻻ
َﻳُﻘْﻀَﻰ ﻋَﻠَﻴْﻚَ وَاﻧﻪُ ﻻَ ﻳَﺬِل ﻣَﻦْ وَاﻟَﻴْﺖَ )وَﻻَ ﻳَﻌِﺰ ﻣَﻦْ ﻋَﺎدَﻳْﺖ(َ ﺗَﺒَﺎرَﻛْﺖ
(،َ َأﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُكَ وَأﺗُﻮْبُ اِﻟَﻴْﻚ،َ) ﻓَﻠَﻚَ اْﻟﺤَﻤْﺪُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻗَﻀَﻴْﺖ،َرَﺑﻨَﺎ وَﺗَﻌَﺎﻟَﻴْﺖ
101
lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang
Engkau musuhi. Engkau Maha Suci dan Maha
luhur. Segala puji bagi-Mu dan atas segala
yang Engkau pastikan. Kami memohon ampun
dan bertaubat kepada-Mu.”
Kemudian membaca shalawat dibawah ini
atau yang lainnya
81
ْوَﺻَﻠﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴﺪِﻧَﺎَ ﻣُﺤَﻤﺪٍ اﻟﻨﺒِﻲ اْﻷُﻣﻲ وَﻋَﻠَﻰ آﻟِﻪٖ وَﺻَﺤْﺒِﻪِ وَﺳَﻠﻢ
18
Al-Fiqhu 'Alal Madzahibil 'Arba'i Juz :1 Hal: 307 Versi Maktabah Syamilah
102
ْ وَﻧُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﻚَ وَﻧَﺨْﻠَﻊُ ﻣَﻦ،َاﻟﻠﻬُﻢ إﻧﺎ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻨُﻚَ وَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُكَ وَﻻَ ﻧَﻜْﻔُﺮُك
،ُ وَاﻟَﻴْﻚَ ﻧَﺴْﻌَﻰ وَﻧﺤْﻔِﺪ، وﻟَﻚَ ﻧُﺼَﻠﻲ وَﻧَﺴْﺠُﺪ، اﻟﻠﻬُﻢ إﻳﺎكَ ﻧَﻌْﺒُﺪ،َﻳَﻔْﺠُﺮُك
.ٌ إن ﻋَﺬَاﺑَﻚَ اﻟﺠِﺪ ﺑﺎﻟﻜُﻔﺎرِ ﻣُﻠْﺤِﻖ،َﻧَﺮْﺟُﻮ رَﺣْﻤَﺘَﻚَ وَﻧَﺨْﺸَﻰ ﻋَﺬَاﺑَﻚ
104
telah Engkau ikat dengan mereka, dan
bantulah mereka mengatasi musuh-Mu dan
musuh mereka. Wahai Tuhan Yang Maha Haq,
masukkanlah kami ke dalam golongan
mereka itu.
َوَﺻَﻠﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤﺪٍ وَﻋَﻠَﻰ آﻟِﻪِ وَﺻَﺤْﺒِﻪِ وَﺳَﻠﻢ
107
Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi dengan
segala pujian-Nya, dibaca sebanyak tiga kali
Kemudian sunnah ditambahkan doa semisal
ُاﻟﻠﻬُﻢ ﻟَﻚَ ﺳَﺠَﺪْتُ وَﺑِﻚَ آﻣَﻨْﺖُ وَﻟَﻚَ اﺳْﻠَﻤْﺖُ ﺳَﺠَﺪَ وَﺟْﻬِﻲ ﻟِﻠﺬِي ﺧَﻠَﻘَﻪ
َﻓَﺼَﻮرَهُ وَﺷَﻖ ﺳَﻤْﻌَﻪُ وَﺑَﺼَﺮَهُ ﻓَﺘَﺒَﺎرَكَ اﻟﻠﻪُ اﺣْﺴَﻦُ اﻟْﺨَﺎﻟِﻘِﻴﻦ
108
diletakkan di atas kedua paha dekat lutut
serta tangan dalam keadaan terbuka (tidak
mengepal) dan jari jari dirapatkan dan
dihadapkan ke kiblat dan berdo'a dengan doa
yang ma'tsur seperti dibawah ini
رَب اﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻲ وَارْﺣَﻤْﻨِﻲ وَاﺟْﺒُﺮْﻧِﻲ وَارْﻓَﻌْﻨِﻲ وَارْزُﻗْﻨِﻲ وَاﻫْﺪِﻧِﻲ
وَﻋَﺎﻓِﻨِﻲ وَاﻋْﻒُ ﻋَﻨﻲ
20
Tuhfatul Muhtaj Syarah Al-Minhaj Juz: 2 Hal: 77 Versi Maktabah Syamilah
109
2. Ketika tasyahhud awal
3. Ketika tasyahhud akhir jika setelahnya mau
dilakukan sujud sahwi
4. Ketika duduk istirahat (keterangan ada
pada selanjutnya)
5. Ketika duduk bagi musholli yang udzur
tidak dapat berdiri.
