Anda di halaman 1dari 12

Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Ta’ala sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian,

alias maknanya berasal dari Allah Ta’ala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam.

Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian

Syarat validitas al-Qur’an adalah at-Tawâtur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadîts Qudsiy tidak
demikian.

Jumlah Hadîts-Hadîts Qudsiy dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka Hadîts Qudsiy bisa
dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits. Contoh Hadits Qudsiy seperti hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahîh-nya dari Abu Dzarr radliyallâhu ‘anhu dari Nabi
Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Ta’ala bahwasanya Dia
berfirman,

‫الظ ْل َم َعلَى نَ ْف ِسي َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما فَالَ تَظَالَ ُموْ ا‬
ُّ ‫ت‬ُ ‫يَا ِعبَا ِدي إِنِّي َح َّر ْم‬

“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan
menjadikannya diantara kamu diharamkan, maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain).”
(HR.Muslim)

Lafazh-Lafazh Periwayatannya Bagi orang yang meriwayatkan Hadîts Qudsiy, maka dia dapat
menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya:

1. ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل‬

“Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya ‘Azza Wa Jalla”

2 ‫ فيما رواه عنه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫قال هللا تعالى‬.

“Allah Ta’ala berfirman, pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam dari-
NyaBuku Mengenai Hadîts Qudsiy”
Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadîts Qudsiy adalah kitab (al-Ithâfât as-Saniyyah Bi al-
Ahâdîts al-Qudsiyyah) karya ‘Abdur Ra`uf al-Munawiy. Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits.

HADITS BERDASARKAN PENYANDARANNYA

HADITS MARFU"

Hadits marfu adalah hadits yang khusus disandarkan kepada Nabi saw berupa perkataan, perbuatan
atau taqrir beliau, baik yang menyandarkannya sahabat, tabi’in atau yang lain, baik sanad hadits itu
bersambung atau terputus.

Berdasarkan definisi diatas hadits marfu itu ada yang sanadnya bersambung, adapula yang terputus.
Dalam hadits marfu ini tidak dipersoalkan apakah ia memiliki sanad dan matan yang baik atau
sebaliknya. Bila sanadnya bersambung maka dapat disifati hadits shahih atau hadits hasan, berdasarkan
derajat kedhabitan dan keadilan perawi. Bila sanadnya terpuus hadits tersebut disifati dengn hadits
dhaif mengikuti macam-macam putusnya perawi.

MACAM - MACAM HADITS MARFU'

Mengingat bahwa unsur-unsur hadits itu dapat berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi, maka
apa yang disandarkan kepada Nabi itupun dapat diklasifikasikan menjadi marfu qauli, marfu fi’li dan
marfu taqriri.

Dari ketiga macam hadits marfu tersebut ada yang jelas –dengan mudah dikenal– rafanya, dan adapula
yang tida jelas rafa’nya. Yang jelas (shahih) disebut marfu hakiki, dan yang tidak jelas (ghairu shahih)
disebut marfu hukmi.

Marfu Qauly Hakiki


Ialah apa yang disandarkan oleh sahabat kepada Nabi tentang sabdanya, bukan perbuatannya atau
iqrarnya, yang dikatakan dengan tegas bahwa nabi bersabda. Seperti pemberitaan sahabat yang
menggunakan lapazh qauliyah : ‫“ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يق…… كذا‬Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda ……… begini”

Contoh:

ّ ‫ صالة الجماعة أفضل من صالة‬:‫إن رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم قال‬
‫الفذ بسبع و عشرين درجة ( رواه‬ ّ :‫عن ابن عمر رضى هللا عنه قال‬
)‫البخاري و مسلم‬

“Warta dari Ibn Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : Shalat jama’ah itu lebih afdhal dua
puluh tujuh tingkat dari pada shalat sendirian” ( HR Bukhari dan Muslim)

Marfu Qauly Hukmi

Hadits Marfu’ Qauli Hukmi Ialah marfu yang tidak tegas penyandaran sahabat terhadap sabda Nabi,
melainkan dengan perantaran qarinah yang lain, bahwa apa yang disandarkan sahabat itu berasal dari
sabda nabi. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan kalimat :

‫ نهينا عن كذا‬.…… ‫“ أمرنا بكذا‬Aku diperintah begini.,aku dicegah begitu”

Contohnya : ) ‫أمر بالل ان ينتفع األذن و يوتر اإلقامة ( متفق عليه‬

“Bilal r.a. diperintah menggenapknan adzan dan mengganjilkan iqamah” (HR Mutafaqqun ‘Alaih)

Pada contoh diatas hadits tersebut dihukumkan marfu dan karenanya hadits yang demikian itu dapat
dibuat hujjah. Sebab pada hakikatnya si pemberi perintah iu tidak lain kecuali Nabi saw.

