Anda di halaman 1dari 29

REBO WEKASAN

Oleh:
H. M. Ali Maghfur Syadzili Iskandar, S.Pd.I
Pendahuluan

Salah satu dari tradisi yang sudah


mengakar di masyarakat kita adalah
rangkaian ritual yang populer dengan
sebutan “Rebo Wekasan” yaitu ritual yang
dilaksanakan sekali dalam satu tahun setiap
hari Rabu terakhir pada bulan Shafar, yaitu
bulan kedua dari penanggalan Hijriyah.
Respon yang diberikan pada tradisi ini
bervariasi (khilaf) di kalangan kelompok Islam.
Mereka yang beraliansi paham Wahabi
dengan slogan pembersihan Islam dari segala
pengaruh tradisi dan budaya yang mereka
anggap melanggar ajaran, menolak keras
semua bentuk ritual Rebo Wekasan, dengan
alasan pada zaman Nabi tidak ada istilah
Rebo Wekasan. Dalam penolakannya
kelompok ini selalu membawa yel-yel dan
atribut kefahaman mereka dengan istilah
bid’ah, syirik, khurafat dan lain sebagainya.
Di sisi lain ada yang menerima tradisi
selama sesuai dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam, karena tidak mungkin
semua tradisi itu bid’ah, namun tidak pula
semua tradisi dibenarkan, di sinilah
kelompok Ahlussunnah Wal Jama’ah An
Nahdliyyah (NU).

Tulisan ini akan mengupas tentang Rebo


Wekasan, agar tiada kesalah-pahaman dan
penyelewengan dalam pelaksanaannya.
Asal Mula Rebo Wekasan
Disebutkan dalam banyak sumber dari referensi
Islam Klasik bahwa salah seorang Waliyullah yang
telah mencapai posisi kasyaf (kedudukan khusus
bagi orang-orang yang dekat dengan Allah dan
tahu tentang hal yang sulit dimengerti orang lain)
mengatakan bahwa ia bermimpi bertemu dengan
Nabi Muhammad saw dan beliau menyampaikan
kepadanya bahwa dalam setiap tahun Allah swt
menurunkan bala’ sebanyak 320.000 (tiga ratus
dua puluh ribu) macam dalam satu malam. Malam
itu bertepatan setiap malam Rabo akhir dari bulan
Shafar. (Lihat kitab Al Mafahim, Sayyid Muhammad
Al-Maliki, hlm. 339-341).
:Dalam sebuah hadits dinyatakan

‫ َم ْن َرآنِ ْيفِ ى‬: ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫ل قَ ا َ ل َر‬: َ ‫َعْنأَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ قَ ا‬


َّ ‫ فَ إِ َّنا ل‬،‫ا ْل َمنَ ِام فَ َق ْد َرآنِ ْيفِ يا ْليَقَظَ ِة‬
‫ش ْيطَ َاناَل‬
)‫ص ْو َرتِ ْي(رواه أحمد وابنماجة‬ ُ ‫يَ ْمتَثِ ُل َع ٰلى‬
“Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah 
bersabda: “Barangsiapa melihatku dalam mimpi
maka sungguh ia telah melihatku secara nyata,
karena syaitan tidak bisa menyerupai wujudku”.
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah/Musnad Ahmad,
Juz I, hlm. 661, nomer 3797. Dan Sunan Ibnu
Majah, Juz II, hlm. 1284, nomer 3984)
:Dalam riwayat lain disebutkan

