Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Rukun Islam kedua setelah ikrar dua kalimat syahadat adalah shalat. Telah ada
kesepakatan (ijma’) dikalangan kaum muslimin terutama para ulamanya tentang kewajiban
shalat lima waktu. Orang yang mengingkari kewajiban shalat, atau meninggalkannya dengan
sengaja secara terus-menerus, dihukumi kafir.

Dalam ajaran Islam, shalat sebagai ibadah yang paling awal disyariatkan memiliki
kedudukan yang paling penting dari lima rukun Islam yang ada. Julukan “ash-shalatu ‘imad al-
din” (shalat adalah tiang agama) yang diberikan Rasulullah saw. Dalam beberapa sabdanya,
mengisyaratkan keunggulan ibadah yang satu ini. Demikian pula dengan Hadits yang lain yang
menyatakan bahwa shalat sebagai amalan pertama yang akan ditanyakan oleh malaikat di alam
akhirat nanti.

Selain itu shalat merupakan satu-satunya ibadah yang paling banyak disebutkan di dalam
al-Quran. Tidak ada ibadah lain yang penyebutannya dalam al-Quran diulang-ulang sebanyak
shalat. Maka dalam makalah ini pemakalah akan membahas tentang ayat-ayat al-Quran yang
khusus memuat tentang ibadah shalat, dzikir, do’a dan asma’ul husna.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Shalat

Shalat ialah berharap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa
perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan akhiri dengan salam serta menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan syara.

1. Ayat Ayat tentang Shalat

Ayat-ayat yang membahas perihal salat dalam al-Qur’an bersifat global, karena itu kita
tidak akan menemukan ayat yang secara rinci menjelaskan teknis bagaimana mengawali dan
mengakhiri shalat. Jumlah rakaat itu sifatnya tauqifiy, tidak perlu ada kajian khusus untuk
membahasnya. Ayat–ayat mengenai salat bertebaran dalam al-Qur’an, ini menunjukkan bahwa
salat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam agama dan memiliki hikmah yang sangat
besar.

a. Al-Baqarah Ayat 43-46

َ َّ‫) َأتَْأ ُمرُونَ الن‬43( َ‫ َم َع الرَّا ِك ِعين‬:‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا‬
َ‫اس بِ ْالبِ ِّر َوتَ ْن َسوْ نَ َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم تَ ْتلُون‬ َّ ‫ ال‬:‫َوَأقِي ُموا‬
‫) الَّ ِذينَ يَظُنُّونَ َأنَّهُ ْم‬45( َ‫صاَل ِة َوِإنَّهَا لَ َكبِي َرةٌ ِإاَّل َعلَى ْالخَا ِش ِعين‬ َّ ‫صب ِْر َوال‬ َّ ‫ بِال‬:‫) َوا ْستَ ِعينُوا‬44( َ‫َاب َأفَاَل تَ ْعقِلُون‬َ ‫ْال ِكت‬
ِ ‫ُماَل قُو َربِّ ِه ْم َوَأنَّهُ ْم ِإلَ ْي ِه َر‬
)46( َ‫اجعُون‬

Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang
yang ruku’. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
Maka, tidaklah kamu berpikir? Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,
(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan kembali kepadanya” (QS. Al-
Baqarah [2]: 43-46)

2
Tafsir Mufradat
‫ الصلوة‬  : Secara harfiah berarti doa, menurut terminology syara’ ialah serangkaian ucapan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.1
‫البر‬::::‫ب‬    : Kebajikan yang sangat luas (banyak), diantaranya kata “al-barru” dan “al-
barriyah” digunakan untuk sebutan bagi lapangan yang luas.2

‫ بالصبر‬  : Menahan diri dari melakukan hal-hal yang tercela atau kurang disenangi

‫لكبيرة‬     : Teramat berat

‫ الخشعين‬: Orang-orang yang mengkonsntrasikan seluruh anggota badan dan curahan perhatian
kepada Allah swt.

Penafsiran Ayat
Pada surah al-Baqarah ayat 43, Allah memerintahkan umat manusia supaya menegakkan
shalat, menunaikan zakat dan rukuk bersama-sama dengan orang-orang lain yang mau rukuk.
Sedangkan pada ayat 44, Allah mengingatkan agar Kaum Muslim jangan sampai seperti
sebagian Yahudi yang menyuruh orang lain berbuat kebajikan, sedangkan dirinya sendiri
dikorbankan.
Dalam ayat 45, Allah memerintahkan umat manusia supaya memohon pertolongan
kepada Allah dengan sabar dan shalat, dan sekaligus mengingatkan bahwa kedua perbuatan
tersebut memang sangat berat bagi kebanyakan orang, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’
yaitu orang-orang yang oleh ayat 46 surah yang sama dinyatakan sebagai orang-orang yang
yakin benar bahwa dirinya akan menjumpai Allah kelak di alam akhirat. Inilah intisari khusyu’
yang penting diperhatikan, bukan semata-mata berusaha mengkonsentrasikan seluruh pikiran di
saat-saat menegakkan shalat yang cukup sukar seperti yang umum dikenal banyak orang.

Sabab Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat 44 surah al-Baqarah di atas turun
berkenaan dengan kasus salah seorang Rahib Yahudi Madinah yang berkata kepada menantu,

1
Al-Hashri, Tafsir Ayat Ahkam, (Dar al-Jayl, Beirut-Lubnan,)
2
 Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, VOL. 1, vol. 1, Dar (al-Fikr, Beirut-Lubnan), halaman 104

3
kaum kerabat dan saudara sesusunannya yang telah masuk Islam, seraya berkata, “Tetaplah
kamu kepada agama yang kamu anut” (Islam), dan amalkanlah apa-apa yang diperintahkan
Muhammad, karena perintahnya itu memang benar. Ttetapi, ia sendiri tidak mau melakukan apa
yang dia ucapkan. “Lalu turunlah ayat “ata’muruna al-nasa bil-birri wa-tansauna
anfusakum” dan seterusnya. Ayat  ini pada dasarnya mengingatkan semua umat manusia
khususnya Kaum Muslim agar sekiranya tidak bersikap seperti para Rahib Ahli Kitab.
َّ ‫ َوَأقِي ُموا ال‬ berkata Muqatil, firman Allah ini ditujukan kepada orang-
ْ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َو‬
َ‫ار َك ُعوا َم َع ال َّرا ِك ِعين‬
orang ahli kitab supaya menegakkan shalat bersama-sama Nabi saw., menunaikan zakat dan
rukuk bersama-sama orang-orang yang rukuki dari umat Nabi Muhammad saw., 3 Allah swt.
Mengkhususkan penyebutan kata rukuk dalam ayat ini, demikian kata Imam Nawawi al-Bantani,
dalam rangka mendorong orang-orang Yahudi supaya menegakkan shalat secara bersama-sama
kaum Muslim. Sebab, dalam sembahyang mereka tidak dikenal gerakan rukuk.4

َ ُ‫س ْونَ َأ ْنف‬


‫س ُكم‬ َ َّ‫َأتَْأ ُمرُونَ الن‬, khithab (sasran pembicaraan) ayat ini, paling tidak menurut analisa
َ ‫اس بِا ْلبِ ِّر َوتَ ْن‬
mufassir, ditujukan kepada ahbar dan ruhban (para pendeta Yahudi dan Nashrani), yang
disinyalir memerintahkan umatnya supaya berbuat kebajikan, tetapi mereka sendiri tidak
melakukan apa yang mereka ucapkan. Yang dimaksud dengan “al-nisyan” pada ayat diatas
adalah meninggalkan dengan sengaja, bukan karena sebab lupa atau lainnya.

