Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH CO BRANDING SEPATU COMPASS TERHADAP

JEJARING SOSIAL

(Studi Eksplanatori pada Co Branding)

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S.IKOM)

OLEH :
SITI MUNFARIDA
1670201129

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Al-Qur’an dan Hadist :

‫ْت ْال َعاَل َء ع َْن أَ بِ ْي ِه ع َْن أَبِي‬


ُ ‫ي ع َْن ُش ْعبَةَ َع ِن ْال َعاَل ِء َوابْنُ َج ْعفَ ٍر َح َّد ثّنَا ُش ْعبَةُ قَ َل َس ِمع‬
ًّ ‫َح َّد ثَنَا ابْنُ أَ بِي َع ِد‬

ِ ‫صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْاليَ ِميْنُ ْال َكا ِذ بَةُ َم ْنفَقَةٌ لِس َّْل َع ِة َم ْم َحقَةٌ لِ ْل َك ْس‬
‫ب َوقَا َل ابْنُ َج ْعفَ ٍر‬ َ ِ‫ه َُر ْي َر ةَ قَا َل َرسُو ُل هللا‬

َ‫ْالبَ َر َكة‬

Nabi bersabda: “sumpah palsu (bombastis sehingga menjadikan laku barang yang

dijual) mendatangkan keluasan tetapi menghilangkan pekerjaan.” Ibnu fajar

berkata:”menghapus keberkahan”. (Matan lain: Bukhori 1945, Nasa’I 4385, Abu

Daud 2897, Ahmad 6909,6992,8981)

Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa dalam mempromosikan produk,

seorang muslim tidak boleh berlebihan dengan sumpah palsu, bombastis, tetapi

harus realitas. Karena, jika dilakukan dengan penuh bombastis, dapat menyesatkan

dan mengecoh konsumen. Jika suatu saat konsumen itu menyadari akan

kebohongan suatu produk, maka secara pasti mereka akan meninggalkannya.

Akibatnya, produksi akan mengalami penurunan, tentu saja keuntungan semakin

kecil.

Maka dari hadist di atas bahwa sepatu compass diharuskan untuk selalu

mengedepankan kejujuran atas kualits dari produksinya. Bahwa kepercayaan dari

konsumen pun menjadi kunci utama dari meningkatkan co-branding dengan

23
jejaring sosial yang dimana jejaring sosial yang dijelaskan yakni web, komunitas,

event dan

24
24

lain sebagainya, sehingga adanya kepuasan atas brand tersebut dan

mengakibatkan adanya kolaborasi ulang dari brand yang bersangkutan secara

terus menerus.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam menyusun penelitian mengenai co-branding sepatu compass terhadap

sikap konsumen, peneliti menggunakan beberapa penelitian sebelumnya yang

memiliki relevansi dengan tema yang diangkat sehingga penulis dapat

memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.

Penelitian pertama yaitu jurnal yang berjudul Co-creating brand image

and reputation through stakeholder’s social network. Penelitian yang dilakukan

pada tahun 2020 oleh Pantea Foroudia, Alireza Nazarian, Sayabek Ziyadin,

Philip Kitchen, Khalid Hafeeze, Costas Priporas, Eleonora Pantano, ini memiliki

tujuan utama yaitu berusaha untuk memeriksa bagaimana universitas bekerja

sama dan mengelola citra merek dan reputasi merek melalui memanfaatkan

jejaring sosial pemangku kepentingan internal.

Dari hasil penelitian ini terdapat hasil bahwa situs web tidak signifikan

dari perspektif siswa, sedangkan semua itu signifikan dari karyawan

perspektif. Lebih lanjut, hubungan antara logo dan perilaku penciptaan bersama

tidak signifikan dari perspektif karyawan sementara itu signifikan dari perspektif

siswa. Situs web universitas adalah yang paling penting alat pemasaran untuk
25

menarik siswa dan pemangku kepentingan lainnya. Oleh karena itu, temuan ini

memiliki implikasi yang signifikan untuk para manajer pendidikan tinggi merek

dan pemasaran yang bertujuan merancang alat komunikasi yang sesuai dengan

pandangan untuk melibatkan siswa dan karyawan secara aktif dalam proses

penciptaan bersama untuk meningkatkan produk, layanan, dan citra merek.

Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah terletak pada

konsep dan permasalahan penelitian yaitu pengaruh Co Creating terhadap

Jejaring Sosial. Sedangkan perbedaannya terletak pada judul penelitian, subjek,

objek, lokasi dan metodologi penelitian. Permasalahan yang peneliti ambil adalah

Pengaruh Co Branding Sepatu Compass Terhadap Jejaring Sosial.

Penelitian kedua yaitu jurnal yang berjudul Collaborating for success:

managerial perspectives on co-branding strategies in the fashion industry.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Jemma Oeppen dan Ahmad

Jamal. ini memiliki tujuan utama yaitu untuk menyelidiki sifat hubungan co-

branded dalam industri fashion, Literatur co-branding yang ada sangat berfokus

pada evaluasi konsumen, dan banyak penelitian mengeksplorasi FMCG dan

pasar elektronik, di mana co-branding bahan merupakan hal yang

umum. Penelitian ini mengadopsi metode investigasi interpretif menggunakan

wawancara mendalam dengan manajer merek. Dari hasil penelitian ini bahwa

hasil menunjukkan bahwa temuan memberikan dukungan empiris untuk

penciptaan nilai melalui tingkat hubungan yang berbeda (seperti co-branding


26

merek / kesadaran, dukungan nilai dan co-branding kompetensi komplementer)

sambil menyoroti beberapa tantangan dan risiko untuk co-branding dalam

praktiknya. 

Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah terletak pada

konsep dan permasalahan penelitian yaitu membahas tentang strategi co branding

pada dunia fashion. Sedangkan perbedaannya terletak pada judul penelitian,

subjek, objek, lokasi dan metodologi penelitian. permasalahan yang peneliti

ambil

adalah Pengaruh Co Branding Sepatu Compass Terhadap Jejaring Sosial.

Penelitian ketiga yaitu skripsi berjudul Analisis Sikap Konsumen Pada Co-

Branding (Studi Kasus : Walls Buavita). Penelitian yang dilakukan pada tahun

2012 oleh Leonita ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mengetahui bagaimana

sikap konsumen dengan adanya strategi co-branding pada produk Walls Buavita.

Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa kesimpulan bahwa sikap responded

cukup baik yang dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif dan

konatif.

Dimensi kognitif sikap responden memiliki kategori baik dimana secara

umum konsumen sudah mengenal dengan baik Walls Buavita, memiliki image

yang baik akan Walls Buavita maupun parent brands masing-masing. Dimensi

afektif sikap responden memiliki kategori cukup baik. Konsumen memiliki

preferensi yang baik pada masing-masing parent brands. Tetapi preferensi

konsumen pada Walls Buavita masih lebih rendah disbanding es merek Walls
27

lainnya. Ini menunjukkan bahwa co-branding tidak serta merta dapat membentuk

preferensi responden meskipun masing-masing parent brands memiliki basis

respondennya sendiri. Dimensi konatif sikap responden memiliki kategori cukup

baik. Minat beli ulang konsumen, keinginan mereferensi pada oranglain serta

keinginan untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai Walls Buavita masih

cukup rendah. Lalu tidak ada perbedaan sikap responden pada co-branding Walls

Buavita berdasarkan jenis kelamin.

Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah terletak pada

konsep dan permasalahan penelitian yaitu membahas tentang Analisis Sikap

Konsumen Pada Co-Branding. Sedangkan perbedaannya terletak pada judul

penelitian, subjek, objek, lokasi dan metodologi penelitian. permasalahan yang

peneliti ambil adalah Pengaruh Co Branding Sepatu Compass Terhadap Jejaring

Sosial.

Penelitian keempat yang relevan yakni pengaruh co-branding terhadap ekuitas

merek yaitu skripsi berjudul Pengaruh Co-Branding Terhadap Ekuitas Merek

Produk (Studi Kasus : Rinso Molto Ultra). Penelitian yang dilakukan pada tahun

2016 oleh Rezkiani Davinza Wulandari ini memiliki tujuan utama yaitu untuk

mengetahui pengaruh cobranding dalam meningkatan ekuitas merek produk

Rinso Molto Ultra di Bandar Lampung. Dari hasil penelitian ini terdapat

kesimpulan bahwa Co-Branding yang terdiri dari Evaluasi Aliansi Merek (X1),

Hubungan yang Dirasakan dari Aliansi Merek (X2), Harapan yang Dirasakan dari

Aliansi Merek (X3), Kesamaan Merek (X4), Sikap terhadap Merek Komersil
28

(X5), dan Sikap terhadap Pelabelan Merek (X6) berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap Ekuitas Merek produk Rinso Molto Ultra di Bandar

Lampung. Hasil analisis kuantitatif menjelaskan bahwa karakteristik konsumen

produk Rinso Molto Ultra pada penelitian ini paling banyak berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 118 orang konsumen pada rentan usia 30 – 39 tahun.

Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah terletak pada

konsep dan permasalahan penelitian yaitu membahas tentang Pengaruh Co-

Branding Terhadap Ekuitas Merek Produk. Sedangkan perbedaannya terletak

pada judul penelitian, subjek, objek, lokasi dan metodologi penelitian.

permasalahan yang peneliti ambil adalah Pengaruh Co Branding Sepatu Compass

Terhadap Jejaring Sosial.

Penelitian Kelima yaitu jurnal yang berjudul Pengaruh Strategi Co-

Branding, Brand Equity Terhadap Purchase Intention Melalui Brand

Preference (Study Co-Branding Daihatsu-Toyota pada Produk Daihatsu Xenia

di Karya Zirang Utama). Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Arif

Kurniawan Dra. Sri Suryoko, M.si Sari Listyorini, S.Sos, MAB ini memiliki

tujuan utama yaitu untuk mengetahui pengaruh strategi co-branding, ekuitas

merek terhadap niat beli melalui Preferensi Merek. Dari hasil penelitian ini

terdapat kesimpulan bahwa strategi Co-Branding berpengaruh positif terhadap

ekuitas merek, strategi co-branding berpengaruh positif terhadap Brand

Preference, Brand Equity berpengaruh positif terhadap Brand Preference, Brand

Equity berpengaruh positif pada Brand Preference dan Brand Preference


29

berpengaruh positif terhadap Niat Beli. Berdasarkan analisis jalur mendapatkan

informasi bahwa untuk meningkatkan Intensi Pembelian harus dilakukan dengan

meningkatkan efektivitas strategi co-branding dan diikuti oleh upaya untuk

meningkatkan ekuitas merek yang mampu meningkatkan Preferensi Merek.

Berkomunikasi dan memberikan informasi tentang produk Daihatsu Xenia

menarik karena Co-Brand Product Daihatsu-Toyota dan inovasi harus dilakukan

agar konsumen ingin membeli, menggunakan kembali, tidak beralih ke merek lain

dan menjadikan Daihatsu Xenia pilihan pertama ketika membeli MPV.

Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah terletak pada

konsep dan permasalahan penelitian yaitu membahas tentang pengaruh strategi

co-branding, brand equity terhadap purchase intention melalui brand preference.

Sedangkan perbedaannya terletak pada judul penelitian, subjek, objek, lokasi dan

metodologi penelitian. permasalahan yang peneliti ambil adalah Pengaruh Co

Branding Sepatu Compass Terhadap Jejaring Sosial.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul, Nama, Asal Tujuan Metodologi Hasil
No Universitas, Tahun Penelitian Penelitian Penelitian

Co-creating brand untuk memeriksa penelitian bahwa hubungan


1 image and reputation bagaimana eksplanatori pada antara desain navigasi
through stakeholder’s universitas bekerja tahap awal, dan situs web, kegunaan
social network. sama dan mengelola model selanjutnya situs web dan
Pantea Foroudia, citra merek dan adalah kustomisasi
Alireza Nazarian, reputasi merek dikumpulkan
dari situs web tidak
Sayabek Ziyadin, mereka melalui melalui survei
signifikan dari
30

Philip Kitchen, Khalid memanfaatkan positivis perspektif siswa,


Hafeeze, Costas jejaring sosial sedangkan semua itu
Priporas, Eleonora pemangku signifikan dari
Pantano. kepentingan internal. karyawan perspektif.
University
London,UK. 2020
(Foroudi et al., 2020)
Sumber : hasil kajian penulis, 2020

Judul, Nama, Asal Tujuan Metodologi Hasil


No Universitas, Tahun Penelitian Penelitian Penelitian

Collaborating for untuk menyelidiki Penelitian ini hasil menunjukkan bahwa


2 success: managerial sifat hubungan co- mengadopsi temuan memberikan
perspectives on co- branded dalam metode dukungan empiris untuk
branding strategies in industri fashion investigasi penciptaan nilai melalui
the fashion industry. interpretif tingkat hubungan yang
menggunakan berbeda (seperti co-
Jemma Oeppen dan
wawancara branding merek /
Ahmad Jamal.
mendalam kesadaran, dukungan nilai
Universitas Cardiff, dengan dan co-branding
UK, 2014. manajer merek kompetensi komplementer)
(Oeppen & Jamal, sambil menyoroti beberapa
2016) tantangan dan risiko untuk
co-branding dalam
praktiknya. 

Sumber : hasil kajian penulis, 2020

Judul, Nama, Asal Tujuan Metodologi Hasil


No Universitas, Tahun Penelitian Penelitian Penelitian

Analisis Sikap untuk mengetahui Menggunakan Dari hasil penelitian ini


3 Konsumen Pada Co- bagaimana sikap metode kuantitatif terdapat beberapa
Branding ( Studi konsumen dengan dan pengumpulan kesimpulan bahwa sikap
Kasus : Walls adanya strategi co- data responded cukup baik
Buavita ) branding pada menggunakan yang dapat dilihat dari
Leonita, Universitas produk Walls kuesioner. tiga dimensi yaitu
Indonesia, 2012. Buavita dimensi kognitif, afektif
31

(Leonita, 2012) dan konatif.