‫ َم ْن َرآنِي‬:‫س ْو َل هللاِ يَ قُ ْو ُل‬


ُ ‫س ِم ْع ُت َر‬ َ ‫ل‬: َ ‫أَ َّنأَبَا ُه َر ْي َرةَ قَ ا‬
‫ أَ ْو لَ َكأَنَّ َما َرآنِيفِ ي‬.‫سيَ َرانِيفِ يا ْليَقَظَ ِة‬ َ َ‫فِ يا ْل َمنَ ِام ف‬
)‫ش ْيطَ ُانبِ ْي(متفقعليه‬ َّ ‫ َال يَ تَ َمثَّ ُل ا ل‬.‫ا ْليَقَظَ ِة‬
“Abu Hurairah berkata: “Saya mendengar
Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa melihatku
dalam mimpi maka ia akan melihatku secara nyata.
Atau ia telah melihatku secara nyata, karena
syaitan tidak bisa menyerupai aku”. (HR.
Muttafaqqun Alaih/Shahih Al Bukhari, Juz 21, hlm.
349, nomer hadits 6478. Dan Shahih Muslim, Juz
15, hlm. 21, nomer hadits 5872)
Dengan berdasarkan hadits ini lantas wali
tersebut memberi nasehat mengajak pada umat
untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah seraya meminta agar dijauhkan dari semua
bala’ yang diturunkan pada hari itu. Lebih jauh
beliau memberi tuntunan tata-cara bertaqarrub
dengan rangkaian doa-doa yang dalam istilah
jawa lebih dikenal sebagai doa tolak-bala. Pada
intinya rangakian doa itu diberikan oleh para wali-
wali Allah sebagai upaya memohon kepada Allah
untuk diberikan keselamatan dan dijauhkan dari
semua macam bala yang diturunkan pada hari
itu.
Bentuk Ibadah dalam Rebo Wekasan

Bentuk ibadah dalam Rebo Wekasan yang


banyak dilakukan meliputi lima macam:

