Anda di halaman 1dari 12

Konsep Doa Menurut Al-Quran

Makalah ini dibuat untuk memenuhi materi


Nushush Quraniyah
Dosen Pengampu: Hikmatiyar Pasha, Lc.

:Disusun oleh
Amir Hidayatullah
Adnanda Yudha Rhezaldi
Syahid Mujahidin

PROGRAM STUDI ILMU QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
TAHUN AJARAN: 2016-2017
PENDAHULUAN
0

Doa merupaakan salah satu perintah Tuhan yang benilai


sama dengan shalat. Allah memerintahkan setiap hambanya
untuk melakuka doa dalam setiap kegiatan dan aktifirtas agar
kita selalu mengingat-Nya. Doa merupakan sebuah ibadah,
bahkan juga inti dari ibadah tersebut, sebagaimana ibadah haji.
Pada hakekatnya ibadah ialah ungkapan dari lahirnya kesadaran
nurani atau perasaan hajat meminta pertolongan atau bantuan
Allah SWT.
Namun bukan hanya seseorang yang sedang tertimpa
sebuah musibah namun juga untuk seluruh umat Islam yang
masih hidup (diberi rahmat dan kehidupan), dalam keadaan yang
masih sehat dan tidak kurang suatu apa pun. Sebagai manusia
kiranya kita harus berdoa untuk meminta atau bersyukur berkat
rahmat yang maha kuasa. Agar kita diberi kekuatan iman dan
takwa agar tetap bisa melakukan segala perintah-Nya.
Selain itu, kita harus menyadari bahwa situasi yang kita
hadapi sehari-hari berputar seperti roda gerobak. Mungkin hari
ini kita bisa beribadah dengan baik dan tulus, tapi siapa yang
tahu hari berikutnya kita memiliki kemalasan suatu? Mungkin
hari ini kita sangat senang, tapi siapa yang tahu besok nasib kita
atau lusa menjadi sebaliknya? Oleh karena itu, dalam kondisi
yang baik seperti yang kita masih perlu berdoa. Muhammad
Rasulullah saw. Berpesan bahwa tiada sesuatu yang paling mulia
dalam -pandangan Allah, selain dari berdoa kepada-Nya, sedang
kita dalam keadaan lapang.

PEMBAHASAN
1. Epistimologi Doa
Dilihat dari konstruksi hurufnya, doa merupakan kata
serapan yang diadopsi dari bahasa Arab, yaitu al-du`a ().
Adapun dari sisi bentuk atau shighat (), lafadz al-du`a (
)merupakan salah satu bentuk derivasi dalam bentuk
mashdar ( )yang di ambil dari lafadz ( - ). Sedangkan
kata kerja ( - )sendiri, termasuk ke dalam fi`il tsulasi
mujarrad, yaitu kata kerja yang terbentuk dari tiga huruf dal,`ain,
dan alif, dengan menyandang predikat bina` mu`tal naqish.
Pembentukan lafadz mashdar al-du`a ( )dari kata kerja
( - ), mengikuti salah satu kaidah pembentukan mashdar
sima`i

fi`il

tsulasi

mujarrad,

yaitu

apabila

suatu

lafadz

mengandung arti suara, maka pembentukan mashdar akan


mengikuti wazan atau , sehingga lafadz yang secara
teori memiliki bentuk asli , berubah menjadi . Akan
tetapi, hasil derivasi tersebut belum mencapai bentuk final. Hal
ini dikarenakan, bentuk mashdar harus terbentur dengan
ketentuan lain, yaitu apabila huruf wawu atau ya` terletak
sesudah huruf tambahan; huruf alif yang terletak setelah huruf
`ain, maka berdasarkan teori, huruf-huruf tersebut harus diganti
dengan huruf hamzah. Dengan demikian, bentuk mashdar
berubah menjadi atau .
Doa ( )merupakan jenis lafadz yang memiliki makna
lebih dari satu (baca: polisemi). Hal ini terlihat ketika al-Qur`an
menggunakan kata doa beserta derivasinya di berbagai tempat
dengan

sasaran

makna

yang

berbeda.

