Anda di halaman 1dari 34

ADAB DAN ETIKA BERMEDIA SOSIAL

DI ZAMAN KEKINIAN SAAT INI DALAM PANDANGAN ISLAM


DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 TANGGAMUS

PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah aplikasi
Penelitian, kelas: H, Semester: 6
Dosen Pengampu: Muhammad Mustofa, M. Pd. I

Disusun Oleh:
1. Dimas Bayu Prastyo (1911010295)
2. Eva Yulianti (1911010309)
3. Rika Safiola (1911010414)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Sebagai langkah awal untuk memahami judul Proposal ini, dan
untuk menghindari kesalah pahaman, maka penulis merasa perlu untuk
menjelaskan beberapa kata yang menjadi judul Proposal ini. Adapun judul
skripsi yang dimaksudkan adalah “Adab dan Etika Bermedia Sosial Di
Zaman Kekinian Saat Ini Dalam Pandangan Islam Di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Tanggamus”. Adapun uraian pengertian beberapa istilah
yang terdapat dalam judul proposal ini yaitu, sebagai berikut:
Secara etimologi (bahasa); adab berasal dari bahasa Arab yaitu
addaba-yu’addibu-ta’dib yang telah diterjemahkan oleh al-Attas sebagai
‘mendidik’ atau ‘pendidikan’.1 Dalam kamus Al-Munjid dan Al Kautsar,
adab dikaitkan dengan akhlak yang memilki arti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. 1
Sedangkan, dalam bahasa Yunani adab disamakan dengan kata ethicos
atau ethos, yang artinya kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati
untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.2
William Benton menyebutkan bahwa etika berasal dari bahasa
Yunani dari kata Ethos (karakter). Sedangkan menurut istilah, etika adalah
suatu ilmu yang sistematis yang terkonsep dari nilai-nilai baik, buruk,
salah, benar dan nilai lainnya. Etika berkaitan dengan prinsip
membenarkan. Etika juga disebut sebagai filsafat moral3
Media sosial adalah platform digital yang memfasilitasi
penggunanya untuk saling bersosial, baik itu berkomunikasi atau
membagikan konten berupa tulisan, foto dan video. Segala konten yang
dibagikan tersebut akan terbuka untuk publik secara realtime.

1
Luis Ma’ruf, Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah (Beirut, tt), h. 194; Husin
Al-Habsyi, Kamus Al Kautsar (Surabaya: Assegraff, tt), h. 87.
2
Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, Cet. 1 (Surabaya: Al Ikhlas, 1991), h. 14.
3
Wahyudin and Karimah, “Etika Komunikasi Netizen Di Media Sosial.”

2
Zaman sekarang atau dalam bahasa gaulnya kita menyebutukan
dengan zaman kekinian adalah era globalisasi, era kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah menimbulkan persaingan dalam
berbagai bidang yang menuntut masyarakat Indonesia untuk memantapkan
diri dalam meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia yang unggul,
mampu berdaya saing, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
mempunyai etos kerja yang tinggi, serta mau bersaing dalam tantangan
kehidupan yang semakin ketat.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Tanggamus merupakan institusi
pendidikan formal pada jenjang tingkat menengah atas yang ada diwilayah
Kota Agung, Kabupaten Tanggamus dan sekaligus menjadi lokasi
penelitian penulis.
Berdasasarkan beberapa penjelasan diatas maka yang dimaksud
dengan judul proposal ini adalah tingkah laku, budi pekerti dan kegiatan
yang benar dalam melakukan interksi media sosial baik berupa tulisan,
foto dan video yang dibagikan secara terbuka kepada publik yang
dilakukan saat ini berlandaskan dengan pandangan Islam oleh seluruh
masyarakat Man 1 Tanggamus baik itu peserta didik maupun para guru.

B. Latar Belakang
Perkembangan zaman menuntut manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial tidak terlepas dari teknologi media sosial seperti di
zaman sekarang ini. penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter,
Instagram, telegram dan whatsapp seolah-olah sudah menjadi kebutuhan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia ada yang sekedar
ingin mengekspresikan hal-hal yang ada pada dirinya lalu diperlihatkan
kepada orang lain baik secara sadar maupun tidak dengan mengabaikan
privasinya sehingga menjadi konsumsi publik dengan saling memberi
komentar. ada juga orang yang menggunakan media sosial sebagai sarana
dakwah bisnis silaturahmi sarana informasi dan komunikasi. bahkan
komunikasi dengan orang yang belum dikenal sebelumnya penggunaan

3
media sosial terkadang tidak sedikit yang mengesampingkan moral demi
kesenangan pribadi dan golongan.
Sebagai makhluk sosial, bersosialisasi dengan orang lain sudah
menjadi kebutuhan, namun seorang muslim hendaklah santun dalam
bersosialisasi, baik secara langsung maupun dengan menggunakan media
sosial. Seorang muslim harus dapat menjaga perasaannya agar jangan
sampai terbawa emosi. serta menjaga perasaan orang lain maupun
golongan kelompok. Seorang muslim harus dapat membedakan mana yang
pantas dan tidak pantas untuk disampaikan. privasi pribadi dan privasi
orang lain juga harus dihormati dan dijunjung tinggi. Jangan sampai media
sosial digunakan untuk ajang berdusta atau berbohong dengan membuat
berita hoax, berkata-kata buruk kotor seperti mengumpat. sombong ria
pamer. iri hati. merendahkan orang kelompok lain, mengadu domba tanpa
menghomati perasaan orang lain kelompok lain demi kepuasan pribadi
kelompoknya. Oleh karena itu, media sosial yang seharusnya menjadi
sarana komunikasi yang menyenangkan justru dapat menjerumuskan
penggunanya kepada permusuhan dan kemungkaran. Fasilitas yang
tersedia yang memudahkan penggunanya untuk bersosialisasi hendaknya
dimanfaatkan sebaik mungkin dengan saling menghormati satu sama lain,
karena apa yang kita lakukan di dunia ini akan dihisab dan
dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat.

C. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas maka
fokus dari masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Tata Cara Dalam Bermedia Sosial Yang Baik dan Benar ?
2. Pengaruh Media Sosial Terhadap Etika dan Adab Yang Di Miliki
Seseorang?