Sumber : hasil kajian penulis, 2020

Judul, Nama, Asal Tujuan Metodologi Hasil


No Universitas, Tahun Penelitian Penelitian Penelitian

Pengaruh Co-Branding untuk mengetahui Menggunakan Dari hasil penelitian


4 Terhadap Ekuitas pengaruh metode kuantitatif bahwa co-branding
Merek Produk (Studi cobranding dalam dalam pengambilan berpengaruh secara
Kasus : Rinso Molto meningkatan sample positif dan signifikan
Ultra). Rezkiani ekuitas merek menggunakan terhadap Ekuitas
Davinza Wulandari, produk Rinso metode non- Merek produk Rinso
Universitas Lampung, Molto Ultra di probability sampling Molto Ultra di
2016. Bandar Lampung. dengan teknik Bandar Lampung
(R. D. Wulandari, Purposive Sampling
2016)

Sumber : hasil kajian penulis, 2020

Judul, Nama, Asal Tujuan Metodologi Hasil


No Universitas, Tahun Penelitian Penelitian Penelitian

Pengaruh Strategi Co- untuk Menggunakan metode Dari hasil penelitian


5 Branding, Brand Equity mengetahui secara kualitatif dan bahwa strategi Co-
Terhadap Purchase pengaruh kuantitatif. Analisis Branding berpengaruh
Intention Melalui Brand strategi co- kuantitatif positif terhadap ekuitas
Preference. Arif branding, menggunakan merek, strategi co-
Kurniawan Dra. Sri ekuitas validitas, uji branding berpengaruh
Suryoko, M.si Sari merek reliabilitas, crosstab, positif terhadap Brand
Listyorini, S.Sos, MAB, terhadap niat korelasi product Preference, Brand
Universitas Universitas beli melalui moment, regresi linier Equity berpengaruh
Diponegoro Semarang, Preferensi sederhana, koefisien positif terhadap Brand
2014. Merek determinasi, regresi Preference, Brand
(Suryoko, Listyorini, & berganda, uji t, dan Equity berpengaruh
Sos, 2014) analisis jalur positif pada Brand
Preference dan Brand
Preference berpengaruh
positif terhadap Niat
Beli.
32

Sumber : hasil kajian penulis, 2020

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan pada landasan teori yang di uraikan di atas mengenai

variabel (X) Co-Branding menurut (MR, 2000) ada 4 (empat) kekuatan co

branding dan dari empat tersebut peneliti memilih dua yakni Value

Endorsement dan Caomplementary Competence. Selanjutnya menurut (R.

Wulandari, 2016) ada 5 (lima) dimensi dari co branding , dari lima dimensi

tersebut peneliti memilih dua yakni Reputation, Kepercayaan dan Product Fit.

Terakhir menurut (Kasali, 2005) faktor yang mempengaruhi co branding ada

3 (tiga) dari ketiga yang dijelaskan bahwa peneliti memilih dua yakni Faktor

Partner dan Pengalaman Dengan Produk.

Pada Variabel Jejaring Sosial (Y) ada beberapa teori yang digunakan oleh

peneliti, yang pertama menurut (Andarwati & Sankarto, 2005). Selanjutnya

menurut (Akmawanti, 2016) yang menjelaskan ada 8 (delapan) indikator

motif penggunaan jejaring sosial, tetapi peneliti hanya memilih satu yaitu

identitas. Terkahir menurut (Isha & Anuradha, 2013) dalam jurnalnya

menjelaskan ada 4 kegunaan jejaring sosial dan peneliti memilih satu yaitu

bereleasi dengan pelanggan.


33

Peneliti memilih beberapa variabel dari teori co branding dan Jejaring

Sosial karena variabel tersebut sudah dianggap peneliti sebagai teori yang

paling berkaitan dengan judul yang sudah di tentukan oleh peneliti. Maka dari

itu peneliti diharuskan untuk memilih variabel mana saja yang berkaitan

dengan penelitian ini, sehingga dapat mempermudah peneliti untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

Hubungannya pada Jejaring Sosial adalah cara untuk membangun

kerjasama yang mempunyai tujuan untuk perluasan merek pada sepatu

compass di pasar sneakers, mengingat bahwasannya banyak sekali brand lokal

yang terus menerus selalu meningkatkan brand-nya sendiri dan saling

memberikan keunggulan-keunggulan pada brand masing-masing, sehingga

dapat menarik sikap konsumen terlebih para komunitas ataupun influencer

pada saat melakukan kolaborasi anatar brand. Hal itulah yang menjadikan

persaingan brand semakin ketat. Oleh sebab itu Co-Branding dilakukan untuk

meningkatkan nilai dari brand equity produk dengan cara menggabungkan

ekuitas dari masing-masing brand yang berkolaborasi dengan tujuan

meningkatkan brand awareness terhadap brand lokal (Leonita, 2012).

Dengan meningkatnya persaingan dalam dunia industri brand lokal di

Indonesia maka bisa dikatakan bahwa strategi co-branding pada sepatu

compass tersebut sangat efektif.


34

Kerangka Berfikir Penelitian

X : Co-Branding Y : Jejaring Sosial

Suasana
Value
Terpaan
Endorsment

Complement Berelasi
ary dengan
Competence pelanggan

Reputation Identitas
Co Jejaring
v Branding Sosial Tingkat
Product Fit Identitas

Suasana
Kepercayaan Emosional

Faktor Predisposisi
Partner

Pengalaman Skema
dengan Kognitif
Produk
35

2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai

jawaban teoritis rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric

(Sugiyono, 2010).

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan

pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis,

tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.

Berdasarkan pada uraian di atas, Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Co Branding Sepatu Compass berpengaruh positif terhadap Jejaring Sosial


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Objek Penelitian

3.1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam

suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Adapun

(Sugiyono, 2016) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah “sasaran

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang

sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel)”.

Dalam penelitiam ini yang menjadi objek penelitian adalah Sepatu

Compass (bentuk kerjasama yang menggabungkan dua merek untuk

menciptakan sebuah produk baru dan unik yang dapat meningkatkan brand

tersebut) dengan Co Branding (Value Endorsment, Complementary

Competence, Reputation, Product Fit, Kepercayaan, Faktor Partner dan

Pengalaman Pada Produk Terhadap Jejaring Sosial. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Co Branding Sepatu Compass

terhadap Jejaring Sosial.

3.1.2 Subjek Penelitian

68
Subjek penelitian menurut (Arikunto, 2007) merupakan suatu yang

penting dalam penelitian, subyek penelitian harus di siapkan sebelum peneliti

siap untuk mengumpulkan data. Subyek penelitian bisa berupa benda, hal atau

69
69

orang. Dengan demikian subyek penelitian ini adalah calon

pembeli/pelanggan yang memfollow akun Instagram sepatu compass.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam sebuah

penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian atau sering

disebut juga metodologi penelitian adalah sebuah desain atau rancangan

penelitian. Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan

diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis data

berkenaan dengan faktor masalah tertentu. Menurut (Sugiyono, 2012) “metode

penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.

Pemilihan metode penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Menurut

(Sudjana, 2007) “metode penelitian (research methods) adalah cara cara yang

digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan pengolahan data dan

menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tersebut”.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksplanatori dengan pendekatan

kuantitatif. Adapun penelitian eksplanatori menurut (Sugiyono, 2007) adalah

penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel yang

mempengaruhi hipotesis. Pada penelitian ini minimal terdapat dua variabel yang

dihubungkan dan penelitian ini berfungsi menjelaskan, meramalkan dan

mengontrol suatu gejala. Oleh karena itu dalam penelitian ini nantinya akan
70

dijelaskan menganai adanya hubungan interaktif atau timbal balik antar variabel

yang akan diteliti dan sejauh mana hubungan tersebut saling emmpengaruhi.

