Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kampus Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta Timur, 13220
Gedung K, Ruang 207, Telp. 021 - 47881925, E-mail: pai@unj.ac.id

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Indra Arif Ramadhan


NIM : 1404623032
Semester : 120 Tahun Akademik 2023/2024
Mata Kuliah/ SKS : Ulumul Hadits/3 SKS
Kelas : 2023 B
Hari/Tanggal : Selasa/26 Maret 2024
Time : 15.00-17.50 WIB
Ruang : GDS 1014
Type Ujian : Penugasan/Take Home Exam (Maksimum, 4 April 2024).

PETUNJUK UMUM:
1. Ujian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memotivasi pembelajaran Anda tentang materi
dalam mata kuliah Ulumul Hadis.
2. Baca setiap pertanyaan dengan seksama sebelum menjawab.
3. Ujian ini diperuntukan secara individu. Karenanya, hindari kerja sama antar mahasiswa dan
hindari plagiarisme. Jawaban Anda harus sepenuhnya asli dan disertai dengan referensi yang
sesuai jika Anda menggunakan sumber-sumber tertentu.
4. Jawaban diketik dalam format file Ms Word.
5. Batas waktu pengumpulan jawaban adalah Senin, 4 April 2024 pukul 15.00 WIB. Pastikan untuk
mengirimkan jawaban Anda sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jawaban lengkap yang
dikirimkan lebih awal mendapatkan tambahan poin.
6. Pengumpulan file Ms Word sebagai jawaban UTS dilakukan melalui tautan berikut:
https://forms.gle/BFfyXaQBKoYFKYZs5
7. Jadikan UTS ini sebagai media pembelajaran individu yang bermakna.

SOAL UJIAN:
1. Terdapat beberapa jenis dan pembagian hadis yang penting untuk dipahami dalam studi Ulumul
Hadis. Berikan penjelasan tentang jenis hadis berikut dan sertakan satu contoh hadis untuk setiap
jenis hadis:
a. Berdasarkan jenisnya
1) Hadis Qauli: hadis yang berdasarkan segala bentuk perkataan atau ucapan yang
disandarkan kepada Rasulullah.
‫ َم ْن َك َذ َب َع َلَّي ُم َتَعِّم ًدا َفْلَيَتَبَّو ْأ َم ْقَعَده ِم َن الَّناِر‬: ‫ َقاَل َرُسْو ُل ِهلل َص َّلى هلل َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َعْن َأِبي ُهَرْيَر ة َقاَل‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w., besabdah “Barang siapa
sengaja berdusta atas diriku, maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat
tinggalnya di neraka.”
2) Hadis Fi’li: hadis yang berdasarkan segala perbuatan yang disandarkan kepada
Rasulullah.
‫ َألَّلُهَّم َهِذِه ِقْس َم ِتْي ِفْيَم ا َأْم َلَك َفال ُتْلِمِني‬: ‫َعْن َعاِئَشة َأَّن الَّنِبَّي صلى هلل عليه وسلم َك اَن َيْقِس ُم َبْيَن ِنَس اِئِه َفَيْعِد ُل َو َيُقْو ُل‬
‫ِفْيَم ا َتْم ِلُك َو ال َأْم َلك‬
Artinya: Dari A’isyah, sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w., membagi (nafkah
batin dan giliranya), diantara istri-istrinya dengan adil. Beliau bersabdah, “Ya
Allah! Inilah pembagiankau pada apa yang aku miliki.
Janganlah engkau mencelaku dalam perkara yang tidak aku miliki.” (H.R. Abu
Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
3) Hadis Taqiri:
hadis ini mengandung ketetapan Rasulullah terhadap apa yang dating atau
dilakukan oleh para sahabatnya.
‫ال ُيَص ِّلْيَن َأَح ُد اْلَعْص َر ِإال ِفي َبِنْي ُقَرْيَض ة‬
Artinya: Janganlah sorang pun melakukan shalat Ashar, kecuali nanti di Bani
quraidhoh. (H.R Al-Bukhori).
b. Berdasarkan ketersambungannya kepada Nabi Muhammad SAW
1) Hadis Marfu: segala perkataan, perbuatan dan taqrir (kesepakatan) yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik bersambung sanadnya, maupun tidak.
baik yang menyandarkan itu Sahabat Nabi maupun bukan.
‫ ال يقبل هلال صالة بْغ ي طهور‬: ‫عن عمر بن اخلطاب رضي هلال عنه قالَ سعت رسول هلال صلى هلال عليه وسلم يقول‬
‫وال صدقة من غلول‬
Dari Umar bin Khattab ra, beliau berkata : saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda : Allah SWT tidak menerima sholat dari orang yang tidak suci, dan tidak
menerima sedekah dari tipu daya. (HR. Muslim)
2) Hadis Mauquf: perkataan atau perbuatan yang disandarkan kepada Sahabat,
baik sanadnya bersambung maupun tidak.