Berdasarkan

data

deskriptif di dalam kitab al-Mu`jam al-Mufahras li Alfadz al-

Qur`an al-Karim,1 kata doa digunakan sebanyak kurang lebih


dua ratus empat belas kali beserta derivasinya. Abu Ja`far alThabari, salah seoarang pakar tafsir abad ke 3, memaparkan
beberapa hal penting terkait dengan doa. Di dalam karya
tafsirnya dijelaskan bahwa lafadz doa secara umum memiliki dua
pengertian. Pertama, bahwa yang dimaksud dengan doa adalah
segala bentuk amal yang diperintahkan oleh Allah, baik yang
bersifat sunah ataupun wajib. Dengan kata lain, bahwa arti
primer dari doa adalah ibadah.2 Hal ini senada dengan hadis
Nabi:

]




[ 9








Diriwayatkan dari Nu`man ibn Basyir, bahwa Rasulullah

saw bersabda: Tuhanmu telah berkata berdoalah kepadaku


maka akan ku kabulkan, Rasul berkata: doa adalah Ibadah.
Adapun pengertian kedua, menurut al-Thabari merupakan
makna khusus dari kata doa 4 Dalam karya tafsirnya, ia tidak
memberikan

penjelasan

secara

terperinci

terkait

makna

1 Lihat: Muhammad Fuad Abdul Baqi al-Mu`jam al-Mufahras li Alfadz alQur`an al-Karim (kairo: Dar al-Hadis, t.t.), hlm. 257 260.
2 Lihat: Abu Ja`far al-Thabari, Jami` al-Bayan fi Ta`wil al-Qur`an DVD
Maktabah Syamilah, Pustaka Ridwan, 2008 hlm. 485. Juz 3.
3
4 Lihat: Abu Ja`far al-Thabari, Jami` al-Bayan fi Ta`wil al-Qur`an hlm.
485. Juz 3.

sekunder

dari

doa. Akan tetapi, informasi terkait hal ini

terlengkapi dengan beberapa pandangan yang diberikan oleh


para Ulama. Salah satunya yang dipaparkan oleh Abu al-Qasim
al-Husain ibn Muhammad atau lebih dikenal dengan nama AlRaghib al-Ashfahani (w. 502 H), seorang pakar dalam kosa kata
al-Qur`an. Melalui karyanya; al-Mufradat fi Gharib al-Qur`an, ia
menjelaskan bahwa kata doa di dalam al-Qur`an memiliki
beberapa makna,5 diantaranya:
1.

Penamaan (al-tasmiyyah)

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu


seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang
lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang
berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung
(kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa
azab yang pedih. (QS. al-nur (24): 63)
2.

Permohonan (al-su`al)

Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk


kami, agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah
itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa
sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu". (QS. al-Baqarah (2): 68)

5 Al-Raghib al-Ashfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur`anhlm. 169


170.

3.

Memohon perlindungan (al-istightsah)

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan


Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah
kamu menyeru (Tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang
benar!" (QS. al-an`am (6): 40)
4.

Bersedih hati karena penyesalan (al-Ta`assuf)

(akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu sekalian


mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah
kebinasaan yang banyak" (QS. Al-Furqan (25): 14)
5.

Anjuran, dorongan (al-a)

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai


daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak
Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu Aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah
Aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf (12): 33)
6.

Penaikan derajat dan penghormatan (al-rif`ah wa al-tanwih)

Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya Aku


(beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan
apapun baik di dunia maupun di akhirat. dan Sesungguhnya kita
kembali kepada Allah dan Sesungguhnya orang-orang yang
melampaui batas, mereka Itulah penghuni neraka. (QS. AlMukmin (40): 43)

Selain

sebagai

kata

yang

memiliki

banyak

makna

(polisemi), doa juga memiliki beberapa kandungan di dalamnya.


Hal ini dipaparkan oleh Abu Ishaq di dalam mengomentari surat
al-Baqarah ayat 186, yang kemudian dikutip oleh Ibn Ma`dzur di
dalam karyanya; Lisan al-Arab:6

Dari ayat di atas, Abu Ishaq memunculkan konsepnya mengenai

doa yang yang ditujukan kepada Allah. Menurutnya, secara


umum, doa mengandung tiga hal. Pertama, pengesaan dan
pujian kepada Allah. Demi memunculkan gambaran praksis, ia
mengilustrasikannya dengan bentuk ucapan konkrit:


Ya Allah, tiada Tuhan selain Engkau.