Alasan uutama pemilihan jenis penelitian eksplanatori ini yakni untuk

menguji hipotesis yang diajukan agar dapat menjelaskan pengaruh eksogen /

variabel bebas (co branding menurut (MR, 2000) yang meliputi : Value

Endorsment dan Complementary Competence. Menurut (R. D. Wulandari, 2016)

yang meliputi : Reputation, Kepercayaan dan Produk Fit. Menurut (Kasali, 2005)

yang meliputi : Faktor Partner dan Pengalaman Pada Produk terhadap variabel

endogen / variabel terikat ( Jejaring Sosial yang dilihat pada beberapa faktor

menurut (Andarwati & Sankarto, 2005) yang meliputi Suasana Terpaan (Y1),

Tingkat Identitas (Y4), Suasana Emosional (Y5), Predisposisi (Y6), Skema

Kognitif (Y7). Menurut (Akmawanti, 2016) yang meliputi Identitas (Y3) dan

menurut (Isha & Anuradha, 2013) yang meliputi Berelasi Dengan Pelanggan (Y2)

secara persial yang ada dalam hipotesis tersebut.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel merupakan proses mengidetifikasi skala yang

sesuai dengan varian dalam konsep yang akan terlibat pada proses penelitian

(Zikmund, Babin, Carr, & Griffin, 2013) Variabel dalam penelitian ini terbagi

menjadi 2 variabel diantaranya:


71

3.3.1 Variabel Eksogen ξ (“ksi”)

Variabel eksogen selalu muncul sebagai variabel bebas pada semua

persamaan yang ada dalam model.

Eksogen (ξ)

Sumber: (Wijanto, 2008)


Gambar 3.1 Variabel Eksogen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel eksogen adalah sebagai

berkut: Co Branding menurut (MR, 2000) meliputi Value Endorsment (X1),

Complementary Competence (X2) menurut (R. Wulandari, 2016) Reputation

(X3), Produk Fit (X4), Kepercayaan (X5) menurut (Kasali, 2005) Faktor

Partner (X6), Pengalaman Dengan Produk (X7) yang dilakukan oleh brand

lokal Sepatu Compass dalam melakukan co branding kepada jejaring sosial.

3.3.1.1 Variabel Co Branding (X)

1. Value Endorsment (X1)

Value Endorsment dirancang untuk mendukung suatu tindakan yang

dilakukan oleh perusahaan untuk merancang produk dan pemasaran agar

selalu diingat oleh konsumen (positioning) dan brand value masing-

masing merek.
72

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai 7.

Skala 1 menunjukkan rendahnya tingkat Value Endorsment dalam Co

Branding dan skala 7 menunjukkan tingginya tingkat Value Endorsment

di dalam Co Branding.

2. Complementary Competence (X2)

Complementary Competence merupakan kerjasama level tertinggi dimana

merk yang sama-sama kuat dan saling melengkapi bekerja sama dalam

memproduksi suatu produk.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai 7.

Skala 1 menunjukkan rendahnya tingkat Complementary Competence

dalam Co Branding dan skala 7 menunjukkan tingginya tingkat

Complementary Competence di dalam Co Branding.

3. Reputation (X3)

Reputation merupakan asset tak nampak dan bernilai karena sulit

menciptakan, meniru ataupun menggantikannya.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai 7.

Skala 1 menunjukkan rendahnya tingkat Reputation dalam Co Branding

dan skala 7 menunjukkan tingginya tingkat Reputation di dalam Co

Branding.

4. Produk Fit (X4)

Produk Fit merupakan kecocokan diantara dua merek yang akan

melakukan co branding.
73

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai 7.

Skala 1 menunjukkan rendahnya tingkat Produk Fit dalam Co Branding

dan skala 7 menunjukkan tingginya tingkat Produk Fit di dalam Co

Branding.

5. Kepercayaan (X5)

Kepercayaan merupakan titik awal terjalinnya semua hubungan yang

menimbulkan pengaruh terhadap persepsi konsumen dan perasaan bahwa

kerentanan mereka tidak akan di eksplorasi, yang merupakan kondisi

penting untuk mempengaruhi pilihan dan perilaku konsume.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai 7.

Skala 1 menunjukkan rendahnya tingkat Kepercayaan dalam Co

Branding dan skala 7 menunjukkan tingginya tingkat Kepercayaan di

dalam Co Branding.

6. Faktor Partner (X6)

Faktor Partner adalah perusahaan yang akan melakukan co branding

harus memperhatikan asosiasi merek dari perusahaan yang bertindak

sebagai ingredient branding maupun sebagai host branding. Tidak

selamanya co branding antara perusahaan dengan asosiasi merek yang

sama-sama kuat selalu berhasil di pasar.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai 7.

Skala 1 menunjukkan rendahnya tingkat Faktor Partner dalam Co


74

Branding dan skala 7 menunjukkan tingginya tingkat Faktor Partner di

dalam Co Branding.

7. Pengalaman Dengan Produk (X7)

Pengalaman Dengan Produk adalah merek yang lebih kuat

menciptakan harapan yang berlebihan atas produk co branded sehingga

dapat menimbulkan kepuasan dalam mencoba produk tersebut.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai 7.

Skala 1 menunjukkan rendahnya tingkat Pengalaman Dengan Produk

dalam Co Branding dan skala 7 menunjukkan tingginya tingkat

Pengalaman Dengan Produk di dalam Co Branding.

3.3.2 Variabel Endogen η (“eta”)

Definisinya variabel endogen menurut (Wijanto, 2008) merupakan

variabel terikat pada paling sedikit satu persamaan dalam model, meskipun

disemua persamaan sisanya variabel tersebut adalah bebas.

Endogen (η)

Sumber: (Wijanto, 2008)


Gambar 3.2 Variabel Endogen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel endogen adalah sebagai

berikut: variabel Jejaring Sosial (Y) diantaranya: Suasana Terpaan (Y1),


75

Berelasi dengan Pelanggan (Y2), Identitas (Y3), Tingkat Identitas (Y4),

Suasana Emosional (Y5), Predisposisi (Y6), dan Skema Kognitif (Y7).

3.3.2.1 Variabel Jejaring Sosial (Y)

Menurut (Sujadmi & Febriani, 2019) Jaringan sosial merupakan

hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu

kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Jaringan

sosial tercipta karena adanya interaksi dan hubungan yang dilakukan oleh

individu atau kelompok, baik dalam lingkup hubungan dan interaksi yang

formal maupun yang informal. Selain terdapat interaksi dan hubungan sosial,

di dalam jaringan sosial juga terdapat tujuan bersama. Dengan membentuk

jaringan sosial inilah sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan

bersama tersebut.

1. Suasana Terpaan (Y1)

Menurut (Andarwati & Sankarto, 2005) Suasana terpaan adalah

Suasana berpengaruh pada khalayak saat menerima pesan yang

disampaikan oleh media massa.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai

7. Skala 1 menunjukan rendahnya tingkat Suasana Terpaan di

dalam Jejaring Sosial dan skala 7 menunjukan tingginya tingkat

Suasana Terpaan di dalam Jejaring Sosial.