D. Rumusan Masalah

4
Berdasarkan Latar Belakang dan Fokus Masalah yang telah di
jelaskan diatas maka dapat di rumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Tata Cara Dalam Bermedia Sosial Yang Baik dan Benar di
Zaman Kekinian Saat Ini Dalam Pandangan Islam?
2. Bagaimana Pengaruh Media Sosial Terhadap Etika dan Adab Yang di
Miliki Seseorang?

E. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Dari Penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Tata Cara Dalam Bermedia Sosial Yang Baik dan
Benar di Zaman Kekinian Saat Ini Dalam Pandangan Islam
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Media Sosial Terhadap Etika dan Adab
Yang di Miliki Seseorang

F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut :
1. Secara Teoritik Keilmuan, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
suatu bentuk ajaran kita dalam menggunakan Media sosial yang
sebaiknya mengacu pada ajaran Al-Quran yang telah diwahyukan
Allah kepada Rasulullah SAW yang tentunya mampu menjadi sumber
rujukan tertinggi
2. Secara Praktis, penelitian ini berguna untuk memperbaiki etika dan
adab bagi calon guru/mahasiswa ataupun masyarakat umum dalam
bermedia sosial saat ini.

G. Kajian Penelitian Tedahulu Yang Relevan


Sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas, penelitian yang
diangkat ini berjudul “Adab dan Etika Dalam Bermedia Sosial Di Zaman
Kekinian Saat Ini Dalam Pandangan Islam Di Madrasah Aliyah Negeri 1
Tanggamus” sejauh pengamatan peneliti belum ada yang meneliti
permasalahan ini. Kedati demikian, peneliti menemukan beberapa karya

5
ilmiah yang relevan dengan tema penelitian ini, yaitu tentang etika dan
adab bermedia sosial menurut pandangan islam yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Haekal, salah satu
mahasiswa program sarjana jurusan studi Ilmu Al-Quran
dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang berjudul “Prinsip-prinsip Etik
Komunikasi Bermedia Sosial Yang Terkandung Dalam
ayat-ayat Qaul di Dalam Al-Quran” dengan metode
penelitian deskriptif-analisis dengan hasil penelitian
komunikasi merupakan bagian pokok dari manusia yang
hampir setiap aktivitas dilakukan. Komunikasi dan
informasi adalah keniscayaan, sesuatu yang tidak bisa
dihindari manusia karena manusia adalah homo
communication.
Kedua, Jurnal yang ditulis oleh Juminem “Adab Bermedia Sosial
Dalam Pandangan Islam” penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis
dengan merajuk pada Al-Quran dan Hadist serta artikel
ilmiah dengan hasil penelitian setiap muslim harus
menjunjung tinggi adab maupun etika dalam bersosialiasi
sesama manusia kapanpun dan dimanapun berada termasuk
ketika bersosialisasi dengan menggunakan media sosial.
Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Parhan, Jenuri dan
Mohammad Rindu Fajar Islamy “Media Sosial dan
Fenomena Hoax: Tinjauan Islam Dalam Etika
Berkomunikasi” penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif melalui kuisioner secara daring dengan hasil
penelitian banyak responden yang pernah menerima atau
membaca berita hoax di media sosial dan sisanya sering
menerima atau membaca berita hoax di media sosial. Hoax

6
didalamnya adalah kedustaan atau fitnah. Dampaknya
adalah memicu kesalah fahaman, menyulut kebencian dan
menimbulkan fitnah.
Keempat, Jurnal yang ditulis oleh Tuty Mutiah, Ilham Albar,
Fitriyatno, A. Rafiq “Etika Komunikasi Dalam
Menggunakan Media Sosial” penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif deksriptif dengan teknik
pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan studi
dokumentasi serta dengan metode purposive sampling
adapun hasil penelitian ini adalah etika komunikasi dalam
bermedia sosial sangatlah diperlukan. Hal ini dapat
meminimalkan sesuatu negatif dari tanggapan dan cara
pandang seseorang pembaca atau masyarakat.

Secara garis besar dapat dilihat bahwa penelitian-penelitin di atas


memiliki kedekatan tema dengan penelitian yang hendak penelitian
lakukan yakni membahas mengenai Adab dan Etika Dalam Bermedia
Sosial Di Zaman Kekinian Saat Ini dalam Pandangan Islam. Meskipun
memiliki kesamaan tema namun terdapat pembeda yang menjadikan
penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian terdahulu di atas.
Perbedaannya adalah bahwa pada penelitian ini, peneliti hendak
mengkaji bagaimana Adab dan Etika Dalam Bermedia Sosial Di
Zaman Kekinian Saat Ini Dalam Pandangan Islam Di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Tanggamus.

H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian :
a. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Kualitatif.
Pendekatan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). “Penelitian

7
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.4
b. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif (descriptive reseach) yaitu
penelitian yang menggambarkan keadaan objek atau subjek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Fenomena dapat
berupa bentuk, aktifitas, karakteristik, perubahan hubungan,
kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan
fenomna yang lainya.5 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
data atau gambaran yang objektif, faktual, akurat dan sistematis,
mengenai masalah yang akan dikaji oleh peneliti. Adapun jenis
penelitian ini adalah penelitian studi kasus (lapangan) yang
menurut Suharsini Arikunto, penelitian studi kasus adalah suatu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam
terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu6

2. Sumber Data
Pengumpulan data berdasarkan pada literatur yang berkenaan
dengan masalah yang diteliti dapat dikelompokan menjadi dua yakni:
a. Data Primer
Data Primer adalah data utama, data ini dapat diperoleh
langsung dari informan melalui hasil penelitian lapangan dengan
cara melakukan interview atau wawancara kepada beberapa orang
subyek yang telah ditentukan oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
kedua, baik berupa orang maupun catatan. Data sekunder biasanya
4
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013,
hal.5
5
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2006, hal. 72
6
Ibid, 120

8
telah dikumpulkan oleh pihak lain. Contoh data sekunder adalah
buku, jurnal, laporan yang bersifat dokumentasi

