Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ekskresi adalah proses
pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Obat atau
metabolit polar lebih cepat diekskresi daripada obat larut lemak, kecuali melalui
maka lebih mudah diekskresikan). Biasanya obat hasil metabolisme yang bersifat
larut air akan dikeluarkan bersama urin, keringat dan air liur, sedangkan yang
Ekskresi obat dalam tubuh dapat melalui melalui paru, ginjal dan empedu,
selain itu juga dapat melalui keringat, air liur, air mata, air susu, dan rambut tetapi
dalam jumlah relatif kecil sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
Obat yang diekskresikan melalui paru terutama adalah obat yang digunakan
secara inhalasi, seperti siklopropan, etilen nitrogen oksida, halotan, eter, kloroform
dan enfluran. Sifat fisik yang menentukan kecepatan ekskresi obat melalui paru
dari anastesi umum digunakan untuk mengukur seberapa mudah anestesi mengalir
dari gas ke darah. Obat yang mempunyai koefisien partisi darah/udara kecil, seperti
dengan koefisien partisi darah/udara besar seperti eter dan halotan diekskresikan
lebih lambat.
melalui tiga proses yang terjadi di dalam nefron. Nefron merupakan unit fungsional
mikroskopik yang terdapat pada korteks ginjal. Proses-proses ini adalah: Filtrasi
yang lebih kecil dari albumin melalui celah antarsel endotelnya. Semua obat yang
terikat pada protein plasma mengalami filtrasi di glomerulus. Ekskresi obat melalui
ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal, sehingga dosis pelu diturunkan atau
Penyaringan Glomerulus
Ginjal menerima sekitar 20-25% cairan tubuh dari jantung atau 1,2-1,5 L
darah per menit, dan sekitar 10% disaring melalui glomerulus. Membran
molekul obat dengan garis tengah sekitar 40 Å, berat molekul lebih kecil dari 5000
dan obat mudah larut dalam cairan plasma atau obat yang bersifat hidrofil.
Selama filtrat ini dipekatkan dalam tubuli, zat-zat lipofil berdifusi kembali
secara pasif melalui membran sel kedalam darah. Zat-zat hidrofil hampir tidak
didifusi kembali dan langsung dikeluarkan melalui urin. Ekskresi dapat diperlancar
dengan memperkuat disosiasi obat yang kebanyakan bersifat asam atau basa lemah
dengan derajat ionisasi kecil. Contohnya Indometacin dengan Litium, dimana pada
sintesis PG sehingga menyebabkan fungsi ginjal menurun dan kadar litium menjadi
meningkat.
oleh membran tubulus. Reabsorpsi pasif pada tubular ini sangat tergantung pada pH
urin, disebut sebagai difusi pasif karena prosesnya tidak memerlukan energi. Obat
yang bersifat elektrolit lemah pada urin normal memiliki nilai pH 4,8-7,5. Sebagian
besar akan terdapat dalam bentuk tidak terdisosiasi, mudah larut dalam lemak,
Obat dapat bergerak dari plasma darah ke urin melalui tubulus ginjal dengan
basa (amiloride, dopamine, histamine dan probenezid), dan pembawa asam untuk
kadar penisilin dalam darah tetap tinggi dan menunjukkan aktifitas lebih lanjut.
Obat dengan berat molekul lebih kecil dari 150 dan yang telah
dari hati lewat empedu menuju usus dengan mekanisme transpor aktif (dalam
bentuk terkonjugasi dalam glukuronat, asam sulfat atau glisin). Di usus, obat
atau bakteri usus menjadi senyawa yang bersifat nonpolar sehingga dapat diabsopsi
suatu siklus yang biasa disebut dengan siklus enterohepatik. Siklus ini menjadikan
kerja obat lebih panjang. Beberapa obat yang mengalami siklus ini adalah dioksin,
Bunkunya bapak