َ ‫ َوَأ ْنتُ ْم تَ ْتلُونَ ا ْل ِكت‬ , padahal kamu (tokoh-tokoh ahli kitab) dan pandai membaca al-Kitab (Taurat
  ‫َاب‬
dan Injil), dan karenanya kamu tentu mengetahui persis sebagai kebajikan yang kalian
perintahkan melakukannya kepada para pengikut kalian yang mengetahui. َ‫ون‬::ُ‫َأفَاَل تَ ْعقِل‬, yakni
apakah kamu tidak menggunakan akal pikiranmu Hai Ahli Kitab? Perlu diingat disini bahwa,
meskipun khitab ayat diatas  ditunjukkan kepada para pendeta (ahbar dan ruhban) Ahli Kitab,
namun tidak berarti ayat ini tidak memberikan sindiran kepada kaum Muslim, terutama yang
mengetahui ajaran-ajaran al-Qur’an. Ayat tersebut menggambarkan betapa jelek  orang-orang

3
K. HAL. O. Shaleh, dkk., Asbabun Nuzul, (Diponegoro, Bandung, 1980), halaman 24; al-
Maraghi, halaman 105.
4
Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Karim, VOL. 1, (al-Haramayn, Sinqafurah), (t.t.), halaman 84.

4
yang mengetahui ajaran kitab sucinya, dan memerintahkan orang lain supaya berbuat kebajikan,
sementara dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Orang-orang seperti inilah yang mendapatkan
peringatan keras dari Allah sebagaimana firman Allah:

َ‫َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هَّللا ِ َأنْ تَقُولُوا َما اَل تَ ْف َعلُون‬

“Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan
(QS. As-Shaff 61)

‫صاَل ِة‬ َّ ‫ست َِعينُوا بِال‬


َّ ‫ص ْب ِر َوال‬ ْ ‫وا‬  terdapat
َ perbedaan pendapat di kalangan para ahli tafsir tentang makna
sabar dalam firman Allah ini. Ada yang mengartikan dengan puasa (menahan diri), dan ada pula
yang mengartikannya mencegah dari melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, dan
membarenginya dengan menunaikan berbagai ibadah. Dan ibadah yang paling tinggi nilainya
adalah Shalat. Jadi, dalam ayat ini Allah memerintahkan hambaNya yang mengharapkan
kebaikan dunia akhirat supaya memohon kepada Allah swt, dengan sikap sabar dan shalat. Isim
dhamir (wa innaha) pada ayat ini bisa kembali kepada “ista’inu” dan juga kepada “ash
shalat” atau keduanya, bahkan bisa juga terhadapa semua urusan. Demikian kata al-
Zamakhsyari.

ِ ‫يرةٌ ِإاَّل َعلَى ا ْل َخ‬NNN


َ‫ ِعين‬NNN‫اش‬ َ ِ‫ا لَ َكب‬NNN‫ َوِإنَّ َه‬, yakni sesungguhnya shalat itu memang terasa berat untuk
mengerjakannya, kecuali bagi orang-orang yang benar berhati lapang seraya merendahkan
dirinya kepada Allah swt, dengan merasa takut akan siksaanNya yang sangat dahsyat. Mereka
itulah yang dimaksud dengan orang-orang yang khusu’, yaitu orang-orang yang lebih jauh
dikemukakan dalam al-Qur’an sendiri pada ayat-ayat berikutnya:

ِ ‫الَّ ِذينَ يَظُنُّونَ َأنَّ ُه ْم ُماَل قُو َربِّ ِه ْم َوَأنَّ ُه ْم ِإلَ ْي ِه َر‬, orang-orang yang yakin benar bahwa kelak mereka akan
َ‫اجعُون‬
menjumpai Allah kelak di akhirat. Bagi mereka ini, orang-orang yang khusu’, shalat itu bukanlah
pekerjaan yang berat, melainkan sebaliknya, sebagai sesuatu yang menyenangkan dan
menentramkan.

b. Q. S. Al-Isra : 78

5
ْ ‫ق الَّ ْي ِل َو قُ ْر ٰانَ ا ْلفَ ْج ۗ ِر اِنَّ قُ ْر ٰانَ ا ْلفَ ْج ِر َكانَ َم‬
‫ش ُه ْودًا‬ َ ‫س اِ ٰلى َغ‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ص ٰلوةَ لِ ُدلُ ْو ِك ال‬
ِ ‫ش ْم‬ َّ ‫اَقِ ِم ال‬

Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (oleh malaikat).

o Tafsir Mufradat
ُ ْ‫ ُدلُو‬          : Tergelincirnya matahari
‫ك ال َّش ْمس‬
‫ق الَّي ِْل‬
ُ ‫ َغ َس‬             : Kegelapan malam yang pekat

‫قُرْ ٰانُ ْالفَجْ ر‬            : Shalat shubuh

o Penafsiran Ayat
Ayat ini menjelaskan tentang waktu-waktu shalat wajib. Tegasnya dirikanlah sembahyang lima
waktu sejak tergelincir matahari yaitu permulaan waktu zuhur dan matahari itu sesudah
tergelincir di tengah hari dari pertengahan siang akan condong terus ke Barat sampai dia
terbenam. Oleh sebab itu dalam kata “tergelincir matahari” termasuklah Zuhur dan Ashar,
sampai ke gelap gulita malam. Artinya apabila matahari telah terbenam ke ufuk Barat, datanglah
waktu Maghrib. Bertambah matahari terbenam ke balik bumi hilanglah syafaq yang merah, maka
seketika itu masuklah waktu Isya. 5
Kemudian disebutkanlah Quranul Fajri yang secara harfiah berarti bacaan di waktu fajar, tetapi
karena ayat ini berbicara dalam konteks kewajiban shalat, maka semua penafsir Sunnah/Syi’ah
menyatakan bahwa yang dimaksud adalah shalat Shubuh. Penggunaan istilah khusus ini untuk
shalat fajar karena ia mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu disaksikan malaikat. 6
Sebagaimana sabda Rasul SAW : “Shalat shubuh itu disaksikan oleh para malaikat malam dan
para malaikat siang” (H.R.Tirmidzi).7

Shalat Shubuh disebut dengan Quranul Fajri karena, di waktu Shubuh hening pagi itu dianjurkan
membaca ayat-ayat Al-Quran  agak panjang dari waktu lain.
5
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura : Kejaya Pnont Pte Ltd, 2007). Halaman 410
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2001). Halaman 165

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Mesir : Mustafa Al-Babi Al-Halabi, 1974).


7

Halaman 161

6
o Pokok Kandungan Ayat :
–        Perintah untuk mendirikan shalat lima waktu
–        Petunjuk waktu-waktu shalat wajib
–       Informasi bahwa keutamaan shalat shubuh itu disaksikan malaikat siang dan malaikat
malam.

c. Q. S. Hud : 114
َّ ِ‫ت ۗ ٰذلِكَ ِذ ْك ٰرى ل‬
‫لذا ِك ِر ْين‬ ِ ‫سيِّ ٰا‬
َّ ‫ت يُ ْذ ِهبْنَ ال‬ َ ‫ص ٰلوةَ طَ َرفَ ِي النَّ َها ِر َو ُزلَفًا ِّمنَ الَّ ْي ِل ۗ اِنَّ ا ْل َح‬
ِ ‫س ٰن‬ َّ ‫۞ َو اَقِ ِم ال‬

Artinya : Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

o Tafsir Mufradat
‫زلَفًا ِّمنَ الَّي ِْل‬          
ُ : bagian dari awal malam
ِ َ‫طَ َرفَ ِي النَّه‬           : tepi siang, maksudnya Shubuh dan Ashar
‫ار‬

o Penafsiran Ayat
Ayat ini mengajarkan laksanakanlah shalat dengan teratur dan benar sesuai dengan ketentuan ,
rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya pada kedua tepi siang, yakni pagi dan petang, atau Shubuh
dan Zuhur dan Ashar (diriwayatkan dari Al-Hasan Qatadah dan Ad-Dahak, bahwa yang
dimaksud ialah shalat Shubuh dan Ashar8, pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dua
tepi siang adalah shalat Shubuh dan Zuhur, Ashar, Maghrib9) dan pada bagian permulaan dari
malam yaitu Maghrib dan Isya.
Kata zulafan adalah bentuk jamak dari kata zulfah yaitu waktu-waktu yang saling berdekatan.
Tsa’labi mengatakan bahwa arti zulafan ialah permulaan malam. Al-Akhfasy mengatakan arti
zulafan ialah seluruh saat-saat malam, tetapi beliau mengakui asal makna dari zulafan adalah
dekat. Memanglah Maghrib dan Isya itu masih permulaan dari malam.10

