Anda di halaman 1dari 9

MUBHAMAT DAN GHARIB

DALAM AL-QURAN

Kelompok 10
Nur Annisa Oktviyanti
Qory Atiqah Sari
Rizka Nur Imani
PENGERTIAN MUBHAMAT

 Kata al-Mubhamat menurut bahasa, berasal dari kata al-ibham yang menunjuk kepada makna
tersembunyi dan tertutup. Kata al-Mubhamat berasal juga dari kata abhama yang bermakna
samar-samar.Artinya suatu lafaz yang maknanya tidak jelas, sehingga untuk memahaminya
diperlukan dalil lain.
 menurut istilah memiliki makna yaitu semua lafaz yang termaktub dalam Al-Qur’an tanpa
menyebut kannya secara spesifik atau sesuatu yang tertentu yang dikenal, baik dari manusia
maupun selainya
 Berikut adalah kaidah- kaidah mubham dalam Al-Quran :
Kaidah Pertama, “sesuatu yang mubham yang dinyatakan Allah bahwa hanya Dia-lah yang
mengetahuinya tidak perlu lagi dicari tahu maknanya yang lain”
Kaidah Kedua,“ pada dasarnya setiap yang mubham dalam Al-Quran itu tidak perlu dipaksa -
paksakan untuk mengetahui maknanya.”
Kaidah ketiga, “ pengetahuan tentang mubham semata - mata tergantung riwayat, tidak ada
tempat bagi rasio untuk mengetahuinya.”
MACAM-MACAM DAN CONTOH MUBHAMAT DALAM AL-QUR’AN

1. Sudah dijelaskan dalam ayat lain. Misalnya Q.S Al-Fatihah : 7.

“)yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka” ‫ص َراطَ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم‬
ِ
Ayat tersebut sudah dijelaskan dalam firman Allah Q.S An- Nisa : 69

‫ين‬
َ ‫صالِ ِح‬
َّ ‫ش َه َدا ِء َوال‬
ُّ ‫ين َوال‬
َ ِ‫الصدِّيق‬
ِّ ‫ين َو‬ َ ‫سو َل فَأُولَئِ َك َم َع الَّ ِذ‬
َ ِّ‫ين أَ ْن َع َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ِم َن النَّبِي‬ ُ ‫َو َمنْ يُ ِط ِع هَّللا َ َوال َّر‬
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh”.
2. Maksud yang diharapkan sudah jelas karena popularitasnya. Misalnya pada surah Al-Baqarah Ayat 35 :
ْ ‫س ُك ْنأ@َ ْن َت َو َز ْو ُج َك‬
…. َ‫ا@@ل َجنَّة‬ ْ @‫َوق@ُ ْلنَا َي@@ا آ َد ُم@ ا‬
“Dan kami berfirman, “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini,….”
3. Sengaja menutupinya dengan tujuan menegaskan dan menguatkan perintah menyayanginya. Misalnya pada Q.S Al-Baqarah ayat 204 :

َ ‫ش ِه ُد هَّللا َ َعلَى َما فِي قَ ْلبِ ِه َو ُه َو أَلَ ُّد ا ْل ِخ‬


‫ص ِام‬ ْ ُ‫س َمنْ يُ ْع ِجبُكَ قَ ْولُهُ فِي ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوي‬
ِ ‫َو ِم َن النَّا‬
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras”
Bahwa manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah Akhnas ibn Syuraiq yang pada awalnya sangat membenci Islam. Akan tetapi kemudian ia
memeluk agama yang dibawa oleh Muhammad, bahkan ia mampu menjadi muslim yang shaleh.
MACAM-MACAM DAN CONTOH MUBHAMAT DALAM AL-QUR’AN

4. Tidak ditemukan manfaat yang penting dari pengungkapannya secara jelas. Misalnya pada Q.S Al-A’raaf ayat 163 :

…‫ت‬
ِ ‫س ْب‬ َ ‫ض َرةَ ا ْلبَ ْح ِر إِ ْذ يَ ْعد‬
َّ ‫ُون فِي ال‬ ِ ‫سأَ ْلهُ ْم َع ِن ا ْلقَ ْريَ ِة الَّتِي َكانَتْ َحا‬
ْ ‫َوا‬
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israel tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu,...”
Yang dimaksud adalah negeri Ailah atau Thabariyah.
5. Untuk menegaskan muatan yang bersifat global, sekaligus menunjukkan bahwa hal itu tidak berkenaan dengan seseorang secara khusus.
Misalnya pada Q.S An-Nisa ayat 100 :

ِ ‫سو ِل ِه ثُ َّم ي ُ ْد ِر ْكه ُ ا ْل َم ْوتُ فَقَ ْد َوقَ َع أَ ْج ُرهُ َعلَى هَّللا‬


ُ ‫اج ًرا إِلَى هَّللا ِ َو َر‬
ِ ‫َو َمنْ يَ ْخ ُر ْج ِمنْ بَ ْيتِ ِه ُم َه‬
“Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum
sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.”
6. Untuk mengagungkan dengan karakter yang lebih sempurna tanpa menyebutkan namanya. Misalnya QS. Al-Zumar : 33

َ ُ‫ق بِ ِه ۙ أُو ٰلَئِكَ ُه ُم ا ْل ُمتَّق‬


‫ون‬ َ ‫ص َّد‬
َ ‫ْق َو‬ ِّ ‫َوالَّ ِذي َجا َء بِال‬
ِ ‫صد‬
”.Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa “

7. Untuk merendahkan karakter yang jelek. Misalnya pada Q.S Al-Kautsar ayat 3 :

“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”. ‫إِنَّ شَانِئَكَ ُه َو األ ْبتَ ُر‬
Yang dimaksud adalah Ash bin Wail. Dia menghina Rasulullah sebagai abtar (terputus) karena putra beliau meninggal sehingga nasabnya
terputus. Lalu Allah menurunkan surat ini memberitakan bahwa Ash bin Wail yang telah memusuhi Rasulullah itulah yang abtar..
PENGERTIAN GHARIB

 Gharib secara lughawi bermakna “jauh” atau “sesuatu yang bukan dari suatu
kaum.
 Gharib al-Qur’an ialah lafal di dalam Al-Qur’an yang dianggap asing atau sulit
dipahami oleh bangsa Arab, khususnya para sahabat yang mereka
mengetahui turunnya Al-Qur’an.
 Imam as-Syuthi berkata “Bagi orang yang mendalami ilmu ini hendaknya
kembali pada kitab-kitab para ahli sastra bahasa Arab. Adapun para sahabat,
meskipun tidak mendalami bidang ini , mereka orang Arab asli yang fashih
dalam berbahasa Arab dan sewaktu merekalah Al-Qur’an diturunkan. Mereka
mencukupkan dengan bahasa mereka ketika ada kata yang mereka anggap
asing dan tidak berkomentar sedikitpun tentang itu.
MACAM-MACAM DAN CONTOH GHARIB DALAM AL-QUR’AN

 Gharib pada lafal dan maknanya. Maksudnya lafal yang memang jarang atau tidak pernah didengar oleh para sahabat karena
tidak biasa digunakan dalam percakapan orang Arab di masa mereka. Sehingga para sahabat merasa kesulitan dalam
memahami makna lafal.
 Gharib pada penempatan artinya di dalam kalimat Bisa saja lafalnya sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, akan
tetapi pada konteks kalimat tertentu makna yang dikandung lafal menjadi tidak sesuai apabila diartikan dengan makna yang
biasa dipahami.
 CONTOH-CONTOH GHARIB DALAM AL-QURAN
1. Q.S Abassa ayat 31
Artinya, “dan buah-buahan serta rumput-rumputan”. ‫َوفَا ِكهَةً َوأَبًّا‬
Gharib-nya ayat ini terletak pada lafalnya yang jarang atau tidak pernah didengar oleh orang-orang Arab, khususnya para
sahabat yang mencoba memahami makna ayat. Dalam suatu riwayat Ibnu Abbas berkata, “Adapun al-abb adalah dedaunan yang
.dimakan oleh binatang ternak, bukan oleh manusia.” Di riwayat lain disebutkan, “Yakni rerumputan untuk binatang ternak
2. Q.S Fathir ayat 1
‫اع‬
َ َ‫َاث َو ُرب‬ َ ‫اع ِل ال َْمل َا ِئك َ ِة ُر ُسل ًا أُولِي أ َ ْج ِن‬
َ ‫ح ٍة َمثْن َ ٰى َوثُل‬ ِ ‫ات َوال ْأ َ ْر ِض َج‬
ِ ‫الس َم َاو‬ ِ ‫ۚ ال َْح ْم ُد لِل َّ ِه َف‬
َ ّ ‫اط ِر‬
Artinya, “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat”.
Ke-gharib-an lafal ini terletak pada maknanya, dalam pembicaraan sehari-hari fathara diartikan dengan makna membelah,
Namun pada ayat ini kata fathara mengandung arti menciptakan. 
3. Q.S Maryam ayat 13
‫ۖ َو َحنَانًا ِم ْن ل َُدن َّا َو َزك َا ًة‬
Artinya, ”dan (kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dan dosa).
Ke-gharib-an lafal ini terletak pada asingnya penggunaan kata tersebut dalam pembicaraan orang  Arab sehari-hari. Adapun
penafsiran para mufassir dalam mengartikan lafal hananana. Dalam sebuah riwayat, Nafi’ bin Azraq menanyakan kepada Ibnu
Abbas perihal lafal hananan tersebut apakah dikenal oleh bangsa Arab sebelumnya? Beliau menjawab, “Ya. Tidaklah kamu

mendengar Tharfah bin Abd berkata: ِ‫بــــض ِ ّلاــشـِ ّر َاـ ْه َو ُان ِم ْن َ ْع‬
‫بــــض‬ ُ ‫بــــ َضنَا َحنَا َنـيْ َك َ ْع‬
‫ق ْع‬ ْ ‫َاـبَا ُمنْ ِذ ِر َاـ ْقن َ َيْت َ ل‬
َ َْ‫اــستَب‬
‫فـــ‬
Hai Abu Mundzir, kamu telah menghabiskan! Sisakan sebagian untuk kami dua kasih sayangmu, sebagian kejahatan lebih
ringan daripada yang lain.
URGENSI MEMPELAJARI MUBHAMAT DAN GHARIB DALAM AL-QUR’AN

1. Untuk memudahkan mufassir dalam memahami dan mencerna ayat mubhamat,


karena seorang mufassir harus mengetahui dengan benar kepada siapa ayat itu
ditujukan dan apa faedahnya
2. Untuk mengetahui kaidah-kaidah yang terkandung di dalamnya karena secara tidak
langsung kaidah-kaidah inilah yang akan mempermudah kita dalam memahami
Al-Qur’an lebih dalam.
3. Mengundang tumbuhnya penalaran ilmiah. Artinya, mempelajari ayat-ayat yang sulit
dalam pemahamannya itu akan melahirkan berbagai upaya guna memahaminya.
4. Mengambil perhatian umat. Dengan diketahuinya ke-gharib-an ayat-ayat Al-Qur’an,
maka terasa mendalam ketinggian bahasa yang dibawa oleh Al-Qur’an.
Memperoleh keyakinan eksistensi Al-Qur’an sebagai kalam ilahi.
‫شكرا كثيرا‬

Anda mungkin juga menyukai