Anda di halaman 1dari 22

ETIKA KOMUNIKASI ISLAM DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF

(INTRAPERSONAL, INTERPERSONAL DAN KELOMPOK KECIL)

AyuAndira
STIT Muhammadiyah Aceh Barat Daya
andira@gmail.com

Abstrak
Komunikasi bagi manusia merupakan kebutuhan paling mendasar dalam hidupnya,
hampir seluruh aktivitas manusia dalam kehidupan pribadi dan sosialnya tidak bisa
terpisahkan dari komunikasi, sehingga manusia tidak dapat hidup dan berkembang tanpa
berkomunikasi. Islam juga menempatkan komunikasi sebagai sesuatu yang penting dan
bernilai ibadah apabila komunikasi itu dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang terdapat
dalam alquran dan sunnah Nabi Muhammad saw., keduanya merupakan pedoman yang
berisi tuntunan hidup bagi setiap muslim yang harus dijunjung tinggi dan menjadi
ukuran-ukuran dalam berkomunikasi. Islam sebagai agama yang paripurna mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam hal komunikasi. Etika
komunikasi Islam sebagai pilar utama dalam berkomunikasi penting untuk dilatih dan
diterapkan dalam berbagai perspektif kehidupan. Etika komunikasi Islam intrapersonal,
interpersonal dan di dalam keluarga adalah beberapa perspektif yang penting dikuasai.
Etika komunikasi yang sesuai ajaran Islam untuk masing-masing perspektif adalah bagian
penting selanjutnya yang harus melekat didalamnya.
Kata Kunci : Etika Komunikasi Islam, Intrapersonal, Interpersonal

Abstract
Communication for humans is the most basic need in life, almost all human activities in
personal and social life cannot be separated from communication, so humans cannot live
and develop without communicating. Islam also places communication as something
important and valuable in worship if the communication is carried out based on the
values contained in the Qur'an and the sunnah of the Prophet Muhammad, both of which
are guidelines that contain life guidelines for every Muslim that must be upheld and
become standards in communicate. Islam as a complete religion regulates all aspects of
human life, including communication. Islamic communication ethics as the main pillar in
communicating is important to be trained and applied in various perspectives of life.
Islamic communication ethics intrapersonal, interpersonal and within the family are some
of the important perspectives to be mastered. Communication ethics according to Islamic
teachings for each perspective is the next important part that must be embedded in it.
Keywords: Islamic Communication Ethics, Intrapersonal, Interpersonal

1
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu aktivitas manusia yang saling berinteraksi antara satu
orang maupun lebih, konsep tentang komunikasi tidak hanya berkaitan dengan masalah
cara berbicara efektif saja melainkan juga etika bicara. Dalam pandangan agama islam
komunikasi memiliki etika, agar jika kita melakukan komunikasi dengan seseorang maka
orang itu dapat memahami apa yang kita sampaikan.
Edward Depari menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
gagasan, harapan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi ber-akhlak
al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak alkarimah berarti komunikasi yang
bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).
Sebahagian kita mungkin menggangap komunikasi adalah sesuatu yang biasa dan
sederhana, sehingga seringkali kita lalai untuk memperhatikan bagaimana seharusnya
berkomunikasi yang baik terhadap sesama manusia terutama terhadap keluarga, teman
dan orang lain di sekitar kita. Tanpa disadari bahwa komunikasi yang kita lakukan telah
membawa banyak manfaat, kebaikan dan manfaat dalam kehidupan kita, disisi yang lain
komunikasi juga telah banyak menimbulkan mudarat, konflik, kerugian dan bahkan
bencana dalam kehidupan manusia. Hal tersebut terjadi karena manusia lupa dalam
menempatkan dan menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi.
Manusia sebagai makhluk pribadi dan mahluk sosial menduduki posisi yang
sangat penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk Allah SWT
yang diberikan amanah sebagai khalifah dimuka bumi dan dikarunia kemampuan
berkomunikasi. Alquran menyebutkannya dengan kata al bayan . Dengan kemampuan
itulah memungkinkan manusia membangun hubungan sosialnya. Kemampuan
berkomunikasi yang dimiliki manusia adalah sebuah keadaan dimana komunikasi yang
dilakukan dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban dan
sebagainya
Dalam perspektif Islam, komunikasi dipandang sebagai upaya untuk membangun
hubungan secara vertikal dengan Allah SWT (Hablumminallah) dan juga untuk menjalin
komunikasi secara horizontal yaitu hubungan dengan sesama
manusia (Hablumminanas). Komunikasi dengan Allah SWT tercermin melalui ibadah-
ibadah yang telah ditentukan seperti salat, puasa, zakat dan haji, zikir dan sebagainya
dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan membentuk karakter taqwa dalam
diri hamba. Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan
hubungan sosial yang disebut muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan
manusia, seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni dan sebagainya dengan tujuan
untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan manusia

2
Komunikasi sangat krusial bagi setiap manusia dalam menyampaikan sebuah pesan.
Komunikasi sudah ada sejak pertama sekali manusia ada di muka bumi ini, bahkan
sebelum manusia diturunkan Allah ke muka bumi ini, komunikasi sudah berlangsung
ketika Allah mengajarkan Nabi Adam tentang ilmu pengetahuan seperti yang termaktub
di dalam Al-Quran.
Prinsip dasar dari komunikasi adalah menyampaikan pesan atau proses tukar-
menukar informasi atau pemahaman antara dua orang atau lebih. Jika komunikasi pada
umumnya adalah hanya sebatas bertukarnya informasi atau memberikan informasi antara
satu orang ke orang lainnya, maka komunikasi Islam tidak hanya berhenti di sana.
Komunikasi Islam esensi utamanya adalah komunikasi yang berlandaskan Al-
quran dan Assunah, dan tidak berhenti sampai disitu, dalam komunikasi Islam juga
sangat menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi yang tentu saja berlandaskan
keislaman yang tentu saja sangat baik jika bisa dipraktikkan dikehidupan nyata baik oleh
individu maupun kelompok dalam berbagai aspek kehidupan di dunia ini.
Melalui media etika, termasuk di dalam bagaimana berkomunikasi, Islam ingin
mengajarkan kalau ini lah yang di maksud dengan agama rahmatan lil
„aalamiin, agama yang mengajak umat nya untuk selalu berbuat kebajikan, bukan
mengejek antar satu dan yang lain, agama yang gemar merangkul dalam setiap aktivitas,
bukan memukul akibat perbedaan minor dan sebagainya.Bagaimana etika komunikasi ini
jika diimplementasikan di setiap jenjang komunikasi juga menjadi bagian penting, seperti
etika komunikasi islam dalam cakupan antar pribadi atau pun dalam lingkup kelompok
kecil (keluarga atau orang tua-anak dan sebaliknya). Hal ini bisa menjadi referensi kita
dalam berkomunikasi yang beretika yang sesuai dengan ajaran Islam.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur (literatur
review). Literatur review merupakan metode pengumpulan data dan informasi dengan
mengkaji literatur-literatur ilmiah seperti jurnal, buku, artikel, dan sumber-sumber tertulis
lainnya yang relevan dengan topik etika komunikasi islam dalam al-quran dan hadis.
Literatur-literatur tersebut diperoleh dari berbagai database online seperti Google
Scholar, Research Gate dan lain sebagainya. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian
literatur antara lain "etika komunikasi". Tidak ada batasan tahun tertentu dalam pencarian
literatur ini, sehingga mencakup literatur kontemporer dan jurnal lama yang relevan.
Semua literatur yang diperoleh kemudian dikaji dan dianalisis secara mendalam
terkait pemaparan dan pembahasan mengenai peran etika komunikasi islam dalam
membentuk karakterintrapersonal atau kelompok kecil. Literatur-literatur tersebut juga
menjadi acuan konseptual pemikiran dan teori yang mendasari pembahasan dalam artikel
ini. Seluruh literatur yang dikaji dicatat secara sistematis, lalu disusun dan disintesiskan
sehingga menghasilkan pemaparan yang komprehensif dan mendalam terkait topik
bahasan dalam artikel ini.