8
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,…Halaman 184
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,…Halaman 773
10
 Hamka, Tafsir Al-Azhar,… Halaman 3562

7
Innal hasanata yudzhibnas sayyiaat ditafsirkan yakni perbuatan-perbuatan baik yang didasari
oleh keimanan dan ketulusan akan dapat membentengi diri seseorang sehingga dengan mudah ia
dapat terhindar dari keburukan-keburukan. Selain itu juga dapat ditafsirkan bahwa Allah SWT
mengampuni dosa-dosa kecil apabila seseorang telah mengerjakan amal-amal
shaleh.11 Sebagaimana yang tertuang dalam Q. S .An-Nisa : 31 yang artinya “Jika kamu
menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya
Kami hapus kesalahan-kesalahanmu, dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia”. Juga
seperti yang disabdakan Rasul : “Dan iringilah keburukan dengan kebaikan, sesungguhna
kebaikan itu menghapus keburukan”.12

Al-hasanat ada yang memahaminya secara khusus yakni shalat dan istighfar, tetapi pendapat
yang lebih baik adalah yang memahaminya secara umum, yaitu seluruh kebajikan. Namun
demikian kata sayyiaat harus dipahami dalam bentuk khusus yakni, keburukan (dosa) kecil.13

o Pokok Kandungan Ayat :


–          Perintah mendirikan shalat wajib dan petunjuk waktu-waktunya
–          Perintah untuk selalu berbuat baik karena dapat menghapus dosa

o Sabab Nuzul :
Seorang laki-laki telah melakukan dosa dengan memegang-megang wanita  dengan nafsu birahi
saat dia sedang mengobati wanita itu. Lalu ia merasa bersalah dan mengadukan hal itu pada
Umar dan Abu Bakar, dan mereka berdua menasihati bahwa hal tersebut dirahasiakan saja, sebab
Allah pun telah menutup rahasia itu. Namun karena masih merasa bersalah, lalu ia datang kepada
Rasul seraya berkata : ”Itulah kesalahanku yang aku telah terlanjur melakukannya. Inilah aku ya
Rasulullah ! Hukumlah aku bagaimana baiknya !”. Namun Rasul diam saja sehingga laki-laki itu
pergi dengan muka muram. Kemudian Rasulullah mengikutinya dan dipanggilnya kembali laki-
laki itu, lalu membacakan ayat ini.14

11
 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,…Halaman 774
12
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,…Halaman 187
13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,…Halaman 774
14
Hamka, Tafsir Al-Azhar,… Halaman 3565

8
B. Dzikir

1. Definisi dan dalil dzikir


Dzikir menurut konteks bahasa mengandung beberapa pengertian, mengandung arti
"Menceritakan" (QS. Maryam : 56), "Al-Qur'an" (QS. Al-Anbiya : 50), "Shalat" (QS. Al
Baqarah : 239), "Wahyu" (QS. Al Qamar : 25) dan sebagainya.
Arti Dzikir yang sebenarnya adalah suatu cara / media untuk menyebut/mengingat nama Allah,
jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir
seperti shalat (QS. Thoha : 14), tetapi lebih spesifik lagi dzikir dibatasi dengan kata mengingat
Allah dengan lisan dan hati. Dalil berdzikir (QS. Al Ahzab : 41). (QS. Al Baqarah : 152).

"Siapa yang ingin bersenang - senang ditaman syurga, perbanyaklah dzikir". (HR.Thabrani).

2. Sebutan dan nama dalam dzikir


Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama memberi sebutan dzikir yang digunakan
dalam keadaan tertentu.

-Basmalah : diucapkan setiap memulai sesuatu

-Hamdalah / Tahmid : diucapkan setiap meakhiri sesuatu

-Istigfar : diucapakan ketika melihat / mendengar sesuatu yang tidak diinginkan atau untuk
memohon ampun

-Hauqalah : diucapkan ketika melihat / mendengar sesuatu yang dibenci

-Al Masyiah : diucapakan apabila ingin mengerjakan sesuatu yang hebat atau ajaib.

-Tahlil / Syahadah : diucapkan ketika memasukkan orang non muslim kedalam agama islam /
bacaan wajib bagi orang muslim didalam shalat.

-Tasbih : diucapkan ketika melihat atau mendengar kekuasaan Alloh.

Pemberi nama dalam dzikir biasanya diberikan nama orang yang pertama mendapatkan dzikir
atau orang yang yang menyusun dzikir-dzikir dalam satu susunan, seperti Hijib Nawawi dzikir

9
yang ditulis oleh Syeikh Nawawi Al-Bantany, Ratib Al-Haddad dzikir yang disusun oleh Al
Habib Alawi Al Haddad, Ratib Al-Aththas dzikir yang disusun oleh Al Habib Ali bin Husain Al
Aththas.

3. Anggota tubuh dalam Dzikir.


Pada hakikatnya semua anggota tubuh manusia dapat digunakan sebagai dzikir asalkan
digunakan untuk bersyukur atau mendekatkan diri kepada Alloh, seperti shalat ,puasa dan pergi
haji . Tetapi para ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua bagian :

1. Dzikir Billisan :
Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakkan kedua bibir.
ً ‫ا‬: ‫َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَاب‬
ْ ‫صالَةَ َكان‬
َّ ‫صالَةَ ِإ َّن ال‬ ْ ‫اط َمْأنَنتُ ْم فََأقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬ ْ ‫ُوا هّللا َ قِيَاما ً َوقُعُوداً َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم فَِإ َذا‬
ْ ‫صالَةَ فَ ْاذ ُكر‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
َ َ‫فَِإ َذا ق‬
ً ‫َّموْ قُوتا‬

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu
duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. "(QS. Annisa : 103).

Mu'az bertanya kepada Nabi tentang amal yang paling utama. Nabi menjawab : "Sampai mati
lidahmu basah dengan berdzikir kepada Alloh". (HR. Al Baihaqi). Dalam Hadits Qudsi
dikatakan : "AKU selalu bersama hambaKU apabila ia mengingatKU dengan menggerakkan
kedua bibirnya".

Berzikir dengan lisan ada dua cara :


Pertama : Sir : berdzikir dengan suara perlahan sekiranya hanya terdengar oleh telinga orang
yang berdzikir, orang tasauf menamakan dzikir ini adalah "Azzikru Bissirry" yang merupakan
cara berdzikir yang paling Afdhol.

َ ‫ض ُّرعا ً َو ِخيفَةً َودُونَ ا ْل َج ْه ِر ِمنَ ا ْلقَ ْو ِل ِبا ْل ُغ ُد ِّو َواآل‬


َ‫صا ِل َوالَ تَ ُكن ِّمنَ ا ْل َغافِلِين‬ ِ ‫َو ْاذ ُكر َّربَّ َك فِي نَ ْف‬
َ َ‫س َك ت‬

10
"Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai." (QS. Al Araf : 205)

Kedua :Jahar : berdzikir dengan suara keras sekira terdengar telinga orang yang berdzikir dan
orang yang didekatnya.

2. Dzikir Bilqolbi :

Berzikir dengan menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengar oleh telinga. (QS. Ali Imran :
135).
ُ ُ‫الَّ ِذينَ آ َمنُو ْا َوتَ ْط َمِئنُّ قُلُوبُ ُهم ِب ِذ ْك ِر هّللا ِ َأالَ بِ ِذ ْك ِر هّللا ِ تَ ْط َمِئنُّ ا ْلقُل‬
‫وب‬

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Rad : 28)

Setiap zikir Billisan dan Bilqolbi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Zikir billisan dengan
suara jahar kelebihannya disamping berzikir secara tidak langsung dapat mengajarkan orang
yang disekitarnya untuk mengikuti zikirannya seperti zikir sesudah shalat Fardhu yang dipandu
oleh imam.