3. Partisipan dan Tempat Penelitian


a. Partisipan penelitian
Subjek penelitian adalah memberi batasan subjek penelitian
sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian
melekat, dan yang di permasalahkan.7 Dalam sebuah penelitian,
subjek penelitian mempunyai peran yang sangat strategis karena
pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian
amati.
Pada penelitian kualitatif responden atau subjek penelitian
disebut dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi
tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian
yang sedang dilaksanakan. Adapun subjek dalam penelitian ini
adalah peserta didik yang berjumlah 30 orang dari kelas XII yang
dipilih secara acak dan 10 orang guru yang berasal dari MAN 1
Tanggamus.
c. Tempat peneltian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 1
Tanggamus yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda, No. 11, Kota
Batu, Kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus, Prov. Lampung.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah teknik yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data. Dengan hal ini peneliti
menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan terhadap suatu
objek. Dalam metode ini peneliti melakukan pengamatan dan

7
Suharsimi Arikonto tahun, 2016: 26

9
pengukuran dengan teliti terhadap objek yang diamati kemudian
dicatat dengan cermat dan sistematis.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen, format yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian tindakan ini, diantaranya :
1) Observasi Partisipan adalah pengamatan yang
dilakukan dimana observasi berada bersama dengan
objek yang diselidiki. Artinya peneliti ikut
berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi.
2) Observasi Non Partisipan adalah observasi yang
dilakukan dimana observer tidak berada bersama
dengan objek yang diselidiki.
Dari dua observasi diatas, peneliti mengunakan observasi
non partisipan. Dimana peneliti mengamati dan tidak terjun secara
langsung atau mengikuti kegiatan yang subyek lakukan.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara
peneliti dengan narasumber. Ada beberapa macam wawancara
yaitu terstruktur, semi struktur, dan tidak struktur. Etsberg dalam
buku sugiyono mengemukakan beberapa macam wawancara:
1) Wawancara terstruktur
wawancara terstruktur digunakan sebagai tehnik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam wawancara,
pengupmpul data telah menyiapkan instrumen

10
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya telah di siapkan.
2) wawancara semi terstruktur
Jenis wawancara ini dalam pelaksanaannya lebih
bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari permasalahan jenis ini adalah untuk
menemukan permasalahan yang lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan
ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti
perlu mendengarkan dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.
3) Wawancara tak terstruktur
Wawancara tak terstruktur adalah wawancara bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang sudah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.” Ditinjau dari
pelaksanaanya, penulis menggunakan metode
wawancara semistruktur, dimana dalam pelaksanaanya
lebih bebas. Untuk tujuan dari wawancara jenis ini yaitu
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak-pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat,
dan ide-idenya.
c. Metode Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan metode pengumpulan data yang
diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar maupun
dokumen elektronik.

5. Metode Analisis Data

11
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif dari Miles
dan Huberman. Model interaktif ini terdiri dari tiga bagian utama
yakni
a. Reduksi data
Merupakan merangkum, memilah hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting serta dicari dan tema yang
pokok sekaligus penyederhanaan data yang muncul dari hasil
lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek
yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi
selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema,
membuat gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo).
Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian
lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Dengan reduksi
data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data
kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka
macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan
atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih
luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke
dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini
tidak selalu bijaksana. pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data
dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan
sebagainya.
b. Penyajian data
Penyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi atau
dirangkum yang kemudian disajikan dalam bentuk CW (catatan
wawancara), CL (catatan lapangan), dan CD (catatan
dokumentasi). Tujuan penyajian data adalah memudahkan
memahami apa yang terjadi. penyajianpenyajian yang lebih baik
merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif guna

12
mendapatkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
padu dan mudah diraih.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Peneliti membuat
kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat. Kesimpulan
adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang dicari
sejak awal. Agar data yang diperoleh mempunyai makna maka data
tersebut perlu dianalisis dengan cara tertentu sesuai dengan sifat
dan jenis data. Karena data yang diperoleh dalam pengertian ini
berupa data yang bersifat kualitatif sebagai hasil observasi dan
interview, maka dalam menganalisis digunakan tekhnik analisis
dekriptif dengan menggunakan metode deduksi.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini. Maka dalam
pembahasannya dibagi menjadi lima bab. Untuk lebih jelasnya, peneliti
menyusun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
BAB I berisi tentang penegasan judul, latar belakang masalah,
fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian penelitian terdahulu yang relevan, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II menjelaskan tentang adab, etika, media sosial dan
pandangan islam tentang bermedia sosial.
BAB III menjelaskan tentang gambaran umum objek yang akan
diteliti, lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian dan penyajian fakta
dan sata penelitian.
BAB IV berisi tentang analisis penelian meliputi data penelitian
dan temuan-temuan penelitian
BAB V berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, kritik, saran kata penutup dan juga rekomendasi.

13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Adab
1. Pengertian Adab
Pengertian adab secara umum memiliki arti; kesopanan,
keramahan, dan kehalusan budi pekerti, menempatkan sesuatu pada
tempatnya, jamuan dan lain-lain. Prof. Naquib al-Attas memberi arti
adab dengan mendisiplinkan jiwa dan fikiran. Adab (‫ ) ادب‬dalam
bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun.
Arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau
tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan,
kebaikan, budi pekerti atau akhlak.
Pengertian adab menurut ahli adalah:
a. Al-Jurjani, mendefinisikan adab adalah proses memperoleh
ilmu pengetahuan (ma’rifah) yang dipelajari untuk mencegah
pelajar dari bentuk kesalahan.8
b. Ibrahim Anis mengatakan adab ialah ilmu yang objeknya
membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan
manusia.9
c. Ahmad Amin mengatakan bahwa adab ialah kebiasaan baik
dan buruk.10
d. Soegarda Poerbakawatja mengatakan adab ialah budi pekerti,
watak, kesusilaan, yaitu kelakukan baik yang merupakan akibat

8
Wan Wan Mohd Nor Wan. Filsafat Dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad
Naquib Al-Attas. Terj. dari Bahasa Inggris oleh Hamid Fahmi, M. Arifin Ismail dan Iskandar
Arnel. Bandung: Mizan, 2003 h. 60
9
Ibrahim Anis, Al-Mu’jam Al-Wasit, Mesir: Darul Ma’arif, 1972, h. 202.
10
Amhad Amin, Kitab Al-Akhlak, Cairo: Daral-Kutub Al-Misriyah, tt, h. 15.

