Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GASTRIRIS

Penulisan ilmiah

Tingkat 1 Kelas B
Kelompok : 2

Anggota :
1. HELNA SURIANI 21011074
2. JUSIKA MAYA 21011079
3. KRISTINA FETI DAU 21011080
4. MUHAMMAD ALRIDZKY AKBAR 21
5. MUHAMMAD GUNAWAN 21011089
6. SILVIA RADHINA ARTA LESTARI 21011097
7. SITI MAISAROH 210

PPROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
penyakit gastritis. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing selaku dosen
pengampuh penulisan ilmiah yang sudah memberikan tugas ini kepada Ns anisa ain S,kep M,kep
yang telah membantu memberikan saran dalam pembuatan makalah ini. Sehingga, makalah ini
selesai dengan tepat waktu.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Hormat Kami

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
C. Manfaat ...........................................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................3
A. Definisi ...........................................................................................................................3
B. Etiologi ...........................................................................................................................3
C. Klasifikasi ................................................................................................................................ 4
D. Patofisiologi.....................................................................................................................4
.........................................................................................................................................5
....................................................................................................................................5
..............................................................................................................................6
....................................................................................................................................6
.........................................................................................................................................7
..............................................................................................................................7
..............................................................................................................................7
Refrensi ...........................................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis. Gatristis merupakan peradangan yang
mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung
sampai terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi
pada lambung (Wahyuni, 2018).

Menurut WHO (2018) kejadian gastritis di dunia, adalah 22% di Inggris, 31% di
China, 14,5% di Jepang, 35% di Kanada, dan 29,5% di Perancis. Di asia tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu
hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat
menyusahkan seseorang (WHO, 2018).

Sedangkan Presentase dari angka kejadian gastritis di indonesia adalah 40,8% dan
angka kejadian gastritis di beberapa daerah di indonesia cukup tinggi dengan prevalensi
274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (WHO, 2019).

Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018, gastritis merupakan


salah satu dari 10 penyakit terbanyak di rumah sakit pada pasien rawat inap dengan jumlah
kasus sebesar 33.580 kasus. yang 60,86% terjadi pada perempuan. Pada pasien rawat jalan
gastritis berada pada urutan ke tujuh dengan jumlah kasus 201.083 kasus yang 77,74%
terjadi pada perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Penyakit pada sistem pencernaan adalah penyebab paling umum terjadinya nyeri, salah
satunya penyakit gastritis atau yang biasanya di kenal dengan maag, gastritis merupakan
peradangan yang mengenai mukosa lambung (Nurhanifah, Afni & Rahmawati, 2018).

Gastritis termasuk proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Penyakit gastritis dapat
menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin, akan
tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia
produktif (Tussakinah dkk, 2018).

Gastritis paling banyak disebabkan oleh Helicobacter pylori. Faktor risiko terkena
infeksi H. pylori terkait dengan status sosioekonomi, seperti kepadatan rumah, kepadatan

2
penduduk, jumlah saudara kandung, berbagi tempat tidur, dan kurangnya fasilitas air
ledeng. Selanjutnya, juga ditemukan adanya faktor diet dan gaya hidup dimana
prevalensi H. pylorilebih banyak ditemukan pada kelompok dewasa yang jarang
mengonsumsi sayur dan buah, lebih banyak mengonsumsi makanan yang digoreng, serta
jarang mencuci tangan. Selain itu, konsumsi makanan asin juga berkaitan dengan infeksi
persisten H. pylori, dimana konsumsi garam yang banyak merupakan mediator perubahan
ekspresi gen.((Sjomina O, 2018)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :


1. Apakah pengertian penyakit gastritis?
2. Bagaimanakah etiologi penyakit gastritis ?
3. Bagaimanakah klasifikasi penyakit gastritis ?
4. Bagaimanakah patofisiologi penyakit gastritis ?
5. Apa sajakah faktor resiko penyakit gastritis ?
6. Bagaimanakah gejala klinis penyakit gastritis ?
7. Bagaimanakah diagnosis penyakit gastritis ?
8. Bagaimanakah pencegahan penyakit gastritis ?
9. Bagaimanakah pengobatan/penanggulangan penyakit gastritis ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Gastritis

A. Definisi Gastritis

Dalam (Aprilia Rachmad, 2020) mengutip dari (Hirlan, 2009) mengatakan


gastritis atau magh merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di
klinik, fasilitas pelayanan kesehatan, dan dalam kehidupan sehari-hari. Gastritis
merupakan suatu proses inflamasi atau peradangan yang disebabkan oleh faktor iritasi
dan infeksi dan terjadi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan
suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,
dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut
dan gastritis atropik kronis. Gatristis merupakan peradangan yang mengenai mukosa
lambung. Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai
terlepasnya epitel mukosa suferpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi
pada lambung (Wahyuni, 2018).

2
B. Etiologi

1. Pemakaian obat anti inflamasi

Pemakaian Obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mafenamat,


aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi nonsteroid dapat memicu kenaikan
produksi asam lambung, karena terjadinya difusi balik ion hydrogen ke epitel
lambung. Selain itu jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan langsung pada
epitel mukosa karena bersifat iriatif dan sifatnya yang asam dapat menambah
derajat keasaman pada lambung.

2. Konsumsi alcohol

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada
mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa
lambung

3. Terlalu banyak merokok

Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang


berkontribusi pada penyempitan pembulkuh darah sehingga suplai darah ke
lambung mengalami penurunan. Penurunan ini dapat berdampak pada produksi
mukosa yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi.

4. Uremia

Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme didalam tubuh


terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremic). Perubahan ini dapat
memicu kerusakan epitel mukosa lambung.

5. Infeksi virus
Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi mukosa lambung,
misalnya enteric rotavirus dan calcivirus. Keduanya dapat menimbulkan
gastroenteritis,tetapi secara histopatologis tidak spesifik. Hanya cytomegalovirus
yang dapat menimbulkan gambaran histopatologis yang khas, terutama pada
immunocompromized.

6. Infeksi Jamur
Jamur candida species, histoplasma capsulatum dan mukonaceae dapat
menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien immunocompromised. Pasien
yang sistem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi jamur, karena
mukosa lambung bukanlah tempat yang mudah terkena parasit.

7. Stres

2
Stres dapat fisik maupun mental. Hal ini menyebabkan peningkatan
sekresi asam dalam perut.
Orang-orang yang terinfeksi bakteri ini, 80% nya asimptomatik sehingga
penyakit ini umumnya ditemukan hanya kebetulan dalam pemeriksaan endoskopi,
atau sudah terlambat menjadi gastritis kronis. Infeksi bakteri ini biasanya didapat
saat usia anak melalui rute transmisi oral-fekal (Riawati, 2021).

C. Klasifikasi

Gastritis ada 2 kelompok yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Tetapi gastritis
kronik bukan merupakan lanjutan dari gastritis akut, dan keduanya tidak saling
berhubungan.

a. Gastritis Akut

Gastritis akut berasal dari makanan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-
makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit, iritasi bahan semacam alkohol, aspirin, NSAID, lisol, refluks empedu atau
cairan pankreas.

b. Gastritis Kronis

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylori (H.pylori). (Cahyani, 2019)
menjelaskan dari kutipan (Kurniyawan & Kosasih, 2015) menambahkan gastritis
kronik adalah peradangan di lapisan lambung yang terjadi cukup lama penderita
mengalami nyeri ulu hati perlahan dan dalam cukup lama. nyeri diawal dengan yang
lebih ringan dibanding dengan gastritis akut. Namun terjadi lebih lama dan sering
muncul sehingga mengakibatkan peradangan kronis. Hal ini juga beresiko pada kanker
lambung apabila tidak segera ditangani. Atropi progresif kelenjar menjadi tanda bahwa
terjadi gastritis kronis pada lambung, karena hilangnya sel yang berperang pada
lambung yaitu, sel parietal dan chief sel. Gastritis kronik dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi dan gastritis hipertropi.

Gejala gastritis hampir serupa dengan gejala maag biasa karena naiknya asam
lambung sehingga sering kali disepelekan. Padahal, gastritis yang semakin memburuk
bisa menyebabkan komplikasi di bawah ini

1. Tukak lambung

2
Mayo Clinic menyebutkan bahwa tukak lambung termasuk komplikasi dari
gastritis. Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau lapisan perut
karena gastritis yang semakin parah. Tanpa perawatan, luka bisa menyebar ke area
usus kecil.

Penyebab utama tukak lambung yakni infeksi bakteri dan penggunaan obat
pereda nyeri golongan NSAID. Gejala tukak lambung yang umum yakni sensasi
terbakar dan nyeri di area tengah perut atau antara pusar dan dada.

Komplikasi gastritis ini bisa diobati dengan antibiotik dengan kombinasi obat
untuk asam lambung. Prosedur pembedahan mungkin dibutuhkan jika gejala tidak
membaik, terjadi pendarahan, dan lapisan yang robek.

Pengobatan ini meliputi pengangkatan dan pemotongan jaringan yang terluka,


mengikat dan menutup arteri yang berdarah, serta memotong suplai saraf ke perut
untuk mengurangi produksi asam lambung.