Sabda Nabi : "Siapa yang mengajarkan / menunjukkan seseorang dalam kebaikan pahalanya
sama dengan orang yang mengarjakannya". Akan tetapi kekurangannya dekat kemungkinan
menjadikan orang yang berzikir menjadi Riya ( rasa ingin dipuji) dan Ujub (merasa dirinya lebih
dari orang lain), kecuali orang-orang yang dipelihara oleh Allah. Zikir dengan Sir atau Bilqolbi
pahala dan zikirannya hanya untuk orang yang membaca zikir tersebut, tetapi jauh kemungkinan
menimbulkan sifat yang buruk.

4. Jumlah dalam ber-Dzikir


Pada hakikatnya Allah menyuruh hambanya banyak berzikir dan jangan sampai lalai kepadaNya
dalam sedetikpun.
ً‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ْاذ ُك ُروا هَّللا َ ِذ ْكراً َكثِيرا‬

11
"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya" (QS. AL Ahzab : 41)

ِ ‫سبِّ ُحوهُ بُ ْك َرةً َوَأ‬


‫صيل‬ َ ‫َو‬

"Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang " (QS. AL Ahzab : 42)

Bahkan termasuk golongan orang munafik yang sedikit zikirnya. tetapi ada zikir yang dibatasi
dengan jumlah tertentu karena mempunyai keistimewaan dan ada maksud tertentu. Sabda
Nabi :"Aku ber-Istigfar sehari semalam 100 kali ".

Istigfar ini menunjukkan rasa syukurnya beliau dijadikan Nabi yang Makshum (terbebas dari
dosa). "Siapa yang membaca :Laa ilaaha illalloh wahdahu laasyariilalah lahul mulku wahul
hamdu wahuwa alaa kulli syai'in qodiir.sehari 200 kali maka orang-orang yang sesudah dan
sebelum-mu selalu berbuat baik kepadamu".

Jumlah zikir dengan bilangan tertentu sering dipakai oleh para Ahli Thariqah dan Ahli Hikmah,
karena mempunyai kelebihan dan tujuaan tertentu, seperti membaca Shalawat "Kamilah" 4444
kali dengan maksud keselamatan dan bentang dari musuh.Angka-angka yang mereka tentukan
berdasarkan dari hasil Mujahadah (kesungguhan jiwa) dan Riyadhah (latihan jiwa) dalam
menjalankan tasawuf

5. Sikon dalam ber-Dzikir dan larangannya

Pada dasarnya berzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingat kepada Sang
Pencipta tidak boleh dibatasi oleh apapun, kecuali ada hal-hal tertentu yang dilarang untuk
mengerjakannya.
Berzikir boleh dilakukan dalam kondisi berdiri, duduk atau berbaring
ً ‫صالَةَ َكانَتْ َعلَى ا ْل ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابا‬ َّ ‫اذ ُك ُرو ْا هّللا َ ِقيَاما ً َوقُ ُعوداً َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم فَِإ َذا ا ْط َمْأنَنتُ ْم فََأقِي ُمو ْا ال‬
َّ ‫صالَةَ ِإنَّ ال‬ ْ َ‫صالَةَ ف‬ َ َ‫فَِإ َذا ق‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
ً ‫َّم ْوقُوتا‬

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu
duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah

12
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. " (QS. An-Nisa : 103).

Ibnu Abbas berkata : "Ayat ini mengandung pengertian boleh berzikir pada waktu siang atau
malam, didaratan atau dilautan, sedang bepergian dalam kendaraan atau disuatu tempat dan
dalam kondisi apapun seperti, sakit atau sehat, sendiri atau ramai ".

Larangan dalam berzikir :

Zikir Bilqolbi tidak ada larangan sama sekali, tetapi zikir Billisan mempunyai larangan tertentu :
1. Berzikir pada tempat yang bernajis seperti WC atau kamar mandi.

2. Wanita yang sedang Haidh atau orang yang sedang junub (hadats besar) dilarang membaca
sesuatu yang diambil dari Al Quran, seperti Basmalah atau Innalillahi wainna ilahi raajiun
dengan maksud membaca Al Quran.

َ‫سهُ ِإاَّل ا ْل ُمطَهَّرُون‬


ُّ ‫اَّل يَ َم‬

"tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan."(QS. Al Waqiah : 79). Sabda Nabi :
"Tidak boleh ada yang menjamah Al Qur'an kecuali orang yang suci"

3. Orang yang sedang menjalankankan maksiat kepada Alloh , seperti sedang berjudi, berzina
atau meminum- minuman keras dengan maksud mengejek Alloh.

6. Mashdar Dzikir :
Mashdar zikir artinya tempat / sumber pengambilan zikir yang kita peroleh dan kita
amalkan.Mashdar zikir ada dua :
1. Ma'tsur yaitu sumber pengambilan zikir dari Al Quran atau Assunah. Banyak zikir-zikir atau
doa yang tertera didalam Al Quran dan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.seperti (QS. Al
Baqarah : 156) dan Hadits diatas. Berzikir secara Ma'tsur lebih utama daripada yang bukan
Ma'tsur, karena sumbernya langsung dari Alloh dan Rasul.
2.Gairu Ma'tsur yaitu sumber pengambilan zikir dari para ulama tasauf atau Ahli Hikmah yang
tidak ada didalam Al Quran atau Assunah, seperti zikir Asmaul A'dzom, hizib. Mengamalkan
zikir Gairu Ma'tsur sebaiknya dengan memakai Ijazah (QS. Al Fathu : 10) agar silsilahnya

13
sampai kepada Nabi yang Ma'tsur, karena pada umumnya para ahli tasauf mendapatkan zikir dari
Nabi secara gaib walaupun secara fisik Nabi sudah wafat, tetapi pada Hakikatnya beliau masih
hidup

7. Tingkatan orang yang ber-Dzikir :


Meskipun manusia diciptakan Alloh dengan sempurna, tetapi ada manusia yang paling mulia
disisiNYa yaitu manusia yang paling bertaqwa. (QS. Al Hujarat : 15) dan mereka yang
mendapatkan warisan ilmu dari Alloh. (QS. Al Mujadalah : 11). Sabda Nabi : "Siapa yang
mengamalkan sesuatu yang ia dapatkan (dari Allah dan Rasul) maka Alloh wariskan
pengetahuan yang tidak pernah diketahui (orang)".

Dalam ilmu tasauf orang terbagi atas dua golongan :

- Pertama : Orang Awam yaitu golongan yang derajatnya belum mencapai Ma'rifat, golongan
awam zikirnya hanya sebatas menyebut / mengingat Allah semata.
- Kedua : Orang Arifin yaitu golongan yang derajatnya sudah mencapai Ma'rifat, bagi orang
Arifin berzikir wajib hukumnya, bila sekejap mereka lupa kepada Alloh maka berdosa
baginya dan zikirnya bukan sekedar menyebut / mengingat Alloh akan tetapi mendekatkan
diri kepada yang Zat yang Maha Esa.seperti Zikir Asma'ul ‘Adzom dan zikir Nafi - Itsbat.
Seorang sufi berkata : "Jika keinginanku terlintas bukan kepada-MU dan hatiku lalai akan
zat-Nya maka aku hukumkan diriku telah murtad"

8. Halaqah zikir atau Majlis Dzikir :


Salah satu cara untuk mendawamkan (kontinyu) berzikir dengan membuat Halaqah (Forum) atau
Majlis zikir, minimal dua orang atau lebih. Majlis zikir disamping untuk memberi semangat
dalam berzikir juga mengajak orang lain untuk berzikir.
"Tidaklah sekelompok orang berzikir kepada Allah disatu majlis melainkan mengelilingi
malaikat dan menurunkan rahmat kepada mereka, maka Alloh ingat kepada mereka siapa saja
yang ada disisinya". (QS. Ali Imran : 104).