3
Dengan metode literatur review yang sistematis dan mendalam ini, diharapkan
artikel yang disusun dapat menjawab pertanyaan penelitian dan permasalahan terkait
bagaimana etika komunikasi islam dapat dilakukan. Literatur review juga menunjukkan
kebaruan dan kemutakhiran informasi dalam artikel ini karena didasari pada pemikiran
dan konsep ilmiah terkini dari para ahli dan akademisi.

Hasil
Dari bahasa Jerman ethike yang diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi ethic, yang
berarti bertindak atas dasar moralitas atau selaras dengan patokan moral yang berlaku
dalam masyarakat tertentu, atau menyelaraskan perbuatan dengan standar perilaku dari
suatu profesi tertentu. Adapun menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) etika
adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
Menurut Sobur sebagai pedoman baik buruknya perilaku, etika adalah nilai-nilai, dan
asas-asas moral yang dipakai sebagai pegangan umum bagi penentuan baik buruknya
perilaku manusia atau benar salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Kemudian
Kenneth E. Andersen, mendefinisikan etika sebagai suatu studi tentang nilai-nilai dan
landasan bagi penerapannya. Ia bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai
apa itu kebaikan atau keburukan dan bagaimana seharusnya.
Sedangkan Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa latin yaitu communicatio yang biasa dipakai untuk menjelaskan kemampuan
manusia memilih label dan simbol tertentu, atau menjelaskan hubungan diantara manusia
dan hubungan manusia dengan dunia
disekeliling mereka. Kata communication sebenarnya berasal dari dua akar kata yaitu
com (dalam bahasa latin cum yang berarti dengan atau bersama-sama dengan) dan unio
(dalam bahasa latin union yang diartikan sebagai persatuan). Jadi communication
menjelaskan to union with or union together with – menjadi satu dengan atau bersama-
sama dengan2 .
Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin communicatio istilah ini
sesungguhnya berasal dari kata communis yang berarti sama sama yang dimaksudkan
disini adalah sama makna atau sama arti. Jadi dalam pendekatan etimologi komunikasi
terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan.
Komunikasi pada dasarnya punya banyak pengertian dan definisi. Secara etimologis,
komunikasi berasal dari Bahasa latin yaitu communication yang berasal dari communis
yang berarti sama. Jadi komunikasi berlangsung jika antara orang yang terlibat
komunikasi terjadi kesamaan mengenai sesuatu yang dikomunikasikan.
Selanjutnya, kata komunikasi bagi para ahli memiliki pengertian yang beragam
sesuai dengan konteks komunikasi. menurut catatan Dance dan Larson di tahun 1976
mengungkapkan bahwa setidaknya sudah ada 126 definisi komunikasi yang diutarakan
para ahli berdasarkan keragaman perspektif yang dimiliki masing-masing.

4
Ahli psikologi melihat komunikasi sebagai proses stimulus untuk menimbulkan
respon tertentu, ahli sosiologi melihat komunikasi sebagai proses interaksi, ahli politik
melihat komunikasi sebagai perebutan pengaruh dan kekuasaan, dan lain sebagainya.
Keragaman definisi yang dibuat para ahli menunjukkan bahwa ilmu komunikasi begitu
dinamis dan luas untuk dikajiMenurut Lee Thayer, ada 4 definisi komunikasi yang
dikemukakak oleh para ahli : Pertama, komunikasi adalah suatu proses tukar-menukar
pemahaman antara dua orang atau lebih. Kedua, komunikasi juga diartikan sebagai tukar-
menukar ide dengan makna yang efektif serta saling membutuhkan. Ketiga, komunikasi
adalah tukar menukar pikiran, opini atau informasi dengan ungkapan, tulisan atau tanda
(signs). Keempat, komunikasi juga disebut sebagai upaya pengaturan stimuli lingkungan
untuk menghasilkan suatu perbuatan yang dikehendaki dalam suatu organisma.
Berbeda dengan komunikasi pada umumnya, komunikasi Islam tidak bisa
dilepaskan dengan wahyu dan kenabian, sehingga corak komunikasi Islam ini dapat
menyentuh ruang transcendental yang oleh komunikasi pada umumnya hampir tidak
tersentuh. Belum lagi jika bicara tentang tata Bahasa dalam komunikasi Islam, tentu
sangat kental dengan azaz kesopanan dan tidak jarang menggunakan tata Bahasa yang
indah jika telusuri lebih lanjut.
Segi transcendental yang secara Bahasa dalam istilah filsafat berarti suatu yang tidak
dialami tapi dapat diketahui, suatu pengalaman yang terbebas dari fenomena namun
berada dalam gugusan pengetahuan seseorang,5 ini lah yang membedakan komunikasi
Islam dari komunikasi pada umumnya, karena tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat muslim, jika diselidiki semangat komunikasi yang terjalin di dalamnya akan
tampak semangat transendennya sebagai pemicu aktifitas komunikasi setiap individu.
Maksudnya, pesan-pesan serta motif berkomunikasi dalam rangka mentransfer
pesan-pesan transenden untuk disebarkan kepada halayak luas. Sehingga kemudian
menggelinding menjadi topik pembicaraan dalam berbagai kesempatan interaksi sosial
yang terjadi pada masyarakat muslim, bagaimana Nabi mengomunikasikan wahyu
kepada ummatnya, bagaimana umat saling berkomunikasi satu sama lainnya untuk
menyampaikan pesan yang didapat dari Nabi tersebut, dan bagaimana sebuah norma
terkontruksi dalam masyarakat muslim, hingga secara turun-temurun norma tersebut
dikomunikasikan dalam
keluarga hingga akhirnya menjadi nilai maupun norma yang disepakati pada komunitas
muslim.
Sedangkan jika bicara tentang Etika yang berasal dari bahasa Yunani “ethos”
(dalam bentuk tunggal) atau “ta etha” (jamak). Kata ethos dalam bentuk tunggal
memiliki arti tempat tinggal, padang rumput,kandang, adat istiadat, akhlak, watak,
perasaan, cara berpikir. Sedangkan dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan.
Dari kata latin tersebut lahir kata moral.Sedangkan Sidi Gazalba memaknai “etika”
merupakan teori tentang laku perbuatan manusia, dipandang dari nilai baik dan buruk
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

5
Kata etika diartikan sebagai: (1) himpunan asas-asas nilai atau moral. (2) kumpulan
asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut
suatu golongan atau masyarakat (4) norma, nilai, kaidah, atau ukuran tingkah laku yang
baik.
Jika demikian, maka dapat disimpulkan kalau definisi sederhana dari etika
komunikasi islam adalah perilaku manusia dalam berkomunikasi yang sesuai dengan
ajaran islam atau bersumber dari ajaran islam, apakah Al-quran atau hadits nabi.