‫عن ابن عمر قال من استفاد ماال فال زكاة فيه حىت حيول عليه احلول رواه اِلتمذى‬
Dari Ibn Umar ra berkata : “barang siapa mendapatkan harta, maka tidak ada
zakat atasnya kecauali setelah melewati satu tahun. (HR. Turmuzi)
3) Hadis Maqtu: perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi'in serta
di-mauquf-kan (berhenti sanadnya) kepadanya, baik sanadnya
bersambung atau tidak.
‫ صل وعليه بد عته‬: ‫قول احلسن البصري يف الصالة خلف املبتدع‬
Perkataan Hasan Bashri mengenai shalat di belakang ahli bid'ah, "Shalatlah dan
dia akan menanggung dosa atas perbuatan bid'ahnya".
c. Berdasarkan Kuantitas Periwayatan
1) Mutawatir: hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak pada setiap
tingkatan sanadnya, yang menurut akal tidak mungkin para perawi tersebut
sepakat untuk memalsukan hadis.
1. Hadis Mutawatir Lafzdi: hadis mutawatir yang lafaz dan maknanya
sesuai dengan riwayat aslinya (Nabi saw).
‫من كذب علي متعمدًا فليتبوأ مقعده من النار‬
“Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka dia akan
mendapatkan tempat duduknya dari api neraka”.
2. Hadis Mutawatir Ma’nawi: hadis mutawatir yang secara redaksional
berbeda antara satu riwayat dengan riwayat lainnya tetapi ada kesamaan
makna.
‫قال موسى ما رفع رسول هلال صلى هلال عليه وسلم يديه حىت رؤى بياض إبطه يف شيئ‬
‫من دعائه إاال ىف اإلستسقاء رواه اليخار ومسلم‬
“Abu Musa berkata Rasulullah SAW pada waktu berdoa tidak mengangkat
kedua tangannya begitu tinggi sehingga terlihat kedua ketiaknya yang putih,
kecuali pada waktu berdoa memohon hujan”. (HR. Mutafaq’ Alaihi).
3. Hadis Mutawatir Amali: hadis yang berupa amalan agama (ibadah) yang
dikerjakan Rasulullah, kemudian diikuti para sahabat, lalu para tabi’in dan
seterusnya sampai pada generasi kita sekarang ini.

2) Ahad: hadis yang tidak sampai pada derajat mutawatir.


1. Hadis Ahad Masyhur: hadis yang diriwayatkan oleh 3 perawi atau lebih di
setiap thobaqohnya dan tidak sampai batas mutawatir.
‫ المسلم من لم يزعج المسلمون لسانه ويده‬: ‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
“Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Muslim adalah orang yang kaum
Muslimin tidak terganggu oleh lidah dan tangannya.” (HR. Bukhari,
Muslim, dan Turmudzi).
2. Hadis Ahad Aziz: hadis yang perawinya tidak kurang dari dua orang
dalam semua tingkatan thobaqoh.
‫ نحن آخر الناس واألولون يوم القيامة‬: ‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
“Rasulullah SAW bersabda: “Kita adalah orang-orang yang paling akhir (di
dunia) dan yang paling terdahulu di hari kiamat.” (HR. Hudzaifah dan Abu
Hurairah).
3. Hadis Ahad Garib: hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi
sendirian, atau oleh satu orang rawi saja di setiap thobaqoh.
‫ال يؤمن أحدكم حىت أكون أحب إليه من والده والناس أمجعني رواه البخاري ومسلم‬
Tidak beriman seseorang sehingga ia lebih mencintaiku dari pada orang
tuanya dan manusia yang lain. (HR. Bukhari dan Muslim).
d. Berdasarkan Kualitas Periwayatan
1) Maqbul: hadis yang dapat digunakan sebagai hujjah dan dapat diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari
1. Hadis Shahih: hadis yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh
rawi yang adil dan memiliki hafalan yang kuat dari rawi yang semisalnya
sampai akhir sanadnya, serta tidak syadz dan tidak pula memiliki illat.
: ‫ َأْخ َبَر َنا َم اِلٌك َع ِن اْبِن ِشَهاٍب َعْن ُم َح َّم ِد ْبِن ُج َبْيِر ْبِن ُم ْطِع ِم َعْن َأِبْيِه َقاَل‬: ‫َح َّد َثَنا َعْبُد ِهللا ْبُن ُيْو ُسَف َقاَل‬
‫م َقَر َأ ِفي اْلَم ْغ ِرِب ِبالُّطْو ِر رواه البخاري‬.‫َسِم ْعُت َرُسْو َل ِهللا ص‬
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata: telah
mengkhabarkan kepada kami Malik dari ibnu Syihab dari Muhammad bin
Jubair bin Math'ami dari ayahnya ia berkata: “aku pernah mendengar
Rasulullah saw membaca dalam shalat maghrib surat at-Thur”. (HR.