6. Ketika makmum masbuk Tasyahhud
mengikuti tasyyahhud akhirnya imam
22. Duduk tawarruk ketika tasyahhud akhir،
yang dimaksud duduk tawarruk adalah duduk
bertumpu pada bokong sebelah kiri dan posisi
kaki kiri masuk dibawah kaki kanan serta posisi
talapak kaki kanan berdiri lurus dan jari-jari
kakinya dibengkokkan menghadap ke kiblat.
Dan sunnah pula meletakkan tangan kiri dan
lengannya diatas paha kiri dan ujung jari
110
sejarjar dengan ujung dengkul dan telapak
tangan dalam keadaan terbuka (tidak
mengepal) menghadap kebawah serta jari-jari
didekatkan (tidak merenggang), dan posisi
telapak tangan kanan dan lengannya berada di
atas paha kanan dekat dengan ujung dengkul
dan telapak tangan mengepal menghadap
kebawah kecuali jari telunjuk, dan ibu jari
diletakkan di bawah pangkal jari telunjuk atau
dipinggir telunjuk, dan ketika bacaan tasyahhud
sudah sampai pada kalimat ILLALLAH maka
sunnah jari telunjuk diangkat serta pandangan
mengarah ke telunjuk hingga salam dan
keyakinan hati terhadap ke Esaan Allah Jalla
Jalaluh diperkuat agar supaya terkumpul jadi
satu antara keyakinan, perbuatan dan
perkataanya dalam mengEsakan Allah
Subhanahu Wata'ala
111
Sunnah menyempurnakan bacaan tasyahhud
akhir dengan bacaan seperti dibawah:
اﻟﺘﺤِﻴﺎتُ اﻟْﻤُﺒَﺎرَﻛَﺎتُ اﻟﺼﻠَﻮَاتُ اﻟﻄﻴﺒَﺎتُ ﻟِﻠﻪِ اﻟﺴﻼَمُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ اﻳﻬَﺎ اﻟﻨﺒِﻲ
ْوَرَﺣْﻤَﺔُ اﻟﻠﻪِ وَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ اﻟﺴﻼَمُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ وَﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎدِ اﻟﻠﻪِ اﻟﺼﺎﻟِﺤِﻴﻦَ اﺷْﻬَﺪُ ان
ِﻻَ اﻟَﻪَ اﻻ اﻟﻠﻪُ وَاﺷْﻬَﺪُ ان ﻣُﺤَﻤﺪًا رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﻪ
112
َﻋَﻠَﻰ آل ﺳَﻴﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤﺪٍ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺎرَﻛْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴﺪِﻧَﺎ اﺑْﺮَاﻫِﻴﻢَ و َﻋَﻠَﻰ آلِ ﺳَﻴﺪِﻧَﺎ
ٌ ﻓِﻲ اﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ اﻧﻚَ ﺣَﻤِﻴﺪٌ ﻣَﺠِﻴﺪ،َاﺑْﺮَاﻫِﻴﻢ
113
ُاﻟﻠﻬُﻢ اﻧﻲ اﻋُﻮذُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَابِ ﺟَﻬَﻨﻢَ وَاﻋُﻮذُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻋَﺬَابِ اﻟْﻘَﺒْﺮِ وَاﻋُﻮذ
،ِﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺔِ اﻟْﻤَﺴِﻴﺢِ اﻟﺪﺟﺎلِ وَاﻋُﻮذُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﻓِﺘْﻨَﺔِ اﻟْﻤَﺤْﻴَﺎ وَاﻟْﻤَﻤَﺎت
،ِاﻟﻠﻬُﻢ إﻧﻲ أﻋُﻮذُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦَ اﻟْﻤَﺄْﺛَﻢِ وَاﻟﻤَﻐْﺮَم
114
engkau lebih tahu dari padaku. Engkaulah yang
memajukan dan memundurkan. Tidak ada
Tuhan selain Engkau.