2. Berelasi Dengan Pelanggan (Y2)


76

Menurut (Buttle,2007)  Customer Relationship

Management ( CRM ) adalah strategi inti dalam bisnis yang

mengintegrasikan proses-proses dan fungsi-fungsi internal dengan

semua jaringan eksternal untuk menciptakan serta mewujudkan

nilai bagi para konsumen sasaran secara profitabel.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai

7. Skala 1 menunjukan rendahnya tingkat Berelasi Dengan

Pelanggan di dalam Jejaring Sosial dan skala 7 menunjukan

tingginya tingkat Berelasi Dengan Pelanggan di dalam Jejaring

Sosial.

3. Identitas (Y3)

Identitas disini dapat disebut sebagai identitas merek yang

dimana bahwa identitas merek dikatakan sebagai karakteristik

khas dari sebuah merek (Bhattacharya. & Ahearne, 2005).

Keunikan identitas merek ini di definisikan oleh konsumen bahwa

merek tersebut tidak hanya memiliki produk yang baik tetapi juga

memiliki reputasi yang baik, kualitas yang baik serta memberi

gengsi tersendiri bagi konsumen (Tingkir, 2014).

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai

7. Skala 1 menunjukan rendahnya tingkat Identitas di dalam

Jejaring Sosial dan skala 7 menunjukan tingginya tingkat

Identitas di dalam Jejaring Sosial.


77

4. Tingkat Identitas (Y4)

Menurut (Andarwati & Sankarto, 2005) Tingkat identitas

adalah identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai

individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap

dengan tokoh dalam situs jejaring sosial.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai

7. Skala 1 menunjukan rendahnya tingkat Tingkat identitas di

dalam Jejaring Sosial dan skala 7 menunjukan tingginya tingkat

Identitas di dalam Jejaring Sosial.

5. Suasana Emosional (Y5)

Menurut (Andarwati & Sankarto, 2005) Suasana emosional

(mood) adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang

atau sesuatu.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai

7. Skala 1 menunjukan rendahnya tingkat Suasana Emosional di

dalam Jejaring Sosial dan skala 7 menunjukan tingginya tingkat

Suasana Emosional di dalam Jejaring Sosial.

6. Predisposisi (Y6)

Menurut (Andarwati & Sankarto, 2005) Predisposisi adalah

kecenderungan untuk menerima atau menolak sesuatu berdasarkan

pengalaman dan norma yang dimilikinya.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai


78

7. Skala 1 menunjukan rendahnya tingkat Predisposisi di dalam

Jejaring Sosial dan skala 7 menunjukan tingginya tingkat

Predisposisi di dalam Jejaring Sosial.

7. Skema Kognitif (Y7)

Menurut (Andarwati & Sankarto, 2005) Skema kognitif adalah

proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai

pengalaman.

Variabel diukur ini dengan menggunakan skala likert 1 sampai

7. Skala 1 menunjukan rendahnya tingkat Skema Kognitif di

dalam Jejaring Sosial dan skala 7 menunjukan tingginya tingkat

Skema Kognitif di dalam Jejaring Sosial.

3.3.3 Tabel Operasional

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel
Penelitian (X) Definisi Indikator Skala

Di rancang untuk 1) Memiliki karakter yang


mendukung suatu memadai untuk diperhatikan
Value oleh audience. Likert
tindakan yang di
Endorsement
lakukan oleh 2) Memiliki keahlian dan
(X1) kepercayaan
perusahaan untuk
merancang produk 3) Memiliki power yang tinggi
dan pemasaran agar
selalu diingat oleh
konsumen
(positioning) dan
brand value dari
masing-masing
79

merek.
Kerjasama level 1) Memiliki Pengetahuan
tertinggi dimana merupakan domain yang Likert
Complementar sangat penting dalam
merk yang sama-
y Competence membentuk tindakan
sama kuat dan saling
(X2) seseorang.
melengkapi bekerja
sama dalam 2) Memiliki keterampilan
berarti mengembangkan
memproduksi suatu
pengetahuan yang di
produk.
dapatkan melalui
training dan pengalaman.
3) Memiliki sikap yang baik
antar brand.

Asset tak nampak 1) Memorability (mudah


dan bernilai karena diingat)
Reputation 2) Uniqueness (keunikan) Likert
sulit menciptakan,
(X3)
meniru ataupun 3) Personality (mencerminkan
menggantikan nya. kepribadian si pemakai dan
mengikuti trend.

Kecocokan diantara 1) Mempunyai loyalitas dan


Produk Fit dua merek yang kecintaan konsumen terhadap
(X4) akan melakukan co merek. Likert
branding. 2) Mempunyai brand value
dengan baik.
3) Mengevaluasi produk yang
akan melakukan co
branding.

Titik awal 1) Memberikan jasa yang sesuai


Kepercayaan terjalinnya semua dengan harapan, kepercayaan
(X5) hubungan yang pada produk dan jaminan
menimbulkan kepuasan. Likert
pengaruh terhadap 2) Melakukan kejujuran dalam
persepsi konsumen menyelesaikan masalah,
konsumen yang
dan perasaan bahwa
mengandalkan produk yang
kerentanan mereka
digunakan dan jaminan ganti
tidak akan di rugi dari pihak perusahaan.
eksplorasi, yang
merupakan kondisi
80

penting untuk mem-


pengaruhi pilihan
dan perilaku
konsumen.
Perusahaan yang 1) Mempunyai kecakapan
Faktor Partner akan melakukan co teknik dan agresivitas dari
(X6) branding harus kekuatan penjualan.
memperhatikan 2) Memiliki pengetahuan
asosiasi merek dari informasi tentang lokal
perusahaan yang market yang potensial
misalnya segi ukuran,
bertindak sebagai
keinginan konsumen dan
ingredient branding
kecenderungan pasar.
maupun sebagai host 3) Memiliki kepercayaan,
branding. Tidak komitmen, komunikasi,
selamanya co membagi nilai, empati, dan Likert
branding antara timbal balik.
perusahaan dengan
asosiasi merek yang
sama-sama kuat
selalu berhasil di
pasar.

Merek yang lebih 1) Dapat menimbulkan


Pengalaman kuat menciptakan pengalaman yang dirasakan
Dengan harapan yang konsumen terhadap produk
Produk berlebihan atas atau jasa. Pengalaman
produk co branded merupakan salah satu
(X7) kekuatan dari produk.
sehingga dapat
2) Perusahaan memiliki Likert
menimbul -kan
kemampuan dalam
kepuasan dalam
memberikan pengalaman
mencoba produk keseluruhan kepada
tersebut. konsumen.
3) Dapat menyenangkan
konsumen merupakan salah
satu faktor penentu dalam
memberikan pengalaman
kepada konsumen.
4) Pelayanan yang diberikan
perusahaan dengan harapan
81

konsumen.
5) Perusahaan mengadakan
acara atau event tertentu.
Variabel
Penelitian (Y) Definisi Indikator Skala

Suasana 1) Kesesuaian isi pesan


berpengaruh pada 2) Kejelasan isi pesan Likert
Suasana
khalayak saat 3) Daya tarik isi pesan
Terpaan
menerima pesan
(Y1) yang disampaikan
oleh media massa.
Dinamakan 1) Mengkontrol atas hubungan
customer bonding antara kedua belah pihak
Berelasi 2) Memberikan kepercayaan Likert
yang menyatakan
Dengan kepada pelanggan
bahwa relasi antara
Pelanggan 3) Memiliki sifat komitmen
pelanggan dan
(Y2) yang baik
perusahaan atau
produk.
Ciri, tanda, atau jati 1) Memiliki karakter yang
diri yang melekat khas.
pada seseorang, 2) Memiliki reputasi dan Likert
kelompok atau kualitas yang baik.
Identitas sesuatu sehingga 3) Dapat memberikan gengsi
membedakan dengan
(Y3) tersendiri.
yang lain. 