Bukhari).
2. Hadis Hasan: hadis yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh
rawi yang adil dan memiliki hafalan yang sedang-sedang saja (khafif adh-
Dhabt) dari rawi yang semisalnya sampai akhir sanadnya, serta tidak syadz
dan tidak pula memiliki illat.
‫حَّد َثَنا ُقَتْيَبُة َح َّد َثَنا َج ْع َفُر ْبُن ُس َلْيَم اَن الُّض َبِع ي َعْن َأِبْي ِع ْم َر اِن اْلَج ْو ِني َعْن َأِبي َبْك ِر ْبِن َأِبي ُم ْو َس ي اَأْلْش َعِرْي‬
‫ ِإَّن َأْبَو اَب اْلَج َّنِة َتْح َت ِظ َالِل‬:‫ َقاَل َرُسْو ُل ِهللا ص م‬: ‫ َسِم ْعُت َأِبي ِبَح ْض َر ِة الَعُد ِّو َيُقْو ُل‬: ‫َقاَل‬
‫ الحديث‬..... ‫الُّسُيْو ِف‬
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami
Ja’far bin Sulaiman, dari Abu Imron al-Jauni dari Abu Bakar bin Abi Musa
al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang:
Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah
bayangan pedang…”( HR. At-Tirmidzi).
2) Mardud: hadis yang ditolak kedudukannya sebagai hujjah dan ditolak
pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Tertolak dari segi Rawi
1) Maudhu’: hadis ini memiliki pengertian hadis palsu atau dibuat-
buat. Hadis maudhu’ ialah hadis yang bukan berasal dari Rasulullah
saw, akan tetapi disandarkan kepada dirinya.
Hadis yang dikarang oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam; ia
katakan bahwa hadis itu diterima dari ayahnya, dari kakeknya, dan
selanjutnya dari Rasulullah SAW. berbunyi :
‫وقد طافت سفينة نوح حول الكعبة سبع مرات وصليت ركعتين في مقام إبراهيم‬
“Sesungguhnya bahtera Nuh bertawaf mengelilingi ka’bah, tujuh
kali dan shalat di maqam Ibrahim dua rakaat”
2) Matruk: hadis ini memiliki pengertian hadis yang
ditinggalkan/dibuang. Hadis matruk adalah hadis yang diriwayatkan
oleh orang-orang yang pernah dituduh berdusta (baik berkenaan
dengan hadis ataupun mengenai urusan lain), atau pernah
melakukan maksiat, lalai, atau banyak wahamnya.
‫ بالطبع سيتم طاعة هللا بجدية‬،‫ إذا لم تكن هناك نساء‬: ‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
“Rasulullah saw bersabda, sekiranya tidak ada wanita, tentu Allah
ditaati dengan sungguh-sungguh”.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ya’qub bin Sufyan bin ‘Ashim
dengan sanad yang terdiri dari serentetan rawi-rawi, seperti :
Muhammad bin ‘Imran, ‘Isa bin Ziyad, ‘Abdur Rahim bin Zaid dan
ayahnya, Said bin mutstayyab, dan Umar bin Khaththab. Diantara
nama-nama dalam sanad tersebut, ternyata Abdur Rahim dan
ayahnya pernah tertuduh berdusta. Oleh karena itu, hadis tersebut
ditinggalkan/dibuang.
3) Munkar: hadis munkar adalah hadis yang diingkari atau tidak
dikenal. hadis munkar ialah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang
lemah dan menyalahi perawi yang kuat.
‫ دخل الجنة‬،‫ وأكرم الضيوف‬،‫ وحج‬،‫ وأدى الزكاة‬،‫من أقام الصالة‬
“Barangsiapa yang mendirikan shalat, membayarkan zakat,
mengerjakan haji, dan menghormati tamu, niscaya masuk surga”.
(H.R Riwayat Abu Hatim)
4) Ma’ruf: hadis ma’ruf adalah lawan dari hadis munkar yaitu hadis
yang perawinya orang tsiqah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalan Hubayyib bin Habib
Az-Zayyat dari Ibnu Ishaq dari Al-‘Aizar bin Huraits dari Ibnu
‘Abbas dari Nabi ‫ ﷺ‬, beliau bersabda,
‫ َد َخ َل اْلَج َّنَة‬, ‫ َو َقَر ى الَّضْيَف‬, ‫ َو َص اَم‬, ‫ َو َح َّج اْلَبْيَت‬, ‫ َو آَتى الَّزَكاَة‬, ‫َم ْن َأَقاَم الَّص الَة‬
”Siapa saja yang mendirikan shalat, membayar zakat, berhaji ke
Baitullah, berpuasa (di bulan Ramadhan) dan memuliakan tamu
akan masuk surga.”