2. Perdarahan pada lapisan perut


Selain peradangan dan luka menyebar ke usus kecil, komplikasi gastritis seperti
tukak lambung juga dapat menyebabkan perdarahan. Ini bisa menjadi komplikasi yang
mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.

Gejala komplikasi gastritis ini tidak berbeda jauh dengan tukak lambung. Hanya
saja, kondisi ini bisa menyebabkan feses jadi berwarna gelap karena tercampur darah
dan lebih lengket. Selain itu, beberapa orang juga merasakan muntah dengan bercak
darah dan pusing. Agar tidak semakin parah, dokter biasanya akan meresepkan obat
asam lambung, seperti obat proton pump inhibitor (PPI) atau H-2 receptor blocker.

3. Anemia
Anemia pernisiosa termasuk komplikasi gastritis. Ini menandakan bahwa jumlah
sel darah merah mengalami penurunan karena usus yang luka tidak dapat menyerap
vitamin B12 dengan baik. Vitamin B12 termasuk komponen pembentuk sel darah
merah.
Saat lapisan perut terluka, protein pengikat vitamin B12 tidak diproduksi secara
maksimal. Akibatnya, produksi sel darah merah tidak mencukupi. Terjadinya

2
perdarahan dan kurangnya penyerapan vitamin B12 ini akan menyebabkan anemia
pernisiosa.

Orang yang mengalami komplikasi gastritis ini biasanya akan mengalami gejala
diare, kelelahan, mual dan muntah, jaundice, dan sensasi panas disertai rasa nyeri di
dada. Pengobatan akan difokuskan dengan meningkatkan asupan vitamin B12, baik itu
dengan pola makanan maupun suplemen.

4. Kanker perut (komplikasi gastritis atrofi)


Melansir American Cancer Society, gastritis atrofi akut dapat menyebabkan
komplikasi kanker. Gastritis atrofi merupakan jenis gastritis yang muncul akibat
peradangan di lapisan perut selama bertahun-tahun. Kondisi ini bisa terjadi karena
adanya infeksi bakteri yang jadi penyebab gastritis, penyakit autoimun, atau anemia
pernisiosa.

Tidak diketahui secara pasti bagaimana gastritis dapat menyebabkan kanker.


Namun, para periset berpendapat bahwa peradangan pada lambunglah yang
menyebabkan sel-sel di jaringan lambung atau perut jadi abnormal.

Pada kasus komplikasi gastritis ini, proses pembedahan akan dilakukan untuk
mengangkat sel kanker. Kemudian, pengobatan dilanjutkan dengan obat, terapi radiasi,
atau kemoterapi.

D. Patofisiologi

Mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan


terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan perlindungan ini ketika
mukosa barier rusak maka timbul peradangan pada mukosa lambung (gastritis).
Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk
oleh histamin dan stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCl dapat berdifusi balik ke
dalam mucus dan menyebabkan lika pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan
terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.Alkohol, aspirin refluks isi
duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.

Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kengesti vaskuler,


edema, peradangan sel supervisial.Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah
penebalan. Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan
dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil,

2
atropi gastrik progresif karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel
utama pariental memburuk.

Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber- sumber faktor intrinsiknya
hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12
dalam batas menipis secara merata yang mengakibatkan anemia yang berat.Degenerasi
mungkin ditemukn pada sel utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara
berangsur, baik jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air.
Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dkatakan meningkat setalah 10
tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut
atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronis. (Shamira,2021).

E.

a. Gambar

Gambar Perbedaan lambung normal dan lambung yang terkena penyakit gastritis
(https://www.eposts.co/)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis

Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

2
kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data
sekunder), dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis. Adapun data
yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :
1. Data Dasar (Identitas Klien)
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Data dasar pada pasien dengan gastritis
yaitu :
a) Umur : Menurut Wahyu dkk (2015) usia 26-36 tahun mempunyai resiko lebih tinggi terkena
gastritis.
b) Jenis kelamin: Perempuan mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki untuk kejadian
gastritis (Wahyu, dkk, 2015).
c) Alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
tanggal pengkajian, diagnosa medis (Sukarmin, 2012).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama
merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk
rumah sakit. Pada pasien gastritis, datang dengan keluhan mual
muntah, nyeri epigastrum.Munculnya keluhan diakibatkan
iritasi mukosa lambung dan menyebabkan keluhan-keluhan
lain yang menyertai (Sukarmin, 2013).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari
permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke
rumah sakit. Pada gastritis, pasien mengeluh tidak dapat
makan, mual dan muntah. Terjadinya gejala mual-muntah
sebelum makan dan sesudah makan, setelah mencerna
makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol. Gejala yang
berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan minum
terlalu banyak atau makan terlalu cepat. Gejala yang dirasakan