Wahai Tuhan kami, segala puji hanya bagi-Mu.
Dengan demikian, ketika disebut nama Allah kemudian
diikuti dengan lafadz yang berorientasi kepada pengesaan serta
pujian kepada Allah, ucapan tersebut termasuk dalam kategori
berdoa kepada Allah. Oleh karena itu, ucapan tahlil, tahmid,
takbir dan berbagai bentuk ucapan lain yang memiliki unsur
pengesaan dan pujian kepada Allah masuk ke dalam kategori
doa.
Kedua,

permohonan

yang

bersifat

rohaniah,

seperti

meminta ampun, rahmat dan lain sebagainya. contohnya di


dalam al-Qur`an adalah:
6 Lihat: Ibn Mandzur, Lisan al-`Arab DVD Maktabah Syamilah, Pustaka
Ridwan, 2008 hlm. 257. Juz 14.

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin


dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami
dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami,
Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Hasyr (59): 10).
Ketiga, permohonan yang berorientasi kepada materi
duniawi. Seperti halnya berdoa meminta rizki, anak, makanan
dan lain-lain. Contoh doa yang mengandung unsur ini di dalam
al-Qur`an:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku,


jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah
rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah
berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri
kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa
neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. AlBaqarah (2): 126).

2. Kata lain yang menunjukkan doa


Ada beberapa kata dalam Al-Quran yang menunjukkan arti
doa di antaranya pada ayat:

157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang


sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk
Shalawat di ayat di atas menunjukkan arti doa dari Allah
dengan bentuk rahmat dan barakah.
3. Interpretasi ayat tentang doa
Pada dasarnya, salah satu landasan konkrit tentang terkabulnya suatu doa
dalam al-Qur`an, adalah surat al-Baqarah ayat 186:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.7

Konsep ijabah atau terkabulnya suatu doa tidak dapat terlepas dari
interpretasi lafadz doa itu sendiri. Hal ini dikarenakan, secara garis besar, doa
memiliki dua pengertian: ibadah sebagai makna pokok, dan juga makna-makna
sekundernya. Dengan kata lain, pengertian ini berimplikasi pada pemahaman
konsep ijabah suatu doa. Oleh karena itu, konsep ijabah al-du`a terbagi menjadi
dua; konsep primer dan sekunder.

7 Terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan latar belakang


turunnya ayat ini. Diantara beberapa riwayat itu disebutkan bahwa
faktor turunnya ayat ini adalah sebuah pertanyaan seoarang penduduk
Arab pedesaan tentang kedekatan Allah. Dalam riwayat lain dijelaskan,
bahwa pertanyaan sahabat terkait tentang keberadaan Allah. Terdapat
pula riwayat yang mengatakan bahwa pertanyaan tersebut tentang
waktu berdoa. Dalam Riwayat lain mengatakan bahwa turunnya ayat
ini dikarenakan adanya sahabat yang berdoa dengan suara yang keras
sehingga Nabi menegurnya. Untuk lebih jelas lihat: Abu al-Fida` Isma`il
ibn Umar ibn Katsir al-Qurasyi al-Damsyiqi, Tafsir al-Qur`an al-`Adzim
(Semarang: Toha Putra, t.t.), hlm. 218. Juz 1.

Terkait dengan lafadz doa yang diartikan sebagai ibadah, al-Thabari


memberikan pandangannya terhadap konsep ijabah dari makna doa tersebut.
menurutnya, kata ijabah di sini memiliki pengertian pemberian pahala. Hal ini
merupakan sebuah konsekwensi konkrit bagi setiap ibadah yang ditunaikan. Oleh
karena itu, konsep doa di sini dapat diartikan sebagai permohonan hamba kepada
Allah dan memohon janji-Nya (seperti halnya) kepada para para wali Allah atas
keta`atan mereka kepada-Nya. Adapun konsep ijabah dari pengertian doa ini,
yaitu balasan yang Allah janjikan kepada setiap orang yang melaksanakan
kewajiban. Dengan kata lain, konsep ibadah ini memiliki pengertian bahwa Allah
akan memberikan pahala bagi setiap ibadah, sebagai bentuk ta`at kepada-Nya.
Konsep inilah yang dipandang sebagai konsep primer dari terkabulnya doa.8
Eksistensi makna-makna lain di dalam lafadz doa, secara otomatis
berimplikasi terhadap pengertian ijabah dalam doa, karena pengertian ijabah
senantiasa menyesuaikan interpretasi lafadz doa. Dalam hal ini, konsep ijabah
terkait dengan lafadz doa yang diinterpretasikan sebagai permohonan, disinggung
di dalam hadis Nabi, yaitu:

Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan doa salah seorang di antara kamu,


melainkan patilah bagi orang yang berdoa salah satu dari tiga perkara: Ada
kalanya Allah mengabulkan doanya (di dunia), atau menundanya hingga di
akhirat, atau menggantinya dengan yang lainnya. (HR. Ahmad).9
Dari keterangan di atas, terlihat konsep ijabah dari makna turunan doa, yaitu
adakalnya doa dikabulkan di dunia, atau di akhirat, bahkan dikabulkan dengan
cara diganti dengan hal yang lebih baik menurut Allah. Hal inilah yang
menunjukan bahwa pada dasarnya, tidak ada doa yang ditolak oleh Allah
(mardud). Karena ada kalanya Allah mengabulkan doa di dunia. Namun, apabila
8 Lihat: Abu Ja`far al-Thabari, Jami` al-Bayan fi Ta`wil al-Qur`an hlm.
485. Juz 3.
9 Hadis ini di tashih oleh al-Hakim. Lihat: Muhammad ibn Isma`il alKahlani Al-Shanani, Subul al-Salam DVD Maktabah Syamilah, Pustaka
Ridwan, 2008 hlm. 249. Juz 7.

doa dirasa tidak terealisasikan didunia, maka terdapat dua kemungkinan. Pertama,
Allah mengabulkannya doa itu di akhirat. Kedua, Allah mewujudkan doa tersebut
dalam bentuk lain yang lebih baik. Dikabulkannya doa, baik itu di dunia, di
akhirat atau bahkan diganti dengan yang lebih baik merupakan hikmah dari Allah
swt. Karena Allah yang Maha mengetahui segala yang baik untuk hambanya.
Dengan kata lain, Allah memberikan apa yang dibutuhkan namun tidak selalu
mengabulkan apa yang diminta.

4. Konsep Doa dalam Al-Quran


Dari sekian penjelasan singkat di atas, dapat diketahui bahwa doa menurut
al-Quran adalah salah satu bentuk ibadah yang disyariatkan Allah SWT kepada
seluruh hamba-Nya yang beriman sebagaimana ditegaskan dalam surat Ghafir
ayat 60:











60. Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"
Dapat dikatakan juga inti dari ibadah adalah doa. Seperti yang kita dapati
dalam ibadah shalat dan haji, dimana kedua ibadah ini penuh dengan doa dalam
setiap pelaksanaanya. Bahkan menurut Bahasa sendiri shalat artinya adalah doa.
Maka, inti ibadah adalah doa.

10

PENUTUP
1. Kesimpulan
Melalui pembahasan singkat ini, dapat disimpulkan beberapa poin
sebagai berikut:
a. Doa memiliki banyak arti dan makna dalam penggunaannya di
Al-Quran
b. Banyak ayat Al-Quran yang mengisyaratkan perintah doa bagi
seorang muslim
c. Beberapa kata lan di Al-Quran memiliki arti yang menjurus
pada makna doa
d. Doa merupakan permintaan janji Allah untuk mengabulkannya
sebagai salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan
2. Penutup
Tidak sedikit dari pembahasan di atas yang masih memiliki banyak
cacat dan kekurangan. Kami selaku penyusun memohon masukan dan
dorongan dari seluruh civitas akademika Universitas Darussalam Gontor
untuk kemajuan kita bersama.
3. Saran
Diharapkan dari para pembaca agar mampu menerapkan konsep doa
menurut al-Quran dalam kehidupan sehari-hari dengan meyakininya
sebagai bagian dari ibadah yang agung dan diperintahkan oleh Allah
Subhanahu Wa Taala
4. Daftar Pustaka
al-Ashfahani, Al-Raghib, al-Mufradat fi Gharib al-Qur`an, t.t.,
t.p., t.k.
al-Thabari, Abu Ja`far, Jami` al-Bayan fi Ta`wil al-Qur`an DVD
Maktabah Syamilah, Pustaka Ridwan, 2008
Al-Shanani, Muhammad ibn Isma`il al-Kahlani, Subul alSalam DVD Maktabah Syamilah, Pustaka Ridwan, 2008
Fuad Abdul Baqi, Muhammad al-Mu`jam al-Mufahras li Alfadz
al-Qur`an al-Karim, Kairo: Dar al-Hadis
Mandzur, Ibn, Lisan al-`Arab DVD Maktabah Syamilah,
Pustaka Ridwan, 2008

11

Anda mungkin juga menyukai