5) Mu’allal: hadis mu’allal berarti hadis yang terkena illat. Hadis ini
adalah hadis yang mengandung sebab-sebab tersembunyi, dan illat
yang menjatuhkan itu bisa terdapat pada sanad, matan,
ataupun keduanya.
‫ الَبِّيَعاِن ِباْلِخَياِر َم ا َلْم َيَتَفَّر َقا‬: ‫َع ِن اْبِن ُع َم َر َع ِن الَّنِبي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
"Dari Ibn 'Umar dari Nabi Muhammad SAW, beliau berkata :
Penjual dan pembeli boleh memilih selama belum berpisah."
6) Mudraj: hadis yang dimasuki sisipan, yang sebenarnya bukan
bagian dari hadis itu.
‫ مع مسكن في جنة الجنة‬.‫أنا زعيم لمن آمن بي وهاجر‬
“Saya adalah za’im (dan za’im itu adah penanggung jawab) bagi
orang yang beriman kepadaku, dan berhijrah; dengan tempat tinggal
di taman surga”.
Kalimat akhir dari hadis tersebut adalah sisipan (dengan tempat
tinggal di taman surga), karena tidak termasuk
sabda Rasulullah SAW.
7) Maqlub: hadis yang diputarbalikkan. Para ulama menerangkan
bahwa terjadi pemutarbalikkan pada matannya atau pada nama
rawi dalam sanadnya atau penukaran suatu sanad untuk matan yang
lain.
‫ فافعله؛ وإذا نهيتكم عن شيء فابتعدوا عنه بقدر استطاعتكم‬،‫عندما أقول لك أن تفعل شيًئا‬
“Apabila aku menyuruh kamu mengerjakan sesuatu, maka
kerjakanlah dia; apabila aku melarang kamu dari sesuatu, maka
jauhilah ia sesuai kesanggupan kamu”. (HR. Ath-Tabrani)
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
semestinya hadis tersebut berbunyi :
‫ وما آمرك به فاعملوه على قدر استطاعتكم‬،‫ ما نهيتكم عنه فابتعدوا عنه‬: ‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
Rasulullah SAW bersabda : “Apa yang aku larang, maka jauhilah ia,
dan apa yang aku suruh kamu mengerjakannya, maka kerjakanlah ia
sesuai dengan kesanggupan kamu”.
8) Munqalib: hadis yang terbalik sebagian lafalnya hingga
pengertiannya berubah.
‫ إن كثيرا من الناس يظهرون العمل الصالح أمام الناس‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ وسيأتونني باألعمال العظيمة فيحرم عليها" ليدخلوهم الجنة‬،‫ولكن قلوبهم في جنب الشيطان‬
‫ألنهم يبتعدون عن تعاليمي‬
"Rasulullah bersabda, 'Sungguh banyak orang yang berpura-pura
beramal shaleh di hadapan manusia, namun sebenarnya hati mereka
berada di sisi syaitan. Mereka akan datang kepada-Ku dengan
amalan-amalan yang besar, tapi akan diharamkan bagi mereka
masuk Surga karena mereka memalingkan diri dari ajaran-
Ku.'" (HR. Muslim)
9) Masyruk: sanad maqlub. Hadis yang menceritakan perbuatan,
persetujuan, atau diamnya Nabi Muhammad SAW yang tidak
diperintahkan atau diajarkan oleh beliau, tetapi umat Islam
mengambilnya sebagai tuntunan atau sunnah. Dalam konteks ini,
kata "masyruk" berarti diterima atau disepakati. Jadi, hadis masyruk
adalah hadis yang diterima oleh umat Islam sebagai sumber ajaran
atau tuntunan, meskipun tidak ada perintah langsung dari Nabi
Muhammad SAW tentangnya.