14
Para su fi apabila ingin berzikir sendiri maka ia membuat "Jawiyah" yaitu tempat / pojok khusus
untuk berzikir dan bila berzikir dilakukan bersama-sama maka mereka membuat "Ribath" yaitu
majelis / pesantren khusus untuk zikir bersama.

9. Faidah ber-Dzikir :
Setiap zikir yang dibaca oleh seseorang mempunyai manfaat yang besar didunia dan
akhirat. Diakhirat mendapat pahala sebagai balasannya adalah Syurga. Didunia zikir dapat
menenangkan jiwa dan dapat dijadikan sebagai renungan yang aplikasinya adalah taqwa. (QS.
Ar-Rad : 30). (QS. Az-Zariyat : 55). (QS. Al'Ala : 9).
Menurut ahli kebathinan (ahli Hikmah) orang yang berzikir dengan khusyu dan memakai
ritual tertentu zikir tersebut mempunyai pengaruh besar pada raganya, sehingga seseorang yang
berzikir jasadnya kuat atau dapat melambung keatas. Umar bin Khaththab ketika beliau terkena
anak panah kakinya pada suatu peperangan maka dicabut anak panah tersebut pada waktu beliau
sedang shalat agar tidak terasa sakit .
Kata orang Hikmah: Asma Alloh atau Al Quran setiap hurufnya mempunyai khadam
yang tersembunyi didalamnya yang suatu saat khadamnya dapat dipanggil dan diperintah oleh
orang yang berzikir. "Jangan engkau katakan "ALIF-LAM-MIM" satu rangkaian huruf akan
tetapi Alif Lam Mim adalah Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf "Nabi
menjelaskan wahwa setiap satu huruf Al Quran yang dibaca mengandung pahala jika dibaca
dengan benar, jika dibaca dengan salah maka Al Quran tersebut malah mengutuknya.
"Berapa banyak orang yang membaca Al Quran sedangkan Al Quran malah
mengutuknya". Orang Hikmah menganggap semua huruf "Hijaiyyah" disamping mengandung
pahala juga mempunyai khadam karena Al Quran, zikir, doa, Asma Alloh dan bacaaan lainnya
tersusun dari huruf-huruf tersebut.
Yang sebenarnya khadam yang ada pada zikir adalah para Malaikat yang selalu
mendekati orang yang sedang berzikir. "Tidaklah sekelompok orang berzikir kepada Alloh
didalam majlis melainkan mengelilingi para Malaikat sambil menurunkan rahmat kepada
mereka, Alloh selalu ingat kepada mereka siapa saja yang ada disisiNya". Saya (penulis) yaqin
para Malaikat itu dapat kita panggil dan berdialog untuk meminta sesuatu asalkan kita selalu
berzikir dan tahu cara bertemunya.

15
10. Manfaat berdzikir

- Membuat hati menjadi tenang.


Allah berfirman,

”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d : 28)

Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah untuk
dapat mencapai ketenangan hidup. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang diharamkan
Allah, meminum khamr atau bir atau obat terlarang lainnya. Mereka berharap agar bisa
mendapatkan ketenangan. Yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang hakiki, tetapi
ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh Allah dan Rasul–
Nya.
Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau kesulitan
yang membuat hati menjadi gundah, maka ingatlah Allah, insya Allah hati menjadi tenang.

- Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar.


“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Ahzab : 35)

- Dengan mengingat Allah, maka Allah akan ingat kepada kita.

Allah berfirman,

“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan
rahmat dan pengampunan)”. (Al Baqarah : 152)

- Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berdzikir sebanyak–banyaknya.


Firman Allah ‘Azza wa Jalla

16
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlah kepada – Nya di waktu pagi dan petang.” (Al Ahzab : 41
– 42)

- Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung.

“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (Al Anfal : 45)
Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa menyebut nama
Allah sebanyak – banyaknya, maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa.

- Dzikir kepada Allah merupakan pembeda antara orang mukmin dan munafik, karena
sifat orang munafik adalah tidak mau berdzikir kepada Allah kecuali hanya sedikit saja.
(Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr
wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari
Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M, hal. 158).
Allah berfirman,

“Sesungguhnya orang – orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ : 142)

-Dzikir merupakan amal ibadah yang paling mudah dilakukan.

Banyak amal ibadah yang sebetulnya mudah untuk kita lakukan. Semisal :

- Membaca basmillah ketika akan makan / minum

- Membaca doa keluar / masuk kamar mandi

- Membaca dzikir – dzikir sewaktu pagi dan petang

- Membaca doa keluar / masuk rumah

- Membaca doa ketika turun hujan

- Membaca dzikir setelah hujan turun

17
- Membaca doa ketika berjalan menuju masjid

- Membaca dzikir ketika masuk / keluar masjid

- Membaca hamdalah ketika bersin

- Membaca dzikir – dzikir ketika akan tidur

- Membaca doa ketika bangun tidur

- Dzikir Harus Sesuai Dengan Aturan Islam

Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan Islam. Ada
dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana saja, dan dalam jumlah
berapa saja karena memang tidak perlu dihitung.

Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir
ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal bacaan
dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca tasbih, tahmid,
dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah –
tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya.
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh
Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya jalan
– jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam. Patutkah kita menempuh jalan baru selain jalan yang telah
diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini
telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa sallam.

C. Doa

1. Sejarah Do’a

18
Do’a telah dikenal sejak petamakali diciptakan manusia yaitu Nabi Adam. Dalam Kitab
“Khazinatul Asrar” diterangkan sesudah Nabi Adam diciptakan dan ditiupkan ruh, beliau
berDo’a kepada Allah “ Wahai Tuhanku, tunjukilah daku jalan yang lurus, yaitu jalan orang-
orang yag telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau
murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat” yang terkandung dalam Surat Al Faatihah.
Mulai saat itu Do’a digunakan oleh para Nabi dan sebagian umatnya, mereka senantiasa
memohon pertolongan kepada Allah dengan memanjatkan Do’a kepadaNya.

2. Alasan manusia berdo’a

Ada beberapa alasan kenapa manusia harus berDo’a,

Pertama karena panggilan jiwa, sedang mendapat kesulitan yang belum ada jalan keluarnya.

Artinya : Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan
kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang
sedikit rahmat dari pada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya. QS.
Ar Rum : 33.

Kedua karena Do’a sebagai ibadah manusia kapada Allah SWT.

Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: “BerDo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. QS.Al Mukmin : 60.

Ketiga, karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah, sesuai dalam Al Qur’an QS An Nisa
Ayat : 28

Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat
lemah.

3. Pengertian Do’a

Menurut bahasa Do’a berasal dari Bahasa Arab ‫ الدعاء‬yang merupakan bentuk masdar dari
mufrad ‫ داعى‬yang memiliki bermacam-macam arti. Dalam kamus Bahasa Arab di bawah judul
huruf ‫ و‬,‫ ع‬,‫ د‬disebutkan sebagai berikut:

19
1. ‫ دعوة‬,‫ يدعو‬,‫ داعى‬artinya menyeru, memanggil.

2. ‫ دعاء‬,‫ يدعو‬,‫ داعي‬artinya memanggil, menDo’a, memohon, meminta.

3. Dalam bentuk jama’nya ‫ ادعية‬artinya Do’a, permohonan, permintaan.

4. ‫ دعاء له‬artinya menDo’akan kebaikan kepadanya.

5. ‫ دعاء عليه‬artinya menDo’akan keburukan atau kejahatan kepadanya.

6. ‫ داع‬artinya orang yang memanggil, orang yang menyeru, orang yang memohon.

7. Dan ‫ الدعاء‬adalah bentuk masdarnya, yang pada umumnya diartikan sebagai suatu keinginan
yang besar kepada Allah SWT dan pujian kepadaNya.

