Anda di halaman 1dari 5

BATASAN MERAPATKAN SHAF SHALAT

Dalam hal ibadah tentu kita di tuntut untuk menyempurnakan nilai-nilai syarat dan
rukunnya,serta menjaga kualitas dari setiap ibadah adalah fardhu ain,maka menyempurnakan setiap
amalan yang wajib itu adalah dengan mengerjakan hal-hal sunah sebagaiman yang telah rasul ajarkan
dan contohkan.

Didalam pelaksanaan shalat berjama'ah meluruskan shaf dan menutup celah syetan adalah merupakan
kaifiyat dhalat yang di syariatkan sebagai mana dalam hadits:

Hadits pertama (Hadits #1086)

‫ يَ ْم َس ُح َمنَا ِكبَنَا‬، ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ‫ َكانَ َرسُوْ ُل هللا‬: ‫ قَا َل‬، ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫َوع َْن َأبِي َم ْسعُوْ ٍد َر‬
، ‫ لِيَلِيَنِي ِم ْن ُك ْم ُأولُو اَألحْ الَ ِم َوالنُّهَى‬، ‫ (( اِ ْستَوُوْ ا َوالَ ت َْختَلِفُوا فَت َْختَلِفَ قُلُوبُ ُك ْم‬: ‫ َويَقُو ُل‬، ‫صالَ ِة‬ َّ ‫فِي ال‬
‫ ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم )) َر َواهُ ُمسلِم‬، ‫ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم‬
Abu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengusap
pundak-pundak kami ketika shalat dan berkata, “Luruskanlah dan janganlah berselisih, sehingga
berselisihlah pula hati kalian. Hendaklah orang-orang yang dewasa dan berakal (yang punya
keutamaan) dekat denganku (dekat dengan imam), lalu diikuti orang-orang setelah mereka, lalu orang-
orang setelah mereka.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 432].

Hadits kedua (Hadits #1087)

‫إن‬ ُ D‫ (( َس ُّووا‬: – ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َّ َ‫صفُوفَ ُك ْم ؛ ف‬ َ – ِ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، – ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫س – َر‬ٍ َ‫َوع َْن َأن‬
ٌ َ‫صالَ ِة )) ُمتَّف‬
‫ق َعلَي ِه‬ َّ ‫ تَس ِْويَةَ الصَّفِّ ِم ْن تَ َم ِام ال‬.

ِ ُ‫إن تَس ِْويَةَ الصُّ ف‬


َّ ‫وف ِم ْن إقَا َم ِة ال‬
)) ‫صالَ ِة‬ ِ ‫ َوفِي ِر َوايَ ٍة لِ ْلبُخ‬.
َّ َ‫ (( ف‬: ‫َاري‬
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Luruskanlah shaf-
shaf kalian karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no.
723 dan Muslim, no. 433].

Hadits ketiga (Hadits #1088)

‫ (( َأقِي ُموا‬: ‫ فَقَا َل‬، ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم – بِ َوجْ ِه ِه‬ َ – ِ‫ل َعلَ ْينَا َرسُو ُل هللا‬Dَ َ‫صالَةُ فَأ ْقب‬ ِ ‫ ُأقِي َم‬: ‫ قَا َل‬، ُ‫َو َع ْنه‬
َّ ‫ت ال‬
ُ‫ َو ُم ْسلِ ٌم بِ َم ْعنَاه‬، ‫َاريُّ بِلَ ْف ِظ ِه‬
ِ ‫ )) َر َواهُ البُخ‬D‫صفُوفَ ُك ْم َوت ََراصُّ وا ؛ فَإنِّي أ َرا ُك ْم ِم ْن َو َرا ِء ظَه ِْري‬
ُ .