‫ توقف! بل نهانا‬:‫ فقلت له‬.‫ وجدت رجًال ينفخ في فيه الماء وهو يغتسل‬:‫عن عمر بن الخطاب قال‬
،‫ ثم أخذت ورقة نخلة فكشفُت رأسي وقبلتها‬.‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن ذلك في الصيام‬
‫ هذا ما رأيت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يفعل‬:‫فقلت‬
"Dari Umar bin Khattab, ia berkata: 'Aku mendapati seorang laki-
laki yang meniup-niup air di dalam mulutnya saat mandi.' Aku
berkata kepadanya, 'Berhentilah! Sesungguhnya Rasulullah SAW
melarang kita untuk berbuat demikian saat berpuasa.' Kemudian aku
mengambil daun kurma dan menyingkapkan kepalaku lalu kucium,
lalu aku berkata, 'Begini yang pernah aku lihat Rasulullah SAW
lakukan.'" (HR. Bukhari)
10) Mudhtharib: hadis yang diriwayatkan dengan berbagai bentuk
yang berbeda-beda dan saling bertentangan, yang riwayat-riwayat
tersebut tidak mungkin dikompromikan sama sekali. Riwayat-
riwayat tersebut pun sama kekuatannya dari semua sisi, hingga tak
bisa dilakukan tarjih terhadap salah satu riwayat yang ada.
‫ َو ُع ْثَم اَن َكاُنوا اَل‬، ‫ َو ُع َم َر‬،‫ َو َأَبا َبْك ٍر‬، ‫ َأْخ َبَر ُهْم " َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،‫َعْن َأَنٍس‬
‫َيْج َهُروَن ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّرِح يِم الفاتحة‬
"Dari Annas, telah memberitakan kepada mereka bahwa
sesungguhnya Nabi Muhammad SAW, Abu Bakr, 'Umar, Utsman,
mereka semua tidak membaca keras Bismillahirahmanirrahim."
‫ َو َخ ْلَف‬، ‫ َو َخ ْلَف ُع َم َر‬،‫ َو َخ ْلَف َأِبي َبْك ٍر‬، ‫ َص َّلْيُت َخ ْلَف الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬،‫َعْن َأَنٍس‬
‫ َفُك ُّلُهْم َكاُنوا َيْج َهُروَن ِبِقَر اَءِة ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّرِح يِم‬، ‫ َو َخ ْلَف َع ِلَّي‬، ‫ُع ْثَم اَن‬
"Dari Annas, telah memberitakan kepada mereka bahwa
sesungguhnya Nabi Muhammad SAW, Abu Bakr, 'Umar, Utsman,
mereka semua tidak menbaca keras Bismillahirahmanirrahim."
Kedua matan hadis diatas sama-sama mempunyai sanad yang kuat,
dan tidak bisa dikompromikan maupun di-tarjih-kan, sehingga
dinamakan hadis mudhtarib.
11) Mubham: hadis yang dalam silsilah mata rantai perawinya ada
perawi yang tidak disebutkan namanya. Misalkan hanya
disebutkan: dari seorang laki-laki, atau dari seorang
wanita, dan semisalnya.
‫َح َّد َثَنا ُس َلْيَم اُن ْبُن َداُو َد اْلَعَتِكُّي َح َّد َثَنا ُم َح َّم ُد ْبُن َثاِبٍت َح َّد َثِني َرُج ٌل ِم ْن َأْه ِل الَّشاِم َعْن َشْه ِر ْبِن‬
‫َح ْو َش ٍب َعْن َأِبي ُأَم اَم َة َأْو َعْن َبْع ِض َأْص َح اِب الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّن ِباَل اًل َأَخ َذ ِفي اِإْل َقاَم ِة‬
‫َفَلَّم ا َأْن َقاَل َقْد َقاَم ِت الَّص اَل ُة َقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَقاَم َها ُهَّللا َو َأَداَم َها‬
(Abu Dawud menyatakan) Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin Dawud al-’Atakiy (ia berkata) telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Tsabit (ia berkata) telah menceritakan
kepadaku seorang laki-laki penduduk Syam dari Syahr bin
Hawsyab dari Abu Umamah atau dari sebagian sahabat Nabi
shollallahu alaihi wasallam bahwasanya Bilal mengumandangkan
iqomat. Ketika sampai kalimat: Qod qoomatis sholaah, Nabi
shollallahu alaihi wasallam mengucapkan: Aqoomahallaahu wa
adaamaha. (HR Abu Dawud)
12) Majhul: hadis yang disebut nama perawinya, tetapi rawi tersebut
bukan dari golongan yang dikenal keadilannya dan tidak ada rawi
tsiqah yang meriwayatkan hadits darinya.
‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَبُة ْبُن َسِع يٍد َثَنا ْبُن ُلَهْيَعَة َعْن َح ْفِص ْبِن َهاِش ٍم ْبِن ُع ْتَبٍة ْبِن َأِبي َو َقاِص َع ِن الَّس اِئِب ْبِن‬
‫َيِزيٍد َعْن َأِبْيِه َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن ِإَذ ا َدَعا َفَر َفَع َيَد ْيِه َم َسَح َو ْج َهُه ِبَيَد ْيِه‬
Qutaibah bin Sa'id menceritakan kepada kami, Ibnu Luhai'ah
menceritakan kepada kami, dari Hafsh bin Hasyim bin Utbah bin
Abu Waqqash, dari Saib bin Yazid, dari ayahnya, Yazid bin Sa'id
al-Kindi ra. Bahwa Nabi saw apabila berdo'a beliau mengangkat
kedua tangannya lalu menwajahnya dengan kedua tangannya.