ْ ﻓﺎﻏْﻔِﺮ،َ وَﻻ ﻳَﻐْﻔِﺮُ اﻟﺬﻧُﻮبَ اﻻ أﻧْﺖ،ًاﻟﻠﻬُﻢ إﻧﻲ ﻇَﻠَﻤْﺖُ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﻇُﻠْﻤﺎً ﻛَﺜِﻴﺮا
ُ وَارْﺣَﻤْﻨِﻲْ إﻧﻚَ أﻧْﺖَ اﻟﻐَﻔُﻮرُ اﻟﺮﺣِﻴﻢ،َﻟﻲ ﻣَﻐْﻔِﺮَةً ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِك
115
di belakang hingga selasainya bacaan
warahmatullahi wabarokaatuh , begitu juga
dilakukan pada salam yang ke dua dengan
menoleh ke sebelah kiri dengan ketentuan
seperti salam yang pertama. Dan sunnah tidak
dibuat panjang bacaanya, dan antara kedua
salam dipisah dengan diam seukuran
subhanalllah, dan sunnah juga saat salam
pertama niat (bertujuan) untuk selesai/keluar
dari shalat, dan untuk salam yang kedua berniat
salam kepada Malaikat, orang mukmin dan jin
mukmin. Dan sunnah juga berniat menjawab
salam imam dengan salah satu dari kedua
salam mushalli.
26. Duduk Istirahat, sunnah duduk istirahat
disetiap selesai sujud yang kedua ketika
hendak berdiri, adapun tempatnya ada dua :
pada rokaat pertama dan rokaat ketiga, dan
116
Sunnah mempercepat, dengan tidak terlalu
lama melebihi lamanya duduk diantara dua
sujud, dan sunnah ketika hendak berdiri
memanjangkan bacaan takbir intiqal hingga
berdiri tegak.
25. Sunnah baca tasyahhud awal. Adapun
kesunnahan di dalamnya yaitu sebagaimana
kesunnahan-kesunnahan yang terdapat pada
tasyyahhud akhir pada keterangan awal kecuali
dua macam yaitu:
1. Bacaan shalawat kepada keluarga Nabi
disini terjadi perbedaan dan pendapat yang
terpilih adalah tetap sunnah membaca
sholawat kepada keluarga Nabi setelah
tasyahhud awal berdasarkan hadist sahih
dan juga kalaupun dibaca tidak terlalu lama,
seperti
117
اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وآﻟﻪ
119
berkata: Menjaga Shalat itu dengan tiga
perkara:
1. Menyempurnakan whudhu'
2. Memperbanyak doa-doa dalam shalat
seluruhnya
3. Memaksa agar supaya hudhur
28. Memakai pakaian yang bagus dan
berdandan, seperti
1. memakai sorban,
2. bersarung,
3. pakai jubah,
4. pakai cincin,
5. pakai pakaian toilasan (jubah hijau yang
biasa dipakai ulama' persia, khusus bagi
yang pantas memakainya),
120
6. pakai minyak wangi
29. Shalat dengan menggunakan sutroh
(pembatas) pembatas orang shalat itu ada
empat macam berdasarkan urutannya yaitu:
1. Orang, tembok atau tongkat tingginya
tidak kurang dari dua pertiga dzira' (31cm)
atau lebih dan jara' musholli dengan sutrah
tidak lebih dari tiga dzira' (185,5cm)
menurut Imam Ibnu Hajar dihitung dari
Tungkak musholli sedang menurut Imam
Ar-Ramli dihitung dari ujung jari kaki.
2. Tongkat dengan cara ditancapkan atau
debu dan batu dibuat menumpuk.
3. Hamparan sajadah
4. Dibuatkan garis
Jika musholli berpindah dari urutan sutrah yang
atas kepada urutan yang dibawahnya padahal
121
ia mampu menggunakan tingkatan yang di
atasnya, maka sama saja status shalatnya
musholli tersebut dengan shalat yang tidak
memakai sutroh21
Yang utama sutroh ada disebelah depan kanan
atau depan kiri tidak persis di depan kepala22
Jika di depan musholli didapati sutroh maka
haram orang lain lewat didepan musholli dan
sunnah musholli mencegah orang melewatinya
Jika musholli tidak memakai sutrah maka
makruh orang lain lewat di depannya dan tidak
boleh musholli menghadangnya.