PEMBAHASAN
A. Konsep Etika Komunikasi Islam
Teori komunikasi menurut ajaran Islam selalu terikat kepada perintah dan larangan
Allah swt atau Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad saw Pada dasarnya agama sebagai
kaidah dan sebagai perilaku adalah pesan (informasi) kepada warga masyarakat agar
berperilaku sesuai dengan perintah dan larangan
Tuhan. Dengan kata lain komunikasi menurut ajaran agama sangat memuliakan etika
yang dibarengi sanksi akhirat.9
Al-Qur’an juga menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Untuk
mengetahui bagaimana manusia seharusya berkomunikasi. Al-Qur’an memberikan kata
kunci (key concept) yag berhubungan dengan hal itu. Al- Syaukani dalam Rahmat,
misalnya mengartikan kata kunci al-bayan sebagai kemampuan berkomuni-kasi. Selain
itu, kata kunci yang diperguna-kan AlQur’an untuk komunikasi ialah al-qaul. Dari al-
qaul ini, Jalaluddin Rakhmat menguraikan prinsip, qaulan sadidan yakni kemampuan
berkata benar atau berkomuni-kasi dengan baik.
Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan
interaksi sosial, dan mengembangkan kepribadiannya. Para pakar komunikasi sepakat
dengan para psikolog bahwa kegagalan komunikasi berakibat fatal baik secara individual
maupun sosial. Secara sosial, kegagalan komunikasi menghambat saling pengertian,
menghambat kerja sama, menghambat toleransi, dan merintangi pelaksanaan norma-
norma sosial Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Dalam
QS. Al-Rahman : ayat 1 – 4.
(Tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan
manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Al-Rahman
: 1 – 4).
Al-Syaukani (t.th:251) dalam Tafsir Fath al-Qadir mengartikan al-bayan sebagai
kemampuan berkomunikasi. Untuk mengetahui bagaimana orang-orang seharusnya
berkomunikasi secara benar (qaulan sadidan), harus dilacak kata kunci (keyconcept) yang
dipergunakan Al-Qur’an untuk komunikasi. Selain al-bayan, kata kunci untuk
komunikasi yang banyak disebut dalam AlQur’an adalah “al- qaul” dalam konteks
perintah (amr), dapat disimpulkan bahwa ada enam prinsip komunikasi dalam Al-Qur’an.

6
Selanjutnya etika komunikasi Islam yang telah dipaparkan oleh Jalaluddin Rakhmat
dalam bukunya Islam Aktual: Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim ialah
ada enam bentuk atau jenis gaya bicara (qawlan) di dalam alQur‟an yang dikategorikan
sebagai kaidah, prinsip atau etika menjawab dengan bersabda; Menjaga Lisan.”

Prinsip-prinsip dan Etika Komunikasi Islam


1. Berbicara dengan lemah lembut (Qaulan Layyinan)
Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut kepada siapa
pun. Dalam lingkungan apapun, komunikator sebaiknya berkomunikasi pada komunikan
dengan cara lemah lembut, jauh dari pemaksaan dan permusuhan. Dengan menggunakan
komunikasi yang lemah lembut, selain ada perasaan bersahabat yang menyusup ke dalam
hati komunikan, ia juga berusaha menjadi pendengar yang baik.
Untuk perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini bisa kita temukan dalam
Al-Qur‟an yang artinya:
”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
Mudah-mudahan ia ingat atau takut"

2. Prinsip Qaulan Sadidan


Kata ”qaulan sadidan” disebut dua kali dalam Alquran. Pertama, Allah menyuruh
manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan :
”Dan hendaklah orang-orang takut kalau-kalau dibelakang hari, mereka meninggalkan
keturunan yang lemah yang mereka kuatirkan (kesejahteraannya).
Hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan berkata dengan qaulan sadidan.
Kedua, Allah memerintahkan qaulan sadidan sesudah taqwa:
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah qaulan
sadidan. Nanti Allah akan membaikkan amalamal kamu, mengampuni dosa kamu. Siapa
yang taat kepada Allah dan RasulNya ia mencapai keberuntungan yang besar.”
Apa arti qaulan sadidan? Qaulan sadidan artinya pembicaraan yang benar, jujur (Picthall
menerjemahkannya ”straight to the point”), lurus, tidak bohong, tidak Berbelit-belit.
Prinsip komunikasi yang pertama menurut Alquran adalah berkata yang benar. Ada
beberapa makna dari pengertian yang benar.
 Sesuai dengan Kriteria Kebenaran
Arti pertama benar ialah sesuai dengan kriteria kebenaran. Buat orang Islam, ucapan yang
benar tentu ucapan yang sesuai dengan Alquran, As-sunnah dan ilmu. Al-quran
menyindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa berlandaskan Al-quran, hadits dan
ilmu pengetahuan. Allah berfirman di dalam Al-quran yang artinya :
“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu
nikmatNya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan)
Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

7
 Tidak Bohong
Arti kedua dari qaulan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi
Muhammad SAW bersabda, ”Jauhi dusta karena dusta membawa kamu pada dosa, dan
dosa membawa kamu pada neraka. Lazimkanlah berkata jujur, karena jujur membawa
kamu pada kebajikan, membawa kamu pada surga.