Sedang menurut istilah Do’a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk
memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau
bencana yang tidak dikehendakinya.

Do’a juga dapat diartikan permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan

4. Dasar Hukum

Menurut ajaran Islam, berdo’a termasuk salah satu ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT.
Yang menjadi dasar adalah :

Al-Quran Surat AL-Baqoroh ayat :186

Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berDo’a apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

AL_Quran Surat AL Mukmin(40):60

Artinya : …..BerDo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…….

20
Dari Nu’man Ibnu Basyir Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda: “Sesungguhnya Do’a adalah ibadah.” Riwayat Imam Empat. Hadits shahih menurut
Tirmidzi.

Barangsiapa tidak (pernah) berdo’a kepada Allah maka Allah murka kepadanya. (HR. Ahmad)

5. Syarat-syarat berdo’a

Syarat-syarat agar terkabul Do’anya

1. Beriman dan memenuhi kewajiban kepada Alloh SWT(QS.AL-Baqarah:186)


2. Memperbanyak Istghfar (mohon ampun) kepada Allah SWT sebelum berdo’a (QS.Nuh:10-
12)

Artinya :

10. Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun-,11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,12.
Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan
Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

3. Yakin bahwa do’a yang diucapkan itu akan dikabulkan Alloh SWT (QS.AL Mukmin:60)

4. Berdo’a disertai dengan usaha (QS.AL-Ra’du:11)

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak
merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

5. Menolong orang lain yang membutuhkan.

Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia
menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)

21
6. Waktu yang makbul untuk Berdo’a

Waktu yang makbul untuk berdo’a adalah sebagai berikut:

1. Pada hari jum’at.(HR.At-Tis’ah dengan lafadz Al-Bukhori;dan HR.Muslim dan Abu Daud
dengan lafadz dari Muslim)
2. Waktu berpuasa.(HR.At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
3. Waktu sepertiga malam terakhir. Rasulullah Saw ditanya, “Pada waktu apa Do’a (manusia)
lebih didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Pada tengah malam dan
pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam).” (Mashabih Assunnah)
4. Waktu antara adzan dan iqomat.

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Do’a antara adzan dan qomat tidak akan ditolak.” Riwayat Nasa’i dan selainnya. Hadits shahih
menurut Ibnu Hibban

1. Waktu sujud.(HR.Muslim,An-Nasa;i.Abu Daud,dan Ahmad,dengan lafadz dari Muslim)

7. Adab Berdo’a

1. Mangangkat tangan ketika berdo’a. Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah
hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya)
lalu dibiarkannya kosong dan kecewa. (HR. Al Hakim) (HR.Ibnu Majah)
2. Memulai dengan memuji Alloh SWT dan bershalawat atas nabi Muhammad SAW serta
menutup dengan Hamdallah.(HR.Ashabud sunan dengan lafadz dari Abu Daud)
3. Berdo’a dengan tadharru’ (merendahkan diri) dan suara perlahan.(QS.Al-A’rof:55)
4. Menutup dengan hamdallah.(QS.Yunus :10)

8. Orang-orang yang makbul Do’anya

22
Ada tiga orang yang tidak ditolak Do’a mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia berbuka;
(2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan Do’a orang yang dizalimi (teraniaya). Do’a mereka
diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi
keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR.
Tirmidzi)

Tiga macam Do’a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu Do’a orang yang dizalimi, Do’a kedua
orang tua, dan Do’a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (HR.
Ahmad dan Abu Dawud)

9. Cara Alloh SWT mengabulkan Do’a

Setiap do’a pasti akan dikabulkan tetapi Allah mempunyai beberapa cara mengabulkanya, baik
secara langsung maupun ditangguhkan/ ditunda.

Tiada seorang berdo’a kepada Allah dengan suatu Do’a, kecuali dikabulkanNya, dan dia
memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan
(ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana)
yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)

10. Lafadz-lafadz Do’a

Pada prinsipnya lafadz-lafadz do’a yang dapat dan baik digunakan untuk berdo’a adalah do’a
yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Maqbukllah (Shahihah). Ini berkaitan do’a sebagai
salah satu ibadah,kecuali untuk do’a-do’a tertentu yang memang tidak di temukan dalam Al-
Quran dan Sunnah maqbullah , maka boleh menggunakan lafadz dan bahasa yang lain.

23
D. Asma’ul Husna

1. Dalil tentang Asma’ul Husna

a. Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-A’raf Ayat 180

Artinya: “Dan Allah Swt. memiliki asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. al A’raf/7:180).
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa asmaul husna merupakan amalan yang bermanfaat dan
mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. Berdoa dengan menyebut asmaul husna
sangat dianjurkan menurut ayat tersebut.

b. Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Imam Bukhari

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:


Sesungguhnya Allah Swt. mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang
satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (H.R. Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas, menghafalkan Asmaul Husna akan mengantarkan orang yang
melakukannya masuk ke dalam surga Allah Swt. Apakah hanya dengan
menghafalkannya seseorang dengan mudah akan masuk ke dalam surga? Jawabnya, tentu
saja tidak. Karena menghafalkan Asmaul Husna harus diiringi juga dengan menjaganya,
baik menjaga hafalannya dengan terus-menerus menzikirkannya, maupun menjaganya
dengan menghindari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah Swt.
dalam al-Asma’u Husna tersebut.

24
2. Makna Al-Karim
Secara bahasa, al-Karim mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan atau
Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-Karim diartikan bahwa Allah Swt. Yang
Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua
makhluk-Nya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan,
Maha Pemurah, Pemberi Nikmat dan keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal
tersebut sesuai dengan firman-Nya:

Artinya: “Hai manusia apakah yang telah memperdayakanmu terhadap Tuhan Yang
Maha Pemurah?” (Q.S. al-Infiţar:6)
Al-Karim dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt. senantiasa memberi, tidak pernah
terhenti pemberian-Nya. Manusia tidak boleh berputus asa dari kedermawanan Allah
Swt. jika miskin dalam harta, karena kedermawanan-Nya tidak hanya dari harta yang
dititipkan melainkan meliputi segala hal. Manusia yang berharta dan dermawan
hendaklah tidak sombong karena telah memiliki sifat dermawan karena Allah Swt. tidak
menyukai kesombongan. Dengan demikian, bagi orang yang diberikan harta melimpah
maupun orang tidak dianugerahi harta oleh Allah Swt., maka keduanya harus selalu
bersyukur kepada-Nya karena orang yang miskin pun telah diberikan nikmat selain harta.
Al-Karim juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt. memaafkan dosa
para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah Swt., kemudian hamba
itu mau bertaubat kepada Allah Swt. Bagi hamba yang berdosa, Allah Swt. adalah Yang
Maha Pengampun. Allah Swt. akan mengampuni seberapa pun besar dosa hamba-Nya
selama hambanya tidak meragukan kasih sayang dan kemurahan-Nya.
Menurut imam al-Gazali, al-Karim adalah Dia yang apabila berjanji, menepati janjinya,
bila memberi, melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia
memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan hambanya memohon kepada selain-Nya,
meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur tanpa berlebih, tidak
mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan
sarana atau perantara.

