Keutamaannya
Shalat witir merupakan ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan.
Shalat sunnah witir adalah salah satu shalat sunnah mu’akkad (sangat
dianjurkan) dalam Islam. Para ulama berbeda pendapat soal status hukum shalat
yang satu ini. Menurut mayoritas ulama Hanafiyah, wajib hukumnya melakukan
shalat witir, sehingga akan berdosa orang-orang yang tidak melakukannya.
Sedangkan menurut mayoritas ulama mazhab Syafi’iyah, hukum shalat witir
adalah sunnah, tidak sampai berhukum wajib. Artinya, jika dilakukan
mendapatkan pahala, jika ditinggalkan tidak berkonsekuensi dosa.
Artinya, “Jadikanlah akhir shalat kalian semua di malam hari dengan dengan
shalat witir” (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Bairut:
Darul Fikr, Damaskus, 2010], juz II, h. 185).
Hanya saja, para ulama berbeda dalam menyikapi jumlah rakaat tersebut.
Sebab, dari berbagai jumlah yang biasa dilakukan umat Islam ketika melakukan
shalat witir sangat bervariasi dan berbeda. Oleh karenanya, ada jumlah rakaat
yang lebih baik dari yang lainnya, ada juga jumlah rakaat yang sangat baik.
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith dalam kitab Taqrirat as-Sadidah
menjelaskan bahwa jumlah rakaat paling sedikit dalam shalat witir adalah satu
rakaat. Hanya saja, makruh hukumnya jika hal ini dilakukan secara terus-
menerus tanpa disertai dengan adanya udzur. Melakukan shalat witir dengan
jumlah tiga rakaat lebih baik dari satu rakaat, sedangkan paling sempurna
adalah dilakukan sampai sebelas rakaat. (Habib Zain Ibrahim bin Sumaith,
Taqriratus Sadidah, [Darul Ilmi wad Dakwah, Tarim, 2003], halaman 281-282).
2
A’la pada rakaat kesembilan, membaca surat al-Kafirun pada rakaat kesepuluh,
dan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas pada rakaat kesebelas
(Sayyid Muhammad Abdullah al-Jurdani, Fathul Allam bi Syarhi Mursyidil
Anam, [Bairut: Dar Ibnu Hazm, Lebanon, 1997], juz II, h. 73).
Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah ta’ala.”
Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Lafal niat yang pertama diucapkan ketika hendak melakukan shalat witir satu
rakaat, sedangkan lafal niat yang kedua diucapkan ketika hendak melakukan
dua rakaat.
3
Dalam praktiknya, shalat witir bisa berbeda jika dilakukan di waktu yang
berbeda. Contohnya, shalat witir yang dilakukan di selain tanggal lima belas
hari terakhir pada bulan Ramadhan, tidak dianjurkan untuk membaca doa qunut
pada rakaat yang paling akhir. Namun, jika dilakukan pada tanggal lima belas
hari terakhir di bulan Ramadhan, para ulama sepakat perihal kesunnahan
membaca doa qunut saat itu (Syekh asy-Syatiri, Syarah Yaqutun Nafis, [Bairut:
Darul Minhaj, 2010], juz 1, h. 285).
ِ ك القُ ُّد
وس ِ ُِسب َْحانَ ال َمل
Artinya, “Mahasuci Allah Dzat Yang Maha Merajai dan Yang Maha Esa.”