Marfu Fi’li Hakiki


Adalah apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas menjelaskan perbuatan rasulullah saw.

Contohnya :

‫ (اللّه ّم إنّى أعوذبك من المأثم و المغرم) (رواه‬:‫ ويقول‬,‫ان رسوالهلل صلّى هللا عليه وسلّم كان يدعوا فى الصالة‬
ّ ‫عن عائشة رضى هللا عنها‬
)‫البخارى‬

“Warta dari ‘Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw mendo’a di waktu sembahyang, ujarnya: Ya Tuhan, aku
berlindung kepada Mu dari dosa dan hutang” (HR Bukhari)

Marfu Fi’li Hukmi

Ialah perbuatan sahabat yang dilakukan dihadapan Rasulullah atau diwaktu Rasulullah masih hidup.
Apabila perbuatan sahabat itu tidak disertai penjelasan atau tidak dijumpai suatu qarinah yang
menunjukkan perbuatan itu dilaksanakan di zaman Rasulullah, bukan dihukumkan hadits marfu
melainkan dihukumkan hadits mauquf. Sebab mungkin adanya persangkaan yang kuat, bahwa tindakan
sahabat tersebut diluar pengetahuan Rasulullah saw.

Contohnya :

‫ كنّا نأكل لحوم الخيل على عهدى رسول هللا (رواه النسائى‬:‫قال جابر‬

“Jabir r.a. berkata : Konon kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah saw masih hidup” (HR Nasai)

Marfu Taqririyah Hakiki

Ialah tindakan sahabat dihadapan Rasulullah dengan tiada memperoleh reaksi, baik reaksi itu positif
maupun negatif dari beliau.
Contohnya, Seperti pengakuan Ibnu Abbas r.a:

‫كنّا نص ّل ركعتين بعد غروب الشمس و كان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يرانا ولم يأمرنا ولم ينهنا‬

“Konon kami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam, Rasulullah saw mengetahui
perbuatan kami, namun beliau tidak memerintahkan dan tidak pula mencegah.”

Marfu Taqririyah Hukmy

Ialah apabila pemberitaan sahabat diikuti dengan kalimat-kalimat sunnatu Abi Qasim, Sunnatu
Nabiyyina atau minas Sunnati.

Contohnya, perkataan Amru Ibnu ‘Ash r.a kepada Ummul Walad:

)‫ال تلبسوا علين سنّة نبيّنا (رواه ابو داود‬

“Jangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami.” (HR. Abu Dawud)

Perkataan di atas tidak lain adalah sunnah Nabi Muhammad saw, akan tetapi kalau yang memberitakan
dengan kalimat minas sunnati dan yang sejenis dengan itu seorang tabi’in, maka hadits yang demikian
itu bukan disebut hadits marfu, tetapi disebut hadits mauquf.

Selain yang tersebut di atas, terdapat beberapa ketentuan untuk menggolongkan hadits kepada hadits
marfu. Antara lain:

Apabila dalam memberitakan itu, diikuti dengan kata-kata seperti: Yarfa’ahu, Marfu’an, Riwayatan,
Yarwihi, Yannihi, Ya’tsuruhu /yablughu bihi. Contohnya, yaitu hadits al-A’raj: “Warta dari Abu Hurairah
r.a, yang ia rafa’kan kepada Nabi saw: manusia itu menjadi pengikut orang Quraisy.” (HR. Mutafaq
‘alaih)

Tafsir sahabat yang berhubungan dengan asbabun nuzulSesuatu yang bersumber dari sahabat yang
bukan semata-mata hasil pendapat ijtihad beliau sendiri.