25
3. Makna Al-Mu’min
Al-Mu’min secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pem-benaran, ketenangan
hati, dan aman. Allah Swt. al-Mu’min artinya Dia Maha Pemberi rasa aman kepada
semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Dengan demikian, hati manusia menjadi
tenang. Kehidupan ini penuh dengan berbagai permasalahan, tantangan, dan cobaan. Jika
bukan karena Allah Swt. yang memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan
senantiasa gelisah, takut, dan cemas. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka


dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka
mendapat petunjuk.” (Q.S. al-An’am/6:82)
Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt. dengan nama-Nya al-
Mu’min, berarti kita memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah, bencana,
dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberikan keamanan, Dia yang Maha Pengaman.
Dalam nama al-Mu’min terdapat kekuatan yang dahsyat dan luar biasa. Ada pertolongan
dan perlindungan, ada jaminan (insurance), dan ada bala bantuan.
Berzikir dengan nama Allah Swt. al-Mu’min di samping menumbuhkan dan
memperkuat keyakinan dan keimanan kita, bahwa keamanan dan rasa aman yang
dirasakan manusia sebagai makhluk adalah suatu rahmat dan karunia yang diberikan dari
sisi Allah Swt. Sebagai al-Mu’min, yaitu Tuhan Yang Maha Pemberi Rasa Aman juga
terkandung pengertian bahwa sebagai hamba yang beriman, seorang mukmin dituntut
mampu menjadi bagian dari pertumbuhan dan perkembangan rasa aman terhadap
lingkungannya.
Mengamalkan dan meneladani Asmaul Husna al-Mu’min, artinya bahwa seorang
yang beriman harus menjadikan orang yang ada di sekelilingnya aman dari gangguan
lidah dan tangannya. Berkaitan dengan itu, Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah tidak
beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya,
‘Siapa ya Rasulullah saw.?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Orang yang tetangganya
merasa tidak aman dari gangguannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

26
4. Makna Al-Wakil
Kata “al-Wakil” mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil (Yang
Maha Mewakili atau Pemelihara), yaitu Allah Swt. yang memelihara dan mengurusi
segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Dia
menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya tanpa membiarkan apa pun
terbengkalai. Firman-Nya dalam al-Qur’an:

Artinya: “Allah Swt. pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala
sesuatu.” (Q.S. az-Zumar/39:62)
Dengan demikian, orang yang mempercayakan segala urusannya kepada Allah
Swt., akan memiliki kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Hal itu hanya dapat dilakukan oleh hamba yang mengetahui bahwa Allah Swt. yang
Mahakuasa, Maha Pengasih adalah satu-satunya yang dapat dipercaya oleh para hamba-
Nya. Seseorang yang melakukan urusannya dengan sebaik-baiknya dan kemudian akan
menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt. untuk menentukan karunia-Nya.
Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah Swt. melahirkan sikap tawakal.
Tawakkal bukan berarti mengabaikan sebab-sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri dan
tidak peduli terhadap sebab itu dan akibatnya adalah sikap malas. Ketawakalan dapat
diibaratkan dengan menyadari sebab-akibat. Orang harus berusaha untuk mendapatkan
apa yang diinginkannya. Rasulullah saw. bersabda, “Ikatlah untamu dan bertawakallah
kepada Allah Swt.” Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah sebuah doa
yang aktif dan harapan akan adanya pertolongan-Nya.
Allah Swt. berfirman yang artinya, “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu
ialah Allah Swt. Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia;
Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala
sesuatu.” (Q.S. al-An’am/6:102).
Hamba al-Wakil adalah yang bertawakal kepada Allah Swt. Ketikahamba tersebut telah
melihat “tangan” Allah Swt. dalam sebab-sebab dan alasan segala sesuatu, dia
menyerahkan seluruh hidupnya di tangan al-Wakil.

27
5. Makna Al-Matin
Al-Matin artinya Maha Kukuh. Allah Swt. adalah Maha Sempurna dalam kekuatan dan
kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya. Allah Swt. juga Maha Kukuh
dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat al-Matin adalah kehebatan
perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan demikian,
kekukuhan Allah Swt. yang memiliki rahmat dan azab terbukti ketika Allah Swt.
memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Tidak ada apa pun yang dapat
menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada sasarannya. Demikian juga tidak ada kekuatan
yang dapat mencegah pembalasan-Nya.
Seseorang yang menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah Swt. akan membuatnya
menjadi manusia yang tawakal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa
rendah di hadapan manusia lain. manusia akan selalu merasa rendah di hadapan Allah
Swt. Hanya Allah Swt. yang Maha Menilai. Oleh karena itu, Allah Swt. melarang
manusia bersikap atau merasa lebih dari saudaranya. Karena hanya Allah Swt. yang
Maha Mengetahui baik buruknya seorang hamba. Allah Swt. juga menganjurkan manusia
bersabar. Karena Allah Swt. Mahatahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Kekuatan dan
kekukuhan-Nya tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan
tidak memiliki daya upaya. Jadi, karena kekukuhan-Nya, Allah Swt. tidak terkalahkan
dan tidak tergoyahkan. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menundukkan Allah Swt.
meskipun seluruh makhluk di bumi ini bekerja sama. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Sungguh Allah Swt., Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kukuh.” (Q.S. aż-Żariyat/51:58)
Dengan demikian, akhlak kita terhadap sifat al-Matin adalah dengan beristikamah
(meneguhkan pendirian), beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh
bisikan menyesatkan, terus berusaha dan tidak putus asa serta bekerja sama dengan orang
lain sehingga menjadi lebih kuat.

6. Makna Al-Jami’
Al-Jami’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan/Menghimpun, yaitu
bahwa Allah Swt. Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu yang tersebar atau

28
terserak. Allah Swt. Maha Mengumpulkan apa yang dikehendaki-Nya dan di mana pun
Allah Swt. berkehendak.
Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah
mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan lain-
lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di padang mahsyar
pada hari kiamat. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk
(menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya. Sesungguhnya Allah
Swt. tidak menyalahi janji.”(Q.S. Ali Imran/3:9).
Allah Swt. akan menghimpun manusia di akhirat kelak sama dengan orang-orang
yang satu golongan di dunia. Hal ini dapat dijadikan sebagai barometer, kepada siapa kita
berkumpul di dunia itulah yang akan menjadi teman kita di akhirat. Walaupun kita
berjauhan secara fisik, akan tetapi hati kita terhimpun, diAllah Swt. juga mengumpulkan
di dalam diri seorang hamba ada yang lahir di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam
hati. Barang siapa yang akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka.
Begitupun sebaliknya, walaupun kita berdekatan secara fisik akan tetapi hati kita jauh,
maka kita juga tidak akan berkumpul dengan mereka.
Oleh sebab itu, apabila di dunia hati kita terhimpun dengan orang-orang yang
selalu memperturutkan hawa nafsunya, di akhirat kelak kita akan berkumpul dengan
mereka di dalam neraka. Karena orang-orang yang selalu memperturutkan hawa
nafsunya, tempatnya adalah di neraka.
Begitupun sebaliknya, apabila kecenderungan hati kita terhimpun dengan orang-
orang yang beriman, bertakwa dan orang-orang saleh, di akhirat kelak kita juga akan
terhimpun dengan mereka. Karena tidaklah mungkin orang-orang beriman hatinya
terhimpun dengan orang-orang kafir dan orang-orang kafir juga tidak mungkin terhimpun
dengan orang-orang beriman.
Allah Swt. juga mengumpulkan di dalam diri seorang hamba ada yang lahir di anggota
tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barang siapa yangsempurna makrifatnya dan baik
tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai al-Jami’. Dikatakan bahwa al-Jami’ ialah
orang yang tidak padam cahaya makrifatnya.

