NIM : 044523599
Tugas 1
“The Surveillance of the environment, the correlation of the parts of society in responding
to the environment, dan the transmission of the social heritage from one generation to the
next.”
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next(fungsi
pewarisan sosial), media massa berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan nilai
dan warisan sosial budaya. fungsi media massa ini juga disebut fungsi pendidikan
(educational function of maa media). Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi
komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Misalnya,
elevisi tidak hanya cermin tetapi juga pengikat waktu. Sebagaimana program televisi
atau film yang mempertontonkan tema-tema tabu seperti tidak berbusana,
merefleksikan perubahan di dalam struktur sosial (perubahan di mana televisi
bertanggung jawab atas terhadap semua sebab itu).
Jelaskan tujuh perspektif dalam etika komunikasi! Dari ketujuh perspektif tersebut,
jelaskan 4 diantaranya yang bisa mengkaji etika komunikasi dalam kasus “Polemik dan
Kontroversi yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Zaitun”!
1. Perspektif Politik, Karl memandang adan 4 nilai yang mendasar bagi berlangsungnya
sistem politik Amerika:
2. Perspektif Sifat Manusia, menurut Aristoteles bahwa tindakan manusia yang benar-
benar manusiawi adalah berasal dair seorang rasionalis yang sadar apa yang
dilakukannya dan dengan bebas untuk memilih melakukannya. Etika komunikasi
dinilai dari kriteria, berikut:
Maksud si pembicara,
Ketiga kriteria ini saling berkaitan, Aristoteles menolak gagasan tujuan membenarkan
cara apabila cara itu tidak etis. Jadi, tujuan atau maksud yang baik tidak akan
membenarkan penggunaan cara-cara komunikasi yang tidak etis.
3. Perspektif Dialogis, komunikasi insani bukanlah jalur satu arah melainkan transaksi
dialog dua arah. Dalam hubungan dialogis, sikap, dan perilaku setiap partisipan
komunikasi ditandai oleh kualitas, seperti kebersamaan, keterbukaan hati,
kelangsungan, kejujuran, spontanitas, keterusterangan, tidak berpura-pura, niat yang
tidak manipulatif, kerukunan, intesitas, dan kasih sayang dalam arti bertanggung
jawab dari seorang manusia kepada manusia lainnya.
4. Perspektif Situasional, faktor situasional atau kontekstual yang mungkin relevan bagi
penilaian etika yang murni situasional antara lain adalah:
5. Perspektif Religius, kitab suci seperti al-quran, injil, taurat, dan zabur dipakai sebagai
standar untuk mengevaluasi etika komunikasi. Dalam kitab suci telah jelas tertulis apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
manusia. Perspektif religius adalah keyakinan suatu kepercayaan yang bersifat agamis
yang berdampak pada kegembiraan dan kebahagian dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang memiliki keyakinan religius akan bertanggung jawab atas
keterbelakangan dirinya dan tidak pernah menyalahkan negaranya dan
pemerintahanya. Namun, ia akan mempercayai bahwa jika ada yang salah, maka itu
karena dirinya dan masyarakat karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
6. Perspektif Utilitarian, kriteria yang digunakan dalam menilai etika komunikasi adalah
adanya:
Kegunaan
Kegembiraan
Kesenangan
7. Perspektif Legal, perilaku komunikasi legal yaitu yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku dianggap perilaku komunikasi yang etis. Tujuan perspektif legal adalah secara
lengkap mengombinasikan pengetahuan, keterampilanketerampilan, dan bentuk-
bentuk pengalaman penelitian dari dua (atau beberapa) disiplin dalam suatu upaya
upaya untuk mengatasi beberapa keterbatasan teoritis dan metodologis dari disiplin
ilmu yang bersangkutan dan menciptakan landasan untuk mengembangkan suatu
bentuk baru dari analisis.
Pondok pesantren (ponpes) Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, baru-baru ini ramai
menyedot perhatian publik. Selain karena terafiliasi gerakan Negara Islam Indonesia
(NII), Sosok Panji Gumilang, pimpinan Al Zaytun juga sarat polemik. Padahal pada masanya,
Al Zaytun pernah disebut sebagai ponpes terbesar di Asia Tenggara. Lokasinya di atas tanah
lebih dari 1.200 hektare, Desa Mekarjaya, Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu,
Jawa Barat. Namun, kontroversi yang terjadi di ponpes ini yaitu:
Dari 7 perspektif 4 diantaranya yang dapat mengkaji etika komunikasi dari kontroversi ini
menurut saya yaitu,
Perspektif sifat manusia, disini kita ketahui bahwa pimpinan ponpes ini sudah jelas
melakukan sebuah penyimpangan namun ia masih tetap melanjutkan karena menurut
ia itu adalah hal yang benar.
Perspektif dialogis, tak dipungkiri bagi pimpinan serta orang tua dari anak didik
disana pasti sudah dijelaskan bagaimana sistem pendidikan yang akan ia dalami. Dan
di komunikasi ini juga pasti sudah saling menyepakati peraturan tersebut.
Perspektif Religius, tidak seperti agama islam pada umumnya. Cara beribadah di
ponpes ini sudah sangat menyimpang, dimana antara laki-laki dan perempuan itu
adalah bukan muhrim sehingga harus dipisahkan ketika sholat. Namun disini, laki-laki
dan perempuan diperbolehkan untuk satu shaf. Hal ini sangat menyimpang dari
ajaran-ajaran agama islam yang sebenarnya.
Perspektif Legal, penyampaian pesan atau informasi yang resmi kepada orang tua
dan peserta didik dengan ajaran-ajaran yang menyimpang namun diterima dan sebuah
hal yang etis untuk dilakukan.
Sumber referensi:
https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/03/063000265/4-kontroversi-soal-ponpes-al-
zaytun-apa-saja-?page=all
https://bpsdm.kemenkumham.go.id/informasi-publik/publikasi/pojok-penyuluhanhukum/
komunikasi-dialogis-penyuluhan-hukum-bagian-satu#:~:text=Komunikasi
https://ejurnal.stikpmedan.ac.id/index.php/JIKQ/article.