3. Prinsip Qaulan Balighan


Kata “baligh” dalam Bahasa arab artinya adalah sampai, mengenai sasaran atau
mencapai tujuan. Al-quran menyebutkan tentang Qaulan Balighan yang berbunyi:
”Berkatalah pada mereka tentang diri mereka dengan qaulan balighan”.
Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau komunikasi), ”baligh” berarti fasih, jelas
maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu, prinsip
qaulan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif. Al-Quran
memerintahkan kita berbicara yang efektif. Semua perintah jatuhnya wajib, selama tidak
ada keterangan lain yang memperingan. Begitu bunyi kaidah yang dirumuskan Ushul
Fiqh. Dari sisi yang lain, Al-quran melarang kita melakukan komunikasi yang tidak
efektif. Keterangan lain memperkokoh kesimpulan ini. Nabi Muhammad SAW berkata:
“Katakanlah dengan baik. Bila tidak mampu, diamlah”
Rasulullah sendiri memberi contoh dengan khutbah-khutbahnya. Umumnya khutbah
Rasulullah pendek, tapi dengan kata-kata yang padat makna. Nabi Muhammad
menyebutnya ”jawami al-qalam”. Ia berbicara dengan wajah yang serius dan memilih
Kata-kata yang sedapat mungkin menyentuh hati para pendengarnya. Irbadh bin
Sariyah, salah seorang sahabatnya, bercerita,
”Suatu hari Nabi menyampaikan nasihat kepada kami. Bergetar hati kami dan berlinang
air mata kami. Seorang di antara kami berkata Ya Rasulullah, seakan- akan baru kami
dengar khotbah perpisahan. Tambahlah kami wasiat”. Tidak jarang di sela-sela
khutbahnya, Nabi berhenti – untuk bertanya kepada yang hadir atau memberi kesempatan
kepada yang hadir untuk bertanya. Dengan segala otoritasnya, Nabi adalah orang yang
senang membuka dialog.

4. Prinsip Qaulan Maisyura


Dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan, dianjurkan untuk mempergunakan
bahasa yang mudah, ringkas, dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam
Al-Qur‟an ditemukan istilah qawlan maisura yang merupakan salah satu tuntunan untuk
melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
melegakan perasaan.
Dalam surah Al-Israa Allah berfirman yang artinya :
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang panta”.

8
Maisura seperti yang terlihat pada ayat di atas sebenarnya berakar pada Kata yasara, yang
secara etimologi berarti mudah atau pantas. Sedangkan Qawlan Maisura, menurut
Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya lebih tepat diartikan ”ucapan yang menyenangkan,”
lawannya adalah ucapan yang menyulitkan. Bila qawlan ma‟rufa berisi petunjuk via
perkataan yang baik, qawlan maisura berisi hal-hal yang menggembirakan melalui
perkataan yang mudah dan pantas.

5. Prinsip Qaulan Karima


Komunikasi yang baik dan efektif tidak bisa dinilai dari tinggi rendahnya jabatan
atau pangkat seseorang yang menyampaikan pesan komunikasi, tetapi ia dinilai dari isi
perkataan seseorang dan bagaimana ia mengatakannya. Banyak orang yang gagal
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain disebabkan menggunakan perkataan yang
keliru dan berpotensi merendahkan orang lain.
Permasahan perkataan tidak bisa dianggap ringan dalam komunikasi. Karen ajika salah
berkata-kata maka bisa berimplikasi terhadap kualitas komunikasi dan pada gilirannya
akan mempengaruhi kualitas hubungan sosial. Bahkan karena salah berkata-kata, tidak
sedikit hubungan sosial seseorang dengan masyarakat putus sama sekali.
Islam mengajarkan kita agar menggunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi
kepada siapa pun. Perkataan yang mulia ini seperti terdapat dalam ayat Al-Qur‟an yang
artinya :
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia”.
Dalam ayat ini, Allah tidak hanya mengingatkan ajaran tauhid untuk mengesakan Allah
agar manusia tidak terjerumus ke dunia kemusyirakan, tetapi juga mengingatkan kepada
seluruh anak di muka bumi ini agar selalu berbakti kepada orang tua. Setiap kita belum
tentu menjadi orang tua, tetapi setiap kita pasti adalah anak dari dua orang tua. Untuk itu,
Islam mengajarkan bagaimana etika yang baik dalam berkomunikasi dengan orang tua
yaitu dengan selalu mengucapkan perkataan yang mulia.

6. Prinsip Qaulan Ma’rufa


Qawlan ma‟rufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Kata ma‟rufa
berbentuk isim maf‟ul yang berasal dari madhinya, ‟arafa. Salah satu pengertian
mar‟ufa secara etimologis adalah al-khair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik.
Jadi qawlan ma‟rufa mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan
pantas.

9
Al-quran juga menyebutkan tentang Qaulan Ma‟rufa ini yang bisa kita temukan
dalam surah Al-baqarah yang artinya :
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun”.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa perkataan yang baik dan pantas dan pemberian
maaf lebih utama dibandingkan memberikan sedekah namun diiringi dengan kata-kata
yang menyakitkan si penerima sedekah itu. Islam ingin mengajarkan bahwa, kata-kata
yang baik dan santun bahkan lebih utama dibanding memberi sedekah namun diiringi
dengan kalimat yang menyakitkan penerima sedekah itu, setinggi itu lah etika
komunikasi dalam Islam, tetapi tentu yang paling utama adalah memberikan sedekah dan
mengiringinya dengan perkataan yang baik,santun dan pantas untuk diucapkan, itu
idealnya.
Telah difahami bahwa komunikasi merupakan sesuatu yang penting dalam Islam.
Banyak sekali disebut dalam al-Quran dan sering diamalkan oleh baginda rasul melalui
sunnahnya. Maka, kalau kita telusuri kedua sumber yang menjadi landasan hukum ini,
maka akan dapat kita temukan tips,prinsip atau etika berkomunikasi dalam Islam yang
baik dan benar yaitu :

 Memulakan percakapan dengan ucapan “Assalamualaikum


Islam mengharuskan setiap muslim memberi salam kepada muslim yang lain,
apakah yang muda kepada yang tua, yang punya pangkat atau tidak dan lain sebagainya.
Adapun hukum memberi salam adalah sunnah sedangkan hukum menjawab salam adalah
wajib. Hal ini telah sesuai dengan hadits sahih berkaitan salam. Sabda Rasulullah SAW
yang artinya
“Dari Abdullah bin Amru radhiallahuanhu bahwa seorang lelaki bertanya kepada
Rasulullah SAW : “Apakah Islam yang baik?” Bersabda Rasulullah SAW
: “Memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang
kamu tidak kenal.”
Rasulullah SAW menekankan bahawa memberi salam itu adalah hak seorang Muslim ke
atas saudaranya yang lain. Sabda baginda SAW yang artinya:
“Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Telah bersabda Rasulullah SAW, hak muslim atas
muslim lainnya ada enam perkara.” Para sahabat bertanya : “Apa saja wahai Rasulallah?”
Baginda menjawab: “Apabila kau bertemu dengannya, hendaklah engkau beri salam
kepadanya, apabila ia mengundangmu, hendaklah engkau memenuhinya, dan apabila ia
minta nasihat kepadamu, hendaklah engkau menasihati dia, dan apabila ia bersin lalu
memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah), maka jawablah (dengan mengucapkan
yarhamukallah), dan apabila ia sakit, hendaklah engkau menjenguk dia, dan apabila ia
meninggal dunia, hendaklah engkau antarkan jenazahnya.”

10
 Berpikir sebelum berkata-kata
Nabi menganjurkan kita untuk berpikir dulu apa yang ingin kita katakan sebelum
mengatakannya. Jika yang kita katakan sepertinya tidak bermanfaat, maka lebih baik kita
diam. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya : “dari Abu Hurairah, beliau
berkata : Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat maka janganlah ia mengganggu tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam
saja.”
Kemudian dalam hadits yang lain rasulullah bersabda yang artinya : “Sesungguhnya ada
seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya
terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh
dari pada jarak antara timur dan barat.”