14
dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap
sesama manusia11
e. Ibn Miskawaih mendefinisikan adab sebagai suatu
keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan
mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan
(kebiasaan sehari-hari)12
Orang yang beradab adalah orang yang selalu menjalani hidup
dengan aturan atau tata cara. Tidak ada bagian dari aktivitas
kehidupannya terlepas dari tata cara (adab) yang diikutinya. Karena
aktivitas hidup manusia bermacam-macam dan masing-masing
membutuhkan tata cara, maka muncul pula berbagai macam adab.
Adab adalah disiplin rohani dan jasmani yang memungkinkan
seseorang dan masyarakat mengenal dan meletakkan segala sesuatu
pada tempatnya dengan benar dan wajar, sehingga menimbulkan
keharmonisan dan keadilan dalam diri, masyarakat, dan
lingkungannya. Hasil dari adab adalah mengenal Allah SWT dan
melakukan ibadah dan amal shaleh.
2. Pentingnya adab bagi manusia
pentingnya adab bagi manusia karena adab menuntun manusia
kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku
buruk. Serta dapat mengatur, mengarahkan manusia kepada fitrahnya
yaitu menyembah dan taat kepada pancaran sinar petunjuk Allah SWT,
dengan adab yang benar niscaya manusia dapat menyelamat dirinya
dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru lagi
menyesatkan. Dari itu pula, pemahaman yang benar terhadap adab ini
pula, dapat mennghaluskan budipekerti seseorang. Sehingga dapat
dikatakan semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin tinggi pulalah
budi pekertinya.
3. Ruang lingkup konsep adab

11
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976, h.9.
12
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, h. 13-14.

15
Pertama, adab merupakan kegiatan yang mengatur hubungan
seseorang dengan Khaliknya (tauhid), kelengkapan uluhiyah dan
rububiah seperti keyakinan terhadap Allah, malaikat-malaikatNya,
rasul-rasul Allah, kitab-kitabNya, hari kiamat dan ketetapan kadar
baik-buruk dari Allah.
Kedua, adab merupakan kegiatan yang mengatur kedisiplinan
seseorang terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan mengatur
kegiatan sehari-hari. Ketetapan ini disusun sendiri secara sistimatis
mulai dari bangun tidur, melakukan kegiatan atau aktifitas, istitahat,
kerja hingga tidur kembali. Dalam bahasa Islam ketetapan itu disebut
al-‘asr (waktu-waktu yang telah ditentukan) yaitu dengan melakukan
shalat lima waktu sehari semalam. Waktunya tidak boleh dirubah
kecuali hal-hal yang telah ditetapkan untuk membolehkannya.
Ketiga, adab merupakan kegiatan yang mengatur hubungan sesema
manusia yang menyangkut kehidupannya. Manusia yang beradab
senatiasa memiliki pengetahuan yang baik dalam menempatkan segala
kedudukan dan martabat segala ciptaan Allah SWT dalam hidup ini,
termasuk hubungan dengan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan
seluruh ciptaan Allah SWT, yang semua itu telah diatur atau ditata
oleh Allah SWT, yang kemudian disampaikan para utusan-Nya kepada
manusia.
4. Unsur-unsur pembentuk adab
Menurut al-Attas, untuk menciptakan manusia yang beradab, ada
beberapa hal yang harus dikenal, difahami dan dijalani oleh umat
Islam, di antaranya:
a. Islamisasi Diri Dari Kejahilan
Menurut al-Attas, untuk membentuk adab, pertama-tama,
umat Islam harus membebaskan (meng-islamisasi-kan) dirinya dari
kejahilan.
b. Menjadikan Adab Sebagai Istilah Pendidikan Islam

16
Menurut al-Attas, kemunduran pendidikan Islam
pertamakali disebabkan oleh pembatasan makna-makna asli istilah
‘pendidikan’ yang tidak wajar ditempatkan oleh para pakar
pendidikan hari ini, sebagaimana yang dimaksud oleh orang-orang
Islam selama masa awal sejarah Islam. Istilah yang dimaksudkan
oleh al-Attas tersebut adalah istilah tarbiyah. Menurut al-Attas
mengenai tidak tepatnya istilah tarbiyah dalam membawa
pendidikan Islam, akan disadari dengan sendirinya sesuai dengan
ketepatan dan kelogisan sumber dan konsep yang dibawanya
c. Melalui Proses Pengajaran dan pembelajaran (praktek atau
aplikasi)
Menurut al-Attas, untuk menciptakan adab dalam diri
manusia, maka hal ini dapat ditanamkan lewat proses ‘pengajaran
dan pembelajaran’. Penanaman ‘pengajaran dan pembelajaran’ ini
mesti dilakukan sejak dini. Anak dibiasakan dengan adab dengan
kepribadian yang mulia, yakni kepribadian Rasulullah saw sebagai
contoh terbaik untuk mensucikan atau membentuk kepribadian
setiap anak. Proses ini harus berterusan hingga anak tersebut
mencapai umur mumayyiz, proses ini berlanjut untuk melatih jiwa
akal atau pikirannya sehingga dapat berfunngsi dalam
membedakan antara sesuatu yang baik dan buruk. Latihan dan
kebiasaan ini merupakan suatu proses bagi kesempurnaan jiwa
akalnya dan ruhani anak sampai waktu usia matangnya (baligh).

B. Etika
1. Pengertian Etika
Etika atau biasa juga disebut etik, bila ditinjau dari sudut etimologi
atau ilmu yang mempelajari asal-usul kata berasal dari bahasa Yunani

17
yaitu ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik13
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa etika
adalah ilmu apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). Etika juga merupakan aturan perilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antarsesamanya dan menegaskan
mana yang dianggap baik dan buruk. Etika membahas baik-buruk atau
benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika mempersoalkan
bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak.14 Etika
menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semua norma dari
luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moral.
2. Macam-macam etika
a. Etika Berdasarkan Jenisnya
Menurut jenisnya, ada dua jenis-jenis etika di antaranya etika
normatif dan etika deskriptif.
b. Etika Berdasarkan Cakupannya
Menurut cakupannya, ada dua jenis-jenis etika, yaitu etika khusus
dan etika umum.
c. Etika Berdasarkan Lingkungannya
Berdasarkan lingkungannya, ada dua jenis etika, yaitu etika
individual dan etika sosial.
d. Etika Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumbernya, ada dua jenis etika, di antaranya etika teologis
dan etika filosofis.
3. Manfaat etika
Etika sebagai sesuatu yang melekat pada diri manusia, tentunya
memiliki beberapa manfaat di dalam kehidupan bermasyarakat dan
bersosial.
13
Ny Djanewar, Etika Komunikasi Perkantoran, Bandung: Ganeca Exact Bandung, 1992,
h.9
14
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, Jakarta: Kencana,2009, hlm. 174