•Shalat
•Membaca Surat Yasin
•Berdoa Tolak Balak
•Selamatan (sedekah mengharap keselamatan)
•Meminum Air Berkah dari Doa
Shalat
Shalat ini populer di masyarakat dengan
sebutan shalat tolak bala atau shalat Rebo
Wekasan. Pada dasarnya shalat yang
husus untuk Rebo Wekasan atau shalat
tolak bala tidak ada dalam literatur Islam,
seperti halnya shalat raghaib dan
semacamnya karena dalam hal shalat tidak
ada ruang inovasi baru baik dalam tata-cara
maupun macam-macamnya.
Lalu bagaimana dengan sholat sunnah
yang dilakukan secara khusus setiap Rebo
Wekasan?. Dari uraian di atas kita bisa
menyimpulkan bahwa shalat yang dilakukan
tidak mungkin bentuk shalat baru, apa pun
namanya, akan tetapi mesti include (masuk)
dalam salah satu bentuk shalat yang sudah
ditentukan dan dikenal pada zaman
Rasulullah , seperti niat shalat sunnah
muthlaq atau shalat-sunnah yang lainnya.
Jadi shalat Rebo Wekasan tidak boleh
berdiri sendiri melainkan yang
dilakukan adalah shalat-shalat sunnah
yang telah ada. Seperti yang telah
diungkapkan dalam kitab Kanzun Najah
Wa Al Surur hlm. 23 dan kitab Irsyad Al
‘Ibad hlm. 32:
ِ ‫ت ِم ْنْن ٰه ِذ ِه ااْل َ ْوقَا‬
‫ت‬ ٍ ‫صاَل ةَ فِ ْى َو ْق‬ َّ ‫فَ َم ْنْن اَ َرا َد ال‬
‫ق فَ َز ٰادى ِم ْنْن َغ ْي ِر َع َد ٍد ُم َعيَّ ٍن‬ َ َ‫فَ ْليَ ْن ِو النَّ ْف َل ا ْل ُم ْطل‬
.ُ‫ص َر لَه‬ْ ‫ب َواَل َح‬ ٍ َ‫سب‬ َ ‫ت َواَل‬ ٍ ‫َو ُه َو َما اَل يُتَقَيَّ ُد بِ َو ْق‬
Barangsiapa yang ingin mengerjakan shalat“
pada waktu tersebut (Shafar, Sya’ban, dll) maka
hendaklah berniat shalat Muthlaq. Dia boleh
menambah rakaat dengan tanpa hitungan yang
ditentukan, dan shalat muthlaq tidak dibatasi
”.waktu, sebab, dan tiada batasannya
Dari Ibarat di atas, ada sebuah solusi agar
terhindar dari bid’ah yang tercela yaitu
dengan niat Shalat Sunnah Mutlaq dengan
jumlah rakaat sesuai yang diinginkan.
Shalat Sunnah Mutlaq inilah yang paling
mungkin untuk  dilakukan pada Rebo
Wekasan dalam rangka taqarrub guna 
mengharap keselamatan dari Allah .
Membaca Surat Yasin
Biasanya pada malam Rebo Wekasan ada
pembacaan Yasin tiga kali. Memang tidak
ada anjuran membaca Yasin pada hari
tersebut, namun mereka membaca Yasin
karena memang ada beberapa fadillah
(keutamaan) untuk tolak balak, sehingga
mereka membacanya agar terhindar dari
balak, dan ini dianjurkan, hal ini
sebagaimana disebutkan dalam hadist yang
terdapat dalam Tafsir Yasin Syaikh Hamami
Zadah hlm 2:
‫س ْو َر ِة فَإِ َّن‬‫س ْو ُل هللاِ‪ :‬اَ ْكثِ ُر ْوا قِ َراَةَ ٰه ِذ ِه ال ُ‬ ‫قَا َل َر ُ‬
‫ص َكثِ ْي َرةٌ ‪ ...‬الى ان قال‪َ ...‬و َم ْن‬ ‫صائِ ٌ‬ ‫فِ ْي َها َخ َ‬
‫ان هللاِ تَ َعالَى اِلَى‬ ‫َ ِ‬‫م‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ِ‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ُ‬ ‫و‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫ح‬
‫ِ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫ص‬
‫ُ‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ِ‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ر‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫س َرتْ َرفَ َع‬ ‫ي بَ ْل َد ٍة اِ َذا تُلِيَتْ اَ ْو ف ُِ‬ ‫سا ِء َوفِى اَ ِّ‬ ‫ال َم َ‬
‫هللاُ تَ َعالَى َع ْن ُه ْم البَالَ َء َوالقَ ْحطَ َوال َغالَ َء‬
‫ض بِ ُح ْر َمتِ َها َو َم ْن‬ ‫َوالطَا ُع ْو َن َوال َوبَا َء َوال َم َر َ‬
‫ان هللاِ تَ َعالَى‬ ‫َ ِ‬‫م‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ِ‬ ‫ف‬ ‫ُ‬ ‫ه‬‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ه‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ن‬
‫ُ‬ ‫و‬ ‫ْ‬ ‫ك‬‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ِ‬ ‫ي‬
‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ِ‬ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ر‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫ح (تفسير سورة يس للشيخ حمامى‬ ‫ِ‬ ‫ب‬
‫ْ‬ ‫ص‬‫ُ‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫إِل‬
‫زاده ص ‪)٢‬‬
“Rasulullah  bersabda: “Perbanyaklah membaca
surat ini (Yasin) karena sungguh di dalamnya
terdapat khasiat yang banyak, dan barangsiapa
yang membacanya di waktu subuh maka dia
akan mendapatkan keamanan dari Allah hingga
sore, Dan jika dibaca pada suatu negara maka
Allah akan mengangkat bala’, paceklik, penyakit
ta’un, wabah dan penyakit dari negara tersebut
sebab kemulyaan surat Yasin, dan barangsiapa
yang membaca Yasin di waktu malam hari maka
Allah akan memberi keamanan pada keluarganya
hingga subuh”.
Doa Tolak Balak
Doa-doa yang dibaca pada Rebo Wekasan
kebanyakan adalah doa yang terangkai
untuk tolak balak. Dalam hal doa ini yang
lebih utama adalah membaca doa yang
pernah diajarkan atau dipakai oleh Nabi,
atau doa-doa lain yang dirangkai sendiri
karena berdoa adalah ibadah yang tidak
dibatasi oleh cara dan lafadz, kecuali
apabila dilarang, seperti berdoa di tempat
yang najis (Toilet, dll) atau mendoakan jelek
pada orang lain.
Pembacaan doa pada malam atau hari
Rebo Wekasan adalah bagian dari
:pelaksanaan perintah Allah 

ْ َ‫َوقَا َ ل َربُّ ُك ُم ا ْد ُعونِيأ‬


)٦٠ :‫ستَ ِج ْبلَ ُك ْم (غافر‬
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah“
kepada-Ku maka Aku akan
mengabulkan kalian”. (QS. Ghafir; 60)
Selamatan (Sedekah Mengaharap Keselamatan)