2
berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat nyeri
tekan pada abdomen (Margareth, 2012).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita
klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit
yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita klien saat ini. Pada beberapa keadaan apakah ada
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama
merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk
rumah sakit. Pada pasien gastritis, datang dengan keluhan mual
muntah, nyeri epigastrum.Munculnya keluhan diakibatkan
iritasi mukosa lambung dan menyebabkan keluhan-keluhan
lain yang menyertai (Sukarmin, 2013).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari
permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke
rumah sakit. Pada gastritis, pasien mengeluh tidak dapat
makan, mual dan muntah. Terjadinya gejala mual-muntah
sebelum makan dan sesudah makan, setelah mencerna
makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol. Gejala yang
berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan minum
terlalu banyak atau makan terlalu cepat. Gejala yang dirasakan
berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, terdapat nyeri
tekan pada abdomen (Margareth, 2012).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita

2
klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit
yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita klien saat ini. Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit lambung
sebelumnya, pola makan tidak
teratur atau pembedahan lambung (Sukarmin, 2013).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan,
alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak
langsung maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji
adakah keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit
keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita
pasien.Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan
keluarga dengan pola makan, misalnya minum-minuman yang
panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan pola
kesehatan berlebihan, penggunanaan obat-obatan, alkohol, dan
rokok (Sukarmin, 2013).
6. Riwayat Psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk
mengatasi masalah dan bagaiamana motivasi kesembuhan dan
cara klien menerima keadaannya (Sukarmin, 2013).
7. Genogram
Genogram umunya dituliskan dalam tiga generasi sesaui
dengan kebutuhan.Bila klien adalah seorang nenek atau kakek,
maka dibuat dua generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak
maka dibuat generasi keatas (Sukarmin, 2013).
8. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
[14.35, 28/7/2022] Dora: Menurut Gordon (2009), pola kebiasaan sehari-hari pada
pasien gastritis, yaitu :
2
a. Pola Nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan adalah diet
khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi diet
sebelumnya, nafsu makan atau minum serta cairan yang
masuk, ada tidaknya mual-mual, muntah, stomatitis,
fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran
menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat
masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kebutuhan
zat gizinya, dan lain-lain. Nafsu makan pada pasien
gastritis cenderung menurun akibat mual dan muntah, bisa
juga karena terjadinya perdarahan saluran cerna.
b. Pola Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya disuria, nocturia,
urgensi, hematuria, retensi, inkontinensia, apakah kateter
indwelling atau kateter eksternal, dan lain-lain. Pada pasien
dengan gastritis didapatkan mengalami susah BAB,
distensi abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat
terjadi (perubahan diet, dan penggunaan antasida).
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pengkajian pola istirahat tidur ini yang perlu ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang,
[14.35, 28/7/2022] Dora: apakah merasa tenang setelah tidur, adakah masalah selama
tidur, apakah terbangun dini hari, insomnia atau mimpi
buruk. Pada pasien dengan gastritis, adanya keluhan tidak
dapat beristirahat, sering terbangun pada malam hari
karena nyeri atau regurtisasi makanan.
d. Pola Aktivitas/Latihan

