Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG AMALIAH TAHLILAN 40 HARI

Disusun oleh

YAYA THEA SUHANDIKA


NIM D0123142

KELAS F (KPT)
PROGRAM STUDI PGSD
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunianya saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Dengan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada
pembaca tentang Amaliyah Tahlilan 40 Hari
Terima kasih kepada dosen pengasuh yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya karena
saya telah menyelesaikan penulisan makalah ini dari awal sampai akhir Semoga
Allah SWT selalu memberi Kesehatan kepada kita semua. Amin

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

Cover ……………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar ……………………………………………………………... ii
Daftar Isi …………………………………………………………………… iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 1
C. Tujuan ………………………………………………………………. 2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Amaliah Tahlilan 40 hari ………………………………. 3
B. Amaliah Tahlilan 40 Hari menurut pandangan ulama……………… 4
C. Manfaat Amaliah Tahlilan 40 Hari ………………………………… 8
D. Bacaan Tahlil dan Urutan ………………………………………….. 10
Bab III Penutup
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 11
B. Saran ………………………………………………………………... 11
Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan masuk nya islam ke Indonesia, sekarang telah ada beberapa
aliran anti tradisi yang berupaya untuk membid’ahkan atau bahkan
mengharamkan pelaku tradisi tersebut. Terdapat beberapa amaliah-amaliah
kita yang dianggap bid’ah, seperti Amaliah yasinan 40 hari. amaliah tersebut
merupakan amalaih yang sudah mendarah daging di Indonesia pada
umumnya. Amaliah tersebut teruskan oleh para ulama dan kaum sholihin
yang dikenal keluasan ilmunya dan kemuliaan akhlaknya.
Kedatangan agama Islam ke Indonesia yang dibawa oleh Rasulullah
SAW bukanlah untuk menolak atau membersihkan segala bentuk tradisi yang
ada dan sudah mandarah daging dari leluhur bangsa, melainkan untuk
melakukan pelurusan tradisi dan budaya yang harusnya sesuai dengan ajaran
Islam.
Bila sudah satu dari keluarga kita sudah tiada, maka kita harus tetap
bersikap sabar atas musibah tersebut dan kita berusaha jangan sampai sedih
berkepanjangan, karena semua itu terjadi atas ijin Allah dan tidak ada yang
bisa memprediksinya.
Maka atas dasar latar belakang di atas, kita dalam menghadapi
keluarga atau teman yang sudah tiada maka janganlah bersikap kurang baik,
melainkan kita harus mendo’akan secara bersama-sama. Untuk mengetahui
do’a dan bagaimana cara orang mendo’akan orang yang sudah tiada, maka
penulis mencoba mendalami masalah ini dalam bentuk makalah yang
berjudul “Amaliah Tahlilan 40 Hari ”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian amaliah tahlil 40 hari?
2. Bagaimana Amaliah Tahlilan 40 Hari menurut pandangan ulam?
3. Ada beberapa bacaan Amaliah Tahlilan 40 Hari dan urutannya?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Amaliah Tahlilan 40 Hari
2. Mengetahui Amaliah Tahlilan 40 Hari menurut pandangan ulama
3. Mengetahui manfaat Amaliah Tahlilan 40 Hari
4. Mengetahui bacaan Amaliah Tahlilan 40 Hari dan urutannya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amaliah Tahlilan 40 hari


Tahlilan berasal dari Bahasa Arab yaitu, "Laa ila ha illallah"makna
inilah yang dimaksud dengan pengertian Tahlilan . Maka dari itu amaliah
tahlilan 40 hari adalah tradisi islam yang dilakukan untuk mengenang dan
mendoakan orang yang telah tiada / meninggal dunia pada hari ke-40 setelah
meninggalnya seseorang. Dikatakan sebagai Tahlilan, karena memang dalam
pengerjaannya lebih banyak membaca kalimat-kalimat tahlil yang mengesakan
Allah seperti bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) dan masih banyak yang lainnya
sesuai dengan tradisi wilayah atau kampung tersebut. Pada pelaksanaan
Amaliah Tahlilan 40 selain bacaan tahlil (Laa ila ha illallah) ada juga bacaan
tasbih (Subhanallah),tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu akbar), sholawat
(Allahumma sholli‘ala syaidina Muhammad), serta beberapa ayat Al-Qur'an
seperti QS.Yaasin, QS. Al-Baqarah : 1-5, 163, 255, 284-286, dan lain
sebagainya. Sebagian muslim sering mengamalkanya dalam segala macam
kegiatan. Dengan kata lain, dalam tahlilan memakai bacaan-bacaan tetentu
yang mengandung banyak keutamaan. Yang terlihat di masyrakat, penyebutan
kata tahlilan umumnya di gunakan untuk melakukan persembahan yang
dikelompokan menurut Kegunaannya.
Tahlilan merupakan kegiatan membaca serangkaian ayat Al-Qur’an
dan kalimat thayyibah (tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir), di mana pahala
bacaan tersebut dihadiahkan untuk para arwah (mayit) yang disebutkan oleh
pembaca atau oleh pemilik hajat. Tahlilan biasanya dilaksanakan pada hari-
hari tertentu, seperti tujuh hari berturut-turut dari kematian seseorang, hari ke-
40, ke-100, atau ke-1000-nya. Tahlilan juga sering dilaksanakan secara rutin
pada malam Jumat atau malam-malam tertentu lainnya. Setelah tahlilan,
biasanya pemilik hajat akan memberikan hidangan makanan untuk dimakan di
tempat atau dibawa pulang