 Mengulangi kata-kata yang penting


Merujuk apa yang sering dilakukan oleh Rasulullah SAW, apabila beliau
mengucapkan sesuatu, maka beliau tidak jarang untuk mengulanginya hingga 3 kali
berturu-turut hingga semua sahabat paham apa yang dimaksud beliau. Pengulangan ini
tentu saja bermakna kalau hal ini penting untuk dilaksanakan oleh umatnya. Sebagai
contoh yaitu memberi nasihat atau peringatan jika suatu hal itu adalah kebaikan bersama,
maka perlu diulang berkali-kali,
“Ibnu Mas‟ud pernah menceritakan apa yang rasullullah sabdakan yang artinya
Rasulullah selalu memberikan mau’izah kepada kami beberapa kali setiap hari karena
kuatir menimbulkan kebosanan pada kami”.

 Melakukan apa yang dikatakan


Salah satu prinsip yang juga penting dalam kaitannya dengan komunikasi Islam
adalah melakukan apa yang kita sampaikan. Banyak komunikator dewasa ini sangat lihai
dalam beretorika, bahkan tidak sedikit yang mengatasnamakan agama tertentu agar
kelihatan lebih agamis dalam menyampaikan komunikasinya. Namun sayangnya, apa
yang disampaikannya justru tidak dilakukannya. Jika ini terjadi pada diri komunikator,
tentu akan menjadi hal yang sangat memilukan sekaligus memalukan. Dan belum dapat
dikatakan komunikator memiliki etika yang baik. Karena etika dan komunikasi tentu
tidak bisa dilepaskan begitu saja hubungannya.
Islam sangat melarang seseorang yang mengatakan sesuatu, namun tidak melakukan
apa yang dikatakannya. Nabi Muhammad adalah contoh mulia, beliau adalah orang
pertama yang melakukan apa yang beliau sampaikan, bahkan ketika belum disampaikan
pesan itu pun beliau selalu sudah melakukannya. Sehingga hal ini membuat apa yang
beliau sampaikan selalu di dengar oleh orang lain, karena dapat menjadi contoh. Beliau
mengajarkan para sahabatnya kebanyakan dengan contoh konkrit agar dapat segera di tiru
dan dipraktikkan.

11
Allah SWT juga sangat membenci perilaku orang yang mengatakan namun tidak
melakukan seperti yang tertulis dalam Al-quran26 yang artinya :
“Sangat lah di benci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
lakukan”
Dari ayat ini dapat kita petik intisari bahwa Islam sangat mengutamakan akhlaq
yang mulia di banding hanya sekadar lips service atau retorika individual. Namun yang
paling utama tentu saja adalah jika perbuatannya satu dengan apa yang dikatakannya, ini
adalah gambaran manusia yang ideal.

a) Etika Komunikas Islam dilihat dalam beberapa Perspektif


Etika dalam berkomunikasi dalam Islam, perlu untuk dilihat dalam beragam
perspektif agar pendekatan dan pemahaman yang kita lakukan bisa lebih utuh. Kita perlu
melihat secara lebih dalam bagaimana Etika Komunikasi Islam jika dilakukan secara
individu, Interpersonal, Kelompok, hingga dalam berbangsa dan bernegara.

b) Etika Komunikasi Islam secara Individu dan Interpersonal


Al-quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan telah memberikan
banyak contoh tentang bagaimana Islam mengajarkan etika yang santun dalam
berkomunikasi secara individu. Kita ambil satu contoh sederhana adalah pada Surat Ash-
Shaffat ayat 102, bagaimana Nabi Ibrahim dengan indah menyampaikan ide nya kepada
anak nya Isma‟il tentang menyembelih anak nya tersebut.

Jika kita coba analisis apa yang dilakukan Nabi Ibrahim tentu kita akan sangat takjub
dengan keahlian komunikasi beliau kepada anak nya Ismail. Berikut beberapa analisis
ayat di atas dalam perspektif etika komunikasi secara individu :
 Meskipun Ibrahim adalah seorang Nabi dan Rasul sekaligus juga sebagai orang
tua yang berhak mengambil keputusan untuk masa depan anaknya, namun Nabi
Ibrahim memilih untuk mendiskusikan langkah kedepan yang akan diambil nya
kepada anak nya Ismail. Ini bisa kita ambil hikmah bahwa 1 orang berpikir
memang lebih baik dari 1 orang tidak berpikir. Namun, 2 orang yang berpikir,
selalu lebih baik dibading 1 orang yang berpikir, dan begitu seterusnya. Dengan 2
orang yang berpikir (Ibrahim dan Isma‟il), Ibrahim meyakini bahwa keputusan
yang diambilnya tentu lebih baik dan bijak di banding ia yang mengambil
keputusan itu sendiri tanpa pertimbangan orang lain. Dalam kaitannya dengan
etika komunikasi, pendekatan semacam ini tidak jarang akan menghasilkan
pemikiran dan karya-karya besar dalam kehidupan umat manusia.

12
 Ibrahim tidak merasa lebih berkuasa di banding orang lain, termasuk anak nya
sendiri. Lagi-lagi ini menunjukkan etika yang luhur dalam berkomunikasi
individu. Ibrahim juga dengan jelas meminta pandangan Ismail terkait rencana
penyembelihan dirinya ini, padahal secara logika, Ismail adalah masih tergolong
anak-anak dan tentu minim akan pengalaman, namun Ibrahim tetap mendengar
dan menghargai apa yang menjadi jawaban dari Ismail, tentu ini bagian yang jelas
yang harus dimiliki seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah
menghargai dan coba memahami ide dan pemikiran lawan bicara kita, sebuah
konsepsi yang sangat indah dalam Al-quran tentang etika dalam komunikasi.
 Bisa saja lawan bicara kita lebih muda dan kurang pengalaman dibandingkan kita,
namun belum tentu kita lebih bijak dari dia, begitu pesan lain yang ingin
disampaikan oleh Nabi Ibrahim dalam diskusi yang Indah dalam Al-quran ini.
 Nabi Isma‟il menunjukkan akhlaq dan etika yang tinggi dalam berkomunikasi.
Dia mendengarkan dulu penjelasan ayah nya secara utuh, mulai dari ayah nya
bermimpi menyembelih hingga meminta pendapatnya tentang mimpi itu, baru lah
kemudian Nabi Isma‟il bicara tentang pendapatnya. Sampai disini kita melihat
Etika Komunikasi dalam Islam yang sangat santun yaitu : ketika ada orang lain
bicara, maka dengarkan dulu isi pembicaraan itu hingga tuntas dan pahami dulu
apa maksud dari isi pembicaraan itu, baru kemudian kita bisa memberikan respon
atau jawaban dari pesan yang disampaikan. Jika kita gambarkan dalam diagram
sederhana adalah sebagai berikut :

c) Etika Komunikasi Islam dalam kelompok kecil (keluarga)


