Anda di halaman 1dari 14

FISIOLOGI

14 Desember 2007
STIKES MITRA RIA HUSADA

FISIOLOGI SISTEM URINARIA


Fungsi Ginjal

Pengeluaran zat sisa organik.


Pengaturan konsentrasi ion-ion penting.
Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.
Pengaturan produksi sel darah merah.
Pengaturan tekanan darah.
Pengendalian terbatas pada kadar glukosa
dan asam amino darah.
Pengeluaran zat-zat beracun.

PEMBENTUKAN URIN

Didalam kapiler glomeruler, darah disaring oleh dinding2


endotel kapiler glomeruler.
Yang tersaring keluar masuk ke kapsul Bowman adalah
air dan zat terlarut dengan berat molekul rendah seperti
glukosa, Cl, Na, K, Fosfat, Urea, asam urat, dan
kreatinan.
Penyaringan ini dimungkinkan terjadi di kapiler
glomeruler karena:
Dinding kapiler glomeruler lebih permeabel daripada
dinding kapiler di tempat lain.
Tekanan darah dalam kapiler glomeruler lebih tinggi
dibanding di tempat lain.

Mekanisme penyaringan:
Karena ada daya dorong (yaitu tekanan
hidrostatik darah) yang mendorong zat2
tersaring keluar dari kapiler glomeruler masuk
ke kapsul Bowman.
Daya dorong itu memperoleh perlawanan
dari:
Tekanan hidrostatik dalam kapsul Bowman.
Tekanan osmotik koloid plasma dari kapiler
glomeruler.

Walaupun ada perlawanan, tetapi

penyaringan tetap berjalan karena


Tekanan hidrostatik dalam kapiler
glomeruler lebih besar daripada tekanan
hidrostatik kapsul Bowman maupun
tekanan osmotik koloid plasma kapiler
glomeruler.
Selisih tekanan tersebut disebut Tekanan
Filtrasi Efektif.
TFE = Tek Hid glomeruler (Tek Hid
kapsul + Tek osm glomeruler)

Zat yang tersaring keluar disebut filtrat.


Jumlah filtrat yang terbentuk dalam satu

menit disebut Laju Filtrasi Glomeruler


(Glomeruler Filtration Rate) (GFR).
Setelah filtrat masuk ke kapsul Bowman,
kemudian masuk ke tubulus.
Reabsorsi.

Di dalam tubulus ini terjadi reabsorbsi dan


sekresi ion-ion dan zat-zat lain.
Reabsorbsi ini melalui mekanisme difusi,
osmose dan tranpor aktif.

Di dalam tubulus kontortus proksimal terjadi


reabsorbsi 85 % Na, Cl, dan air. Sedangkan
glukosa, dan asam amino direabsorbsi 100
%.
Urea juga mengalami reabsorbsi, tetapi hanya
50 %.
Ion lain seperti K, Ca, fosfat, dll juga
direabsorbsi.

Sekresi.

Di samping reabsorbsi, terjadi juga sekresi di


tubulus kontortus distal dan tubulus
pengumpul.

H, K, Amonium, Kreatinin, obat-obatan,


disekresi di tubulus kontortus distal dan
tubulus pengumpul.
Sekresi ini penting untuk menjaga pH dan
keseimbangan asam basa tubuh dan
pengeluaran zat-zat racun.

Mekanisme Pengenceran.

Dipengaruhi oleh ADH (Anti diuretik Hormon)


dan aldosteron.
ADH dan aldosteron menyebabkan
meningkatnya permeabilitas tubulus sehingga
akan meningkatkan reabsorbsi air

Hal ini akan menyebabkan volume urin


menurun.
Apabila ADH jumlahnya menurun, maka
reabsorbsi air juga menurun. Akibatnya
jumlah urin meningkat.
Hal-hal yang menyebabkan ADH naik:
Peningkatan osmolalitas plasma.
Penurunan volume dan tekanan darah.

Hal-hal yang menyebabkan ADH turun:


Penurunan osmolalitas plasma.
Peningkatan volume dan tekanan darah.

Sifat dan komposisi urin.

Urin mempunyai komposisi:


Zat buangan protein mis Ureum, kreatinin dan asam
urat.
Asam hipurat, zat sisa dari pencernaan sayur dan
buah.
Badan keton, zat buang dari met lemak.
Elektrolit, Na, Cl, K, Amonium, sulfat, fosfat, Ca, Mg.
Metabolit hormon.
Zat toksin mis metabolit obat, vitamin, zat kimia
asing.
Zat abnormal, mis protein, glukosa, sel darah, kristal
kapur, dll.

Sifat Urin:

Urin encer berwarna kuning pucat, urin kental


berwarna kuning pekat, urin baru jernih, kalau
didiamkan agak lama menjadi keruh.
Baunya khas, kalau didiamkan akan berbau
amonia.
pH bervariasi 4,8 7,5. Biasanya sekitar 6,0.
Bila banyak makan protein, urin menjadi lebih
asam, bila banyak makan sayur urin akan
menjadi lebih basa.
Berat jenis urin 1,001 1,035.

Mekanisme berkemih.

Dipengaruhi oleh saraf simpatis dan


parasimpatis serta impuls saraf volunter.
Otot pada kandung kemih yang mengelilingi
jalan keluar ke uretra (sfingter uretra internal)
senantiasa berkontraksi menjaga supaya
lubang ini tetap tertutup. Dipengaruhi oleh
saraf parasimpatis.
Otot sfingter uretra eksternal terdiri dari otot
rangka yang kerjanya secara volunter.

Di dinding kandung kemih terdapat otot detrusor


yang bila berkontraksi menyebabkan urin dalam
kandung kemih terdorong keluar.
Bila dalam kandung kemih terdapat urin 300
400 ml, maka terjadi rangsangan peregangan
pada dinding kandung kemih.
Kemudian impuls ini dikirim ke otak, sehingga
menyebabkan adanya impuls parasimpatis yang
menyebabkan kontraksinya otot detrusor,
relaksasi otot sfingter internal dan eksternal.

Ada juga mekanisme pencegahan

berkemih.
Hal ini dimungkinkan dengan adanya
impuls volunter yang menyebabkan bisa
ditundanya kontraksi otot detrusor dan
relaksasinya otot sfingter.
Sampai umur 18 bulan, impuls volunter ini
belum bekerja dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai