Syariah
Tata Cara Shalat Witir: Niat, Waktu, Bacaan, dan Keutamaannya
Kam, 22 Juli 2021 | 15:30 WIB
Sunnatullah
Kolomnis
Shalat sunnah witir adalah salah satu shalat sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan) dalam Islam. Para ulama berbeda pendapat soal status hukum
shalat yang satu ini. Menurut mayoritas ulama Hanafiyah, wajib hukumnya melakukan shalat witir, sehingga akan berdosa orang-orang yang tidak
melakukannya. Sedangkan menurut mayoritas ulama mazhab Syafi’iyah, hokum shalat witir adalah sunnah, tidak sampai berhukum wajib. Artinya,
jika dilakukan mendapatkan pahala, jika ditinggalkan tidak berkonsekuensi dosa. Adapun dalil yang dijadikan landasan oleh ulama mazhab
Syafi’iyah adalah hadits Rasulullah ﷺ, yaitu:
َأ َأ
َف ِإ َّن َا لّٰلَه ْتٌر ُي ِح ُّب َا ْل ْتَر، ْو ِت ُر ْو ا َي ا ْهَل اْلُقْر آ ِن
ِو ِو
Artinya, “Berwitirlah kalian semua, wahai ahli Al-Qur’an, karena sesungguhnya Allah itu ganjil, dan menyukai hal-hal yang ganjil” (HR Khuzaimah).
Ketentuan Waktu Shalat Witir
Menurut mayoritas ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, yaitu dimulai setelah
melaksanakan shalat Isya’ sampai terbitnya fajar shadiq, dan bukan setelah masuknya shalat Isya’. Artinya, jika waktu shalat Isya’ sudah masuk tapi
seseorang belum melaksanakannya, maka ia tidak dianjurkan melakukan shalat sunnah witir sebab kesunnahan shalat witir dimulai setelah
melaksanakan shalat Isya’. Ketentuan waktu ini sudah final, tanpa diperdebatkan oleh para ulama. Mereka sepakat bahwa shalat sunnah witir tidak
bisa dilakukan dan tidak sah sebelum melaksanakan shalat Isya’, atau setelah terbitnya fajar shadiq (masuk waktu shalat Subuh).
Sedangkan waktu yang lebih baik untuk melakukannya adalah pada akhir malam, tepatnya sebagai penutup dari segala ibadah-ibadah shalat yang
dilakukan pada malam hari. Hal ini berlandaskan pada sebuah hadits Rasulullah:
Shop now
Artinya, “Jadikanlah akhir shalat kalian semua di malam hari dengan dengan shalat witir” (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuh,Skip Ad
[Bairut: Darul Fikr, Damaskus, 2010], juz II, h. 185).
Jumlah Rakaat dan Bacaan Shalat Witir
Secara umum, shalat sunnah witir tidak mempunyai hitungan jumlah rakaat secara khusus. Artinya, orang yang hendak melaksanakannya tidak
dituntut melakukannya dalam rakaat tertentu. Ia boleh melakukan sesuai keinginannya asalkan berjumlah ganjil, sebagaimana namanya, witr
https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-witir-niat-waktu-bacaan-dan-keutamaannya-elGSZ 1/4
28/12/23, 13.31 Tata Cara Shalat Witir: Niat, Waktu, Bacaan, dan Keutamaannya
(ganjil). Ia boleh melakukan satu rakaat, tiga rakaat, atau lima rakaat dan seterusnya. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah ﷺdalam
sebuah hadits, yaitu:
َا ْتُر ٌّق َع َل ُك ُم ْس َم ْن َأ َح َّب َأ ْن َر ْم َفْل ْل َو َم ْن َأ َح َّب َأ ْن َر َل َفْل ْل َو َم ْن َأ َح َّب َأ ْن َر َو َد َفْل ْل
ُي ِتو ِب اِح ٍة َيْفَع ، ُي ِتو ِب َث اٍث َيْفَع ، ُي ِتو ِب َخ ٍس َيْفَع ، ْلِو َح ى ِّل ِل
ٍم
Artinya, “(Shalat) witir adalah hak bagi semua umat Islam, maka barang siapa yang suka untuk melakukan witir dengan lima rakaat, maka
lakukanlah. Barang siapa yang suka melakukan witir dengan tiga rakaat, maka lakukanlah. Dan, barang siapa yang yang suka melakukan shalat
witir dengan satu rakaat, maka lakukanlah.” (HR Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Hanya saja, para ulama berbeda dalam menyikapi jumlah rakaat tersebut. Sebab, dari berbagai jumlah yang biasa dilakukan umat Islam ketika
melakukan shalat witir sangat bervariasi dan berbeda. Oleh karenanya, ada jumlah rakaat yang lebih baik dari yang lainnya, ada juga jumlah rakaat
yang sangat baik.