Disamping ritual-ritual di atas, dilakukan pula


selamatan dengan membagikan nasi pada
tetangga dan saudara atau sedekah-sedekah
yang lain. Di sebagian daerah, nasi itu dibawa ke
Masjid atau Mushalla untuk dinikmati bersama-
sama. Mereka yang tidak mampu membuat nasi
cukup membawa jajan atau minuman. Semua itu
dilakukan sebagai bentuk taqarrub dengan
mengeluarkan shadaqah didasari harapan
diselamatkan dari segala bentuk bala’. Hal ini
sesuai dengan tuntunan hadits:
.‫ص َدقَةُ تَ ُر ُّد البَالَء َوتُطَ ِّو ُل ال ُع ْم َر‬
َّ ‫ ال‬: ‫وقال‬
)‫(تنقيح القول‬
Nabi Bersabda: Sedekah dapat“
menghindarkan balak dan memperpanjang
umur”. (Tanqih Al Qaul)
َ‫ص َدقَة‬
َّ ‫س ْو ُل هللاِ إِ َّن ال‬ُ ‫س ْب ِن َمالِ ٍك قَا َل قَا َل َر‬ َ َ
ِ ‫َع ْن أ‬
‫ن‬
‫ب‬ِّ ‫ب ال َّر‬َ ‫ض‬َ ‫لَتُ ْطفِ ُئ َغ‬
Sesungguhnya Sedekah itu bisa meredam“
kemurkaan Tuhan”. (Sunan turmudzi hadits
664 bab fadlilah shadaqah )
Meminum Air Berkah dari Doa
Disebutkan dalam kitab Nihayatuz Zain hlm. 67
karya Imam Nawawi Al-Bantani syarah kitab
Qurrah Al-‘Ain: “Barangsiapa menulis 7 ayat
salamah (7 Salaamun ayat Al Quran): “Salaamun
qaulam mirrabirrahim, Salaamun ‘ala nuhin
fil’alamin, Salaamun ‘ala ibrahiim, Salaamun ‘ala
musa wa harun, Salaamun ‘ala ilyasin, Salaamun
‘alaikum thibtum fadkhuluha khalidin,  Salaamun
hiya hatta mathla’il fajr.” Kemudian tulisan
tersebut direndam dengan air, maka barangsiapa
yang meminum air tersebut akan diselamatkan
dari baliyyah/bala’ yang diturunkan”.
Membuat azimat tidak dilarang selama tidak
syirik. Hal ini pernah dilakukan para sahabat di
.zaman Rasulullah 
:‫ فَ قُ ْلنَا‬.‫ل ُك نَّا نَ ْرقِيفِ يا ل َجا ِهلِيَّ ِة‬: َ ‫ي قَ ا‬ . ِّ ‫َعْن َع ْو ِف ْب ِن َما ِلٍك ا أْل َش َْج ِع‬
‫ اَل‬. ‫ض ْوا َعلَى ُرقَا ُك ْم‬ ‫ر‬
ُ ِ ‫ع‬
ْ َ ‫ا‬ ‫ل‬
: ‫ا‬َ
‫ق‬ َ ‫ف‬ ‫َ؟‬
‫ك‬
‫؟‬ ‫ل‬‫ذ‬ٰ
َ ِ ‫س ْو َل هللاِ َك ْي َفتَ َرىف ِي‬ ُ ‫يَ ا َر‬
َ
)‫ (رواه مسلم‬.ٌ‫ش ْرك‬ ِ ‫بَ أْ َسبِ ا ل ُّرقَ ِّى َما لَ ْم يَ ُك ْنفِ ْي ِه‬
Pada zaman jahiliyyah kami membuat azimat,“
kemudian kami bertanya kepada Rasulullah: “Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapat anda tentang
masalah tersebut?, kemudian Rasulullah menjawab:
“Tunjukkan azimat kalian padaku, tiada bahaya
(boleh) membuat azimat selama tidak ada
kesyirikan”. (HR. Muslim/Shahih Muslim, Juz XIV,
hlm. 154, nomer 5686)
Memang ada beberapa hadits yang melarang
menggunakan azimat, namun hal ini perlu
dipahami bahwa larangan memakai azimat
tersebut adalah ketika azimat tersebut tidak
mengandung lafadz Al Quran atau semisalnya,
kalau memakai lafadz Al Qur’an diperbolehkan,