Dan Sutrohnya Shaf shalat jamaah adalah shaf
yang ada di depannya sedangkan shaf pertama
sutrohnya adalah sutrohnya imam.
21
Fathul Muin Hlm : 24
22
Nihayatul Muhtaj Juz 2 Hlm : 53
122
Boleh lewat di depan orang shalat meskipun
ada sutrohnya pada empat keadaan:
1. Jika berada di Masjidil Haram tepatnya
ditempat Thowaf saja, tidak untuk yang
lainnya
2. Musholli yang lagi mengqashar shalat di
tengah jalan
3. Jika musholli mendapati ada shaf yang
longgar didepannya
4. Jika ada hajat, semisal kebelet buang
hajat ditengah-tengah shalat
Kesunnahan Setelah Melakukan Shalat
Diantara kesunnahan yang dilakukan setelah
shalat adalah sebagai berikut:
1. Membaca istigfar tiga kali
2. Mengusap dahi dan wajah sambil
123
membaca doa
َ اﻟﻠﻬُﻢ اذْﻫِﺐْ ﻋَﻨﻲَ اﻟْﻬَﻢ وَاﻟْﺤَﺰَن،ُأﺷﻬﺪُ أنْ ﻻ اﻟﻪَ اﻻ اﻟﻠﻪُ اﻟﺮﺣْﻤَﻦُ اﻟﺮﺣِﻴﻢ
124
Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi Engkau,
wahai Dzat yang memiliki keagungan dan
kemuliaan.
4. Membaca
َاﻟﻠﻬُﻢ ﻻَ ﻣَﺎﻧِﻊَ ﻟِﻤَﺎ اﻋْﻄَﻴْﺖَ وَﻻَ ﻣُﻌْﻄِﻲَ ﻟِﻤَﺎ ﻣَﻨَﻌْﺖَ وَﻻَ رَاد ﻟِﻤَﺎ ﻗَﻀَﻴْﺖَ وَﻻ
ﻳَﻨْﻔَﻊُ ذَا اﻟْﺠَﺪ ﻣِﻨْﻚَ اﻟْﺠَﺪ
125
dan bersyukur kepadaMu serta beribadah
kepada-Mu dengan baik
6. Membaca ayat kursi
7.Membaca Subhanallah 33x, Alhamdulillah
33x, Allahu akbar 33x, dan lengkapi dengan
yang keseratus yakni bacaan
ُﻻَ اﻟَﻪَ اﻻ اﻟﻠﻪُ وَﺣْﺪَهُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ ﻟَﻪُ اﻟْﻤُﻠْﻚُ وَﻟَﻪُ اﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻳُﺤْﻴِﻲ وَﻳُﻤِﻴﺖ
ٌوَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞ ﺷَﻲْءٍ ﻗَﺪِﻳﺮ
127
Artinya: Tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah semata tidak ada sekutu bagiNya,
milikNya semua kerajaan dan bagiNya seluruh
pujian, Dia Yang menghidupkan, serta
mematikan, dan Dia Maha Mampu melakukan
segala sesuatu.
Barang siapa membacanya sebanyak sepuluh
kali, maka tercatat baginya sepuluh kebaikan
dan terhapus darinya sepuluh kesalahan serta
diangkat baginya sepuluh derajat, dan pada hari
itu ia berada dalam perlindungan dari segala
yang tidak disukai, serta terjaga dari setan, dan
tidak layak ada dosa yang menjumpainya pada
hari itu kecuali syirik kepada Allah.
10. Berdoa setelah shalat subuh dan magrib
dengan doa:
ِااﻟﻠﻬُﻢ اﺟِﺮْﻧِﻲ ﻣِﻦْ اﻟﻨﺎر
128
Artinya : Ya Allah, lindungilah aku dari api neraka
Dalam hadist riwayat Imam Ahmad disebutkan
siapa yang membacanya sebanyak tujuh kali,
jika kamu mati pada hari itu, maka Allah akan
menetapkanmu sebagai orang yang terpelihara
dari api neraka.