3
B. Amaliah Tahlilan 40 Hari menurut pandangan ulam
1. Hukum menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an dan kalimat thayyibah
kepada mayit. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum
menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an dan kalimat thayyibah kepada
mayit.
a. Pertama,
Ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab Maliki, ulama
mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab Hanbali menegaskan,
menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an serta kalimat thayyibah
kepada mayit hukumnya boleh, dan pahalanya sampai kepada sang
mayit.
 Syekh Az-Zaila’i dari mazhab Hanafi menyebutkan:

‫ ِع ْنَد َأْه ِل‬،‫َأَّن اِإْل ْنَس اَن َلُه َأْن َيْج َعَل َثَو اَب َع َم ِلِه ِلَغْيِر ِه‬
‫ َص اَل ًة َك اَن َأْو َص ْو ًم ا َأْو َح ًّج ا َأْو َص َد َقًة‬،‫الُّس َّنِة َو اْلَج َم اَع ِة‬

‫َأْو ِقَر اَء َة ُقْر آٍن َأْو اَأْلْذ َك اَر إَلى َغ ْيِر َذ ِلَك ِم ْن َج ِم يِع َأْنَو اِع‬
‫ َو َيِص ُل َذ ِلَك إَلى اْلَم ِّيِت َو َيْنَفُعُه‬، ‫اْلِبِّر‬

Bahwa seseorang diperbolehkan menjadikan pahala amalnya


untuk orang lain, menurut pendapat Ahlussunnah wal Jama’ah,
baik berupa shalat, puasa, haji, sedekah, bacaan Qur’an, zikir,
atau sebagainya, berupa semua jenis amal baik. Pahala itu sampai
kepada mayit dan bermanfaat baginya. (Lihat: Usman bin Ali Az-
Zaila’i, Tabyinul Haqaiq Syarh Kanzud Daqaiq, juz 5, h. 131).
Sedangkan,

4
 Syekh Ad-Dasuqi dari mazhab Maliki menyebutkan:

،‫ َو َأْه َد ى َثَو اَب ِقَر اَءِتِه ِلْلَم ِّيِت‬، ‫َوِإْن َقَر َأ الَّرُج ُل‬
‫ َو َح َص َل ِلْلَم ِّيِت َأْج ُرُه‬،‫َج اَز َذ ِلَك‬

Jika seseorang membaca Al-Qur’an, dan menghadiahkan pahala


bacaannya kepada mayit, maka hal itu diperbolehkan, dan pahala
bacaannya sampai kepada mayit. (Lihat: Muhammad bin Ahmad
bin Arafah Ad-Dasuqi, Hasyiyatud Dasuqi Alas Syarhil Kabir, juz
4, h. 173). Senada dengan kedua ulama di atas,
 Imam Nawawi dari mazhab Syafi’i menuturkan:

‫ َو َيْدُع ْو ِلَم ْن َيُز ْو ُرُه‬،‫َو ُيْس َتَح ُّب ِللَّز اِئِر َأْن ُيَس ِّلَم َع َلى اْلَم َقاِبِر‬
‫ َو اَألْفَض ُل َأْن َيُك ْو َن الَّس اَل ُم َو الُّدَع اُء ِبَم ا‬،‫َو ِلَج ِم ْيِع َأْه ِل اْلَم ْقَبَرِة‬
، ‫ َو ُيْس َتَح ُّب َأْن َيْقَر َأ ِم َن اْلُقْر آِن َم ا َتَيَّسَر‬،‫َثَبَت ِفي اْلَح ِد ْيِث‬
‫َو َيْدُعو َلُهْم َع ِقَبَها‬

Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk mengucapkan salam


kepada (penghuni) kubur, serta mendoakan mayit yang diziarahi
dan semua penghuni kubur. Salam serta doa lebih diutamakan
menggunakan apa yang sudah ditetapkan dalam hadis Nabi.
Begitu pula, disunnahkan membaca apa yang mudah dari Al-
Qur’an, dan berdoa untuk mereka setelahnya. (Lihat: Yahya bin
Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’, juz 5, h. 311).

