Anda di halaman 1dari 4

BAB 11

Pembahasan
A. Pengertian Nasikh dan Mansukh

Nasakh (annashu) menurut istilah bahasa pengertiannya menunjukkan kepada


suatu ungkapan yang berarti membatalkan sesuatu kemudian menempatkan hal
lainnya sebagai pengganti, dengan cara menghapus sama sekali atau memindahkan.
Dalam hal ini mengangkat (menghapuskan) hukum syara’ dengan dalil hukum syara’
yang lain. Disebutkannya kata “hukum” disini, menunjukkan bahwa prinsip “segala
sesuatu hukum asalnya boleh” (Al-Bara’ah Al-Ashiliyah) termasuk yang di nasakh.
Pengertian nasakh meliputi dua hal, yakni nasikh artinya pengganti (yang
menghapus), sementara mansukh adalah yang diganti (yang dihapus). Secara
etimologi nasikh mempunyai beberapa pengertian yaitu penghilang (izalah),
penggantian (tabdil), pengubahan (tahwil), dan pemindahan (naql). Sedangkan
mansukh mempunyai beberapa pengertian, yaitu sesuatu yang dihilangkan,
digantikan, diubah, dan dipindahkan.1

Adapun secara terminologi para ulama’ mendefinisikan nasikh, kendatipun


dengan redaksi dengan sedikit berbeda, tetapi dalam pengertian sama dengan raf’u
Al-Hukm asy-syar’I bi al-khithab asy-syar’i( menghapuskan hukum syara’ dengan
khitab syara’ pula) atau raf’u al-hukm bil al-dalil asy-syar’I (menghapuskan hukum
syara’ dengan dalil syara’ yang lain). Dalam segi terminologi definisi diatas
“menghapuskan” adalah terputusnya hubungan hukum yang di hapus dari seorang
mukallaf dan bukan terhapusnya substansi hukum itu sendiri.2

Sementara itu kuraish shihab menyatakan bahwa ulama-ulama mutaqqaddimin


dan muta’akhirin tidak sepakat dalam memberikan pengertian nasikh secara

1
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1992, hlm. 143; Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi
‘Ulum Al-Quran, Dar Al-Fikr, Beirut, t.t., Jilid II, 20; Muhammad ‘Abd Al-‘Azhim Az-Zarqani, Manhil al-‘Irfan,
Dar Al-Fikr, Beirut, t.t., Jilid II, hlm.71.
2
Az-Zarqani, op. cit., hlm. 72.
terminologi. Hal itu terlihat dari kontrofersi yang muncul diantara mereka dalam
menetapkan adanya nasikh dalam al-qur’an ulama-ulama mutaqqaddimin bahkan
memperluas ari nasikh hingga mencakup:

1. Pembatalan hukum yang ditetapkan oleh hukum yang ditetapkan


kemudian;
2. Pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang spesifik yang
datang kemudian;
3. Penjelasan susulan terhadap hukum yang bersifat ambigius;
4. Penetapan syarat bagi hukum yang datang kemudian guna membatalkan
tau merebut atau menyatakan berakhirnya masa berlakunya hukum
terdahulu.

Pembahasan tentang nasikh dan mansukh berangkat dari ayat al-qur’an yang berbunyi

           
        
Artinya: “Apa saja ayat kami naskh-kan, atau kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya. Kami datangkan lebih baik dari padanya, atau yang sebanding dengan-
nya: (Q.S Al-Baqarah (2): 106)”

 Ayat - Ayat yang Terkena Nasakh

Setelah memperkenalkan tiga jenis nasakh yang berhubungan dengan Al-


Qur’an. Mari lihat, pada ayat mana saja terjadi nasakh ? Setelah melakukan
penelitian, para ulama dan ahli ushul bertemu. Mereka sepakat, bahwa nasakh hanya
terjadi pada ayat amar (perintah) dan nahi (larangan). Hatta amar dan nahi itu
berbentuk khabar (kalimat berita) yang mempunyai pesan thalab (permintaan),
sementara pada kalimat berbentuk khabar yang bukan bermakna thalab, nasakh tidak
terjadi. Termasuk dalam kategori ayat yang tak terkena nasakh ini: janji (wa’d),
ancaman (wa’id) dan cerita-cerita mengenai berbagai umat. Contohnya:
         
Artinya : “Sungguh beruntung orang-orang Mukmin yang di dalam shalat mereka
khusyu.” (Q.S Al-Mu’minun (23): 1 dan 2)

       


           
    
Artinya : “Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan
khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin)
sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika
kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) Maka Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Mujadalah (58):12)

         
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia
berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu,”
(Q.S Hud (11):25)

       


      
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan[1568] kepada
orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak
bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang
membakar.” (Q.S Al-Buruj (85):10)

Ayat yang hukumnya mansukh, tetapi bacaannya tetap berlakunya cukup


banyak. Syekh Imam Abu Al Hasan Ali bin Ahmad Al Wahidiy Al-Nisabury dalam
Ashab Al Nuzul wa Bihamisyihi Al Nasikh wa Al Mansukh-nya menurunkan ucapan
Abu Al-Qasim. Menurut ulama yang namanya disebut paling akhir ini, dalam
hubungannya dengan nasikh mansukh, suruh-suruh Al-Qur’an dibagi menjadi empat
kelompok :

Pertama, surah yang di dalamnya tidak terdapat ayat-ayat nasikh dan tidak
terdapat ayat mansukh. Jumlahnya sebanyak 43 surah. Masing-masing adalah surah:
1. Al-Fatihah 9. At-Tahrim 17. Al-Infithar 25. Ad-Dhuha
2. Yusuf 10. Al-Mulk 18. Al-Muthaffifin 26. Asy-Syarh
3. Yaasin 11. Al-Haqqah 19. Al-Insyiqaq 27. Al-Alaq
4. Al-Hujurat 12. Nuh 20. Al-Buruj 28. Al-Qadr
5. Ar-Rahman 13. Al-Jin 21. Al-Fajr 29. Al-Infithar
6. Al-Hadid 14. Al-Mursalat 22. Al-Balad 30. Al-Zalzalah
7. As-Shaf 15. An-Naba’ 23. Al-Syamsu 31. Al-Adiyat
8. Al-Jumu’ah 16. An-Nazi’at 24. Al-Lail 32. Al-
Qari’ah

33. At-Takatsur 39. An-Nashr


34. Al-Humazah 40. Al-Lahab
35. Al-Fil 41. Al-Ikhlash
36. Al-Quraisy 42. Al-Falaq
37. Al-Ma’un 43. An-Nas
38. Al-Kautsar

Jika diperhatikan, keempat puluh

Anda mungkin juga menyukai