Anda di halaman 1dari 14

Hadits Arbain ke 27

‫‪Matan 1‬‬

‫ول الل َّ ِه‬ ‫تـ َر ُس َ‬ ‫َ ُ‬‫ْ‬ ‫ل‬‫َأ‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ار‬
‫ِ‬ ‫ص‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ن‬ ‫َأ‬‫ْ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ان‬ ‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫ِ‬
‫س‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫ْ‬ ‫ب‬ ‫اس‬ ‫ِ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫ع‬
‫َ‬
‫ّ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬
‫ال ال ْ ِب ُّر ُح ْس ُن‬ ‫ع ْن ال ْ ِب ِ ّر َوالِْإثْ ِم َف َق َ‬ ‫م‬‫َ‬ ‫ّ‬
‫ُ َ ْ َ َ َ َ‬‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫َي‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫َصل ّ‬
‫عل َيْ ِه‬ ‫ـ‬
‫ع‬
‫َ َّ َ َ‬ ‫ِ‬ ‫ل‬‫ط‬‫ي‬ ‫ن‬‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫ت‬ ‫ال ُْخل ُِق َوالِْإثْ ُم َما َحا َك ِفي َص ْد ِر َك َوك َ ِر ْه َ‬
‫اس‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ن‬ ‫ال‬
 Dari An Nawwas bin Sim’an Al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam tentang kebajikan dan dosa. Lalu Beliau bersabda: “Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa
adalah apa-apa yang meresahkan dadamu, dan kamu benci jika itu diketahui oleh manusia.”
‫ت َر ُسول الله‬ ‫ال‪ :‬أتَيْ ُ‬‫وعن َوا ِب َص َة بن َمعب ٍد – رضي الله عنه – ‪َ ،‬ق َ‬
‫أل َع ِن ال ِب ِ ّر ؟ ))‬ ‫جئت تَ ْس ُ‬‫َ‬ ‫ال‪(( :‬‬‫– صلى الله عليه وسلم ‪َ ،-‬ف َق َ‬
‫اط َمأنَّت ِإ ل َيْ ِه‬ ‫ّ َ ْ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫‪:‬‬ ‫البر‬
‫ُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْب‬ ‫ل‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ت‬ ‫استَ ْف‬
‫ال ‪ْ (( :‬‬ ‫ْت ‪ :‬ن َ َع ْم ‪َ ،‬ف َق َ‬ ‫ُقل ُ‬
‫مأن ِإ ل َيْ ِه ال َقل ُْب ‪َ ،‬واإلث ْ ُم ‪َ :‬ما َحا َك في الن ّ َ ْف ِس ‪َ ،‬وتَ َر َّد َد‬ ‫اط َّ‬ ‫فس ‪َ ،‬و ْ‬ ‫الن َّ ُ‬
‫اس َوأ ْفتُو َك )) حديث حسن ‪ ،‬رويناه في‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫ف‬
‫ْ‬ ‫أ‬ ‫إن‬
‫ْ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫ر‬
‫ِ‬ ‫د‬
‫ْ‬ ‫الص‬
‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫ف‬
‫مسندي اإلمامين أحمد بن حنبل ‪ ،‬والدارمي بإسناد حسن‬
Dari Wabishah bin Ma’bad Radhiallahu ‘Anhu, Beliau berkata: “Saya mendatangi
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu Beliau bersabda: “Kamu datang
untuk menanyakan tentang kebajikan?” Aku berkata: “Ya.” Lalu Beliau bersabda:
“Mintalah fatwa kepada hatimu, kebaikan adalah apa-apa yang membuat jiwa dan
hati menjadi tenang,  sedangkan dosa adalah apa-apa yang membuat jiwamu resah,
dan dadamu menjadi bimbang, walaupun manusia telah memberikan fatwa bagimu.”
(Hadits hasan, kami meriwayatkan dalam Musnad dua imam, Ahmad bin Hambal
dan Ad Darimi, dengan isnad yang hasan)
Kandungan Hadits Secara Global