Bacaan dzikir di atas dibaca sebanyak 3x, dan pada bacaannya yang ketiga
dianjurkan untuk lebih mengeraskan suaranya melebihi bacaan pertama dan
kedua. Setelah itu, dilanjut dengan membaca doa berikut:
،تِ ْض بِال َعظَ َم ِة َو ْال َجبَرُو ِ ْت َواَأْلر ِ َجلَّ ْلتَ السَّمٰ َوا،ح ِ ْس َربِّ ْال َماَل ِئ َك ِة َوالرُّ و ِ ْك القُ ُّدوِ ُِسب َْحانَ ال َمل
ٰ
ك بِ ُم َعافَاتِكَ ِم ْن َ ك ِم ْن س ُْخ ِط َ ضـا َ اَللّهُ َّم إنِّ ْي َأ ُعو ُذ بِ ِر.ت
ِ ْ َوقَهَّرْ تَ ْال ِعبَا َد بِ ْال َمو،َوتَ َع َّز ْزتَ بِ ْالقُ ْد َر ِة
َ َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمن. َص ْي ثَنَا ًء َعلَ ْيكَ َأ ْنتَ َك َما َأ ْثنَيْتَ َعلَى نَ ْف ِسك ِ ْك اَل ُأح َ ك ِم ْنَ ِ َوَأ ُعوْ ُذ ب، َُعقُوبَتِك
َاضبًا فَظَ َّن اَ ْن لَّ ْن نَّ ْق ِد َر َعلَ ْي ِه
ِ َب ُمغ َ (و َذا النُّوْ ِن اِ ْذ َّذه َ َّحيْمِ ان ال َّر ِجي ِْم بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر ِ َال َّش ْيط
ٰ َت من
) َالظّلِ ِم ْين ِ ُ ت اَ ْن ٓاَّل اِ ٰلهَ آِاَّل اَ ْنتَ ُسب ْٰحنَكَ اِنِّ ْي ُك ْن ُّ فَن َٰادى ِفى
ِ ٰالظلُم
Artinya, “Mahasuci Allah Penguasa Yang Kudus, Tuhan para malaikat dan
Jibril.Engkau penuhi langit dan bumi dengan kemuliaan dan keperkasaan-Mu.
Engkau memiliki keperkasaan dengan kekuasaan-Mu, dan Engkau tundukkan
hamba-Mu dengan kematian. “Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari
kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu, dan aku
berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menyebut semua pujian untuk-
Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri. Aku berlindung kepada Allah
dari godaan setan terkutuk dari tiupan dan bisikannya, dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan (ingatlah kisah) Zun
Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa
Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat
gelap, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku
termasuk orang-orang yang zalim.”
4
Setelah membaca doa di atas, kemudian dilanjutkan dengan membaca bacaan
berikut, dan paling baik dibaca sampai 40 x bacaan,
َت ِمنَ الظَّالِ ِم ْين َ َيَا َح ُّي يَاقَيُّوْ ُم اَل ِإ ٰلهَ اِاَّل َأ ْنتَ ُس ْب َحــان
ُ ك ِإنِّ ْي ُك ْن
Artinya, “Wahai Dzat Yang Mahahidup dan berdiri sendiri, tiada tuhan selain
Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
َ لَهُ َونَ َّج ْينَاهُ ِمنَ ْال َغ ِّم َو َك ٰذلِكَ نُ ْن ِجي ْال ُمْؤ ِمنِينkفَا ْستَ َج ْبنَا
Artinya, “Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari
kedudukan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang
beriman.” (Habib Zain bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, 2003, halaman 287).
Pada hadits di atas, dengan sangat jelas Allah memberikan waktu secara khusus
dan ibadah secara khusus pula, agar umat Islam bisa mendapatkan pahala yang
lebih besar dan lebih banyak dari Tuhan-Nya. Ibaratnya, shalat witir sebagai
pelengkap dan penyempurna bagi ibadah wajib lainnya yang masih belum
sempurna.
Catatan :
Sebenarnya, shalat witir lebih baik dikerjakan di akhir malam atau menjelang
waktu shubuh. Namun bila khawatir tidak bangun pada waktu itu, Rasulullah
SAW menganjurkan pelaksanaannya sebelum tidur. Hal ini dijelaskan oleh
hadits riwayat Jabir, Rasulullah SAW berkata:
5
فإن صالة آخر، آخر الليلk ومن طمع أن يقوم آخره فليوتر، أولهkمن خاف أن اليقوم من آخر الليل فليوتر
وذلك أفضل،الليل مشهودة
Artinya, “Siapa yang khawatir tidak bangun di akhir malam, maka witirlah
terlebih dahulu. Sementara orang yang yakin bangun di akhir malam,
kerjakanlah witir di akhir malam, sebab shalat di akhir malam itu disaksikan
malaikat dan lebih utama,” (HR Muslim).
Menurut hadits ini, shalat di akhir malam disaksikan oleh para malaikat.
Tentu makhluk agung itu tidak hanya sekedar melihat. Mereka sekaligus
membawa rahmat untuk makhluk bumi. Dalam hadits lain dikatakan, Allah
SWT menurunkan rahmat-Nya pada akhir malam, sehingga siapapun yang
berdo’a kepada-Nya akan dikabulkan, (HR Ibnu Majah).