Suatu tingkatan dari 1) Memiliki reputasi yang baik.


Tingkat identitas itu sendiri 2) Memiliki kualitas produk Likert
Identitas dimata konsumen. yang baik.

(Y4)
Perasaan intens yang 1) Memiliki kekuatan
Suasana ditunjukan kepada emosionalitas kepada Likert
Emosional seseorang atau konsumen.
(Y5) sesuatu. 2) Memiliki kecerdasan
emosinal yang baik

Kecenderungan 1) Memiliki pengetahuan, sikap,


untuk menerima atau keyakinan, kepercayaan, Likert
82

Predisposisi menolak sesuatu nilai-nilai, tradisi yang baik


(Y6) berdasarkan dimata konsumen dan
pengalaman dan organisasi.
norma yang di
milikinya.
Proses atau cara 1) Memberikan pengalaman
Skema mengorganisir dan yang terbaik.
Kognitif merespon berbagai 2) Memiliki merek yang kuat Likert
pengalaman. untuk menciptakan harapan
(Y7) ke konsumen.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2015, 2017). Maka populasi dalam penelitian ini adalah para

pengikut akun Instagram @pakaicompass yaitau sebanyak 97.000 pengikut

akun Instagram tersebut. Dengan rentan usia konsumen berkisar 18 tahun

sampai 45 tahun.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi tersebut. Bila

populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi misalnya, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Maka


83

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

respresentative (mewakili) (Sugiyono, 2017).

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus slovin (Prasetyo, 2005) : n = N / (1 + (N x e²)

Keterangan : n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel dalam penelitian ini diambil nilai e = 5%

Perhitungan : n = 98.000 / (1 + (98.000 x 0,052) )

n = 98.000 / (1 + 98.000 x 0,0025) )

n = 98.000 / (1 + 245)

n = 98.000 / 246

n = 398

Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 98.000 populasi

pada margin of error 5% adalah sebesar 398.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability

sampling dengan teknik accidental sampling (secara kebetulan). Menurut

(Sugiyono, 2010) nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel

yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
84

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sampel diambil berdasarkan

teknik nonprobability sampling, accidental sampling. Menurut (Sugiyono,

2010) non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel ini

adalah accidental sampling. Accidental sampling yaitu pengambilan sampel

yang dilakukan secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2015).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam kegitan penelitian mempunyai tujuan

mengungkapkan fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar, 2013). Untuk

mengukur nilai dari variabel yang hendak diteliti, peneliti menggunakan

instrumen pengumpulan data yang berupa skala pengukuran. Skala

pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk

menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga

alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif (Sugiyono, 2008).

Menurut (Sugiyono, 2012) pengumpulan data dapat dilakukan dengan

berbagai cara, berbagai sumber dan setting. Bila dilihat dari setting, data

dapat dikumpulkan pada natural setting, dengan responden atau survey, dan

lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
85

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutntya bila dilihat

dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data

dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner, observasi dan gabungan

ketiganya.

3.5.1 Skala Pengukuran

Sehubungan dengan itu, peneliti menggunakan skala model Likert

sebagai instrumen pengumpulan data. Skala ini digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena atau gejala sosial yang terjadi. Hal ini sudah sepesifikasi dijelaskan

oleh peneliti. Yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Kemudian

dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel, kemudian menjadi

indikator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item

pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian

(Iskandar, 2009).

Pertanyaan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk

skala Likert, yang diungkapkan melalui kata-kata, seperti : sangat tidak puas,

tidak puas, kurang puas, netral, cukup puas, puas, sangat puas. Dalam

kuesioner ini digunakan skala pengukuran Likert 7 dengan tujuan untuk

memberikan peluang kepada responden dengan pilihan jawaban netral. Skala

Likert merupakan pengukuran sikap yang mengijinkan responden untuk

memberikan nilai bagi pendapatnya dari sangta tidak setuju hingga sangat

setuju dengan mengikuti petunjuk yang diberikan (Ghozali, 2016). Melalui


86

skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel,

kemudian tiap indikator akan dijelaskan dalam bentuk aitem yang nantinya

akan dituliskan di dalam skala penelitian.

Tabel 3.2 Tabel Skala Likert

Keterangan Skal
a

Sangat Puas 7

Puas 6

Cukup Puas 5

Netral 4

Kurang Puas 3

Tidak Puas 2

Sangat Tidak 1
Puas
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2020

Pada penelitian ini peneliti menggunakan nilai skala likert 7, dengan

ketentuan nilai skala likert 1 sampai 7 dan keterangan skala likert sangat tidak puas

hingga puas yang digunakan oleh setiap variabel sama, begitu juga dengan dimensi

pada penelitian ini. Seperti pada variabel Co Branding yang meliputi: Value

Endorsement, Complementary Competence, Reputation, Produk Fit, Kepercayaan,

Faktor Partner dan Pengalaman Dengan Produk. Menggunakan skala likert 1 sampai

dengan 7, dengan keterangan 1 “sangat tidak puas” dan 7 “sangat puas”. Begitu juga
87

dengan variabel Jejaring Sosial atau dimensi yang diteliti oleh peneliti dalam

penelitian ini yang dilihat dari variabel jejaring sosial diantaranya: Suasana Terpaan,

Berelasi dengan Pelanggan, Identitas, Tingkat Identitas, Suasana Emosional,

Predisposisi dan Skema Kognitif. Menggunakan nilai skala likert 1 sampai dengan 7,

dengan keterangan 1 “sangat tidak puas” dan 7 “sangat puas”.

3.5.2 Data Primer

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer berupa

kuesioner yang dibagikan secata acak dan sederhana kepada para pengikut

akun Instagram @pakaicompass.

3.6 Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Validity merupakan keakuratan ukuran atau sejauh mana skor benar-

benar mewakili sebuah konsep. Para peneliti telah berusaha menilai validitas

dalam banyak cara. Dengan mencoba untuk memberikan beberapa bukti dari

berbagai macam tinglat pertanyaan (Zikmund et al., 2013). Uji validitas atau

yang bisa juga dikatakan dengan analisis konfirmatori terdiri dari variabel

yang digunakan dalam penelitian dibentuk berdasarkan beberapa indikator.

Analisis tersebut memiliki tujuan untuk melihat apakah indikator-indikator

yang digunakan dalam penelitian valid (Ghozali, 2011). Ketentuan yang ada

dalam melakukan analisis uji validitas sebagai berikut:


88

1. Kasier – Meyer – Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA).

Nilai KMO bervariasi dari 0 hingga 1 dengan nilai yang dikehendaki

harus >0.50 untuk dapat dilakukan analisis faktor (Ghozali, 2016)

2. Sig. <0,05. Nilai signifikan yang kurang dari 0,05 menunjukan bahwa

korelasi yang cukup antar variabel (Hair, 2010).

3. Nilai Measurement of Sampling Adequacy (MSA) > 0,5.

Measurement variabel yang memiliki nilai MSA < 0,5 harus dihilangkan

dari perhitungan factor analysis satu per satu, dimulai dari variabel

dengan nilai terendah (Hair, 2010).

