Oleh : Armiah
ABSTRACT
Human being actively carries out a process of communication with
others, universe, and the Creator. With regard to human
communication, man requires rules which they create and subject to
them so that communication process becomes meaningful and
ethical. Ethical guide in communication shoud be used in attempt to
create a harmonic communication. Harmony in this sense refers to a
mutual under-standing and interplay between communicator and
communicant. If one ignores the value of this com-munication, there
will emerge a gap of communication which can result in tension,
conflict and disharmony between human beings. This is because the
direction of communication is human-made and, therefore, relative.
Accordingly, human requires a perfect guide when communicating
with others. Author, in this paper, offers alternatives of
communication ethics which is in accord with Islamic perspective.
Key words:communication ethics, Islamic perspective, harmony.
A. Pendahuluan
kritis dengan menun jukkan bahwa yang diajarkan tersebut memang benar karena secara rasional argumentasi kita harus dapat dite rima.
Pathos juga dapat digunakan oleh seorang komu nikator untuk
membujuk khalayak agar mengikuti panda patnya, dengan cara
menggetarkan emosi mereka, menyen tuh kehidupan dan keinginannya,
serta meredakan kege lisahan dan kecemasannya.
Islam telah menujukkan bagaimana pentingnya as-pek ethos bagi
seorang komunikator dakwah. Bahkan dalam surat Al-Alaq (khususnya
ayat pertama yang turun) menyerukan Nabi untuk membacakan
kebenaran dengan menegaskan kredibilitas Sang Pencipta, Sang
Pemelihara Yang Maha Mulia yang mengajarkan dengan pena, yang
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Aspek ethos pada
Nabi Muhammad Saw, juga sangat terkenal. Muhammad (termasuk
sebelum beliau diangkat menjadi Nabi) telah dikenal sebagai sosok yang
jujur, bijak dan cerdas. Beliau telah dikagumi oleh karena
keputusannya. Fathanah (memiliki kecerdasan dan pengetahuan di atas
orang pada umumnya) merupakan sifat yang wajib bagi para Rasul.
Fathanah menurut Rakhmat (1993:42) meru pakan sifat yang terpancar
dari kemahatahuan Allah Swt. Ethos juga dalam pandangan Islam
penting bagi daI mus lim (komunikator dakwah), karena mereka adalah
penerus risalah Rasul. Komunikasi yang dilakukan oleh daI bisa efektif
apabila dia menyerap sinar kemahamuliaan dan ke-mahatahuan Allah
Swt dalam dirinya.
Dalam teori komunikasi modern, sifat mulia itu disebut
trustworthiness; dan sifat tahu disebut expertness. Berbagai pene litian
membuktikan bahwa seseorang cen derung mengikuti pendapat atau
keyakinan orang yang dianggapnya jujur (terpercaya) dan memiliki
keahlian. Orang berakhlak rendah, yang tidak memiliki integritas
pribadi, sulit untuk menjadi komunikator yang berpenga ruh. Hal yang
sama juga dialami oleh orang-orang yang jahil, yang kurang memiliki
gairah ilmu, yang pengeta huannya lebih bawah dari rata-rata orang
banyak, akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan atau merubah
perilaku orang lain.
Pada aspek logos juga agama Islam telah mengajar kan bagaimana
pentingnya rasionalitas seorang komunika tor. Alquran sendiri banyak
menyebut kata-kata yang menganjurkan umatnya untuk berpikir,
merenung, tafakur, dan lainnya terutama pada ayat-ayat Allah yang
secara langsung membimbing manusia menggunakan akalnya. Hal ini
bisa dibuktikan dalam surat Al-Naml ayat 60-64. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Keti ka berdebat dan berdiskusi
dengan para sahabatnya atau bahkan dengan musuhnya sekalipun.
Nabi selalu mengede pankan penyataan-pernyataan yang rasional.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah An-Nuur ayat 15-19.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmad, Amrullah, (Editor), 1983. Dakwah dan Perubahan Sosial.
Yogyakarta:Prima Duta
Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu, Filsafat, dan Aga ma. Surabaya:
Bina Ilmu.
Astrid. S. Susanto. Phil. 1992. Filsafat Komunikas. Ban dung: Binacipta.
Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Fay, Brian. 2002. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Yogya karta: Jendela.
Hoesin, Amin Oemar.1964. Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Johannesen.
1996.
Etika
Bandung:Rosdakarya.
Komunikasi,
Sebuah
Pengantar.