Contohnya:

)‫كان ابن عمر و ابن عبّاس يفطران و يقصران اربعة برد (رواه البخاري‬

“Konon Ibnu Umar dan Ibnu Abbas r.a, sama-sama berbuka puasa dan mengejar shalat dalam perjalanan
sejauh empat barid (18.000 langkah).” (HR. Bukhari)

HADITS MAUQUF

Hadits mauquf ialah: ‫هو ما قصر على الصحاب ّى قوال او فعال متّصال كان او منقطعا‬

“Berita yang hanya disandarkan sampai kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau
perbuatan dan baik sanadnya bersambung maupun terputus.”

Contohnya:

)‫ اذا أمسيت فال تنتظرالصباح واذا أصنحت فال تنتظرالمساء وخذ من صحّتك لمرضك ومن حياتك لموتك (رواه البخاري‬:‫يقول‬

“Konon Ibnu Umar r.a berkata: Bila kau berada di waktu sore jangan menunggu datangnya pagi hari, dan
bila kau berada di waktu pagi jangan menunggu datangnya sore hari. Ambillah dari waktu sehatmu
persediaan untuk waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk persediaan matimu.” (HR. Bukhari)
Hadits di ata adalah hadits mauquf, sebab kalimat tersebut adalah perkataan Ibnu Umar sendiri, tidak
ada petunjuk kalau itu sabda Rasulullah saw, yang ia ucapkan setelah ia menceritakan bahwa rasulullah
memegang bahunya dengan bersabda:

‫كن فى الدنيا كأنّك غريب او عابر سبيل‬

“Jadilah kamu di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang lewat di jalanan”

Hadits mauquf dapat disifati hadits shahih atau hasan tetapi tidak ada kewajiban untuk menjalankannya,
tetapi boleh dijadikan sebagai penguat dalam beramal karena sahabat dalam hal ini hanya berkata atau
berbuat yang dibenarkan oleh rasulullah saw.

Jika disandarkan hadits mauquf itu kepada orang yang bukan sahabat, hendaklah ditegaskan yakni harus
dikatakan, umpamanya, hadits ini mauquf kepada Ibnul Musayyab. Jelasnya, apabila diithlaqkan
mauquf, dan dimaksudkan perkataan atau perbuatan tabi’in, hendaklah ditegaskan, dikatakan “mauquf
pada mujahid”, umpamanya.

Apabila seorang sahabat berfatwa atau mengerjakan sesuatu, maka diketika kita terangkan yang
demikian itu kepada orang lain, maka apa kita terangkan itu disebut hadits mauquf. Yakni bicara yang
demikian dari sahabat, atau perbuatan yang dinukilakn dari sahabat.

Hadits mauquf yang memiliki banyak qarinah dari sahabat-sahabat yang lain naik derajatnya menjadi
marfu.

Hukum Hadits Mauquf

Para ulama berselisih pendapat tentang menggunakan hadits mauquf sebagai hujjah. Menurut ulama
Syafi’iyah dalam al-jadid, jika perkataan sahabat itu tidak populer di masyarakat maka perkataan itu
bukanlah ijma dan tidak pula dijadikan hujjah.
Apapun tingkatan atau martabatnya tidaklah diterima sebagai hujjah atau dalil bagi ajaran Islam, sebab
yang dapat diterima sebagai hujjah itu hanyalah Al-Qur’an dan Hadits Nabi saw, tetapi hadits yang
disandarkan kepada sahabat.

Pada prinsipnya hadits mauquf itu tidak dapat dibuat hujjah, kecuali ada qarinah yang menunjukkan
(yang menjadikan) marfu.

HADITS MAQTHU'

Dari segi bahasa, berarti hadits yang terputus. Para ulama memberi batasan:

‫ما جاء عن تابع ّي من قوله او فعله موقوفاعليه سواءاتّصل سنده أمال‬

“Ialah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi’in serta dimauqufkan padanya, baik
sandanya bersambung maupun tidak.”

Contohnya ialah perkataan Haram bin Jubair, seorang tabi’in besar, ujarnya:

‫المؤمن اذا عرف ربّه ع ّزوج ّل أحبّه واذا أحبّه أقبل إليه‬

“Orang mukmin itu bila telah mengenal tuhanya azza wajalla, niscaya ia mencintainya dan bila ia
mencintainya Allah menerimanya.”