Jika bicara tentang komunikasi Islam dan ditinjau secara kelompok kecil atau
keluarga, maka kita perlu mencermati banyak hal di dalam Al-quran yang mengupas
tentang hal ini. Mengambil salah satu cuplikan yang sangat menarik dalam Al-quran di
Surah Luqman, kita bisa melihat lebih jauh bagaimana Lukman membangun “Branding”
diri anaknya dengan berlandaskan dan bersandar kepada Allah SWT.
Minimal ada 3 pondasi yang diajarkan oleh Lukman kepada anaknya agar menjadi
pribadi yang sukses tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Dan yang menarik adalah,
sebelum Lukman menyampaikan pondasi dan petuah-petuah nya itu, dia lebih dulu
memberikan contoh yang mulia bagaimana memanggil anak. Dia mamanggil anaknya
berulang kali dengan sebutan “Ya Bunayya”, dalam konteks Bahasa arab merupakan
sebuah sapaan lembut dan santun kepada anak.
Perlu kita pahami secara jelas, jika watak dari anak-anak adalah “Hubbut Taqliid”
yang artinya gemar meniru. Itu adalah watak dari anak-anak secara umum. Jika yang
ditampilkan orang tuanya adalah sesuatu yang buruh dan dia meihatnya sehari-hari, maka
jangan kaget jika anak itu juga akan tumbuh menjadi seperti orang tua yang
mencontohkannya itu.

13
Itu bukan lah kesalahan si anak, tetapi murni kesalahan dari orang tua yang salah
dalam mendidik anak. Itu lah kenapa kita sering perhatikan, banyak anak-anak yang
mendadak ingin berubah menjadi SUPERMAN, ketika dia baru saja menyaksikan film
itu. Banyak juga anak-anak yang mendadak ingin menjadi Cinderalla dan mencontoh
sikap nya, setelah menonton film itu, dan begitu seterusnya. Lukman mengajarkan hal
yang berbeda, dia mencontohkan kebaikan, maka tentu saja yang keluar dari anaknya
juga adalah kebaikan.
Pondasi pertama yang ditekankan kepada Lukman seperti yang tercantum di dalam Al-
Quran adalah, Wahai anakku, jangan lah engkau menyekutukan Allah yang ayat secara
lengkapnya adalah :

Pondasi pertama yang dikomunikasikan oleh Lukman kepada anaknya adalah untuk
tidak menyekutukan Allah. Ini adalah sikap hidup pertama atau way of life yang harus
dimiliki dan ditanamkan oleh setiap individu sejak dini. Dengan memiliki mental pertama
ini, maka kedepan, jadi apa pun kita, maka iman di dalam dada tetap bersemayam dan
kokoh di dalam jiwa.
Pada ayat selanjutnya (ayat 14), Lukman membimbing anaknya masih dengan etika
yang luhur dan menyampaikan pesan yang juga sangat mulia yaitu, hormat kepada
orang tua. Setelah menyembah Allah dan tidak menyekutukannya, maka tangga kedua
adalah hormat kepada kedua orang tua. Setelah kedua poin penting itu, maka hal yang
ketiga yang diajarkan Lukman kepada anaknya adalah tentang Integritas. Dimanapun
kita berada, ada orang atau pun tidak, maka kita wajib melakukan kebenaran. Bukan
mesti ada orang yang melihat baru kita melakukankebenaran, tetapi ada atau tidak ada
orang, maka kita harus melakukan kebenaran, ini adalah tentang integritas yang diajarkan
Lukman kepada anaknya.
Ini adalah 3 poin kunci yang diajarkan Lukman kepada anaknya. Yang juga menjadi
bagian penting adalah bagaimana Etika Lukman dalam menyampaikan pesan ini kepada
anaknya, tidak terkesan menggurui, namum penuh keakrapan dan kesantunan, hingga
pesan nya bisa dipahami dengan mudah dan sederhana. Selain 3 poin utama di atas,
adalah lebih kepada kewajiban yang harus dilakukan dalam hidup seperti shalat,
mengerjakan kebaikan dan lain sebagainya.

14
B. Bentuk-Bentuk Etika Komunikasi Islam
Etika dalam proses komunikasi bertujuan agar komunikasi berhasil dengan baik
(komunikatif) dan membuat komunikasi itu bermakna bagi pihak-pihak yang
berkomunikasi, yang menurut Wilbur Schramm dalam Choir Amri15 disebut the
condition of success in communication (kondisi suksesnya komunikasi), dan terjalinnya
hubungan yang harmonis antara komunikator dan komunikan. Johansen dalam Choiri
Amri16 menyatakan bahwa komunikasi yang etis bukan hanya serangkaian keputusan
yang cermat dan reflektif, melainkan penerapan-penerapan kaidah etika secara berhati-
hati, yang kadang-kadang tidak mungkin dilakukan.
Berkomunikasi dengan mengedepankan etika, membuat proses komunikasi
menjadi teratur, terarah, dan secara efektif akan mencapai tujuan yang diinginkan secara
maksimal oleh komunikator dan komunikan. Demikian pula bila dipandang dari sudut
agama Islam, maka etika atau akhlak setiap yang berkomunikasi menjadi sangat penting,
terutama dalam menjaga hubungan antara sesama manusia. Ketinggian akhlak rasulullah
harusnya menjadi tauladan dalam berhubungan dengan orang lain secara individu, dengan
orang yang berbeda kebiasaan atau budaya, dan saat menghadapi orang banyak atau
massa.
Di bawah ini adalah tiga bentuk komunikasi yang dikaji dengan memberikan
contoh-contoh ayat dan hadis:
1. Komuniasi Antar personal
Komunikasi antar personal merupakan sebuah konsep komunikasi yang
menggambarkan bentuk komunikasi antara seseorang dan orang lain dalam suasana tatap
muka. Seseorang bertemu muka dengan orang lainnya, membahas mengenai berbagai
permasalahan. Setiap orang dalam pertemuan tersebut membawa diri dengan segala sifat,
sikap yang dimilikinya. Dengan kata lain, setiap orang hadir dengan konsep dirinya
masing-masing. Dalam komunikasi antarpersonal, memahami diri pribadi merupakan
syarat yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat proses komunikasi dan dengan
memahami diri pribadi, maka komunikasi yang dilakukan akan lebih dipahami.
Berkomunikasi dengan orang lain perlu persepsi diri yang akurat dan juga membutuhkan
keakuratan dalam mempersepsi orang lain.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
interpersonal, karena setiap orang sedapat mungkin bertingkah laku sesuai dengan konsep
dirinya. Sukses komunikasi interpersonal tergantung pada konsep diri, positif atau
negatif. Hal ini sejalan dengan isyarat dalam Al-qur'an tentang sifat manusia ada yang
baik dan buruk atau positif negatif yakni dalam QS. Al-Balad ayat 10, yang artinya:
Maka Kami telah memberi petunjuk kepada manusia dua jalan mendaki (baik dan buruk).
Jadi konsep diri seorang manusia terbangun karena dirinya sendiri. Namun pengaruh
lingkungan juga berperan sangat penting dalam membentuk konsep diri seseorang. Oleh
karena itu tidak salah kalau agama menganjurkan untuk bergaul dengan orang-orang
saleh kalau ingin menjadi orang yang saleh.