karena ada unsur Tabarruk (mengambil barokah).
Hal ini sebagaimana pendapat Ahli Hadits yang
tidak perlu diragukan keilmuannya yaitu Ibnu
Hajar Al Asqalani yang dikutip dalam kitab Faidl
Al Qadir hlm 181:
ُ‫الخبَ ِر َو َما قَ ْبلَه‬َ ‫ َم َح ُّل َما ُذ ِك َر فِى ٰه َذا‬:‫قَا َل اِ ْب ُن َح َج ٍر َك َغ ْي ِر ِه‬
َ‫س فِ ْي ِه قُ ْراَ ٌن َونَ ْح ِو ِه اَ َّما َما فِ ْي ِه ِذ ْك ُر هللاِ فَال‬ َ ‫ق َما لَ ْي‬ ُ ‫تَ ْعلِ ْي‬
ْ َ ‫نَ ْه َى َع ْنهُ فَاِنَّهُ اِنَّ َما ُج ِع َل لِلتَّبَ ُّر ِك َوالتَّ َع ُّو ِذ بِا‬
‫س َمائِ ِه َو ِذ ْك ِر ِه‬
Ibnu hajar dan ulama’ lainnya berpendapat:“
Keharaman yang terdapat dalam hadits itu atau
hadits lain adalah apabila azimat itu tidak
mengandung Al Quran dan semisalnya, Adapun
azimat yang di dalamnya mengandung dzikrullah
maka tiada larangan menggunakannya, karena
sesungguhnya hal tersebut digunakan untuk
mengambil barokah, dan berlindung dengan
”nama nama Allah dan dzikir kepada-Nya
Begitu juga meminum air azimat yang
berisikan tulisan Al Quran tidak ada
larangan, Hal ini sebagaimana keputusan
Muktamar NU ke 9 di Banyuwangi bulan
April 1934 M. tentang hukum
diperbolehkanya meminum air yang dilebur
dengan kertas berisikan ayat Al Quran
dengan dasar Kitab I’anatut Thalibin, Juz I
Hlm. 85:
(ُ ‫ش ْر ُب َم ْح ُوه‬ ُ ‫ اَل‬: ُ‫ش ْر ُب َما ُم ِح َي)قَ ْولُه‬ ُ ‫أَ ْياَل يَ ْح ُر ُم‬
‫ش ْى ٍئ ِم َن‬َ ‫ َواَل يُ ْك َرهُ َك ْت ُب‬:‫آن َو ِعبَا َرةُ ا ْل ُم ْغنِ ْي‬
. ِ ‫ِم َنا ْلقُ ْر‬
ِّ ‫س ٰقى َما ُؤهُ لِ ل‬
‫ش َفا ِء‬ ْ ُ‫ا ْلقُ ْر ِآنفِ ْيإِنَا ٍء لِ ي‬
“(Tidak haram meminum leburan Al Quran)
Maksudnya tidak haram meminum leburan
ayat Al Quran”. Dan pernyataan dari kitab
Mughnil Muhtaj: “Dan tidak makruh menulis
suatu (ayat) dari Al Quran dalam sebuah
bejana untuk diminum airnya sebagai obat”.
Kesimpulan
Kegiatan Rebo Wekasan adalah hal positif yang
mengandung unsur-unsur ibadah dan mendekat-
kan diri kepada Allah. Oleh karenanya tradisi atau
kebiasaan ini perlu dipertahankan terlebih
ditingkatkan dalam koridor pelaksanaan ibadah.
Bagi orang yang meyakini kebenaran apa yang
disampaikan oleh para wali maka hendaknya
melakukan kegiatan ibadah pada Rebo Wekasan
dengan bentuk yang mampu dilaksanakan tanpa
harus terkecoh dengan slogan bid’ah maupun
syirik, karena tidak satupun ajaran dari para wali
yang menyimpang dari ajaran Allah .
Dan Bagi yang tidak meyakini, kiranya tidak
mudah melakukan tuduhan bid’ah ataupun
syirik kepada yang mengamalkan tuntunan
Rebo Wekasan ini. Semoga kita semuanya
senantiasa dalam bimbingan hidayah dan
rahmat-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Anda mungkin juga menyukai