Lidya Indhayani
Abstrak
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian pada ibu hamil, disamping penyebab
lainnya seperti infeksi dan pendarahan. Metildopa merupakan agen lini pertama yang dianjurkan
untuk terapi hipertensi pada masa kehamilan. Dalam penanganan hipertensi pada masa
kehamilan saat ini banyak digunakan obat lini kedua dan ketiga. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi pada ibu hamil sudah sesuai dengan panduan
terapi hipertensi pada kehamilan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-deskriptif
yang dilakukan secara konkuren pada pasien rawat jalan dan rawat inap selama bulan April –
Juli 2015 di Rumah Sakit PMI Kota Bogor. \ Dari 89 pasien, terdapat 43 pasien dengan
hipertensi tingkat 1 yang tidak mendapatkan pengobatan farmakologi, hanya pengelolaan gaya
hidup. Sejumlah 46 pasien mendapatkan terapi farmakologi. Sebanyak 27 pasien mendapatkan
terapi tepat regimen obat dan tepat dosis, sedangkan 19 pasien lainnya menggunakan kombinasi
obat yang tidak tercantum dalam pedoman terapi baik dalam standar Depkes RI maupun JNC 7.
Dari segi outcome tekanan darah yang dikontrol pada pasien rawat inap ketika akan pulang,
semua pasien (32 pasien) berhasil diturunkan tekanan darahnya, dan sesuai dengan target terapi
penanganan hipertensi yang tercantum pada pedoman terapi NICE. Pemilihan regimen obat
antihipertensi pada kehamilan di RS PMI Kota Bogor belum dapat dikatakan sesuai dengan
pedoman terapi hipertensi dalam kehamilan.
Abstract
Hypertension is one of the leading causes of death in pregnant women, in addition to other
causes such as infection and bleeding. Methyldopa is the recommended first-line agent used for
therapeutic treatment of hypertension during pregnancy. However, in the treatment of
hypertension during pregnancy are widely used second and third-line drugs.This study aims to
evaluation the use of antihypertensive drugs in pregnant women in accordance with guidelines
for treatment of hypertension in pregnancy. This study is an descriptive –observational that
conducted concurrently in outpatient and inpatient during April to july 2015 in PMI Hospital
Bogor. From the 89 patients, there were 43 patients with stage 1 hypertension who did not
receive pharmacological treatment, only a change in lifestyle management. As many as 46
patients received pharmacological therapy, only 27 patients on the proper selection and proper
dosage of the drug regimen, while 19 other patients using a combination of drugs that are not
listed in either the standard treatment guidelines for MOH and JNC 7. In terms of the output of
blood pressure controlled in hospitalized patients when coming home, all of the patients (32
patients) successfully lowered blood pressure, and in accordance with therapeutic target in the
treatment of hypertension listed NICE treatment guidelines. The regimen choice of
antihypertensive drug during pregnancy has not been in accordance with the guidelines for the
treatment of hypertension during pregnancy.
1
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
2
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
antihipertensi pada wanita hamil yang pilihan obat antihipertensi yang diresepkan,
didiagnosis hipertensi di instalasi rawat dosis, lama/frekuensi penggunaan obat,
jalan dan rawat inap. Pada penelitian ini sedangkan analisis data kualitatif dilakukan
terlebih dahulu dilakukan studi pustaka dengan mengevaluasi efek obat. Penarikan
tentang rumah sakit, pelayanan Instalasi kesimpulan berdasarkan hasil data yang
Farmasi Rumah Sakit, hal yang berkaitan diperoleh dari pemilihan jenis obat
dengan obat antihipertensi (memasukkan antihipertensi yang diresepkan
nama obat yang digunakan berdasarkan dibandingkan dengan standar penggunaan
golongan farmakologi yang sesuai), dan obat antihipertensi pada kehamilan,
hipertensi kehamilan (memasukkan standar terhadap efek terapi yang diharapkan
penatalaksana hipertensi dalam kehamilan). maupun efek samping yang terjadi.