13) Syadz: hadis ini berarti hadis yang ganjil. Hadis syadz adalah hadis
yang diriwayatkan oleh rawi yang dipercaya, tapi hadis itu berlainan
dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang juga
dipercaya lainnya. Hadisnya mengandung keganjilan dibandingkan
dengan hadits-hadits lain yang kuat. Keganjilan itu bisa pada sanad,
pada matan, ataupun keduanya.
‫ أيام عرفة وتصريق هي أيام أكل وشرب‬: ‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
Rasulullah bersabda: “Hari arafah dan hari-hari tasyriq adalah hari-
hari makan dan minum.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh Musa bin Ali bin Rabah dengan
sanad yang terdiri dari serentetan rawi-rawi yang dipercaya, namun
matan hadis tersebut ternyata ganjil, jika dibandingkan dengan
hadis-hadis lain yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang juga
dipercaya. Pada hadis-hadis lain tidak dijumpai ungkapan.
Keganjilan hadis di atas terletak pada adanya ungkapan tersebut,
dan merupakan salah satu contoh hadis syadz pada matannya.
14) Mukharraf: hadis yang mukhalafahnya terjadi karena perubahan
harakat kata dengan bentuk penulisan yang tetap.
‫ُرِم َي ُاَبُّي َيْو َم اَاْلْح َزاِب َع َلى َاْك َح ِلِه َفَك َو اُه َرُسْو ُل ِهّٰللا َص َّلى ُهّٰللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
"Ubay bin Ka'ab terkena panah pada hari Perang Ahzab (Perang
Khandaq) pada urat nadinya, lalu Rasulullah SAW menyudut
lukanya dengan besi panas" (HR. Muslim No. 4089)
15) Mushahaf: hadis yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata
sedangkan bentuk tulisannya tidak berubah.
‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن َو َاْتَبَعُه ِس ًّتا ِم ْن َش َّو اٍل َفَك َاَّنُه َص اَم الَّدْه َر ُك َّلُه‬
"Barang siapa yang berpuasa di Bulan Ramadhan dan dia
mengikuti puasa 6 hari di Bulan Syawal, maka dia seperti telah
berpuasa setahun penuh".
Abu Bakar As-Shuli pernah meriwayatkan hadis tersebut, namun
kekeliruannya adalah pada lafadz "‫( "ِس ًّتا‬enam hari) yang
diriwayatkan dengan lafadz "‫( "َشْيًئا‬sesuatu). Tentu saja hadis di atas
adalah hadis yang kuat dan dinilai diterima untuk diamalkan,
namun jika periwayatannya menggunakan lafadz " ‫"َشْيًئا‬, maka
menjadi sebuah kedhaifan yang parah, dikhawatirkan orang awam
menerimanya akan gagal faham.
16) Muhmal: hadis yang diriwayatkan oleh salah satu dari 2 orang
rawi, yang memiliki kesamaan nama, laqab (nama julukan), kunyah
(nama panggilan), atau nama nasab, tanpa adanya hal
yang membedakan.
‫ وعافاني‬،‫ الحمد هلل الذي اذهب على األذى‬: ‫كان النبي صلى هللا عليه وسلم إذا خرج من الخالء‬
Setiap kali Nabi SAW keluar dari toilet, beliau bersabda: Segala
puji bagi Allah yang menghilangkan penyakitku
dan menyembuhkanku.
17) Mukhtatalith-matan: hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi
yang bersifatkan salah satu dari jenis ikhthilath (kekacauan), yang
perawinya jelek hafalannya karena sudah lanjut usia, tertimpa
bahaya, terbakar atau kitabnya hilang.