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith dalam kitab Taqrirat as-Sadidah menjelaskan bahwa jumlah rakaat paling sedikit dalam shalat witir adalah satu
rakaat. Hanya saja, makruh hukumnya jika hal ini dilakukan secara terus-menerus tanpa disertai dengan adanya udzur. Melakukan shalat witir
dengan jumlah tiga rakaat lebih baik dari satu rakaat, sedangkan paling sempurna adalah dilakukan sampai sebelas rakaat. (Habib Zain Ibrahim bin
Sumaith, Taqriratus Sadidah, [Darul Ilmi wad Dakwah, Tarim, 2003], halaman 281-282).
Adapun bacaan-bacaan surat ketika melakukan shalat witir adalah sebagai berikut:
1. Jika shalatnya satu rakaat maka bacaan surat yang dianjurkan adalah membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas setelah membaca surat al-
Fatihah.
2. Jika shalatnya tiga rakaat maka bacaan surat yang dianjurkan adalah membaca surat al-A’la pada rakaat pertama, membaca surat Al-Kafirun
pada rakaat kedua, dan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas pada rakaat yang ketiga.
3. Jika shalatnya melebihi tiga rakaat maka disunnahkan membaca surat Al-Qadr di setiap awal rakaat, dan membaca surat al-Kafirun pada
rakaat yang kedua. Kesunnahan ini terus berlanjut mulai dari rakaat pertama sampai pada rakaat kedelapan. Sedangkan bacaan surat pada
rakaat kesembilan mengikuti bacaan yang telah dijelaskan pada poin 2, yaitu membaca surat al-A’la pada rakaat kesembilan, membaca surat
al-Kafirun pada rakaat kesepuluh, dan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas pada rakaat kesebelas (Sayyid Muhammad Abdullah al-
Jurdani, Fathul Allam bi Syarhi Mursyidil Anam, [Bairut: Dar Ibnu Hazm, Lebanon, 1997], juz II, h. 73).
Tata Cara Melakukan Shalat Witir
Sebagaimana ketentuan shalat sunnah pada umumnya, shalat witir juga mempunyai syarat dan rukun yang harus dipenuhi, yaitu dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, membaca al-Fatihah, ruku’, i’tidal, sujud, dan lainnya. Hanya saja, dalam praktik pelaksanaannya, shalat
witir bisa dilakukan dengan dua cara apabila jumlah rakaat yang dilakukan melebihi dari satu rakaat. Dua cara tersebut adalah:
1. Boleh menyambung (washal), yaitu menggabungkan rakaat terakhir dengan rakaat sebelumnya. Contoh: melakukan shalat witir sebelas rakaat
dengan satu kali takbiratul ihram dan satu salam.
2. Boleh dilakukan secara terpisah (fashal), yaitu memisah rakaat sebelumnya dengan rakaat sesudahnya. Contoh: melakukan shalat witir 10
rakaat dengan satu salam lalu ditambah satu rakaat dengan satu salam, atau bisa juga dilakukan dengan satu salam pada tiap dua rakaat. Cara
yang kedua ini lebih utama daripada cara yang pertama. (Habib Zain bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, 2003, h. 287).
Adapun niat shalat witir, yaitu:
َل ْت ًة ًة ُأ
َص ِّلْي ُسَّن ِم َن اْلِو ِر َرْكَع ِلّٰلِه َتَعا ى
Artinya, “Mahasuci Allah Dzat Yang Maha Merajai dan Yang Maha Esa.”