‫احبِ ِه َوقَ َد َمهُ بِقَ َد ِم ِه‬


ِ ‫ص‬َ ‫ب‬ ُ ‫ َو َكانَ َأ َح ُدنَا ي ُْل ِز‬:‫َاري‬
ِ ‫ق َم ْن ِكبَهُ بِ َم ْن ِك‬ ِ ‫ ِر َوايَ ٍة لِ ْلبُخ‬D‫ َوفِي‬.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Iqamah shalat telah dikumandangkan, lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menghadap kami kemudian berkata, ‘Luruskanlah dan rapatkanlah shaf-shaf kalian
karena aku dapat melihat kalian dari belakang punggungku.’” (HR. Bukhari dengan lafazhnya,
sedangkan diriwayatkan oleh Imam Muslim secara makna) [HR. Bukhari, no. 719 dan Muslim, no.
434].Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, “Salah seorang dari kami menempelkan bahunya dengan
bahu rekannya dan telapak kakinya dengan telapak kaki rekannya.”

Hadits keempat (Hadits #1092)

ِ َ‫ َوق‬، ‫م‬Dْ ‫صفُوفَ ُك‬


‫اربُوا‬ ُ D‫ (( رُصُّ وا‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬، ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ َأ َّن َرس‬: ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬
َ ِ‫ُول هللا‬ ِ ‫س – َر‬ ٍ َ‫َوع َْن َأن‬
َ ‫ َكَأنَّهَا‬، ِّ‫ نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه إنِّي َأل َرى ال َّش ْيطَانَ يَ ْد ُخ ُل ِم ْن خَ لَ ِل الصَّف‬D‫َاق؛ فَ َوالَّ ِذي‬
)) ُ‫الح َذف‬ ِ ‫ بِاأل ْعن‬D‫ َو َحا ُذوا‬، ‫بَ ْينَهَا‬
‫ط ُم ْسلِ ٍم‬Dِ ْ‫ص ِح ْي ٌح َر َواهُ أبُو دَا ُو َد بِِإ ْسنَا ٍد َعلَى شَر‬
َ ‫ْث‬ ٌ ‫ح ِدي‬.َ

‫ر تَ ُكنُ ۡونُ بِ ۡاليَ ِم ۡي ِن‬Dٌ ‫صغَا‬


ِ ‫ال َح َذفُ ِه َي َغنَ ٌم س ُۡو ٌد‬
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rapatkanlah
shaf kalian, dekatkanlah di antara shaf-shaf, dan sejajarkanlah tengkuk-tengkuk kalian. Demi Allah yang
diriku ada pada tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk ke sela-sela shaf, seperti domba
kecil.” (HR. Abu Daud, shahih dengan sanad sesuai syarat Muslim). Al-Hadzaf adalah domba hitam kecil
yang hidup di Yaman. [HR. Abu Daud, no. 667 dan An-Nasa’i, no. 816. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini shahih].

Berdasarkan hadits - hadits di atas jelas bahwasanya meluruskan dan menutup celah shaf saat shalat
berjamaah adalah sangat penting bahkan termasuk dalam tata cara sempurnanya shalat berjamaah .

A.PERHATIAN SAHABAT DALAM MELURUSKAN SHAF

Para Sahabat merupakan generasi terbaik umat ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mereka
berusaha mengamalkan tuntunan Nabi dengan sebaik-baiknya. Selain riwayat-riwayat di atas yang
menunjukkan kesungguhan para Sahabat sebagai makmûm dalam mempraktekkan perintah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , juga ada riwayat-riwayat lain yang menunjukkan hal ini. Berikut ini di
antaranya:

َ‫صالَ ِة ِإقَا َمة‬ ِ ‫ َو َحا ُذوْ ا بَ ْينَ ْال َمنَا ِك‬D‫ْت ع ُْث َمانَ َوه َُو يَقُوْ ُل اِ ْستَوُوْ ا‬
َّ ‫ب فَِإ َّن ِم ْن تَ َم ِام ال‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ك ْب ِن َأبِ ْي عَا ِم ٍر قَا َل‬ ِ ِ‫ع َْن َمال‬
‫م بِِإقَا َم ِة الصفوف‬Dُْ‫ َو َكانَ اَل يُ َكبِّ ُر َحتَّى يَْأتِ ْي ِه ِر َجا ٌل قَ ْد َو َّكلَه‬: ‫َّف قَا َل‬
ِ ‫الص‬.
Dari Malik bin Abi ‘Aamir, dia berkata, “Aku mendengar ‘Utsman mengatakan, “Luruslah! Sejajarkan
bahu-bahu, sesungguhnya meluruskan shaf termasuk kesempurnaan shalat”. Malik bin Abi ‘Aamir
berkata, “‘Dahulu, Utsman Radhiyallahu anhu tidak (mulai) bertakbir sampai datang orang-orang yang
dia tugaskan untuk meluruskan shaf”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 1/387].Referensi:
https://almanhaj.or.id/6507-perintah-menyempurnakan-shaf.html

B.Makna llzaq (Menempelkan Bahu dan Mata Kaki)

Mengenai makna ilzaq disini beberapa ulama memaknai nya dengan makna majazi (hiperbolis),adapun
diantara para ulama tersebut adalah:

1.Ibnu Hajar Al Asqalany


Beliau menjelaskan Imam Al Bukhary memasukannya ke dalam bab:

ِّ‫ب َو ْالقَد َِم بِ ْالقَد َِم فِي الصَّف‬


ِ ‫ب بِ ْال َم ْن ِك‬
ِ ‫َاق ْال َم ْن ِك‬
ِ ‫بَاب ِإ ْلز‬
Menempelkan pundak dengan pundak, dan (menempelkan) telapak kaki dengan telapak kaki di dalam
shaf’.

Al Hafiz ibnu hajar menyatakan bahwa hadits anas bin malik menunjukan kepada kesungguhan dalam
meluruskan dan merapatkan shaf:

"Yang dimaksudkan dengan hal itu adalah bersungguh-sungguh dalam meluruskan shaf dan menutupi
celah-celah. Perintah dan anjuran untuk menutupi celah shaf itu ada dalam banyak hadits”. [Fathul
Bâri, 3/77].

Bila dimaknai dengan makna hakiki tentu dalam prakteknya akan menyebabkan kesulitan untuk
mendaptkan kekhusyuan dan tumaninah maka bila diartikan secara mubalaghoh yaitu dengan makna
majazi itu lebih tepat sehingga ilzaq itu diartikan berdekatan tanpa harus menempelkan bahu atau tumit
sehingga dalam prakteknya akan lebih mendapatkan kekhusyuan dan ketumaninahan saat pelaksanaan
shalat berjamaah.

2.Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin r.a.

Beliau pun menjelaskan, “Menempelkan mata kaki satu dan lainnya tak ragu lagi ada dalilnya dari para
sahabat. Karena dahulu mereka meluruskan shaf dengan merapatkan mata kaki mereka dengan
lainnya. Jadi lurusnya shaf didapati dengan menempelkan mata kaki satu dan lainnya.

Posisi ini dilakukan ketika membuat shaf dan orang-orang telah berdiri. Jadi menempelkan tadi dengan
maksud untuk membuat shaf lurus saja. Bukanlah maknanya harus menempelkan dengan rapat yang
terus dituntut dilakukan sepanjang shalat. Termasuk bentuk berlebihan yang dilakukan oleh sebagian
orang adalah menempelkan mata kaki dengan mata kaki saja sedangkan untuk pundak terdapat celah.
Seperti ini malah menyelisihi ajaran Nabi SAW. Yang dimaksud merapatkan di sini adalah antara pundak
dan mata kaki itu sama sejajar tanpa harus menempelkannya”.

3.FORUM TANYA JAWAB KONSULTASI SYARI'AH

Dalam sesi tanya jawab yang di adakan oleh PERSIS BANTEN dengan pertanyaan dari mustami' terkait
dengan ilzaq maka mereka memberikan jawaban tanpa mengesampingkan pendapat yang lainnya
adapun jawban dari pertanyaan sebagai berikut:

Pertama :

Maksud dari merapatkan adalah dengan cara menempelkan tumit dan bahu satu sama lain. Kelompok
ini memahami arti ilzaq secara dzahir yaitu dengan biasanya dilakukan oleh khuruj,sebagian dari
kalangan salafiyah.