Contoh lain seperti perkataan Sufyan Ats-Tsaury, seorang tabi’in, yang mengatakan:

ّ ‫من السنّة أن يصلّى بعد الفطر اثنتى عشرة ركعة وبعد األضحى‬
‫ست ركعات‬
“Termasuk sunnat ialah mengerjakan shalat 12 rakaat setelah shalat Idul Fitri, dan 6 rakaat sehabis
shalat Idul Adha.”

Asy-Syafi’i dan Ath-Thabarani menggunakan istilah maqthu untuk munqathi. Tetapi sebenarnya ditinjau
dari segi istilah, memang kedua-duanya mempunyai perbedaan. Sebab suatu hadits dikatakan dengan
munqathiitu dalam lapangan pembahasan sanad, yakni sanarnya tidak muttashil. Sedang untuk hadits
dikatakan maqthu itu dalam lapangan pembahasan matan, yakni matannya tidak dinisbatkan kepada
Rasulullah saw atau sahabat r.a.

Apabila para muhadditsin mengatakan: “Ini hadits maqthu”, maka maksudnya: Hadits (khabar) yang
disandarkan kepada tabi’in, baik perbuatan maupun perkataan, baik muttashil maupun munqathi.”

Hukum Hadits Maqthu

Hadits maqthu tidak dapat dijadikan hujjah, mengenai hadits ini para ulama berpendapat, bahwa hadits
maqthu itu tidak dapat dijadikan hujjah. Tetapi jika pendapat itu berkembang dalam masyarakat dan
tidak diperoleh bantahan dari seseorang, maka ada ulama yang menyamakannya dengan pendapat
sahabat yang berkembang dalam masyarakat yang tidak didapati bantahan dari seseorang, yakni
dipandang sebagai suatu yang lama.

11/07/2015 www.ponpeshamka.com Hadits 11

Next

Penjelasan Macam-Macam Hadits Hasan

Previous

Penjelasan berbagai macam kitab Hadits

Related Posts

Penjelasan pengertian, klasifikasi dan contoh hadis hasanPenjelasan pengertian, klasifikasi dan contoh
hadis hasan

Penjelasan pengertian, klasifikasi dan contoh hadis hasan - Al-Hasan dari segi bahasa ia adalah[...]
Menjelaskan pengertian,syarat-syarat, klasifikasi dan contoh hadis shahihMenjelaskan
pengertian,syarat-syarat, klasifikasi dan contoh hadis shahih

HADIST SAHIH - Dari sudut bahasa sahih adalah lawan kepada saqim (sakit) yaitu penggunaan [...]

Menjelaskan pengertian dan klasifikasi hadist AhadMenjelaskan pengertian dan klasifikasi hadist Ahad

Menjelaskan pengertian dan klasifikasi hadist Ahad - Ahad berasal dari Bahasa Arab[...]

Hadits Berdasarkan Sumber Dan PenyandarannyaHadits Berdasarkan Sumber Dan Penyandarannya

HADITS BERDASARKAN SUMBERNYA - Hadits berdasarkan kepada sumbernya dapat dibagi menjadi
du[...]

Penjelasan berbagai macam kitab HaditsPenjelasan berbagai macam kitab Hadits

Penjelasan berbagai macam kitab Hadits - Hadits merupakan warisan nabi Muhammad kepada umatnya,
samp[...]

Posting Komentar Blogger Facebook

Galeri Artikel
Menarik Lain

PENDIDIKAN TAQWA DALAM SURAT LUQMAN AYAT 33-34

30May20190

Dunia Hanyalah Persinggahan

19Nov20180

Formulir Pendaftaran Penerimaan Santri Baru 2019/2020

05Jan20190

Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

06Nov20180

PEMAHAMAN TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN

30May20190

Random Post

Formulir Pendaftaran Penerimaan Santri Baru 2019/2020

PEMAHAMAN TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Penjelasan Dakwah Nabi Muhammad Saw Periode Mekah


Dunia Hanyalah Persinggahan

Kerajaan Islam Pertama di Indonesia

PENDIDIKAN TAQWA DALAM SURAT LUQMAN AYAT 33-34

Alqur'an kitab suci terbaik

Penjelasan Tokoh Pembaharu Dalam Islam

Islam dan politik kekinian

Pengikut

Copyright © 2010 - 2019 Ponpes Prof Dr Hamka - All Rights Reserved

Supported by SM.com | Materi SMA | z35W7z4v9z8w | ASR SE

| DMCA.com Protection Status

Anda mungkin juga menyukai