11. Membaca bacaan dibawah sebanyak
empat kali, diriwayatkan barang siapa yang
membacanya maka shirot akan
dipendekkan padanya hanya seukuran dzira'
pada hari kiamat,
، وَرَﺑّّﺎ ﺷَﺎﻫِﺪًا، اﻟٰﻬًﺎ وَﺣِﺪًا،ُاﺷْﻬَﺪُ انْ ﻻَ اﻟَﻪَ اﻻ اﻟﻠﻪُ وَﺣْﺪَهُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪ
َوَﻧَﺤْﻦُ ﻟَﻪُ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮْن
130
dan bersholawat kepada Nabi, di awal dan
akhir
14. Diam tidak beranjak di tempat shalatnya
sampai imam berdiri.
15. Berbalik/pergi ke arah yang
dibutuhkannya namun jika tidak ada
kebutuhan maka sunnah berbalik ke arah
kanan.
MAKRUH-MAKRUH SHALAT
Ada empat macam kaitannya dengan shalat
yang hukumnya makruh yaitu dilihat dari sisi:
1. Tempat shalat
2. Keadaan/kondisi orang shalat
3. Menyelisihi sebagian kesunnahan -
kesunnahan atau meninggalkannya
4. Di saat mengerjakan shalat
131
Kemakruhan shalat dari sisi tempat
Makruh hukumnya jika seseorang shalat pada
tempat-tempat berikut:
1. Kamar mandi (tidak ada wc)
2. Kamar ganti baju (biasanya dekat kamar
mandi)
3. Kandang unta (tempat menderum
biasanya tempat antri untuk unta minum)
4. Tempat penyembelihan
5. Kuburan (umum) yang tidak digali,
karena kalau yang digali tanah yang
dibawah (yang bercampur dengan nanah
dan daging mayit) berpindah ke atas dan itu
Najis
6. Kandang (tempat hewan buang kotoran)
7. Tengah jalan umum
132
8. Gereja atau sejenisnya
9. Atap Ka'bah
10. Tengah lembah yang biasa ada aliran
airnya
11. Tempat-tempat yang digunakan untuk
perbuatan dholim dan maksiat
12. Pasar
13. Shalat di depan orang yang menghadap
padanya
14. Tempat yang dikhususkan sendiri oleh
musholli untuk shalat meskipun itu seorang
imam dan ia tidak mau berpindah ke tempat
selainnya
15. Tempat yang sebaris dan sejajar dengan
imam
133
Kemakruhan Shalat Dari Segi Kondisi Musholli
1. Shalat sambil menahan kencing
2. Shalat sambil menahan berak
3. Shalat sambil menahan kentut
4. Shalat sambil menahan kencing dan
berak
5. Shalat sambil mengingini hidangan yg
disuguhkan jika waktunya masih panjang
6. Shalat memakai sepatu boots/pantofel
yang sempit
7. Shalat dalam keadaan marah
8. Shalat dengan memasukan pakaian
ihramnya dari bawah ketiak kanan dan
menyelubungi yang kiri
9. Shalat dalam keadaan ngantuk
134
10. Shalat mengenakan masker/cadar bagi
laki laki dan pakai niqob bagi perempuan
11. Shalat dengan kepala dan bahu terbuka
12. Shalat menggunkan baju dengan tanpa
ada sesuatu dipundaknya
13. Shalat mengenakan pakaian yang
bergambar atau yang bisa melalaikan shalat
14. Shalat mengenakan baju kurung yang
tanpa lengan baju
15. Shalat menggunakan surban yang
ujungnya sampai menyentuh tanah
16. Shalat menggunakan baju yang
ujungnya sampai menyentuh tanah
Kemakruhan dari segi menyelisihi kesunnahan
atau meninggalkannya
1. Mengeraskan dan memelankan suara
135
bukan pada tempatnya
2. Menempelkan kedua lengan pada
bagian samping tubuh bagi laki-laki
3. Menempelkan perut ke kedua pahanya