18
a. Etika Bermanfaat sebagai Penghubung Antarnilai
b. Etika Bermanfaat sebagai Pembeda Antara yang Baik dan
Buruk
c. Etika Bermanfaat untuk Menjadikan Individu Memiliki Sikap
Kritis
d. Etika Bermanfaat sebagai Suatu Pendirian dalam Diri
e. Etika Bermanfaat untuk Membuat Sesuatu Sesuai dengan
Peraturan
f. Etika sebagai Bentuk Mengorbankan Sedikit Kebebasan dalam
Dirinya
g. Etika Dapat Membantu dalam Menentukan Pendapat
4. Fungsi etika
etika memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Sebagai tempat untuk mendapatkan pandangan atau perspektif
kritis yang berhadapan langsung dengan berbagai suatu moral
yang membingungkan.
b. Guna pandangan atau orientasi etis ini perlu adanya mengambil
suatu sikap yang wajar dalam situasi dan kondisi masyarakat
yang majemuk (pluralisme).
c. Guna memperlihatkan suatu keterampilan berpikir jernih, yaitu
suatu kebolehan untuk berargumentasi secara kritis dan
rasional.
d. Berfungsi sebagai pembeda mana yang boleh diubah dan mana
yang tidak dapat diubah.
e. Berfungsi menyelidiki suatu konflik atau permasalahan hingga
ke akar-akarnya.
f. Berfungsi untuk membantu sebuah konsistensi.
g. Berfungsi untuk menyelesaikan konflik, baik konflik moralitas
maupun konflik sosial lainnya, dengan bentuk gagasan yang
tersistematis juga kritis

19
C. Media Sosial
1. Pengertian media sosial
a. Definisi media
Secara sederhana, istilah media bisa dijelaskan sebagai alat
komunikasi sebagaimana definisi yang selama ini diketahui.
Terkadang pengertian media ini cenderung lebih dekat terhadap
sifatnya yang massa karena terlihat dari berbagai teori yang
muncul dalam komunikasi massa, semua difinisi yang ada
memiliki kecendrungan yang sama bahwa ketika disebutkan kata
“media”, yang muncul bersamaan dengan itu adalah sarana disertai
dengan teknologi. Koran merupakan reprensentasi dari media
cetak, sementara radio yang merupakan media audio dan televisi
sebagai media audio-visual merupakan representasi dari media
elektronik, dan internet merupakan representasi dari media online
atau di dalam jaringan.15
b. Definisi Sosial
Kata “sosial” dalam media sosial secara teori semestinya
didekati oleh ranah sosiologi. Dalam teori sosiologi disebutkan
bahwa media pada dasarnya adalah sosial karena media merupakan
bagian dari masyarakat yang direpresentasikan dalam bentuk
perangkat teknologi yang digunakan.
c. Definisi Media Sosial
berikut ini adalah pengertian media sosial menurut bebrapa ahli
yakni:16
1) Menurut Mandibergh, media sosial adalah media yang
mewadahi kerja sama diantara para pengguna yang
menghasilkan konten (usergenerated content).
2) Menurut Shirky, media sosial dan perangkat lunak sosial
adalah alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk

15
Rulli Nasrullah, Media Sosial, Bandung: Simbiosia Rekatama Media,2015, hlm. 3
16
Ibid, hlm. 8

20
berbagi (to share), bekerja sama (to co-operate) diantara
pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang
semuanya berada di luar kerangka institusional maupun
organisasi.
3) Meike dan Young mengartikan kata media sosial sebagai
konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling
berbagi diantara individu (to be shared one-to-one) dan media
publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan
individu.
Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut, kesimpulan
definisi media sosial adalah “medium di internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun
berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan
pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual”.
2. Macam-macam media sosial
a. You Tube
b. WhatsApp
c. Instagram
d. Facebook
e. Twitter
f. Line
g. Linkedln
h. Tiktok
i. Pinterest
j. Telegram
3. Karakteristik media sosial
a. Jaringan (Network)
Kata "jaringan" network bias dipahami dalam terminology
bidang teknologi seperti ilmu komputer yang berarti infrastruktur
yang menghubungkan antara komputer dengan perangkat keras
(hardware) lainnya. Koneksi ini diperlukan karena komunikasi bisa

21
terjadi jika antar komputer terhubung, termasuk di dalamnya
perpindahan data.
b. Informasi (Information)
Informasi menjadi entitas yang penting dari media sosial.
Sebab. tidak seperti media-media lainnya di internet, pengguna
media sosial mengkreasikan representasi identitasnya,
memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan
informasi. Terdapat 5 karakteristik dasar informasi yakni: 17
1) Informasi merupakan bahan baku ekonomi.
2) Teknologi informasi memberikan pengaruh terhadap
masyarakat maupun individu
3) Teknologi informasi memberikan kemudahan dalam
pengelolaan informasi yang memungkinkan logika jaringan
diterapkan dalam institusi maupun proses ekonomi
4) Ketika teknologi informasi dan logika jaringan tersebut
diterapkan, memunculkan fleksibilitas yang lebih besar dengan
konsekuensi bahwa proses, organisasi, dan lembaga ekonomi
dengan mudah dibentuk dan terus-menerus diciptakan
5) Teknologi individu telah mengerucut menjadi suatu sistem
yang terpadu.
c. Arsip (Archive)
Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter
yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa
diakses kapan pun dan melalui perangkat apa pun. informasi
tersebut tidak hilang begitu saja saat pergantian hari, bulan, sampai
tahun.
d. Interaksi (Interavtive)
Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya
jaringan antar pengguna. Jaringan ini tidak sekadar memperluas
hubungan pertemanan atau pengikut (follower) di internet semata,