Kemudian dilakukan pengorganisasian
data, analisis data dan pengambilan HASIL DAN PEMBAHASAN
kesimpulan. Dari pengumpulan sampel selama
Kriteria inklusi sampel pada bulan April hingga Juli 2015, diperoleh 67
penelitian ini meliputi wanita hamil dengan pasien rawat jalan dan 32 pasien rawat inap
tekanan darah 140/90 mmHg atau dan sebanyak 10 pasien yang dari rawat
proteinuria 300mg/24 jam. Jenis data jalan langsung dirujuk ke rawat inap.
yang digunakan meliputi identitas pasien Sehingga total sampel yang diperoleh
(no. rekam medik, nama, usia, dan adalah 89 pasien RS. PMI Bogor. Pasien
pekerjan), usia kehamilan, diagnosa, tersebut selanjutnya dikelompokkan dan
pengukuran tekanan darah dan riwayat dievaluasi (Tabel 1).
pengobatan. Penggunaan obat meliputi Tabel 1 menunjukkan hipertensi
golongan dan jenis obat yang digunakan, kronik hanya diderita oleh seorang pasien,
dosis, lama/frekuensi penggunaan, rute sedangkan preeklampsia terjadi sebanyak
pemberian. Sedangkan sumber data 22,47% dari total pasien, sedangkan
diperoleh dari hasil rekam medik di RS hipertensi gestasional mencapai 75,28%.
PMI Bogor dan wawancara langsung Angka kejadian hipertensi kronik ini kecil,
kepada pasien di RS. PMI Bogor secara diduga terjadi karena tidak terdeteksinya
random. sejak awal kehamilan, pasien tidak
Analisis data dikelompokkan memeriksakan kehamilannya, sehingga
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu analisis data baru terdeteksi setelah lewat minggu ke-20
kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data kehamilan. Pasien juga kurang mengerti
kuantitatif diperoleh dari riwayat akan riwayat kesehatannya, apakah
kehamilan, usia kehamilan, pengukuran memiliki riwayat orang tua yang hipertensi
tekanan darah awal dan selama monitoring, atau tidak. Selain itu, kedatangan pertama
3
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
kali pasien ke RS PMI Kota Bogor dengan umur dibawah usia ideal kehamilan yaitu
riwayat kontrol sebelumnya yang tidak 20-35 tahun. Dan sebanyak 29,21% hamil
lengkap juga mempengaruhi di atas usia 35 tahun. Untuk pasien dibawah
ketidakakuratannya data jumlah pasien usia ideal kehamilan faktor penyebab
berdasarkan tipe hipertensi dalam hipertensi diduga diakibatkan oleh stres,
kehamilan. Hal ini dikarenakan pada sedangkan untuk usia ibu hamil di atas 35
umumnya pasien datang pada minggu tahun diduga karena faktor hipertensi yang
terakhir mendekati persalinan, dan sudah terjadi sebelum kehamilan tetapi
sebelumnya melakukan kontrol ke bidan tidak terdeteksi sebelumnya.
atau puskesmas. Untuk status kehamilan hidup,
Menurut data yang didapatkan faktor nullipara (kehamilan pertama) terjadi
bahwa ada beberapa faktor resiko yang pada 34,83% pasien. Hal ini juga diduga
diduga menjadi penyebab terjadinya akibat stress yang dialami oleh ibu yang
hipertensi dalam kehamilan yaitu umur baru pertama kali mengalami kehamilan,
pasien, status kehamilan, BMI (Body Mass sehingga terjadi invasi trofoblast yang
Index), dan kehamilan kembar. Berdasarkan abnormal atau mengalami invasi yang
kategori umur pasien, sebanyak 3,37% dari inkomplit. Selain itu faktor multipara juga
jumlah pasien merupakan ibu hamil dengan mempengaruhi terutama bila ibu hamil
Tabel 1. Data Jumlah Pasien Berdasarkan Tipe Hipertensi Kehamilan yang Diderita
Tipe Hipertensi Kehamilan Kriteria N %
Hipertensi Kronik - TD 140/90 mmHg
- sudah ada sejak 20 minggu
1 1,12
kehamilan
- tidak disertai protein urea
Preeklampsia - TD 140/90 mmHg
- terjadi setelah 20 minggu
kehamilan
20 22,47
- disertai proteinuria 300 mg/24
jam, atau 30mg untuk sekali
pengkuran
Hipertensi Kronik dengan - TD 140/90 mmHg
superimposed preeclampsia - sudah ada sejak 20 minggu
kehamilan
1 1,12
- disertai kemunculan proteinuria
300 mg setelah 20 minggu
kehamilan
Hipertensi Gestasional - TD 140/90 mmHg
- setelah 20 minggu kehamilan 67 75,28
- tanpa disertai proteinuria
N Total= 89
Keterangan : N = jumlah pasien setiap kategori ; % = persentase jumlah pasien per kategori dibandingkan
dengan jumlah total pasien yang menderita hipertensi dalam kehamilan.