bagi laki laki juga
4. Mengeraskan bacaan di belakang imam
selain bacaan amin dan apa apa yang
dikecualikan
5. Memperpanjang bacaan tasyahhud awal
dan doa sesudahnya
6. Tidak membaca Surat-suratan pada dua
rokaat pertama
7. Tidak bertakbir intiqal (perpindahan
rukun fi'li satu ke rukun fi'li yang lainnya
8. Tidak membaca bacaan dzikir yang
biasa dibaca saat rukuk, i'tidal, sujud dan
136
duduk di antara dua sujud
9. Tidak berdoa setelah tasyahhud akhir
10. Tidak menempelkan hidung ketempat
sujud di saat sujud
11. Membaca Al-Qur'an di selain posisi
berdiri dengan maksud membaca Al-Qur'an
bukan berdzikir
12. Merendahkan posisi kepala saat rukuk
13. Menutup kedua tangannya ketika
takbiratul ihram dan sujud
14. Menoleh dengan cepat ketika salam
seperti menolehnya srigala
15. Berlutut / menderum seperti
menderumnya unta, dengan mendahulukan
tangan dari pada lutut ketika hendak sujud
16. Duduk iftiras seperti hewan buas
137
(anjing) yaitu dengan
meletakkan/menempelkan lengannya ketika
sujud
Kemakruhan shalat dari segi perbuatan
1. Mengikat rambut dan
menggulung/menyingsingkan krah lengan
baju
2. Mengarahkan pandangannya ke langit
3. Meletakkan tangan di pinggang
4. Mengusap dahi dan meratakan kerikil
pada tempat sujud
5. Mematok ketika sujud seperti
mematoknya burung gagak
6. Duduk bertenggek seperti anjing, yaitu
menempelkan pantat dan kedua kakinya ke
bumi dan meluruskan kedua betisnya
138
7. Duduk dengan menjulurkan kedua
kakinya ke arah kiblat
8. Wajahnya menoleh tanpa ada hajat
9. Meludah di selain masjid ke arah kanan
atau di hadapannya
10. Berdiri dengan kaki satu, ini yang
disebut dengan "As-shofn"
11. Menempelkan salah satu kakinya ke
kaki yang lain bagi laki laki, ini yang disebut
dengan "As-Sofd"
12. Menganyam jari jemari
13. Shalat dengan pose mukhtasir yakni
meletakkan kedua tangan di pinggang
14. Memiringkan badan ke kiri dan ke kanan
15. Mengipas dirinya di saat shalat (dengan
kipas angin dan sebagainya)
139
16. Meletakkan tangan ke (menutupi)
hidung dan mulut tanpa ada kebutuhan
17. Mengencangkan tali pinggang
18. Menselaraskan gerakan (rukun fi'liy)
makmum dengan imam
19. Menguap
20. Berisyarat dengan sesuatu yang dapat
difahami tanpa ada hajat
21. Merenggangkan jari jemari
22. Bersandar pada sesuatu yang musholli
akan ikut jatuh andaikan sandaran itu jatuh
PEMBATAL - PEMBATAL SHALAT
Pembatal shalat itu ada empat macam:
1. Berbicara
2. Gerakan yang terhitung banyak
140
3. Makan
4. Meninggalkan satu rukun dari beberapa
rukun shalat atau tidak terpenuhinya satu
syarat dari beberapa syarat shalat
Adapun perinciannya sebagai berikut:
A. Berbicara
1. Jika terhitung banyak (empat
kalimat atau lebih) maka mutlak batal,
baik itu disengaja maupun tidak
2. Jika terhitung sedikit (kurang dari
empat kalimat secara urf) maka jika
sengaja batal
Adapun kaidah kalimat/perkataan yang
dapat membatalkan shalat adalah
kalimat/perkataan yang dapat digunakan
untuk bercakap-cakap dengan manusia.