17
Ibid, hlm. 19

22
tetapi juga harus dibangun dengan interaksi antarpengguna
tersebut.
e. Simulasi (Simulation) Sosial
Layaknya masyarakat atau negara, di media sosial juga
terdapat aturan dan etika yang mengikat penggunanya. Aturan ini
bisa dikarenakan perangkat teknologi itu sebagai sebuah mesin
yang terhubung secara online atau bisa muncul karena interaksi di
antara di media sosial.
f. Konten Oleh Pengguna (User Generated Content)
Karakteristik media sosial lainnya adalah konten oleh
pengguna atau lebih populer disebut dengan User Generated
Content (UGC). Term ini menunjukkan bahwa di media sosial
konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna dan
pemilik akun.18
4. Fungsi media sosial
Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluas
interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web.
Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah
media siaran dari satu intitusi media ke banyak audience menjadi
praktik komunikasi dialogis antara banyak audience. Media sosial
mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.
Media sosial juga berfungsi sebagai: tempat bersosialisasi, tempat
banyak ide kreatif, tempat membuka usaha bisnis, ajang berfromosi,
tempat kabar dan info terkini, tempat saling bantu sesama,
5. Kelebihan dan kekurangan media sosial
Kelebihan/Pengaruh positif Media sosial pada Interaksi Remaja:
a. Memudahkan untuk berinteraksi dengan orang banyak. Lewat
media sosial, anda dapat mengatur langkah dan strategi anda
tanpa takut terlihat seperti seekor cacing kepanasan lagi.

18
Ibid, hlm. 28

23
b. Komunikasi lebih mudah mengalir dibandingkan saat anda
berbicara langsung. Remaja akan termotivasi untuk belajar
mengembangkan diri melalui teman-teman yang. mereka
jumpai secara online, karena di sini mereka berinteraksi dan
menerima umpan balik satu sama lain.
c. Situs jejaring social membuat remaja menjadi lebih bersahabat,
perhatian, dan empati, misalnya memberi perhatian saat ada
teman mereka yang ulang tahun, mengomentari foto, video dan
status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski
tidak dapat bertemu secara fisik.
d. Membantu remaja dalam pengapresiasian diri
e. Jarak dan Waktu bukan masalah. Di era media sosial seperti
sekarang ini, hubungan jarak jauh atau long distance bukan lagi
halangan besar (meskipun tetap sulit). Anda tidak lagi harus
mengirim surat tiap minggu kepada pasangan anda yang sedang
bekerja di luar kota atau luar negeri karena media sosial sudah
menghilangkan batasan jarak dan waktu bagi anda yang harus
membina hubungan jarak jauh.
f. Media pertukaran data dengan menggunakan email,
newsgroup, ftp dan www (world. wide web : jaringan situs-
situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling
bertukar informasi dengan cepat dan murah.
g. Mempermudah para remaja mengkonsultasikan pelajaran dan
tugas-tugas mereka yang belum mereka mengerti
Kekurangan/Pengaruh Negatif Media sosial Terhadap Interaksi
Remaja:
a. Anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia
nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Jika
anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya, maka
pengetahuan tentang seluk beluk berkomunikasi di kehidupan
nyata, seperti bahas tubuh dan nada suara, menjadi berkurang.

24
b. Situs jejaring social akan membuat anak dan remaja lebih
mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan
lingkungan sekitar mereka, karena kebanyakan menghabiskan
waktu di internet. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi
kurang berempati di dunia nyata.
c. Bagi anak dan remaja, tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa di
jejaring social. Hal ini akan membuat mereka semakin sulit
membedakan anatara berkomunikasi di situs jejaring socialdan
dunia nyata.
d. Menurunnya prestasi remaja di sekolah. Kebanyakan para
remaja yang telah menggunakan media sosial, lebih banyak
menggunakan waktunya untuk berkomunikasi di media sosial
dibandingkan belajar dirumah
e. Kemungkinan besar remaja menjadi unsur penculikan. Hal ini
sedang marak-maraknya terjadi, yaitu kasus penculikan remaja.
f. Mudahnya akses jaringan pornografi akan membuat rusaknya
moral dan tingkah laku remajasebagai pelajar. Mudahnya akses
media sosial ternyata juga mempermudah remaja untuk
mengakses jaringan pornografi.
g. Kurangnya sopan santun remaja saat ini. Dengan adanya media
sosial, semakin banyak para remaja yang menggunakan bahasa
yang tidak sepantasnya. Dan bagi remaja yang masih polos,
tentu akan menganggap bahwa bahasa tersebut adalah bahasa
modern anak zaman sekarang
6. Prinsip-Prinsip Menggunakan Media Sosial
Dalam menggunakan media sosial, ada beberapa batasan yang
bertujuan untuk membentuk tatakrama dalam berkomunikasi secara
verbal, antara kebebasan untuk beraspirasi dan tanggung jawab sosial
dapat diselesaikan dengan melakukan pencarian prinsip yang

25
bermanfaat sebagai batasan penerapan kebebasan. Berikut adalah
empat hal yang harus dimengerti, yaitu19
a. Paternalismprinciple, berdasarkan prinsip ini media memiliki
pengaruh yang besar terhadap masyasrakat. Dari istilah “we are
what we read or view” yang berarti kita menjadi apa yang kita
baca atau tonton. Maka, masyarakat harus dapat memberikan
kontrol terhadap pesan ataupun konten yang bertebaran di
media sosial. Dengan hal ini pula hal-hal yang merugikan
publik dapat dicegah.
b. Harmprinciple, prinsip ini menyatakan bahwa kebebasan dalam
berinteraksi juga perlu dibatasi. Hal ini bertujuan untuk
menghindari tindakan yang merugikan dan menyakiti
seseorang.
c. Offenseprinciple, artinya dalam menyampaikan pesan juga
dibutuhkan batasanbatasan tertentu, karena seseorang tidak
dianjurkan untuk menimbulkan kegelisahan bagi orang lain.
d. Moralprinciple, ini merupakan salah satu prinsip yang utama
untuk diterapkan dalam bermedia sosial dan berinteraksi
dengan masyarakat. Karena baik buruknya moral ditentukan
oleh masyarakat. Dengan kata lain, individu berpotensi
melakukan kesalahan jika masyarakat mengatakan bahwa yang
ia lakukan adalah suatu kesalahan.