2
Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan kemampuan
dalam menata diri, apabila tingkat kemampuannya 0 berarti
mandiri, 1 = menggunakan alat bantu, 2 = dibantu orang
lain, 3 = dibantu orang dengan peralatan, 4 =
ketergantungan/tidak mampu. Yang dimaksud aktivitas
sehari-hari antara lain seperti makan, mandi, berpakaian,
toileting, tingkat mobilitas ditempat tidur, berpindah,
berjalan, berbelanja, berjalan, memasak, kekuatan otot, [14.35, 28/7/2022] Dora: kemampuan
ROM (Range of Motion), dan lain-lain. Pada
pasien gastritis biasanya mengalami penurunan kekuatan
otot ekstremitas, kelemahan karena asupan nutrisi yang
tidak adekuat meningkatkan resiko kebutuhan energi
menurun.
e. Pola Kognisi-Perceptual
Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, sukar bercinta,
berorientasi kacau mental, menyerang, tidak ada respon,
cara bicara normal atau tidak, bicara berputar-putar atau
juga afasia, kemampuan komunikasi, kemampuan
[14.36, 28/7/2022] Dora: mengerti, penglihatan, adanya persepsi sensori (nyeri),
penciuman, dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya
mengalami depresi dan intensitas nyeri tergantung pada
penyebabnya (pada gastritis akut dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman pada epigastrik dan nyeri ulu hati).
f. Pola Toleransi-Koping Stress
Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping
mekanisme yang digunakan pada saat terjadinya masalah
atau kebiasaan menggunakan koping mekanisme serta
tingkat toleransi stress yang pernah dimiliki. Pada pasien
gastritis, biasanya mengalami stress berat baik emosional
2
maupun fisik, emosi labil.
g. Pola Persepsi Diri/Konsep Koping
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang [14.36, 28/7/2022] Dora: dirinya dari
masalah yang ada seperti perasaan kecemasan,
ketakutan, atau penilaian terhadap diri mulai dari peran,
ideal diri, konsep diri, gambaran diri, dan identitas tentang
dirinya. Pada pasien gastritis, biasanya pasien mengalami
kecemasan dikarenakan nyeri, mual, dan muntah..
h. Pola Seksual Reproduktif
Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi ini
dapat ditanyakan periode menstruasi terakhir, masalah
menstruasi, masalah pap smear, pemeriksaan
[14.36, 28/7/2022] Dora: payudara/testis sendiri tiap bulan dan masalah seksual yang
berhubungan dengan penyakit..
i. Pola Hubungan dan Peran
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan,
status pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan
klien atau keluarga dan gangguan terhadap peran yang
dilakukan. Pada pasien gastritis, biasanya tegang, gelisah,
cemas, mudah tersinggung, namun bila bisa menyesuaikan
tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan
anggota keluarga.
j. Pola Nilai dan Keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama
selama sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain-
lain.Pada pasien gastritis, tergantung pada kebiasaan,
ajaran, dan aturan dari agama yang dianutnya.
[14.36, 28/7/2022] Dora: 9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai
2
ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Menurut Doengoes (2014),
data dasar pengkajian pasien gastritis meliputi :
a. Keadaan Umum
1) Tanda-tanda vital
[14.36, 28/7/2022] Dora: a) Tekanan darah mengalami hipotensi (termasuk
postural)
b) Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia),
kelemahan/nadi perifer lemah.
c) Pengisian kapiler lambat/perlahan
(vasokonstriksi).
d) Pada respirasi tidak mengalami gangguan.
2) Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari
cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai koma
(tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi)
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala dan Muka
Wajah pucat dan sayu (kekurangan nutrisi), wajah
berkerut (Sukarmin, 2013).
2) Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis
(penurunan oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat
dan kering (Sukarmin, 2013).
3) Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel
mukosa), bibir pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut
[14.37, 28/7/2022] Dora: tidak sedap (penurunan hidrasi bibir dan personal

2
hygiene) (Sukarmin, 2013).
4) Abdomen
a) Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas,
kering, lembab, besar dan bentuk abdomen rata
atau menonjol. Jika pasien melipat lutut sampai
dada sering merubah posisi, menandakan pasien
nyeri.
b) Auskultasi : Distensi bunyi usus sering
hiperaktif selama perdarahan, dan hipoaktif
setelah perdarahan.
c) Perkusi : Pada penderita gastritis suara
abdomen yang ditemukan hypertimpani (bising
usus meningkat).
d) Palpasi : Pada pasien gastritis dinding
abdomen tegang. Terdapat nyeri tekan pada regio
epigastik (terjadi karena distruksi asam lambung)
(Doengoes, 2014).
5) Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit/membran mukosa
berkeringan (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respon psikologik) (Doengoes, 2014).

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Fokus Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat

2
Gejala : kelemahan, kelelahan

Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)

b. Sirkulasi

Gejala : - hipotensi (termasuk postural)

- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)

- kelemahan / nadi perifer lemah

- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)

- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)

- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respons psikologik)

c. Integritas ego

Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.

Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,
suara gemetar.

d. Eliminasi

Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI)
atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.

Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi

Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.

Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah,
berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida).

Haluaran urine : menurun, pekat.

e. Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian
luar sehubungan dengan luka duodenal).

2
Masalah menelan : cegukan, Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah Tanda :
muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

f. Neurosensori

Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan. Status mental : tingkat
kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai
pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).

g. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba
dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau
menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus
gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). Faktor pencetus : makanan, rokok,
alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen),
stresor psikologis.

Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.

h. Keamanan

Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA

Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi
portal)

i. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol,
steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal :
anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan
makan (Doengoes, 1999, hal: 455)

2. Diagnosa Keperawatan

2
1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan perdarahan, mual,
muntah dan anoreksia.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
asupan gizi.

3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi lambung

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan
gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

B. KRITIK DAN SARAN

Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta saran dari Dosen
Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.

2
8

Anda mungkin juga menyukai