(kecuali Nabi, karena jika lawan/objek
141
bicaranya Nabi meskipun di selain
tasyahhud itu tidak batal menjawabnya,
berbeda jika musholli memulai terlebih
dahulu seperti Ya Rosulallah, maka batal
shalatnya)
Persoalan-persoalan berbicara dalam
shalat
1. Berbicara sedikit di saat shalat yang
tidak membatalkan shalat itu hanya
pada tiga hal:
a. Lupa
b. Bodoh (baru masuk islam atau
hidup ditempat jauh dari ulama')
c. Kelewat bicara
2. Berbicara satu huruf tidaklah
membatalkan meskipun sengaja,
kecuali dapat membatalkan pada tiga
142
hal:
a. Jika hurufnnya dibaca panjang
b. Jika dapat difahami, sepeti ( ق
ِ qi)
bermakna peliharalah atau ِعyang
memiliki arti camkan
c. Jika berniat main main
3.Jika berbicara dengan susunan ayat
Al-Qur'an semisal "yaa yahyaa khudzil
kitaaba biquwwah" atau ayat
"Udkhuluhaa bisalaamin aaminiin"
apakah membatalkan shalat? Disini ada
empat hal:
a. Adakalanya hanya berniat
membaca Al-Quran saja, maka
shalatnya tidak batal
b. Adakalanya hanya bertujuan
143
pemahamannya saja maka batal
salatnya
c. Adakalanya bertujuan keduanya
yakni baca Al-Qur'an dan Fahamnya
maka shalatnya tidak batal
d. Adakalahnya dimutlakkan yakni
tidak memiliki tujuan apa apa maka
shalatnya batal
4. Jika melafadzkan sesuatu yang
berkaitan dengan ibadah, seperti
pembebasan budak, pelunasan hutang,
wakaf, i'tikaf atau nadzar ibadah di
dalam shalat semisal perkataan " Lillahi
'alayya an a'takifa fi hadzal masjid" yang
artinya "aku mewajibkan atas diriku
untuk beri'tikaf di masjid ini" atau
ucapan "Lillahi 'alayya an atashoddaqa
144
bimiati riyalin" Artinya " aku mewajibkan
atas diriku untuk bersedakah 100 riyal"
apakah ucapan demikian membatalkan
shalat?. Menurut Imam Ibnu Hajar
Al-Haitami shalatnya tidak batal dan
Imam Ar-Ramli hanya menyepakati pada
ucapan nadzar saja, untuk yang lainnya
menurut beliau batal.
5. Jika bacaan terhenti karena berdehem
dan harus terucap dua huruf apakah
boleh? Jika bacaan wajib seperti surat
Alfatiha atau tasyahhud akhir maka
boleh berdehem, adapun jika bukan
bacaan yang wajib seperti baca surat
atau bacaan qunut dan bacaan keras
takbir intiqol (perpindahan rukun) maka
tidak boleh, akan tetapi menurut Imam
Ibnu Hajar boleh berdehem bagi imam
145
yang mengeraskan bacaan takbir
intiqolnya karena butuh didengar oleh
makmum namun Imam Ramli dan Imam
Al-Khotib tidak sependapat.
6. Jika musholli berpuasa dan kebetulan
dahak sudah sampai pada batas luar
tenggorokan (tempat keluarnya huruf
kho') dan sulit mengeluarkannya jika
tanpa berucap dua huruf, apakah
demikan diperbolehkan? Jawabnya
adalah boleh demi menjaga puasanya
dan shalatnya pun tidak batal
7. Jika imam berdehem dan keluar
ucapan sebanyak dua huruf apakah
makmum wajib mufaraqah (memutus
bermakmum dengan imam)?
Jawabannya adalah tidak wajib karena
masih mengandung kemungkin ia udzur
146
semisal tidak berdaya menahan atau
lupa, karena imam terlihat secara dhohir
telah menghindar/menjaga dari hal-hal
yang membatalkan shalat
B. Gerakan Yang Terhitung Banyak
Adapun gerakan yang dapat membatalkan
shalat adalah gerakan yang terhitung
sebanyak tiga gerakan, meskipun itu
dilakukan tidak sengaja, dengan syarat tiga
kali gerakan tersebut dilakukan secara
berkesinambungan.
Adapun ketentuan yang dimaksud dengan
berkesinambungan adalah sekiranya
gerakan kedua berhubungan/berkaitan
dengan gerakan pertama begitu pula
gerakan ketiga berkaitan dengan gerakan
kedua, dan gerakan tidak dikatakan terus
147
menerus jika sekiranya (satu dengan yang
lainnya) tidak berkaitan. Dan itu diukur
secara urf. Sebagian Ulama' mengukur
batas jarak pisahnya seukuran surat
Al-Ikhlas atau seukuran bacaan dzikir
Al-Baqiyatus Sholihaat yakni bacaan
ُﺳُﺒْﺤَﺎنَ اﻟﻠﻪِ وَاﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠﻪِ وَﻻَ اﻟَﻪَ اﻻ اﻟﻠﻪُ وَاﻟﻠﻪُ اﻛْﺒَﺮ
148
sejenak.
2. Satu gerakan maupun dua gerakan
tidaklah membatalkan shalat meskipun
dilakukan secara sengaja, kecuali pada
tiga hal yang dapat membatalkan:
a. Jika tujuannya bergurau
b. Jika gerakannya buruk atau
sejenis pukulan yang keterlaluan
c. Jika berniat akan melakukan tiga
gerakan, maka dengan hanya
melakukan gerakan yang pertama
saja sudah bisa batal shalatnya,
karena memulai terhadap sesuatu
yang membatalkan.