 Syekh Ibnu Qudamah dari mazhab Hanbali juga menuturkan:

5
‫ إْن‬، ‫ َنَفَعُه َذ ِلَك‬، ‫ َو َج َعَل َثَو اَبَها ِلْلَم ِّيِت اْلُم ْس ِلِم‬،‫َو َأُّي ُقْر َبٍة َفَعَلَها‬
،‫ َو َأَد اُء اْلَو اِج َباِت‬،‫ َو الَّص َد َقُة‬، ‫ َو ااِل ْس ِتْغَفاُر‬، ‫ َأَّم ا الُّدَع اُء‬.‫َشاَء ُهَّللا‬
‫َفاَل َأْع َلُم ِفيِه ِخ اَل ًفا‬

Dan apapun ibadah yang dia kerjakan, serta dia hadiahkan


pahalanya kepada mayit muslim, akan memberi manfaat
untuknya. Insya Allah. Adapun doa, istighfar, sedekah, dan
pelaksanaan kewajiban maka saya tidak melihat adanya
perbedaan pendapat (akan kebolehannya). (Lihat: Abdullah bin
Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, juz 5, h. 79).

Di antara ulama yang membolehkan menghadiahkan pahala bacaan Al-


Qur’an dan kalimat thayyibah kepada mayit adalah
 Syekh Ibnu Taimiyyah. Dalam kitab Majmu’ul Fatawa disebutkan:

‫َو َأَّم ا اْلِقَر اَء ُة َو الَّص َد َقُة َو َغ ْيُر ُهَم ا ِم ْن َأْع َم اِل اْلِبِّر َفاَل ِنَز اَع َبْيَن‬
‫ُع َلَم اِء الُّس َّنِة َو اْلَج َم اَع ِة ِفي ُو ُص وِل َثَو اِب اْلِع َباَد اِت اْلَم اِلَّيِة‬
‫ َك َم ا َيِص ُل إَلْيِه َأْيًض ا الُّدَع اُء َو ااِل ْس ِتْغَفاُر‬،‫َك الَّص َد َقِة َو اْلِع ْتِق‬
‫ َو َتَناَز ُعوا ِفي‬.‫َو الَّص اَل ُة َع َلْيِه َص اَل ُة اْلِج َناَز ِة َو الُّدَع اُء ِع ْنَد َقْبِر ِه‬
‫ َو الَّص َو اُب‬.‫ َك الَّص ْو ِم َو الَّص اَل ِة َو اْلِقَر اَءِة‬،‫ُو ُص وِل اَأْلْع َم اِل اْلَبَد ِنَّيِة‬
‫َأَّن اْلَج ِم يَع َيِص ُل إَلْيِه‬
Dan adapun bacaan, sedekah, dan sebagainya, berupa amal-amal
kebaikan, maka tidak ada perselisihan di antara para ulama
Ahlussunnah wal Jama’ah akan sampainya pahala ibadah harta,
seperti sedekah dan pembebasan. Sebagaimana sampai kepada mayit
juga, pahala doa, istighfar, shalat jenazah, dan doa di samping

6
kuburannya. Para ulama berbeda pendapat soal sampainya pahala
amal jasmani, seperti puasa, shalat, dan bacaan. Menurut pendapat
yang benar, semua amal itu sampai kepada mayit. (Lihat: Ahmad bin
Abdul Halim bin Taimiyyah, Majmu’ul Fatawa, juz 24, h. 366).

b. Kedua
sebagian ulama mazhab Maliki yang lain menyatakan, pahala bacaan
Al-Qur’an dan kalimat thayyibah tidak sampai kepada mayit,
karenanya hal itu tidak diperbolehkan.
 Syekh Ad-Dasuqi dari mazhab Maliki menulis:

‫ اْلَم ْذ َهُب َأَّن اْلِقَر اَء َة اَل َتِص ُل‬: ‫َقاَل ِفي الَّتْو ِض يِح ِفي َباِب اْلَح ِّج‬
‫ِلْلَم ِّيِت َح َك اُه اْلَقَر اِفُّي ِفي َقَو اِع ِدِه َو الَّش ْيُخ اْبُن َأِبي َج ْم َر َة‬

Penulis kitab At-Taudhih berkata dalam kitab At-Taudhih, bab


Haji: Pendapat yang diikuti dalam mazhab Maliki adalah bahwa
pahala bacaan tidak sampai kepada mayit. Pendapat ini
diceritakan oleh Syekh Qarafi dalam kitab Qawaidnya, dan
Syekh Ibnu Abi Jamrah. (Lihat: Muhammad bin Ahmad bin
Arafah Ad-Dasuqi, Hasyiyatud Dasuqi Alas Syarhil Kabir, juz
4, h. 173).

Dari paparan di atas, para ulama berbeda pendapat tentang hukum


menghadiahkan bacaan Al-Qur’an dan kalimat thayyibah kepada mayit.
Mayoritas ulama meliputi ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab
Maliki, ulama mazhab Syafi’i, ulama mazhab Hanbali, dan Syekh Ibnu
Taimiyyah membolehkannya. Sedangkan, sebagian ulama mazhab
Maliki yang lain melarangnya. Baca juga:Pentingnya Mengenal Fiqih
Perbandingan

7
2. Hukum mengkhususkan waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an dan
kalimat thayyibah.
Mayoritas ulama membolehkan pengkhususan waktu tertentu untuk
beribadah atau membaca Al-Qur’an dan kalimat thayyibah, seperti
malam Jumat atau setelah melaksanakan shalat lima waktu. Mereka
berpegangan kepada hadis riwayat Ibnu Umar:

‫ َك اَن الَّنِبُّى َص َّلى ُهللا‬: ‫َع ِن اْبِن ُع َم َر َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
‫ َو َك اَن‬.‫َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْأِتْي َم ْس ِج َد ُقَباٍء ُك َّل َسْبٍت َم اِش ًيا َو َر اِكًبا‬
‫َعْبُد ِهَّللا َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َيْفَعُلُه‬.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata: Nabi shallallahu alaihi
wasallam selalu mendatangi masjid Quba’ setiap hari Sabtu, dengan
berjalan kaki dan berkendara. Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma
juga selalu melakukannya. Mengomentari hadits tersebut, al-Hafidz
Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, hadits ini menunjukkan kebolehan
mengkhususkan sebagian hari atau sebagian waktu untuk melaksanakan
amal saleh, dan melanggengkannya. (Lihat: Ahmad bin Ali bin Hajar al-
Asqalani, Fathul Bari, juz 4, h. 197). Artinya, mengkhususkan hari
tertentu seperti tujuh hari berturut-turut dari kematian seseorang, hari ke-
40, ke-100, ke-1000, malam Jumat, atau malam lainnya untuk membaca
Al-Qur’an dan kalimat thayyibah, hukumnya boleh.

C. Manfaat Amaliah Tahlilan 40 Hari


1. Para ulama sepakat bahwa bersedekah untuk mayit hukumnya boleh, dan
pahala sedekah sampai kepadanya. Mereka berpedoman pada hadits
riwayat Aisyah radhiyallahu anha:

8
‫ َيا َر ُس وَل ِهَّللا ِإَّن‬: ‫َأَّن َرُج ًال َأَتى الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل‬
‫ َأَفَلَها‬. ‫ َو َلْم ُتوِص َو َأُظُّنَها َلْو َتَك َّلَم ْت َتَص َّد َقْت‬،‫ُأِّمَي اْفُتِلَتْت َنْفَسَها‬
‫ َقاَل َنَعْم‬.‫َأْج ٌر ِإْن َتَص َّد ْقُت َع ْنَها‬

Seseorang mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu berkata:


“Hai Rasulullah. Sesungguhnya ibuku meninggal dalam keadaan tiba-tiba,
dan belum berwasiat. Saya rasa seandainya sebelum meninggal dia sempat
berbicara, dia akan bersedekah. Apakah dia mendapatkan pahala jika saya
bersedekah untuknya?” Rasul bersabda: “Ya.” Mengomentari hadits di atas,
Imam Nawawi berkata, hadits ini menjelaskan bahwa bersedekah untuk mayit
bermanfaat, dan pahala sedekah sampai kepadanya. Para ulama bersepakat
tentang sampainya pahala sedekah kepada mayit. (Lihat: Yahya bin Syaraf
An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhi An-Nawawi, juz 7, h. 90).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tahlilan diperbolehkan
dalam Islam, sebab mayoritas ulama menegaskan kebolehan menghadiahkan
pahala bacaan Al-Qur’an dan kalimat thayyibah kepada mayit, sebagaimana
mereka menyatakan kebolehan mengkhususkan waktu tertentu untuk
membaca Al-Qur’an dan kalimat thayyibah. Para ulama juga sepakat akan
kebolehan bersedekah untuk mayit.