 Hadits ini, untuk kesekian kalinya menunjukkan kedudukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di
tengah-tengah manusia sebagai pemimpin, mufti, juru nasihat, tempat bertanya, dan problem solver.
Sekaligus menunjukkan hubungan yang sangat dekat antara Beliau dengan masyarakatnya. “Mereka
bertanya kepadamu tentang…”
 Hadits ini juga menunjukkan perhatian yang begitu besar dari para sahabat nabi tentang pembinaan
moralitas. Mereka selalu bertanya tentang kepentingan akhirat dan Kebajikan dan dosa harus jelas bedanya.
 Hadits ini juga menegaskan tentang kedudukan akhlak yang baik, sebab itu adalah kebajikan. Sekaligus
stimulus kepada kita untuk membina diri agar dapat menggapai husnul khuluq (akhlak yang baik).
 Pada hadits ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan tentang ciri-ciri perbuatan yang disebut  Al
Bir (kebajikan), yaitu: melakukan akhlak yang baik dan perbuatan itu membuat hati dan jiwa menjadi
tentram. Sedangkan ciri-ciri Al Itsm (dosa) adalah: Apa-apa yang membuat hati dan jiwa menjadi tidak
tentram dan kita takut dan malu jika orang tahu perbuatan tersebut
 Dibolehkan meminta fatwa kepada hati kita, walau manusia telah memberikan jawaban untuk kita. Tetapi
kapan dan bagaimana itu ? Ada beberapa syarat:
Pertama, ketika masalahnya masih samar, dan kita mengalami keraguan dari jawaban yang ada karena
kesamarannya itu.

Kedua, tidak berlaku bagi orang yang dikenal sebagai ahli maksiat, jaahil (bodoh) terhadap agama, dan
pengikut hawa nafsu.

 Ketiga, tidak berlaku untuk masalah yang sudah sangat jelas dan pasti, baik tertulis dalam Al Quran dan As
Sunnah, atau dijelaskan dengan gamblang dan detil oleh ulama sehingga tidak ada kesamaran sehingga
membuatnya tenang.
Makna Kata dan Kalimat

َ ‫ان الَْأن ْ َص ِار ِ ّي َق‬


 ‫ال‬ ِ ‫ع ْن الن ّ ََّو‬
َ ‫اس بْ ِن ِس ْم َع‬ َ : dari An Nawas bin Sim’an Al Anshari, beliau berkata:
 Beliau adalah An Nawwas bin Sim’an Al Kilaabiy, ada yang menyebut Al Anshaariy. Namun yang lebih
masyhur dia adalah Al Kilaabiy, sebagaimana dikatakan Al Maziri dan Al Qadhi ‘Iyadh. Beliau adalah
sahabat nabi, begitu pula ayahnya. Nama beliau An Nawwas bin Sim’an bin Khalid bin Abdullah bin Amru
bin Qurth bin Abdullah bin Abu Bakar bin Kilaab bin Rabi’ah bin ‘Aamir bin Sha’sha’ah. Beliau
meriwayatkan hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ada pun yang meriwayatkan darinya adalah
Jubair bin Nufair tentang shalat dan Al Fitan, Nufair bin Abdullah, Abu Idris Al Khaulani, dan segolongan
sahabat. Beliau tinggal di Syam, dan penduduk Syam mengambil hadits darinya. Dia memliki 17 hadits
yang diriwayatkan secara menyendiri dari nabi. Hadits beliau dipakai oleh Imam Muslim dalam Shahihnya
dan Imam Bukhari dalam Adabul Mufradnya.
 ‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم‬
َ ‫ول الل َّ ِه َصلَّى الل َّ ُه‬ ُ ‫ َسَأل‬: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
َ ‫ْت َر ُس‬
 ‫ع ْن ال ْ ِب ِ ّر‬
َ : tentang kebajikan. Ini hal pertama yang ditanyakan oleh An Nawwas bin Sim’an yaitu tentang apa
makna Al Birr. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang Berlaku adil. (QS. Al Mumtahanah (60): 8)
 ‫ َوالِْإثْ ِم‬: dan dosa. Dosa adalah meninggalkan apa-apa yang Allah perintahkan untuk dilakukan. (Tafsir Al
Quran Al ‘Azhim, 2/13. Lihat juga Syaikh Jamaluddin Al Qasimi dalam Mahasin A Ta’wil)