29
7. Makna Al-‘Adl
Al-‘Adl artinya Maha Adil. Keadilan Allah Swt. bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh
apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah Swt. juga didasari dengan ilmu Allah Swt.
yang Maha Luas. Dengan demikian, tidak mungkin keputusan-Nya itu salah. Allah Swt.
berfirman:

Artinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’an, sebagai kalimat yang benar
dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-An’am/6:115).
Al-‘Adl berasal dari kata ‘adalah yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil
adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama,
bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan orang yang adil tidak berpihak
kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga dimaknai sebagai keadilan Allah Swt.
adalah sempurna. Dengan demikian, semua yang diciptakan dan ditentukan oleh Allah
Swt. sudah menunjukkan keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak di antara kita
yang tidak menyadari atau tidak mampu menangkap keadilan Allah Swt. terhadap apa
yang menimpa makhluk-Nya. Oleh karena itu, sebelum menilai sesuatu itu adil atau
tidak, kita harus dapat memperhatikan dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan
dengan kasus yang akan dinilai.
Akal manusia tidak dapat menembus semua dimensi tersebut. Seringkali ketika
manusia memandang sesuatu secara sepintas dinilainya buruk, jahat, atau tidak adil,
tetapi jika dipandangnya secara luas dan menyeluruh, justru sebaliknya, merupakan suatu
keindahan, kebaikan, atau keadilan. Tahi lalat secara sepintas terlihat buruk, namun jika
berada di tengah-tengah wajah seseorang dapat terlihat indah. Begitu juga memotong
kaki seseorang (amputasi) terlihatkejam, namun ketika dikaitkan dengan penyakit yang
mengharuskannya untuk dipotong, hal tersebut merupakan suatu kebaikan. Di situlah
makna keadilan yang tidak gampang menilainya.
Allah Swt. Maha Adil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama
dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena
jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah Swt. hanya diukur dari seberapa
besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin

30
tinggi pula posisinya, makin mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt., begitupun
sebaliknya.
Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi sanksi kepada
mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Istilah dosa turunan,
hukum karma, dan lain semisalnya tidak dikenal dalam syariat Islam. Semua manusia di
hadapan Allah Swt. akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.
Lebih dari itu, keadilan Allah Swt. selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia
memberi pahala sejak seseorang berniat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya jika
kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung memberi
catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila
seseorang telah benar-benar berlaku jahat.

8. Makna Al-Akhir
Al-Akhir artinya Yang Maha Akhir yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah Swt. Dia
Maha Kekal tatkala semua makhluk hancur, Maha Kekal dengan kekekalan-Nya. Adapun
kekekalan makhluk-Nya adalah kekekalan yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga,
neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan
dengan ketentuan, kehendak, dan perintah-Nya. Nama ini disebutkan di dalam firman-
Nya:

Artinya: “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang Żahir dan Yang Batin, dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu“. (Q.S. al-Ĥadid/57:3).
Allah Swt. berkehendak untuk menetapkan makhluk yang kekal dan yang tidak,
namun kekekalan makhluk itu tidak secara zat dan tabiat. Karena secara tabiat dan zat,
seluruh makhluk ciptaan Allah Swt. adalah fana (tidak kekal). Sifat kekal tidak dimiliki
oleh makhluk, kekekalan yang ada hanya sebatas kekal untuk beberapa masa sesuai
dengan ketentuan-Nya.
Orang yang mengesakan al-Akhir akan menjadikan Allah Swt. sebagai satu-
satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain-Nya, tidak ada permintaan kepada
selain-Nya, dan segala kesudahan tertuju hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, jadikanlah

31
akhir kesudahan kita hanya kepada-Nya. Karena sungguh akhir kesudahan hanya kepada
Rabb kita, seluruh sebab dan tujuan jalan akan berujung ke haribaan-Nya semata.
Orang yang mengesakan al-Akhir akan selalu merasa membutuhkan Rabb-nya, ia akan
selalu mendasarkan apa yang diperbuatnya kepada apa yang telah ditetapkan oleh Allah
Swt. untuk hamba-Nya, karena manusia mengetahui bahwa Allah Swt. adalah pemilik
segala kehendak, hati, dan niat.

32
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN

Ayat-ayat di atas adalah sebuah perintah bagi seluruh manusia untuk menyembah Allah
ta’ala. Khususnya dengan ibadah shalat. Karena Dialah yang telah menciptakan manusia. Baik 
manusia terdahulu ataupun manusia yang akan datang. Perintah menyembah atau beribadah
dalam ayat ini memiliki makna yang luas, tidak hanya penyembahan dalam arti ibadah mahdhah
saja, melainkan ibdah dalam arti luas. Ayat diatas memiliki korelasi yang kuat dengan tujuan dari
diciptakannya jin dan manusia, yaitu untuk beribdah kepadaNya saja.

Dalam ayat diatas juga terdapat kewajiban untuk beribadah kepadaNya saja. Karena
Alloh adalah Pencipta yang telah memberikan berbagai kenikmatan dan menciptakan manusia
dari ketiadaan, Dia juga telah menciptakan umat-umat sebelum kita. Nikmat yang diberikannya
berupa nikmat yang nyata dan nikmat yang tidak nampak. Dan menjadikan bumi sebagai tempat
tinggal dan tempat berketurunan, bercocok tanam, berkebun, melakukan perjalanan dari satu
tempat ke tempat yang lainnya serta manfaat bumi lainnya. Dan Dia juga telah menciptakan
langit sebagai sebuah atap bangunan yang telah Dia letakan padanya matahari, bulan dan
bintang.

Shalat merupakan berhadap hati kepada Allah SWT sebagai ibadah dan bentuk beberapa
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhir dengan salam. Shalat fardu
adalah shalat yang diwajibkan kepada kaum muslimin yang sudah mukallaf. Apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Shalat sunnat apabila dikerjakan
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapatkan pahala dan apabila
ditinggalkan tidak mendapat dosa.

Berdasarkan Al-Qur’an dan hadits melaksanakan shalat baik shalat wajib maupun shalat
sunnat mempunyai tata cara pelaksanaannya baik dari rukun-rukun shalat, bilangan rakaat serta
waktu pelaksanaannya.
Do’a adalah otaknya (sumsum / inti nya) ibadah. (HR. Tirmidzi) selain itu
Do’a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR.
Abu Ya’la).

Pengembalian diri seseorang hanyalah kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan
melakukan ibadah,karena do’a termasuk ibadah maka dapat dipanjatkan tatkala tidak dalam
menghadapi permasalahan yang rumit

Zikir merupakan suatu bentuk ibadah yang mendekatkan seorang hamba dengan
TuhanNya. Semakin banyak seseorang melakukan zikir, semakin terasa manis,semakin terasa
dekat dia dengan KhalikNya,bahkan lebih dekat dari pada Urat Lehernya.

Asmaul husna adalah nama-nama Allah, Tuhan dalam Islam, yang indah dan baik. Asma
berarti nama (penyebutan) dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi Asmaul husna
adalah nama-nama milik Allah yang baik lagi indah. Sejak dulu para ulama telah banyak
membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Zat
yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti,
makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam
mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah Ta'ala.
Selain perbedaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula
perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama,
namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah yang harus dipahami dan
dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad. Asmaul husna secara
harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-
Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu
dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang
lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak
ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan
hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang
disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada
Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak

34
dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-
Ikhlas.

B. Saran

Dalam mengerjakan ibadah, baik shalat, maupun Zikir haruslah benar – benar Ikhlas
semata – mata karena Allah SWT,serta belajar mengetahui dan mempelajari tata cara
pelaksanaannya. Agar ibadah shalat dan zikir yang kita kerjakan itu betul-betul khusu’dan
khudu’ dan mendapat pahala disisi Allah SWT.

Keimanan kepada Allah Swt. melalui sifat-sifat-Nya dalam Asmaul Husna, sebagai orang
yang beriman, kita wajib merealisasikannya agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim.

Amin Suma, Prof. Dr. Drs. H. Muhammad, Tafsir Ahkam Ayat-Ayat Ibadah. Tangerang: Lentera
Hati. 2016

Hashri, al, Ahmad Muhammad. Tafsir Ayat Ahkam. Beirut: Dar al-Jalil. 1991

Ibn Katsir, Abu al-Fida Isma’il al-Jauzi. Al-Tafsir al-Azhim (Tafsir Ibn Katsir). Jeddah

Maraghi, Mustafa Ahamd. al, Tafsir al-Maraghi. Mesir: Mustafa Al-Babi Al-Halabi. 1974

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah. Tangerang: Lentera Hati. 2001

Hamka, Prof. Dr. Buya. Tafsir Al-Azhar. Singapura: Kejaya Pnont Pte Ltd. 200

36
37

Anda mungkin juga menyukai