LAPORAN
Minggu Ke- :6
Kelompok :8
4. Kenti S.Farm
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG 2020
III.2 Kelarutan
Kelarutan merupakan keadaan suatu zat senyawa baik padat, cair ataupun
gas yang terlarut dalam padatan, cairan atau gas yang akan membentuk larutan
homogen, kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta
suhu dan tekanan (Lachman, 1986)
Sifat aditif ini bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada
jumlah sifat konstituen dalam larutan. Contoh sifat aditif dari suatu senyawa
adalah berat molekul, yaitu jumlah molekul massa atom konstituen. Massa total
dari larutan adalah jumlah massa masing masing komponen.
Sifat konstitusi bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih
sedikit, pada jenis dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini memberikan
petunjuk terhadap aturan senyawa tunggal dan kelompok molekul dalam system.
Banyak sifat yang sebagian aditif dan sebagian konstitusi. Pembiasan cahaya, sifat
listrik, sifat permukaan, dan antar permukaan serta kelarutan obat setidak-tidaknya
sebagian berupa sifat konstitusif dan sebagian aditif. (Alfred, Martin. 1990)
Zat aktif yang sering digunakan dalam dunia pengobatan adalah zat organic yang
bersifat asam lemah, kelarutan asam lemah seperti barbiturate dan sulfonamide
dalam akar akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuknya garam yang
mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organic seperti alkaloida dan
anastetik pada umumnya sukar larut.
III.4.2 Temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada temperature, titik
leleh zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut.
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionic, begitu juga sebaliknya.
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu
zat. Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan Kristal juga mempengaruhi.
V.2 Simulasi 2
1. Diketahui regresi linear analisis sampel X :
Y = 0,0113x – 0,0528
2. Data hasil percobaan pelarut mekanik dan penambahan kosolven :
Pemanasan dan
pengadukan 0,571 55,203
b. Sonikasi
Y = 0,0113x – 0,0528
0,431 + 0,0528 = 0,0113x
0,4838 = 0,0113x
X = 42,81 ppm
c. Pemanasan
Y = 0,0113x – 0,0528
0,492 + 0,0528 = 0,0113x
0,5448 = 0,0113x
X = 48,21 ppm
Konsentrasi (ppm)
60
50
40
30
20
10
0
Konsentrasi (ppm)
Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan percobaan yang paling efektif
dalam melarutkan adalah pemanasan dengan pengadukan dan menggunakan
pelarut 60% air, 20% propilen glikol dan 20% etanol.
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kelarutan yang bertujuan untuk
memahami dan menggambarkan pengaruh larutan campur terhadap kelarutan
suatu zat serta mengenal beberapa teknik fisika dan kimia dalam meningkatkan
kelarutan berdasarkan pengujian dengan prinsip like dissolve like dan kepolaran
dari penambahan pelarut campur atau kosolven dan berdasarkan pelarutan dengan
pengadukan, pemanasan dan gelombang ultrasonik.
Pada pengujian ini dilakukan dua teknik yaitu teknik fisika dan kimia.
Pada teknik fisika, terdapat 4 percobaan yaitu paracetamol dilarutkan dengan
adanya pengadukan. Pengadukan dapat menentukam kelarutan suatu zat terlarut.
Semakin banyak jumlah pengadukan maka zat terlarut umunya menjadi lebih
mudah larut. Semakin besar pengadukan maka semakin banyak zat terlarut. Luas
permukaan sentuhan zat terlarut dapat diperbesar melalui proses pengadukan atau
penggerusan. Dengan adanya pengadukan, tumbukan antar partikel zat terlarut
dengan zat pelarut semakin cepat sehingga akan lebih mudah larut. Pada
pengujian ini, absorbansi yang dihasilkan setelah dilakukan serapan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis yaitu 0,442 dengan kadar 43,79 ppm.
Pengujian kedua yaitu paracetamol dilarutkan dengan 60% air dan 40%
propilen glikol. Propilen glikol ini berfungsi sebagai zat pembasah atau akan
membasahi parasetamol. Zat pembasah ini mengandung gugus hidrofilik dan
lipofilik dengan bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan
dari molekul tersebut. Zat pembasah ini akan terjadi kontak dengan zat padat dan
menggantikan udara di permukaan zat padat. Bila cairan zat padat menggantikan
kedudukan seluruh udara dari permukaan maka dapat dikatakan cairan membasahi
permukaan dengan sempurna dan terjadi penurunan tegangan permukaan sehingga
zat akan terlarut. Absorbansi yang dihasilkan dari pengujian ini yaitu 0,510
dengan kadar 49,805 ppm.
VII. Kesimpulan
Lachman, L.H. Lieberman dan J.N Kanig. 1989. The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy.Edisi ke-3. Amerika Serikat : Lea and Febiger
IX.Lampiran
Gambar 9.1(kiri) Garam dilarutkan dengan air dingin. Gambar 9.2 (kanan)
Garam dilarutkan pada air dingin dengan pengadukan
Gambar 9.3 (kiri) Garam dilarutkan dengan air panas. Gambar 9.4 (kanan)
Garam dilarutkan pada air panas dengan pengadukan