 ‫خل ُِق‬
ُ ْ ‫ال ال ْ ِب ُّر ُح ْس ُن ال‬
َ َ‫ َفق‬: lalu Beliau bersabda: Al Birr adalah akhlak yang baik. Inilah jawaban Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam tentang makna Al Birr, sekaligus ini menjadi definisinya menurut syariat. Ada pun husnul
khuluq (akhlak yang baik), telah pula disebutkan oleh Imam An Nawawi apa-apa saja yang termasuk husnul
khuluq. Sebenarnya akhlak yang baik –selain bisa diketahui melalui petunjuk wahyu- juga bisa diketahui
oleh manusia yang memiliki akal yang sehat dan jiwa yang bersih.
 ‫ َوالِْإثْ ُم َما َحا َك ِفي َص ْد ِر َك‬: dan dosa adalah apa-apa yang meresahkan dada. Jadi, perbuatan tersebut membuat
lahirnya protes di dalam hati. Dan, seperti itulah perasaan setiap manusia yang melakukan dosa, ada
perasaan tidak tenang dan bersalah, kecuali orang-orang yang memang hatinya telah kesat bahkan mati.
Orang seperti ini sudah tidak ada lagi kepekaan terhadap dosa; baik dan buruk, pahala dan dosa, baginya
adalah sama saja, dan tidak ada pengaruh apa pun dalam perasaannya. Tidak ada beban sama sekali.
 Penjelasan İmam Nawawi yaitu dadanya resah, bimbang, dan membuat dada tidak lapang, dan
mendatangkan keraguan di hati dan takut hal itu merupakan dosa. (Al Minhaj, 16/111)
Nah, di sinilah letak pentingnya nasihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

 ‫َد ْع َما يَ ِريْبُ َك ِإ ل َى َما ال َ يَ ِريْبُ َك‬


 “Tinggalkan apa-apa yang kamu ragukan, menuju apa-apa yang kamu tidak ragu.”

ُ َ ‫ت َأ ْن يَ َّطلِ َع‬
 ‫عل َيْ ِه الن َّاس‬ َ ‫ َوك َِر ْه‬: dan kamu benci jika itu diketahui oleh manusia
 Yaitu kamu tidak suka, tidak senang, dan malu jika perbuatanmu itu nampak dan dilihat orang lain, karena
mereka tahu bahwa perbuatanmu itu tidak pantas dilakukan. Ketidaksenangan dan rasa malu itu
menunjukkan bahwa dia memang melakukan kesalahan.
 Tetapi, bagi manusia yang tipis rasa malunya bahkan tidak ada malu sama sekali, mereka sama sekali tidak
mempermasalahkan keburukan yang dilakukannya dilihat banyak manusia. Tidak sensitif terhadap dosa dan
maksiat. Korupsi dan risywah terang-terangan, berzina direkam sendiri lalu dia sendiri yang menyebarkan
ke khalayak ramai, menampakkan aurat secara demonstratif, dan seterusnya.Maka, penting bagi kita
menjaga kualitas ruhiyah dan imaniyah agar Allah Ta’ala memberikan bashirah (mata hati) untuk
mengetahui baik dan buruk secara jelas dan tidak samar, dan memohon kepadaNya agar kita diberikan
kekuatan untuk tetap bersama kebaikan dan orang-orang baik.

Anda mungkin juga menyukai