‫َأْخ َبَر َنا َيْح َيى ْبُن َح ِبيِب ْبِن َعَر بٍّي َقاَل َح َّد َثَنا َح َّم اٌد َقاَل َح َّد َثَنا َع َطاُء ْبُن الَّس اِئِب َعْن َأِبيِه َقاَل َص َّلى‬
‫ِبَنا َع َّم اُر اْبُن َياِس ٍر َص اَل ًة َفَأْو َج َز ِفيَها َفَقاَل َلُه َبْعُض اْلَقْو ِم َلَقْد َخ َّفْفَت َأْو َأْو َج ْز َت الَّص اَل َة َفَقاَل َأَّم ا‬
‫َع َلى َذ ِلَك َفَقْد َدَع ْو ُت ِفيَها ِبَدَع َو اٍت َسِمْع ُتُهَّن ِم ْن َرُس وِل ِهَّللا َص َّلى هَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَلَّم ا َقاَم َتِبَعُه‬
‫َرُج ٌل ِم َن اْلَقْو ِم‬
Telah meberitakan kepada kami Yahya bin Habib bin Arabiy, ia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad, ia berkata;
Telah menceritakan kepada Kami Atha’ bin as-Sa’ib, dari ayahnya,
ia berkata; Ammar bin Yasir pernah melakukan suatu salat bersama
kami dengan salat yang ringan (pendek) lalu orang bertanya
kepadanya, engkau telah meringankan shalatmu –atau pendekkan–
Lalu Ammar menjawab; Adapun dalam hal itu aku telah berdoa di
dalamnya dengan suatu do’a yang aku dengar dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu ketika beliau berdiri seseorang
di antara kaum itu mengikutinya.
2. Tertolak dari Segi Sanad
1) Muallaq: hadis yang gugur satu rawi atau lebih diawal sanad dan
bisa juga jika semua rawinya digugurkan (tidak disebutkan).
‫َال َتَفا َض ُلْو ا َبْيَن اَل َنِبَياِء‬
Bukhari berkata, kata Malik,, dari Zuhri, dari abu Salamah, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: Artinya: “Janganlah kamu
lebihkan sebagian Nabi dan sebagian yang lain”. (HR. Bukhari).
2) Mursal: hadis yang dalam sanadnya tidak menyebutkan sahabat
nabi, sebagai rawi yang seharusnya menerima langsung dari
Rasulullah.
‫ َبْيَنَنا َو َبْيَن اْلُم َنا ِفِقْيَن ُش ُهْو ُد اْلِع َشاِء َو اْلُصْبِح َاَل ْيْس َتِطْيُعْو َن‬: ‫م‬.‫َقاَل َرُسْو ُل ِهللا ص‬
Artinya:”Rasulullah bersabda: “Antara kita dengan kaum munafik,
ada batasan yaitu menghadiri jama’ah isya dan subuh mereka tidak
sanggup menghadirinya.” (HR. Malik). Diriwayatkan Imam Malik
dari Abdurrahman dai Haudalah, dari Said bin Mutsayyab. Sahabat
nabi yang meriwayatkan hadis itu kepada Said bin Mutsayyab,
tidaklah disebutkan dalam sanad diatas.
3) Mudalas: hadis yang disembunyikan aibnya untuk ditampakkan
sebagai hadis shahih, padahal itu hadis dha’if.
Muhammad bin Ishaq bin Yasar dari Ashim bin Umar bin Qotadah
dari Mahmud bin Lubaid dari Rafi’ bin Khudaij, dia berkata : saya
mendengar Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
‫أسفروا بالفجر فإنه أعظم لألجر‬
Artinya: “Jadikanlah shalat fajar ketika isfar (fajar telah
menguning), karena itu lebih besar pahalanya”.
Muhammad bin Ishaq bin Yasar ini adalah rawi shaduq (jujur),
hanya saja dia banyak melakukan tadlis. Dan dia telah mentadlis
sanad hadis ini. Kemudian hadis ini sebenarnya diriwayatkan dari
Muhammad bin Ishaq dari Muhammad bin ‘Ajlan dari Ashim bin
Umar dengan sanad tadi.
4) Munqathi’: hadis munqati’ bukanlah rawi ditingkat sahabat yang
gugur, tetapi minimal gugur seorang tabi’in.
َ‫ بْس ِم ِهللا والْس َالُم َعلى َرُسْو ِل هللا الَلُهَم اْغ ِفْر ِلى ُذ ُنو‬: ‫م اَذ ا َد َخ َل اْلَم ْس ِج ِد َقاَل‬.‫اَن َرُسْو ُل ِهللا ص‬
‫ِبى َو اْفَتْح ِلى َاْبَو اَب ْر ْح لِى اْبَو ا َب َرْح َم ِتَك‬
Artinya: “Rasulullah SAW. Bila masuk ke dalam mesjid, membaca :
Dengan nama Allah, dan sejahtera atas Rasulullah: Ya Allah,
Ampunilah segala dosaku dan bukakanlah bagiku segala pintu
rahmatmu.” (HR. Ibnu Majah).
5) Mu’dhal: hadis yang gugur dua orang rawinya atau lebih secara
beriringan dalam sanadnya.
‫ِلْلُم ُلْو ِك اَطَعا ُم ُه َو ِكْس َو ُتُه ِبا ْلَم ْع ُرْو ِف‬
Imam Malik berkata:”Telah sampai kepadaku, dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: Artinya: “Budak itu harus diberi
makanan dan pakaian secara baik.” (HR. Malik).