15
Hubungan komunikasi yang tercipta antara seorang individu dengan individu lainnya
akan efektif dan berjalan sesuai harapan apabila dilandasi etika pribadi masing- masing
individu. Etika itu terbangun lewat konsep diri yang positif. D. E. Hamachek dalam
Jalaluddin Rakhmat menyebutkan beberapa karakteristik orang yang mempunyai konsep
diri positif:
Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia
mempertahankannya, walaupun menghadapi kelompok yang kuat. Teguh memegang
prinsip adalah etika yang diajarkan Islam yakni katakanlah yang benar kalau itu memang
benar. Seperti yang dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah 147, Alqur’an mengajarkan agar
kita berkata benar, tidak boleh menyembunyikan kebenaran atau mencampuradukkan
antara yang benar dengan hal yang batil. Yang benar itu datangnya dari Allah. Karenanya
kamu jangan menjadi orang yang ragu. Dikuatkan juga dengan pernyataan dari QS.
Yunus 82 bahwa “Allah akan selalu mengukuhkan yang benar meskipun tidak disukai
oleh orang berdosa”.
 Ia mampu bertindak berdasarkan pada penilaian yang baik tanpa merasa bersalah
yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak
menyetujui tindakannya. Aspek kejujuran atau obyektivitas dalam komunikasi
merupakan etika yang didasarkan kepada data dan fakta. Faktualitas menjadi
kunci dari etika kejujuran; menulis dan melaporkan dilakukan secara jujur, tidak
memutarbalikkan fakta yang ada. Dalam istilah lain adalah informasi yang teruji
kebenarannya dan orangnya terpercaya atau dapat diakui integritas dan
kredibilitasnya. Dalam Alqur’an kejujuran ini dapat diistilahkan dengan shidq,
atau al-haq.
 Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan
terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi
waktu sekarang. Setiap manusia dilarang untuk menyia-nyiakan waktunya kalau
tidak mau menjadi orang yang merugi, ini terlihat jelas dalam QS. Al-'Ashr ayat
1-3.
 Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan
ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran. Ditegaskan dalam QS. Al-
Baqarah ayat 286 bahwa “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya ...”
 Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima
penghargaan tanpa merasa bersalah. Ini adalah etika pribadi yang mendapatkan
legitimasi dalam al-qur'an yakni dalam QS. Luqman ayat 18 bahwa
“Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi membanggakan
diri”. Orang yang angkuh akan sangat susah diajak untuk menciptakan
pemahaman yang sama mengenai sebuah permasalahan.

16
 Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan
terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bersenang-senang dengan
mengorbankan orang lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Dzariyat
ayat 19 yakni “Dalam harta mereka terdapat hak untuk (orang miskin yang
 meminta) dan yang tidak berkecukupan (walaupun tidak meminta).
 Proses psikologis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam komunikasi
antarpersonal. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi antarpersonal seseorang
mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut dirinya sendiri, diri orang
lain dan hubungan yang terjadi. Kesemuanya terjadi melalui suatu proses berpikir
yang melibatkan penarikan kesimpulan.
 Dalam mengkaji sejumlah besar isu etika yang secara khas muncul dalam suasana
komunikasi antarpersona: keterusterangan, keharmonisan sosial, ketepatan,
kesesuaian konsistensi kata dan tindakan, menjaga kepercayaan. Menurut Ronald
Arnet, standar etika komunikasi antarpersona, yakni:
 Kita terbuka terhadap informasi yang merefleksikan perubahan konsepi diri
sendiri atau orang lain.
 Aktualisasi diri atau pemenuhan diri partisipan harus didukung jika semuanya
memungkinkan.
 Seseorang harus memperhitungkan emosi dan perasaannya sendiri, serta perlunya
tindakan yang sesuai dengan moral dasar.

2. Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Definisi
komunikasi massa yang paling sederhana menurut John R Bittner dalam Nurudin 19,
adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar.
Komunikasi massa melintasi pembagian struktural di dalam masyarakat seperti ras,
pekerjaan, pendidikan, agama, kelas sosial, termasuk jenis kelamin.
Ada beberapa rumusan sederhana yang dirangkum dari beberapa pendapat pakar
komunikasi mengenai etika dalam komunikasi massa, yaitu:
 Berkaitan dengan informasi yang benar dan jujur sesuai fakta sesungguhnya.
 Berlaku adil dalam menyajikan informasi, tidak memihak salah satu golongan.
 Gunakan bahasa yang bijak, sopan dan hindari kata-kata provokatif.
 Hindari gambar-gambar yang seronok.

3. Komunikasi Antar Budaya


Komunikasi antar budaya yang berbeda merupakan peristiwa sehari-hari yang akan
dialami oleh setiap orang yang berinteraksi dengan orang lainnya. Apalagi setiap proses
komunikasi memang tidak bisa terlepas dari budaya yang melekat pada diri seorang
individu. Budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya demikian Edwar T.

17
Hal menyebutkan mengenai kaitan budaya dan komunikasi. Hubungan antara budaya
dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya, saling mempengaruhi.
Pertemuan antara orang-orang yang berbeda budaya mutlak akan ada dalam setiap
interaksi. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa manusia diciptakan berbeda-beda
diantaranya ada dalam (QS. Al-Hujarat (49):13): "Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal…". Juga dalam QS. Al-Rum (30):22): "Dan di antara tanda-
tanda kekuasan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu…".
Ayat-ayat di atas memberikan gambaran bahwa kemajemukan di dunia ini
merupakan hal yang lumrah. Maka, setiap ummat yang hidup di dalamnya sebaiknya
paham dengan hal itu dan mencoba untuk berdamai dengan situasi itu. Salah satu yang
bisa dilakukan dengan membangun hubungan yang harmonis meski berbeda-beda.
Hubungan harmonis itu akan terwujud bila komunikasi yang dibangun dalam proses
interaksi bisa mengedepankan etika, salah satu diantaranya dengan saling menghargai
antara sesama manusia.
K.S Sitaram dan Roy Cogdell dalam Choir Amri20 menyajikan standar etika komunikasi
antarbudaya sebagai berikut:
 Memperlakukan budaya khalayak dengan penghormatan yang sama diberikan
terhadap budaya sendiri.
 Memahami landasan budaya dan nilai-nilai orang lain.
 Tidak pernah menganggap lebih tinggi standar etika yang diyakininya
dibandingkan dengan etika orang lain.
 Berusaha keras memahami kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang lain.
 Menghargai cara berpakaian orang-orang dari budaya lain.
 Tidak memandang rendah orang lain karena ia berbicara dengan aksen yang
berbeda dari aksen seseorang.
 Tidak menciptakan suasana untuk menebalkan stereotip tentang orang lain.
 Tidak memaksakan nilai yang diyakininya kepada orang lain yang berbeda
budaya.
 Berhati-hati dengan simbol nonverbal yang digunakan pada budaya lain.
 Tidak berbicara dengan bahasa yang sama dengan orang dari budaya yang sama
dihadapan orang yang tidak mengerti bahasa tersebut.
Berkomunikasi dengan budaya yang berbeda memerlukan etika, baik dari sudut
pandang etika secara umum maupun etika atau ahlak dari sudut pandang agama, maka
akan tercipta kedamaian dalam kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri bahwa
perbedaan budaya adalah salah satu sumber konflik. Konflik bisa diatasi bila perbedaan
itu tidak hanya dipertajam perbedaannya tapi perbedaan itu coba dipertemukan untuk
mencapai persamaan. Bila semakin banyak persamaan yang ditemukan, maka komunikasi
di antara orang-orang berbeda budaya tersebut akan semakin efektif.