D. Pandangan Islam Tentang Bermedia Sosial


1. Hukum bermedia sosial pandangan islam
Perkembangan zaman menuntut manusia sebagai mahluk individu
dan mahluk sosial tidak terlepas dari teknologi media sosial seperti di
zaman sekarang ini. Penggunaan media sosial, seperti facebook,
twitter, instagram, telegram, michat, dan whatsapp, seolah-olah sudah
menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

19
Irhamdi, Menghadirkan Etika Komunikasi Dimedia Sosial.

26
manusia. Ada yang sekadar ingin mengekspresikan hal-hal yang ada
pada dirinya lalu diperlihatkan kepada orang lain, baik secara sadar
maupun tidak, dengan mengabaikan privasinya sehingga menjadi
konsumsi publik dengan saling memberi komentar. Sebagai makhluk
sosial, bersosialisasi dengan orang lain sudah menjadi kebutuhan,
namun seorang muslim hendaklah santun dalam bersosialisasi, baik
secara langsung maupun dengan menggunakan media sosial. Seorang
muslim harus dapat menjaga perasaannya agar jangan sampai terbawa
emosi, serta menjaga perasaan orang lain maupun golongan/kelompok.
Seorang muslim harus dapat membedakan mana yang pantas dan tidak
pantas untuk disampaikan, privasi pribadi dan privasi orang lain juga
harus dihormati dan dijunjung tinggi. Jangan sampai media sosial
digunakan untuk ajang berdusta atau berbohong dengan membuat
berita hoax, berkata-kata buruk/kotor seperti mengumpat,
sombong/ria/pamer, iri hati, merendahkan orang/kelompok lain,
mengadu domba tanpa menghomati perasaan orang lain/kelompok lain
demi kepuasan pribadi/kelompoknya. Oleh karena itu, media sosial
yang seharusnya menjadi sarana komunikasi yang menyenangkan
justru dapat menjerumuskan penggunanya kepada permusuhan dan
kemungkaran. Fasilitasyang tersedia yang memudahkan penggunanya
untuk bersosialisasi hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin dengan
saling menghormati satu sama lain, karena apa yang kita lakukan di
dunia ini akan dihisab dan dipertanggungjawabkan di dunia dan
akhirat. Firman Allah SWT
dalam QS. al-Isra‟ ayat 36.
َ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ُأو ٰلَِئ‬
٣٦ ﴿ ‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسُئواًل‬ َ َ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم ۚ ِإ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫﴾ َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.

27
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori menjelaskan bahwa
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Orang muslim yang baik
adalah yang muslim lainnya aman dari gangguan ucapan dan
tangannya, dan orang yang hijrah (tergolong kelompok muhajirin)
adalah yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah” (HR. al-
Bukhori dalam Kahar, 1992: 400).
Hadits tersebut sebagai penegas bahwa jika ingin menjadi orang yang
baik maka hendaknya mencegah setiap ucapan dan tindakan yang
mengarah kepada kebencian dan permusuhan, sehingga tercipta
ketenteraman dan kedamaian dalam menjalani kehidupan, serta
menjauhi larangan-larangan Allah agar senantiasa dekat dengan-Nya.
Jika sudah demikian, manusia akan baik menurut pandangan manusia
dan baik menurut pandangan Allah.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermedia sosial
a. Menyampaikan informasi dengan benar
Menyampaikan informasi dengan benar, tidak merekayasa atau
memanipulasi fakta, serta menahan diri untuk tidak
menyebarluaskan informasi tertentu di media sosial yang fakta atau
kebenarannya belum diketahui secara pasti. Istilah ini disebut qaul
zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu. Termasuk
dalam kategori ini diantaranya memperindah suatu kebohongan
atau tazyin al-kizb.
b. Menghindari prasangka su'udzon atau buruk sangka, gibah, fitnah,
dan tajassus. Dalam bahasa hukum, penyampai informasi melalui
media sosial hendaknya memegang teguh "asas praduga tak
bersalah". Prasangka yang tidak berdasar dapat membahayakan,
karena dapat memicu bullying dan pembunuhan karakter.
c. Meneliti fakta
Untuk mencapai ketetapan data dan fakta, seorang muslim
hendaknya mengecek dan meneliti kebenaran fakta dengan

28
informasi awal yang diperoleh agar tidak terjadi gibah, fitnah, dan
tajassus. Tajassus berarti mencari-cari kesalahan orang lain.
d. Menghindari namimah atau mengadu domba
Namimah atau mengadu domba maksudnya membawa suatu berita
kepada pihak tertentu dengan maksud untuk mengadu domba pihak
tersebut dengan pihak lain. Namimah juga dapat berarti provokasi
untuk tujuan tertentu. Sebaiknya seorang muslim berhati-hati
ketika mendapatkan berita melalui media sosial dan tidak buru-
buru men-share berita-berita yang belum diketahui kebenarannya.
Jika telah diketahui kebenarannya, berita tersebut hendaknya
dipertimbangkan terlebih dahulu apakah berita tersebut
memberikan manfaat atau justru mendatangkan madarat,
mendatangkan gibah maupun fitnah, serta mendatangkan
ketenteraman atau justru menimbulkan kekacauan.
e. Menghindari sukhriyah
Sukhriyah berarti merendahkan atau mengolok-ngolok orang lain.
Mengolok-ngolok, merendahkan orang lain, mencaci-maki, atau
melakukan tindakan penghinaan dapat menumbuhkan kebencian.
Dalam QS. al-Hujurat ayat 11 dijelaskan bahwa Allah melarang
orang beriman laki-laki atau perempuan mengolok-olok satu
dengan yang lainnya. Boleh jadi yang diolok-olok lebih mulia di
sisi Allah.
f. Bijak dalam bermedia sosial
Setiap muslim hendaknya bijak dalam menggunakan media sosial
dengan mengedepankan etika, logika, dan perasaan serta berbagi
nasihat yang baik, bijak, dan ikhlas. Pemahaman setiap orang
dalam pertemanan di media sosial berbeda. Hal ini karena setiap
orang memiliki karakter, wawasan, dan pola pikir masing-masing,
sehingga harus berhati-hati ketika men-share informasi ke media
sosial. Selain itu, informasi yang disampaikan harus mudah
dimengerti dan dengan bahasa yang santun, sehingga tidak