Menurut (Zikmund et al., 2013) terdapat 4 pendekatan dasar untuk

membangun validitas diantaranya:

1. Face Validity

Konten skala secara logis yang mencerminkan maksud dari apa yang diukur

dalam penelitian.

2. Content Validity

Tingkat yang mengukur cakupan luasnya domain yang menarik. Apakah item

menangkap seluruh ruang lingkup, dengan tidak melampaui apa yang akan

diuji.

3. Criterion Validity

Kemampuan mengukur untuk berkolerasi dengan ukuran standar lain dari

konstruksi yang serupa atau kriteria yang ditetapkan.


89

4. Construct Validity

Construct validity ada ketika ukuran yang dapat diandalkan mengukur dan

benar-benar mewakili konsep yang unik.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliability merupakan indikator langkah-langkah konsistensi internal.

konsistensi adalah kunci untuk memahami keandalan. Ukuran dapat

diandalkan ketika upaya yang berbeda dalam mengukur sesuatu menyatu pada

hasil yang sama dan uji reability juga menunjukkan seberapa konsisten suatu

ukuran (Zikmund et al., 2013).

Reliabilitas merupakan sejauh mana pengukuran yang diperoleh

memperoleh hasil yang konsisten antar waktu, antar pengamat, antar

indikator. Reliabilitas merupakan metode untuk mengukur kualitas instrument

pengukuran yaitu apakah data yang diperoleh dari hasil observasi sama jika

dilakukan di waktu yang berbeda (Hair, 2010). Oleh karena itu, reliabilitas

dapat didefinisikan sebagai sejauh mana langkah- langkah bebas dari

kesalahan acak. Keandalan ditentukan dengan mengukur konstruksi berulang

atau variabel yang menarik. Semakin tinggi tingkat hubungan antara skor yang

diperoleh melalui pengukuran berulang ini, semakin dapat diandalkan

skalanya. Dalam uji reliabilitas dapat diukur dari hasil cronbach alpha
90

dimana suatu konstruk dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach

alpha ˃ 0,7 (Ghozali, 2016).

3.7 Structural Equations Model (SEM)

Menurut (Hair, 2010) Structural Equation Model atau yang biasa di

sebut SEM merupakan sebuah teknik yang menyatukan aspek-aspek dari

regresi berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan dependen dan

analisis faktor yang menyajikan konsep faktor tidak terukur dengan variabel

multi yang digunakan untuk memperkirakan serangkaian hubungan dependen

dan analisis faktor untuk memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang

saling mempengaruhi secara bersamaan.

Terdapat beberapa hal yang dapat membedakan antara SEM dengan

regresi biasa maupun teknik multivariat yang lain, karena SEM membutuhkan

lebih dari sekedar perangkat statistik yang didasarkan atas regresi biasa dan

analisis varian. SEM memiliki 2 bagian yaitu model variabel laten dan model

pengukuran. Berikut karakteristik SEM yang diuraikan ke dalam komponen-

konponen model SEM yang terdiri dari (Wijanto, 2008):

3.7.1 Dua Jenis Variabel

1. Variabel Laten (Latent Variable)


91

Variabel laten atau yang dapat disebut juga dengan konstruk laten

merupakan konsep abstrak, variabel laten ini hanya dapat diamati secara

tidak langsung dan tidak sempurna melalui efeknya pada variabel

teramati.

Variabel laten memiliki 2 jenis variabel yaitu eksogen dan endogen.

Sem menentukan perbedaan antara kedua jenis tersebur berdasarkan atas

keikutsertaan variabel tersebut sebagai variabel terikat pada persamaan-

persamaan dalam model.

Variabel eksogen selalu muncul sebagai variabel bebas pada semua

persamaan yang ada pada model. Sedangkan variabel endogen merupakan

variabel terikat dengan persamaan dalam model paling sedikit satu

persamaan, meskipun disemua persamaan sisanya variabel tersebut adalah

variabel bebas.

Pada variabel laten eksogen dilambangkan dengan huruf yunani ξ

(“ksi”) dan digambarkan dengan semua anak panah menuju keluar.

Sedangkan, variabel endogen dilambangkan dengan huruf yunani η (“eta”)

dan digambarkan sebagai lingkaran dengan paling sedikit ada satu anak

panah masuk ke lingkaran tersebut, meskipun anak panah lain menuju ke

luar lingkaran (Wijanto, 2008).

2. Variabel Teramati (Observed Variable)


92

Variabel teramati atau observed variable atau dapat juga dikatakan

measured variable merupakan variabel yang dapat diamati atau dapat

diukur secara empiris dan sering disebut sebagai indikator dan merupakan

efek atau ukuran dari variabel laten.

Simbol yang digunakan untuk diagram lintasan dari observe variable

adalah bujur sangkar atau kotak ataupun empat persegi panjang. Observe

variable yang berkaitan ataupun merupakan efek variabel laten eksogen

(ksi) dengan notasi matematik label X dan untuk variabel laten endogen

dengan label Y (Wijanto, 2008).

3.7.2 Model-Model Dalam SEM

1. Model Struktural (Structural Model)

Model struktural menjelaskan ataupun menggambarkan hubungan-

hubungan yang terdapat pada variable-variabel laten yang diuji. Parameter

yang menunjukan regresi variable laten endogen pada variable eksogen

dapat digunakan label dengan huruf γ (“gamma”), sedangkan untuk

regresi variable laten endogen pada variable laten endogen disimbol kan

dengan huruf β (“betta”). Pada SEM setiap variable- variabel laten

eksogen dapat ber-“covary” secara bebas ditandai dengan simbol φ (“phi”)

(Wijanto, 2008).

2. Model Pengukuran (Measurement Model)


93

Pada SEM, dalam setiap variabel-variabel biasanya memiliki beberapa

indikator atau variabel teramati. Penggunaan SEM sering digunakan untuk

menghubungkan variable laten dengan variable-variabel teramati melalui

model pengukuran yang berbentuk analisis faktor. Factor loadings yang

menghubungkan variable-variabel laten dengan variable-variabel teramati

dapat disimbolkan dengan λ (lambda). Measurement model yang paling

umum digunaka dalam SEM adalah model pengukuran kon-genetik

(congenetic measurement model), yang dimana variable teramati hanya

berhubungan dengan satu variabel laten dan semua kovariasi antara

variabel-variabel teramati sebagai akibat dari hubungan antara variabel

teramati dan variabel laten (Wijanto, 2008).

3.7.3 Tahapan Dalam Prosedur SEM

Menurut (Hair, 2010) Structural Equation Model (SEM) adalah

sebuah teknik statistik multivariate yang menggabungkan aspek-aspek dalam

regresi berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan dependen dan

analisis faktor yang menyajikan konsep faktor tidak terukur dengan variabel

multi yang digunakan untuk memperkirakan serangkaian hubungan

dependen yang saling mempengaruhi secara bersamaan.


94

Gambar 3.1 Tahapan-Tahapan Dalam Prosedur SEM


Sumber: (Hair, 2010)
95

1. Stage 1: Mendefinisikan masing-masing konstruk dan indikator

penelitian untuk mengukurnya.

2. Stage 2: Membuat model struktural dan model pengukuran.

3. Stage 3: Menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dan memilih

metode estimasi dan pendekatan untuk menangani missing data.

4. Stage 4: Mengukur validitas dan kecocokan model pengukuran. Jika

measurement model dinyatakan valid maka dapat dilanjutkan pada

tahap 5 dan 6.

