Diabetes insipidus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan produksi urine yang
berlebihan (poliuria) dan rasa haus yang berlebihan (polidipsia). Kondisi ini
disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (ADH) atau ketidak mampuan ginjal
untuk merespon ADH.
Diabetes insipidus adalah suatu gangguan homeostasis air yang ditandai dengan
poliuria dan polidipsia. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik
(ADH) atau ketidak mampuan ginjal untuk merespon ADH.
Diabetes insipidus adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak memproduksi atau
menggunakan hormon antidiuretik (ADH) dengan baik. ADH adalah hormon yang
membantu ginjal menyerap air. Ketika ADH tidak diproduksi atau digunakan dengan
baik, ginjal akan menghasilkan urine yang lebih encer dan tubuh menjadi dehidrasi.
Kelenjar pituitari adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak. Kelenjar ini terdiri
dari dua bagian, yaitu pituitari anterior dan pituitari posterior. Pituitari posterior
bertanggung jawab untuk menghasilkan dan melepaskan beberapa hormon, termasuk
ADH.
b) Fisiologi
ADH bekerja dengan mengikat reseptor di ginjal. Ketika ADH berikatan dengan
reseptor, ginjal akan menyerap lebih banyak air dari urin. Hal ini menyebabkan urin
menjadi lebih pekat dan volumenya berkurang.
D. Etiologi
Diabetes insipidus sentral disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada hipotalamus atau
kelenjar hipofisis, yang bertanggung jawab untuk memproduksi hormon antidiuretik (ADH).
Penyebab kerusakan atau gangguan tersebut antara lain:
Trauma kepala
Tumor
Infeksi
Radiasi
Syok
Neuromyelitis optica
Autoimun
Degeneratif
Diabetes insipidus nefrogenik disebabkan oleh gangguan pada ginjal dalam merespon ADH.
Penyebab gangguan tersebut antara lain:
Kelainan bawaan
Obat-obatan
Penyakit ginjal
Hiperkalsemia
Hipokalemia
E. Patofisiologi Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus (DI) adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak menghasilkan cukup
hormon antidiuretik (ADH) atau tidak dapat merespon ADH dengan baik. ADH adalah
hormon yang diproduksi di hipotalamus dan disimpan di kelenjar hipofisis posterior. ADH
berfungsi untuk membantu ginjal menyerap air kembali ke dalam aliran darah, sehingga
mengurangi jumlah urine yang diproduksi.
Diabetes insipidus sentral, terjadi ketika hipotalamus atau kelenjar hipofisis posterior tidak
dapat menghasilkan ADH.
Diabetes insipidus nefrogen, terjadi ketika ginjal tidak dapat merespon ADH dengan baik.
Diabetes insipidus sentral disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau keenjar hipofisis
posterior. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
Trauma kepala
Tumor
Infeksi
Radiasi
Obat-obatan
Diabetes insipidus nefrogen disebabkan oleh kelainan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak
dapat merespon ADH dengan baik. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
termasuk:
Kelainan genetik
Obat-obatan
Penyakit ginjal
Gejala diabetes insipidus yang paling umum adalah buang air kecil yang berlebihan, terutama
pada malam hari. Orang dengan diabetes insipidus juga dapat mengalami:
Kelelahan
Anamnesa
Keluhan utama:
o Dehidrasi
Riwayat keluarga:
Riwayat sosial:
o Aktivitas fisik
o Pola tidur
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda dehidrasi:
o Lidah kering
Tanda-tanda lain:
o Mata cekung
o Kelelahan
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan urine:
Pemeriksaan darah:
Diagnosa diabetes insipidus (DI) didasarkan pada gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium.
Gejala:
Gejala utama DI adalah poliuri (buang air kecil berlebihan) dan polidipsi (rasa haus
berlebihan). Jumlah urine yang dikeluarkan penderita DI dapat mencapai 3-20 liter per hari,
sedangkan jumlah urine normal adalah 1-2 liter per hari.
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan fisik pada penderita DI biasanya tidak menunjukkan kelainan yang spesifik.
Namun, pada beberapa kasus, dokter mungkin menemukan tanda-tanda dehidrasi, seperti
kulit kering dan bibir pecah-pecah.
Pemeriksaan laboratorium:
Jenis-jenis DI
DI sentral, disebabkan oleh gangguan produksi ADH oleh hipotalamus atau hipofisis.
Pengobatan DI sentral
Pengobatan DI nefrogenik
Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan
-Ortopnea menurun
-Dispnea menurun
-Paroxysmal nocturnal
dyspnea (PND) menurun
-Konsentrasi urine
menurun
-Membran mukosa
membaik
(JVP) membaik
- Kadar Hb membaik
-Kadar Ht membaik
-Refluks hepatojugular
membaik
-Berat badan membaik
-Hepatomegall membaik
-Oliguria membaik
-Sensasi berkemih
meningkat
-Desakan berkemih
(urgensi) menurun
(hesitancy) menurun
-Nokturia menurun
-Mengompol menurun
-Enuresis menurun
-Disuria menurun
-Anuna menurun
-Frekuensi BAK
Karakteristik urino
membaik
-kemampuan beraktivitas
menurun
4. Defisit berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan keperawatan pasien
ketidakmampuan diharankan dengan kriteria
menelan makanan. hasil:
-Verbalisasi keinginan
untuk meningkatkan
nutrisi meningkat
-Pengetahuan tentang
pilihan makanan yang
sehat meningkat
-Pengetahuan tentang
pilihan minuman yang
sehat meningkat
-Pengetahuan tentang
standar asupan nutrisi
yang tepat meningkat
-Penyiapan dari
penyimpanan makanan
yang aman meningkat
-Penyiapan dan
penyimpanan minuman
yang aman meningkat
-Sikap terhadap
makanan/minuman sesuai
dengan tujuan Kesehatan
meningkat
-Sariawan menurun
-Diare menurun
-Frekuensi makan
membaik
-Membran mukosa
membaik