Bacaan dzikir di atas dibaca sebanyak 3x, dan pada bacaannya yang ketiga dianjurkan untuk lebih mengeraskan suaranya melebihi bacaan
pertama dan kedua. Setelah itu, dilanjut dengan membaca doa berikut:
َا لّٰلُهَّم إ ْي َأ ُعوُذ َضـاَك ِم ْن ُس ْخِطَك ُمَعاَف اِت َك ِم ْن. اْلِعَباَد اْلَمْو ِت َم َو ْل َبُر ْو َو َّز ْز َت ْد َر َو َق ْر َت َأ َم َل َك َو ُّر ْو َج َّلْلَت
َّه، ِب اْلُق ِة َتَع، ِب الَعَظ ِة ا َج ِت َو َو ْل ْر ُّد
، َحا الَم ِلِك الُق ْو ِس َر ِّب اْل اِئ ِة ال ِح
ُس ْب َن
ِب ِبِر ِّن ِب الَّسٰم اِت ا ِض
ٰد َّن َا ْن ْن َر َع َل َف ُم َّر ْي َو َذ ْو ْذ َّذ َّر ْح َن َأ ْو ُذ َك َب َك َو َأ ْو ُذ َك َك َل ُأ ْي َث ًء َع َل َك َأ ْنَت َك َأ ْثَن َت َع َل
َّل َّنْقِد ْيِه َنا ى ِف ى َب
ال ِح م ( ا الُّن ِن ِا َه َغاِضًبا َفَظ َّر ْي ْس
ُع ِب اللِه ِم الَّشْيَطاِن ال ِج ِم ِب ِم اللِه ال َمِن. َم ا ْي ى َنْفِس ُع ِب ِم ْن ا ْحِص َنا ْي، ُعُقو ِت
َن ُت ُل َا ْن َّلٓا ٰلَه َّلٓا َا ْنَت ُس ْب َك
) ٰحَن ِا ِّن ْي ُكْن ِم َن الّٰظِل ِم ْي ِا ِا الُّظ ٰمِت
Artinya, “Mahasuci Allah Penguasa Yang Kudus, Tuhan para malaikat dan Jibril. Engkau penuhi langit dan bumi dengan kemuliaan dan
keperkasaan-Mu. Engkau memiliki keperkasaan dengan kekuasaan-Mu, dan Engkau tundukkan hamba-Mu dengan kematian. “Ya Allah, aku
berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku
tidak bisa menyebut semua pujian untuk-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri. Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan terkutuk
dari tiupan dan bisikannya, dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika
dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap,
‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Setelah membaca doa di atas, kemudian dilanjutkan dengan membaca bacaan berikut, dan paling baik dibaca sampai 40 x bacaan,َأ
َي اَح ُّي َي اَق ُّيْو ُم َلا ٰلَه ِا َّلا ْنَت ُس ْب َحــاَنَك ْي ُكْنُت َن الَّظاِل ْي َن
ِم ِم ِإ ِّن ِإ
Artinya, “Wahai Dzat Yang Mahahidup dan berdiri sendiri, tiada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang
zalim.”
Setelah itu, kemudian diakhiri dengan membaca ayat berikut:
َف اْس َت َجْبَنا َل ُه َو َن َّجْيَناُه َن اْلَغ َوَك ٰذ َك ُن ْن اْلُمْؤ ِن َن
ِم ي ِّم ِل ِج ي ِم
Artinya, “Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedudukan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang
beriman.” (Habib Zain bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, 2003, halaman 287).
Keutamaan Shalat Witir
Ada banyak teks-teks hadits Rasulullah ﷺyang menyebutkan keutamaan shalat witir, di antaranya:
َا َش َل َل َخ َل َا َّن َه َّز َو َج َّل َق ْد َأ َّد
َو ِه َى ُكْم َم ا َب ْي َن َص ل ِة اْلِع اِء ِإ ى ُطُلوِع اْلَفْجر، َم ُكْم ِبَص ل ٍة ِه َى ْيٌر ُكْم ِم ْن ُح ْمِر الَّنَعِم ِإ الّٰل َع
Artinya, “Sesungguhnya, Allah ﷻtelah menyediakan kepada kalian semua sebuah shalat, yang ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu
shalat witir, dan menjadikannya berada di antara shalat Isya’ hingga terbitnya fajar (shadiq)” (HR Abu Daud).
Pada hadits di atas, dengan sangat jelas Allah memberikan waktu secara khusus dan ibadah secara khusus pula, agar umat Islam bisa
mendapatkan pahala yang lebih besar dan lebih banyak dari Tuhan-Nya. Ibaratnya, shalat witir sebagai pelengkap dan penyempurna bagi ibadah
wajib lainnya yang masih belum sempurna. Wallahu A’lam.
Ustadz Sunnatullah, pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Editor: Mahbib Khoiron
Kolomnis: Sunnatullah
Tags
Terpopuler
1 Kitab Tafsir Hidayatul Qur’an Karya KH Afifudin Dimyathi: untuk Kemanusiaan dan Peradaban
2 Ketua PBNU Dorong Sekolah dan Pesantren Lakukan Sinkronisasi Waktu Libur
3 Khutbah Jumat: Cara dan Keutamaan Memakmurkan Masjid
4 Gus Yahya Apresiasi Kamus Al-Munawwir Versi Digital, Bakal Diintegrasikan dalam Supper App NU
https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-witir-niat-waktu-bacaan-dan-keutamaannya-elGSZ 3/4
28/12/23, 13.31 Tata Cara Shalat Witir: Niat, Waktu, Bacaan, dan Keutamaannya
5 Arsitektur Khas Tionghoa, Masjid Lautze 2 Bandung Potret Akulturasi di Tatar Sunda
6 Esok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Akhirah 1445 H, Pahalanya Senilai Puasa Setahun
Nasional
https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-witir-niat-waktu-bacaan-dan-keutamaannya-elGSZ 4/4