3. Gerakan banyak yang
berkesinambungan itu dapat
membatalkan shalat kecuali tiga
149
keadaan tidak membatalkan:
a. Jika melakukannya dengan anggota
tubuh yang ringan, yakni
i. Bibir
ii. Telinga
iii. Lidah
iv. Kemaluan laki-laki
v. Ujung jari
Meskipun banyak dan
berkesinambungan serta tanpa
adanya udzur itu tidak membatalkan
shalat
B. Jika bergerak tanpa kehendak
dirinya, seperti menggigil karena
kedinginan
C. Jika terkena kudis/gatal gatal
150
yang tak kuasa menahan untuk tidak
menggaruknya
D. Jika shalat dalam keadaan sangat
takut/genting
C. Makan
Adapun perinciannya sebagai berikut
1. Jika banyak maka batal secara mutlak
baik itu dilakukan secara sengaja maupun
tidak
2. Jika sedikit tidak membatalkan kecuali
sengaja
Adapun batasan/ketentuan yang dikatakan
makan yang sedikit adalah ditentukan secara
urfi, sebagian Ulama' menentukan seukuran biji
wijen atau dua biji wijen. Dan perlu diperhatikan
bahwa makan banyak ketika lupa itu hanya
membatalkan shalat namun tidak membatalkan
151
puasa, karena orang yang shalat itu memiliki
suatu gerakan (khusus) yang dapat
mengingatkannya bahwasannya ia berada
dalam shalat, berbeda dengan puasa
D. Meninggalkan satu rukun dari beberapa
rukun shalat, atau tidak terpenuhinya satu
syarat dari beberapa syarat shalat.
Pada pembatal yang terakhir ini sangat banyak
sekali perinciannya untuk rukun dan syarat
sudah disebutkan pada keterangan yang awal,
adapun yang lainnya seperti:
1. Berniat memutus shalat
2. Ragu ragu dalam memutus shalat
3. Menggantungkan memutus shalat pada
sesuatu
4. Memperpanjang rukun pendek
152
5. Terbukanya aurat dengan tidak sengaja
jika tidak langsung ditutup
6. Kejatuhan najis jika tidak langsung
dibuang, berbeda jika statusnya membawa
benda najis
7. Berhadast
8. Berpaling dari kiblat
9. Meninggalkan rukun fi'li maupun qauli
secara sengaja
10. Begitu pula dengan sengaja tidak
memenuhi/melanggar syarat-syarat pada
rukun shalat seperti:
a. Tidak membungkuk sesuai dengan
ketentuan pada saat ruku’
b. Sujud dengan tidak menggunakan
salah satu anggota yang tujuh
153
c. Tidak tuma'ninah pada salah satu rukun
yang empat yakni rukuk, i'tidal, sujud
dan duduk diantara dua sujud
d. Tidak memperdengarkan pada
dirinya sendiri pada saat melakukan
rukun qauli
e.Dan lain sebagainya, lihat pada bab
rukun-rukun shalat
11. Dan begitu juga dengan sengaja
melanggar salah satu syarat-syarat
berjamaah seperti:
a. Mendahului imam
b. Sengaja telat dalam mengikuti imam
hingga dua rukun fi'li
c. Lama menunggu imam dengan tanpa
adanya niatan mengikuti imam.
154
PENUTUP
Alhamdulillah, akhirnya penyusunan buku
saku untuk musholli ini telah selesai, berkat
pertolongan Allah Subhanahu Wata'ala, dan
dukungan dari para ikhwan fillah yang tidak
dapat kami sebut satu satu, semoga
amaliyah kecil ini bermanfaat dan menjadi
amal jariyah bagi penulis dan bagi siapa
saja yang turut membantu dan sudi
menyebar luaskannya. Amin
Kritik dan saran penulis harapkan dari para
pembaca guna perbaikan, hubungi melalui
nomor Wa 085257286591
155
PROFIL PENULIS
Penulis adalah salah satu santri di PP.
Al-Multazam Balung-Jember yang diasuh
oleh KH. ABD. CHALIQ DJ, dan Beliau KH.
Abd. Chaliq Dj. adalah santri dari Habib
Abdullah Bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang
156