5. Stage 5: Mengubah measurement model menjadi structural model.

Menilai validitas dan kecocokan model struktural. Jika model struktural

menunjukan hasil yang baik maka selanjutnya dapat dibuat kesimpulan

penelitian.

6. Stage 6: Uji Kecocokan (Testing Fit)

Pada tahap keempat ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model

yang digunakan dengan data. Dalam melakukan langkah ini dapat

menggunakan Goodness Of Fit (GOF) atau kriteria ukuran kecocokan.

Pemeriksaan terhadap tingkat kecocokan antara data dengan model yang

digunakan dilakukan pada tahap ini, signifikansi koefisien-koefisien dari

model struktural, validitas dan reliabilitas model pengukuran.

Menurut (Hair, 2010) dalam (Wijanto, 2008) untuk melakukan uji

tingkat kecocokan antara data dengan model yang digunakan dapat dilakukan

melalui beberapa tahapan, diantaranya:


96

1) Overall Model Fit (Kecocokan Keseluruhan Model)

Pada tahapan pertama dari uji kecocokan ditujukan untuk mengevaluasi

secara keseluruhan Goodness of fit (GOF). Dalam melakukan penialian

terhadap GOF pada suatu SEM tidak dapat dilakuka secara langsung,

karena SEM tidak memiliki satu uji statistik terbaik yang dapat

mendefinisikan tingkat prediksi model. Terdapat 3 bagian Goodness Of

Fit Indicies (GOFI) atau ukuran-ukuran GOF diantaranya:

a) Uji Kecocokan Absolut

Menentukan derajat prediksi model keseluruhan baik model

struktural ataupun model pengukuran. Ukuran-ukuran yang

biasa digunakan dalam mengevaluasi SEM adalah:

 Chi-square (χ2 )

Chi-square atau χ2 digunakan untuk menguji seberapa

dekat kecocokan antara matrix kovarian sampel S

dengan matrix kovarian model ∑(0). Rumus uji statistik

χ2 sebagai berikut:

χ2 = (n-1) F(S,∑(0))

Distribusi chi-square dengan degree of freedom (df)

sebesar c- p yang merupakan banyaknya matrix varian-

kovarian non- redundan dari variable teramati. Nilai χ2

yang rendah akan menghasilkan significance level lebih


97

besar atau sama dengan 0.05 (p ≥ 0.05) yang

menandakan bahwa hipotesis nol dapat diterima.

Meskipun hasil χ2 memiliki nilai yang besar dan

significance level lebih kecil dari 0.05 (p ≤ 0.05) yang

berarti hipotesis nol ditolak. Akan tetapi, dengan hasil

demikian dapat diteliti lebih lanjut untuk mengetahui

seberapa besar tingkat ketidakcocokannya. Apabila

tingkat ketidakcocokan tersebut kecil maka hasil

tersebut masih dapat dinyatakan tingkat kecocokannya

baik.

 Non-Centrality Parameter (NCP)

Merupakan ukuran yang dapat membedakan antara ∑

dengan ∑(0) dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

NCP = χ2 – df

NCP dapat digunakan untuk mengukur badness of fit

sama hal nya dengan χ2 . dengan hasil perbedaan yang

semakin besar maka menghasil kan nilai NCP yang besar

juga. Maka dalam hal ini NCP haruslah memiliki nilai

yang kecil ataupun rendah.

 Root Mean Square Error Of Approximation (RMSEA)


98

RMSEA merupakan salah satu indeks yang informative

dalam SEM. Nilai RMSEA ≤ 0.05 menunjukan close

fit. Sedangkan, 0.05 < RMSEA ≤ 0.08 menunjukan good

fit. Berkaitan dengan cut point yaitu RMSEA antara 0.08

sampai 0.10 masuk dalam kategori marginal fit, dan

sedangkan nilai RMSEA > 0.10 menunjukan poor fit.

b) Ukuran kecocokan inkremental

Ukuran kecocokan inkremental merupakan perbandingan

model yang diusulkan dengan model dasar yang sering disebut

juga dengan null model atau independent model. Independent

model merupakan model dimana semua variabel di dalam

model bebas satu sama lain (semua korelasi diantara variabel

adalah nol) dan paling dibatasi.

Ukuran kecocokan inkremental mengandung ukuran-ukuran

yang mewakili sudut pandang comparative fit to base model.

Ukuran- ukuran yang biasa digunakan untuk melakukan

evalusi terhadap SEM adalah sebagai berikut:

 Normed Fit Index (NFI)

NFI memiliki nilai berkisar antara 0 sampai 1. Nilai NFI

≥ 0.90 menunjukan good fit, sedangkan 0.80 ≤ NFI <

0.90 sering disebut dengan marginal fit.

 Comparative Fit Index (CFI)


99

Nilai CFI berkisar antara 0 sampai 1. Nilai CFI ≥ 0.90

menunjukan good fit, sedangkan 0.80 ≤ CFI < 0.90

sering disebut sebagai marginal fit.

 Tucker – Lewis Index (TLI)

Nilai TLI berkisar antara 0 sampai 1.0, dengan nilai TLI

≥ 0.90 menunjukan good fit dan 0.80 ≤ TLI < 0.90 adalah

marginal fit.

Tabel 3.3 Tabel Goodness Of Fit

Sumber: (Hair, 2010)


100

3.7.4 Kecocokan Model Pengukuran

Kecocokan model pengukuran akan dilakukan terhadap setiap

construct (hubungan antara sebuah variabel laten dengan beberapa variabel

teramati atau indicator) secara terpisah melalui evaluasi terhadap validitas

dan reliabilitas dari model pengukuran (Hair, 2010).

1) Evalusi terhadap validitas dari model pengukuran suatu variabel dapat

dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap construct atau

variabel latennya jika muatan faktor standar (standardize loading

factor) ≥ 0.50.

2) Evaluasi terhadap reliabilitas dari model pengukuran adalah

konsistensi pengukuran. Reliabilitas yang memiliki nilai tinggi

menunjukan bahwa indicator-indikator mempunyai konsistensi yang

tinggi dalm mengukur konstruk latennya. Dapat dikatakan mempunyai

reliabilitas yang baik apabila:

 Nilai Construct Reliability (CR) ≥ 0.70

 Nilai Variance Extracted (AVE) ≥ 0.50

3.8 Tempat dan Jadwal Waktu Penelitian


101

Penelitian ini dilakukan di salah satu akun Instagram fansbase

@pakaicompass. Lokasi penelitian sudah ditentukan oleh peneliti berdasarkan

ruang lingkup pengguna sepatu compass tersebut yang telah dijadikan sebagai

lokasi penelitian oleh peneliti dan memiliki segmentasi pasar.

Penelitian ini akan dilakukan selama 6 (enam) bulan dengan waktu pre-test 1

(satu) bulan yang akan dilakukan awal bulan juli dengan menggunakan software

IBM SPSS version 25 dan dilanjutkan dengan main-test yang akan dilakukan

setelah pengujian pre-test oleh peneliti dengan menggunakan software IBM

SPSS version 25 dan software IBM AMOS dengan teknik perhitungan model

SEM. Dengan menggunakan kuesioner yang akan dibagikan secara kebetulan

kepada followers akun Instagram @pakaicompass.


102

Anda mungkin juga menyukai