2. Sudah menjadi tradisi orang NU, kalau ada keluarga yang meninggal,
malam harinya ada tamu-tamu yang bersilaturrahim, baik tetangga dekat
maupun jauh. Mereka ikut belasungkawa atas segala yang menimpa,
sambil mendoakan untuk yang meninggal maupun yang ditinggalkan.
Selain bersiap menerima tamu, sanak keluarga, handai tolan, dan
keluarga dekat, pada hari kedua sampai ketujuh, mereka akan
mengadakan bacaan tahlil dan do’a yang dikirimkan kepada yang sudah
meninggal dunia. Soal ada makanan atau tidak, bukan hal penting, tapi

9
pemanfaatan pertemuan majelis silaturrahim itu akan terasa lebih
berguna jika diisi dengan dzikir.
D. Bacaan Tahlil dan Urutan
Tahlilan dari susunan bacaannya terdiri dari beberapa surah – surah
yang ada di dalam Al – Qur’an Adapun susunannya adalah sebagai berikut :
1. Surat al-Ikhlas
2. Surat al-Falaq
3. Surat an-Nas
4. Surat al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 5
5. Surat al-Baqarah ayat 163
6. Surat al-Baqarah ayat 255
7. Surat al-Baqarah ayat dari ayat 284 samai ayat 286
8. Surat al-Ahzab ayat 33
9. Surat al-Ahzab ayat 56
10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat, Istighfar, Tahlil da Tasbih

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Amaliah Tahlilan 40 Hari menggunakan bacaan-bacaan Al
– Qur’an tetentu yang mengandung banyak keutamaan. Penyebutankata
tahlilan umumnya dipakai untuk persembahan yang dikelompokan
menurut jenis, maksud,dan suasananya. Dari aspek historis ini kita bisa
mengetahui bahwa sebenarnya acara Amaliah Tahlilan 40 Hari merupakan
pengambilan dan pembauran dengan agama lain. Perkembangan
selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian selanjutnya,
kemudian pembacaan kalimat-kalimat Amaliah Tahlilan 40 Hari ini
mengalami banyak perubahan baik penambahan atau pengurangan dari
generasi ke generasi, sehingga kita jumpai acara Amaliah Tahlilan 40 Hari
di suatu daerah berbeda dengan prosesi Amaliah Tahlilan 40 Hari di
tempat lain sampai hari ini.
Para ulama menganggap bahwa tahlilan yang dilakukan oleh
masyarakat untuk mendo’akan orang yang telah meninggal adalah sesuatu
yang bid’ah, karena menurut mereka masalah tahlilan itu tidak ada dalil /
ketentuan . Namun pada Masyarakat tertetentu mengakui bahwa tahlilan
tidak ada dalil / ketentuan yang menguatkan dalam Al-Quran maupun
hadis, namun kenapa mereka masih melaksanakan acara tahlilan tersebut
karena Amaliah Tahlilan 40 Hari itu sudah menjadi tradisi di suatu daerah
sehingga kita tidak bisa mengatakan bahwa itu tidak benar

B. Saran
Setelah menerangkan dengan rinci, penulis berharap semoga
penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kemudian
penulis memberi saran kepada pembaca ahar dapat memahami dan
mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan dapat menerapkan

11
dalam apa itu tahlilan dan bagaimana cara kita menyikapinya dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Dari : https://nu.or.id/syariah/doa-pada-7-atau-40-hari-setelah-kematian-WqQn4
diakses pada 16 November 2023
KH Munawwir Abdul Fattah Pengasuh Pesantren Krapyak Yogyakarta, Doa pada
7 atau 40 Hari Setelah Kematian
dari : https://nu.or.id/syariah/hukum-tahlilan-menurut-mazhab-empat-bpZVe
diakses pada 16 November 2023
Ustadz Husnul Haq, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Mamba’ul Ma’arif
Tulungagung, dan Dosen IAIN Tulungagung, Hukum Tahlilan Menurut Mazhab
Empat

12

Anda mungkin juga menyukai