Kedua :
Maksud dari merapatkan shaf itu bukan atau tidak mesti dengan menempelkan, tapi dengan cara
melurukan shaf serta mengisi ruang yang kosong antara orang yang berjamaah dalam shaff tersebut.
Adapun makna ilzaq itu lebih kepada ungkapan hiperbolik atau mubalaghah, saling rapat, lurusnya shaf
serta mengisi ruang yang kosong (Fath al-Bary 2/221, Irsyad al-Sary 2/67, Umdah al-Qary, 5/259).
Analoginya seperti rapat dalam baris-berbaris tidak mesti bersentuhan atau menempel satu sama lain,
begitu juga dengan shalat, hanya yang membedakan harus berdekatan dan tidak ada ruang yang kosong,
tanpa harus dirapatkan.Pemahaman tersebut menggunakan metodologi maudlui dengan jalan
mengumpulkan semua hadits yang berkaitan dan menempatkan hadits ilzaq dimaknai dengan makna
majazi yaitu mubalaghah bukan secara hakiki. Hadits-hadits lain yang menjadi bahan pertimbangan
adalah hadits yang di riwyatkan abu dawud,dan ibnu hiban dari anas bin malik seperti diatas.

Di samping itu, jika ilzaq diartikan secara haqiqi, maka dalam prakteknya sedikit kesulitan serta gerakan-
gerakan akibat tempelan, baik kaki maupun bahu terkadang membuat tidak tu’maninah serta
mengurangi kekhusyuan. Faktor tu’maninah dan kekhusyuan juga menjadi bahan pertimbangan dalam
memahami hadits tersebut secara tepat. Dengan demikian pendapat yang lebih kuat adalah pendapat
yang kedua.

Konsultasi Syariah ini diasuh oleh :Ustadz Ginanjar Nugraha, M.Sy.Diskusi dan pertanyaan lebih lanjut via
sms/wa +62 856-9541-6757 atau via e-mail: pwpemudapersisbanten@gmail.com

4.DEWAN HISBAH PERSIS

Pembahasan dewan hisbah persis mengenai ilzaq ini terdapat dua hadits yang disepakati keshahihannya
yaitu hadits dari anas bin malik dan nu'man bin basyir,namun dari segi dilalah para ulama berbeda
pendapat.

1.Ilzaq merupakan ungkapan mubalaghoh seecara majazi mengenai lurus dan rapat shaf serta mengisi
celah yang kosong:"Bab merapatkan pundak dengan pundak kaki dengan kaki" maksudnya ungkapan
mubalaghoh tentang lurusnya shaf dan menutup celah.( lihat Fathul Bari 2/211,Irsyad Al-sari
2/67,Umdah Al Qari 5/529).

2.menutup celah agar tidak masuk syetan itu diperintahkan bahkan dalam satu riwayat dikatakan bahwa
Rasulullah langsung lah yang memeriksa shaf shalat berjamaah dari ujung ke ujung:"Adalah Rasulullah
SAW biasa memasuki celah celah shaf dari ujung hingga ujung lainnya.

3.Apabila di artikan secara hakiki maka para sahabat melakukannya saat meluruskan shaf sebelum
shalat saja sebagai bagian dari kesempurnaan shalat salah satunya dengan cara ilzaq,dan tidak ada
riwayat yang menunjukan untuk meneruskan ilzaq tersebut ketika shalat.Fathul Bari 5/144).

Kesimpulan:

1.Jika Ilzaq hanya sebagai metode meluruskan shaf dan dilakukan sebelum shalat saja (hakiki) maka
boleh.
2.Adapun jarak dan batasan shaf berjamaah sebagaimana yang diisyaratkan rasul untuk merapatkan
serta menutup celah syetan seperti seekor anak kambing( analoginya rapat tidak masuk seukuran anak
kambing atau manusia tanpa perlu menempelkan bahunya,dan tidak mengganggu dan mengurangi
kekhusyuan dan ketumaninahan dalam shalat).

3.apabila ilzaq dipaksakan bahkan dilanjutkan dalam shalat maka hukumnya bid'ah,karna para
sahabatpun melakukannya hanya ketika sebelum shalat.

Anda mungkin juga menyukai