2. Dalam studi Ulumul Hadis, kualitas perawi merupakan faktor penting dalam menentukan
keabsahan suatu hadis. Jelaskan beberapa kriteria atau pembagian kualitas perawi beserta
contohnya nama perawinya.
a. Tsiqah (Terpercaya): istilah dalam Ilmu Rijal yang menunjukkan terpercayanya seorang
perawi. Sebagian pakar Rijal mengartikannya dengan seorang perawi yang bermazhab
Imamiyah, ‘adil dan dhabit, yakni punya kemampuan dalam mencatat/menghafal riwayat.
Tsiqah juga dapat diartikan sebagai perawi yang berkepribadian baik dan memiliki
kecakapan akal yang mumpuni. Beberapa perawi yang dapat dikatan tsiqah adalah Sufyan
ats Tsauri, Malik bin Anas, dan Syu’bah bin al Hajjaj.
b. Dha'if (Lemah): secara garis besar yang menyebabkan suatu hadis digolongkan menjadi
hadis dha’if dikarenakan dua hal, yaitu gugurnya rawi dalam sanadnya dan ada cacat pada
rawi atau matan. Hadits dhaif karena gugurnya rawi adalah tidak adanya satu, dua atau
beberapa rawi, yang seharusnya ada dalam sanad, baik pada pemulaan sanad, pertengahan
ataupun akhirnya. Perawi yang masih dipersoalkan karena meriwayatkan hadis dho’if
adalah Abu Qais al-Audi.
c. Matruk (Ditolak): perawi yang dituduh berdusta, atau perawi yang banyak melakukan
kekeliruan, sehingga periwayatanya bertentangan dengan periwayatan perawi yang tsiqah.
Perawi yang pernah meriwayatkan hadis matruk adalah Amr bin Syamr Al-Ju’fi Al-Kufi
Asy-Syi’i dari Jabir dari Thufail dari Ali dan ‘Ammar.
3. Jelaskan kriteria hadis shahih menurut Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Analisislah apa
persamaan dan perbedaannya.
Kriteria hadis shahih menurut Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim tidak jauh berbeda. Ada 7
persamaan kriteria shahih menurut kedua Imam tersebut, yakni:
1) Periwayat harus ‘adil: setiap rangkaian dari periwayat hadis harus memiliki kriteria
sebagai seorang muslim, baligh, berakal, tidak fasiq dan tidak cacat maru’ah (harga
dirinya).
2) Periwayat yang Dhabit dan Tsiqah: setiap rangkaian dari periwayat adalah orang-orang
yang hafalannya kuat dan mantap (bukan pelupa), baik di kepala ataupun di dalam tulisan
(kitab).
3) Tidak ada Syudzudz: hadis yang diriwayatkan itu bukan hadis kategori Syadz (hadis
yang diriwayatkan seorang tsiqah bertentangan dengan riwayat orang yang lebih tsiqah
darinya).
4) Tidak ada ‘illat: hadis yang diriwayatkan itu bukan hadis kategori Ma’lul (yang ada
‘illatnya).
5) Sigatal-Tahammul wa al-Ada’: seseorang tidak akan mengetahui ketersambungan sanad
apabila tidak mengkaji masalah proses transmisi hadis. Ada delapan proses periwayatan
dalam Ulumul Hadis, yaitu (1) mendengar dari seorang guru, (2) membaca di hadapan
guru, (3) Al-Ijazah, (4) Al-Munawalah, (5) penulisan, (6) pemberitahuan, (7) Al-Wasiyah,
dan (8) penemuan.
6) Semasa: seseorang yang membaca hadis harus disimak langsung oleh gurunya tentu
sudah saling bertemu dan semasa.
7) Setempat: adanya tempat yang sama, maka proses transmisi hadis bisa terjadi dalam satu
majelis. Meskipun dalam satu majelis atau setempat, tetapi kalau seorang murid tidak
mendengar apa yang diucapkan oleh gurunya maka hadisnya tidak bisa disampaikan
kepada orang lain.
Selain memiliki persamaan, Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim juga mempunyai sedikit
perbedaan dalam menentukan kriteria hadis shahih, yaitu persyaratan Imam Al-Bukhari
dalam persambungan sanad lebih ketat dibandingkan persyaratan Imam Muslim. Al-Bukhari
mempersyaratkan bertemu, meskipun hanya sekali antara guru dan murid. Sedangkan Imam
Muslim tidak mepersyaratkan untuk bertemu, tetapi cukup hidup dalam kurun waktu yang
sama antara guru dan murid (mu’asharah), meskipun tidak saling bertemu.

*** 000***

Anda mungkin juga menyukai