29
menimbulkan multitafsir atau justru salah pemahaman dan
menyinggung orang lain yang dapat menimbulkan kegaduhan di
jejaring sosial
g. Menghindari hal-hal negatif di media sosial
Setiap muslim hendaknya menghindari upload maupun men-share
foto atau video berpose vulgar atau berkonten pornografi,
berlebihan dalam bersuka cita, mengeluh, hingga berdoa di media
sosial. Dalam keseharian, sudah menjadi hal yang lumrah
seseorang men-upload foto maupun video, namun seolah-olah
hanya mengumbar kecantikan maupun ketampanan, atau
kesuksesan yang mengedepankan sifat ria dan ingin dipuji. Hal-hal
demikian seharusnya dihindari, terlebih jika yang di-upload
berkonten fulgar dengan mempertontonkan aurat.
3. Manfaat baik media sosial dalam pandangan islam
a. Sarana komunikasi dan silaturahmi
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan
manusia lainnya, baik yang berada di sekitarnya maupun yang jauh
darinya. Kegiatan interaksi sekarang ini cenderung lebih aktif
dilakukan di media sosial ketimbang secara langsung, bahkan
dengan orang yang tinggal di sekitarnya. Interaksi dapat dilakukan
dimana saja seolah-olah tanpa ada batasan yang menghalangi.
Seseorang dapat mengirimkan kabar atau kejadian maupun
kegiatan saat ini, dan dapat langsung dikabarkan kepada orang lain
saat itu juga dan dimana saja. Dengan media sosial, seseorang
dapat senantiasa berkomunikasi dengan orang lain dengan mudah.
Komunikasi dengan menggunakan media sosial dapat menjadi
solusi untuk bersilaturahmi yang tidak dapat dilakukan secara
langsung karena terbatasnya jarak dan waktu.
b. Sarana untuk berdakwah
Dakwah melalui media sosial hendaknya dilakukan dengan ikhlas,
dapat dipercaya, dan tujuannya hanyalah beribadah kepada Allah.

30
Dakwah dengan memanfaatkan media sosial harus memperhatikan
tata cara yang benar serta bahasa yang sederhana, menarik, mudah
dimengerti, dan dipahami oleh semua kalangan, sehingga pesan
yang disampaikan tidak menimbulkan multitafsir.
c. Sarana informasi
Media sosial merupakan tempat untuk berkomunikasi dan
berinteraksi antara setiap orang tanpa terhalang oleh ruang dan
waktu. Media sosial memiliki sifat yang melekat dan universal
sehingga membuatnya jauh lebih kuat daripada media tradisional.
Sifat media sosial diantaranya yaitu akses/jangkauannya lebih luas,
interaktif, cepat tersampaikan, dan tahan lama, dimana informasi
yang dimuat di media sosial akan tetap tersedia sekalipun sudah
lama berlalu. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, media sosial menjadi
sarana yang tepat untuk berkomunikasi dalam menyebarkan
informasi. Dengan demikian, media sosial dapat dikatakan sebagai
media yang memudahkan seseorang untuk memberi maupun
mendapatkan informasi dengan mudah. Satu informasi yang
disampaikan seseorang dapat diakses oleh banyak orang pada
waktu yang bersamaan sekalipun berada di tempat yang lokasinya
berjauhan. Sebagai seorang muslim hendaknya dalam
menyampaikan informasi, termasuk informasi melalui media
sosial, agar informasi disampaikan dengan baik, benar, dan bijak.
Informasi yang diterima harus ditelaah terlebih dahulu
kebenarannya hingga merasa yakin tentang kebenaran atas
informasi tersebut.
d. Sarana untuk berbisnis
Berkembangnya media sosial dapat mengubah perilaku
masyarakat, termasuk transaksi jual beli. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup, seseorang dapat dengan mudah tanpa harus
datang langsung ke tempat penjual. Perilaku semacam ini sangat
berpeluang digunakan sebagai ladang bisnis online. Di sisi lain,

31
pembeli dapat menghemat waktu dan biaya untuk berbelanja
terlebih bagi orang yang sibuk, tidak memiliki waktu luang untuk
berbelanja. Hal-hal positif seperti inilah yang dapat menjunjung
tinggi syariat Islam.
e. Sarana mendapatkan hiburan
Pergeseran masyarakat akan ketertarikan terhadap media sosial
tampak semakin nyata. Kini, sebagian besar orang lebih tertarik
mencari hiburan di media sosial.
f. Sarana mencari jodoh
Banyak orang yang mendapatkan jodoh dari perkenalan melalui
media sosial. Awalnya hanya sebuah perkenalan, pertemanan,
pertemuan, namun kemudian berlanjut sampai ke pelaminan.
Mencari jodoh melalui media sosial tidak ada salahnya dan baik
selagi dimanfaatkan dengan cara yang baik, namun perlu kehati-
hatian karena agar tidak tertipu apalagi sampai menipu

32
Daftar Pustaka
Aksin, Nur, Pandangan Islam Tentang Pemanfaatan Media Sosial, Jurnal
Infromatika UPGRIS, Vol. 2 No. 2, Desember 2016
Juminem, Adab Bermedia Sosial Dalam Pandangan Islam, Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 6 No. 1, Januari-juni 2019
Kurnia, Ayu dan Dian Veronika Sakti Kaloeti, Penerapan Adab
Penggunaan Media Sosial Siswa Sekolah Dasar : Komparasi
Sekolah Islam dan Sekolah Umum, Jurnal Psikologi Islam dan
Budaya, Vol. 2 No. 2, Oktober 2019
Mutiah, Tuty, Ilham Albar, Fitriyanto, A. Rafiq, Etika Komunikasi Dalam
Menggunakan Media Sosial, Jurnal Global Komunika, Vol. 1 No.
1, Desember 2019
Parhan, Muhammad, Jenuri, dan Muhammad Rindu Fajar Islamy, Media
Sosial dan Fenomena Hoax: Tinjauan Islam dalam Etika
Berkomunikasi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 5 No. 1, Juni 2021
Z. Husnah, Etika Penggunaan Media Sosial Dalam Al-Quran Sebagai Alat
Komunikasi Di Era Digitalisasi, Al-Mutsla : Jurnal Ilmu-ilmu
Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 2 No. 1, Juni 2020

33
34

Anda mungkin juga menyukai