18
KESIMPULAN
Islam adalah agama yang sempurna. Semua aktivitas kehidupan dari bangun tidur
sampai tidur lagi, semuanya diatur di dalam agama, tidak terkecuali bagaimana kita
berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi yang merupakan bagian paling penting
dalam kehidupan ini pun sesungguhnya sudah dicontohkan langsung oleh Allah kepada
nabi Muhammad melalui jibril ketika menurunkan wahyu yang pertama dan seterusnya.
Rasul yang di sebut sebagai “Al-quran berjalan” itu pun dengan akhlak yang
mulia menerjemahkan semua konsepsi quran dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di
dalamnya bagaimana menyampaikan pesan dan berkomunikasi dengan sahabat nya dan
masyarakat pada umumnya. Dengan panduan Al-quran langsung dan diterjemahkan
kedalam kehidupan sehari-hari, maka aplikasi dari nilai konsepsi quran lebih mudah
dipahami oleh para sahabat, hingga kita sampai dengan hari ini.
Melalui media etika, termasuk di dalam bagaimana berkomunikasi, Islam ingin
mengajarkan kalau ini lah yang di maksud dengan agama rahmatan lil
„aalamiin, agama yang mengajak umat nya untuk selalu berbuat kebajikan, bukan
mengejek antar satu dan yang lain, agama yang gemar merangkul dalam setiap aktivitas,
bukan memukul akibat perbedaan minor dan sebagainya.
Bagaimana etika komunikasi ini jika diimplementasikan di setiap jenjang komunikasi
juga menjadi bagian penting, seperti etika komunikasi islam dalam cakupan antar pribadi
atau pun dalam lingkup kelompok kecil (keluarga atau orang tua-anak dan sebaliknya).
Hal ini bisa menjadi referensi kita dalam berkomunikasi yang beretika yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Dari beberapa pengertian terebut diatas, dapat dipahami bahwa komunikasi
merupakan suatu proses sosial yang sanagt mendasar dan vital dalam kehidupan manusia.
Dikatakan mendasar karena setiap manusia baik yang primitif maupun modern
berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui
komunikasi karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
individu-individu lainnya yang dengan demikian dapat menetapkan kredibilitasnya dalam
melangsungkan kehidupannya.
Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan
menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. maka komunikasi Islam
menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara
(how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan
keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam,
meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan). Pesan-pesan keislaman
keislaman yang disampaikan tersebut disebut sebagai dakwah. Dakwah adalah pekerjaan
atau ucapan untuk mempengaruhi manusia mengikuti Islam.

19
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam.
Jakarta: Logos
Bungin, Burhan, 2006. Sosiologi Komunikasi Jakarta : Kencana Prenada Media
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Keluarga Orang Tua dan
Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Effendi, Onong Uchjana. 2000. Dinamika Komunikas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ismail, Muhammad bin, 1993. Sahih al-Bukhari, Beirut : Dar Ibn Kauthar.
Karim, Abdul, 2015. Studi Media Dalam Perspektif Komunikasi Islam (Analisis
Esensi Komunikasi Islam Dalam Diseminasi Informasi).
Annual international conference on Islamic studies XII,
digilib.uinsby.ac.id
Rahman, Fazlur. 1977. The Quranic Foundations and Structure
of Muslim Society. Karachi Pakistan : Elite Publishers LTD.
Rahman, Taufik. 2019. Teori Spiral, Selektivitas dan Matematikal dalam
Al- quran, Jurnal Ilmiah Mukaddimah, Volume 4, No 2, Hal 179.
Rakhmat, Jalauddin. 2001. Psikologi Komunikas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Ritonga, M. Husni. 2008. Eksistensi Ilmu Komunikasi Islam
(Suatu Tinjauan Filsafat Ilmu. Dalam Amroeni Drajat (editor),
Komunikasi Islam dan Tantangan Modernitas. Bandung:Citapustaka
Silvana R. Tine. 2008. . Aplikasi Filsafat Dalam Ilmu Komunikasi.
Dalam http://pustakawan.pnri.go.id.
Taufik, M. Tata. 2012. Etika Komunikasi Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Taufik, M. Tata. 2013. Memperkenalkan Komunikasi Transdental. Nizham.
Vol 1, No.2. h.205.
Thayer, Lee. 1968 Communication and Communication System: In
Organitation, Management, and Interpersonal Relations, (Homewood,
Illinois: Richard D. Irwin.Inc)
Wazir, Rosni Binti, dkk, 2015. Komunikasi Dalam Islam
Prinsip-Prinsip berdasarkan Al Quran dan Al-sunnah, Jurnal Ilmiah
Berwasit, Volume 5, Hal 47.
Wursanto. 1991. Etika Komunikasi Kantor. Yogyakarta:
Kanisius. Ya‟qub,Hamzah. 1998. Etika Islam. Bandung: Diponegoro
Cangara, Komunikasi Politik; Konsep, Teori dan Strategi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009).
Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2003), h.30.
Ghulusy, Ahmad, ad-Da’watul Islamiyah, (Kairo: Darul Kijab.1987)
Wahyu Ilahi, MA.Komunikasi Dakwah,(Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya,2010) Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : Pustaka
Panji Mas.. Juzu’: 21, 1984).
20
KBBI, “Etika”, 2016, dalam http://www.kbbionline.com/ arti/ kbbi/etika,
diakses pada 10 Juni 2021
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung :
Rosdakarya, 2007).
Muis dan Abdul Andi, Komunikasi Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), Rahmat, Efektivitas Berkomunikasi dalam Islam,
Cet. I. Bandung: Mizan, 1999), Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual:
Refleksi Seorang
Cendekiawan Muslim, (Bandung:Mizan,1994)
Ilahi,Wahyu.,MA.Komunikasi Dakwah, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,2010.
Saefullah,Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Agama
dan Budaya, (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2007).
Zuhaily, Wahbah, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994).

21
22

Anda mungkin juga menyukai