4
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
multipara pada usia lebih dari 35 tahun. karena ada faktor lain seperti usia, riwayat
Untuk status kehamilan hidup, faktor preeklampsia pada keluarga, riwayat
nullipara lebih tinggi mempengaruhi hipertensi, ataupun status gizi pasien.
hipertensi (pre-eklampsia) bila Adapun komplikasi yang menyertai
dibandingkan dengan kehamilan multipara. hipertensi yang paling tinggi pada ibu hamil
Persalinan yang berulang-ulang akan yaitu leukositosis dan anemia. Hal ini
mempunyai banyak resiko terhadap sangat beresiko terhadap terhambatnya
kehamilan. Pada The New England Journal perkembangan janin, sehingga menginduksi
of Medicine tercatat bahwa persalinan IUGR (Intrauterine Growth Restriction)
kedua dan ketiga adalah persalinan yang atau berat badan janin yang rendah.
paling aman (Rozhikan, 2007). Leukositosis terjadi biasanya disebabkan
Nilai BMI juga menjadi faktor oleh infeksi bakteri pada ibu hamil dan
resiko penyebab hipertensi dalam menggambarkan proses inflamasi yang
kehamilan. Depkes RI menyebutkan bahwa terjadi pada pre-elampsia/eklampsia
2
BMI ibu hamil di atas 30kg/m , beresiko (Sumarni, 2016). Penggunaan antibiotik
tinggi mengalami hipertensi dalam diharapkan membantu mengatasi infeksi
kehamilan, dan dari data yang diperoleh, dan akan menstabilkan kembali angka
semua pasien dengan nilai BMI lebih dari leukosit tubuh. Komplikasi anemia terjadi
2
30 kg/m adalah sebanyak 11 pasien akibat kurangnya asupan suplemen zat besi
(12,36%). Sedangkan faktor resiko untuk selama kehamilan sehingga pembentukkan
kehamilan ganda diperoleh data sebanyak 2 hemoglobin kurang tercapai.
pasien yang mengalami hipertensi dalam Oligohidramnion dijumpai pada
kehamilan dan 87 pasien yang mengalami salah satu pasien sampel, hal ini dapat
hipertensi pada janin tunggal. Menurut dihubungkan dengan hipertensi.
Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan Oligohidramnion adalah keadaan dimana
bahwa kasus preeklampsia berat terjadi air ketuban kurang dari normal yaitu < 500
pada janin lebih dari satu. Hal ini mL. Penggunaan obat yang tidak tepat
dikarenakan pada kehamilan ganda terjadi selama kehamilan seperti angiotensin-
perubahan fisiologis uterus lebih besar converting enxyme inhibitor (ACEI), dapat
daripada kehamilan tunggal, maka distensi merusak ginjal janin dan menyebabkan
rahim akan berlebihan sehingga oligohidramnion parah dan kematian janin.
menyebabkan tekanan darah naik (Maria Oleh karena itu penderita hipertensi
Magdalena dan Dyah Historyati, 2013). sebaiknya mengkonsultasikan dulu
Hasil penelitian tersebut berbanding pengobatannya bila menginginkan
terbalik dengan hasil penelitian yang kehamilan. Penurunan perfusi ginjal diduga
didapatkan. Hal ini dimungkinkan terjadi juga dapat menyebabkan produksi urin
5
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
berkurang, dalam keadaan normal, ginjal SGOT dan SGPT juga dapat
membentuk cairan ketuban (sebagai urin). menggambarkan kerusakan fungsi hati.
Berdasarkan Tabel 2, data yang Dari hasil tes leukosit yang tinggi
rujukan yang paling banyak ditemukan juga ditemukan pada 74,29% pasien, namun
pada pasien adalah proteinuria yaitu sebesar data leukosit yang tinggi dirasa kurang
45,71%, hal ini menunjukkan klasifikasi menggambarkan resiko preeklampsia,
hipertensi kehamilan preeklampsia. Ada karena hasil yang tinggi dapat terjadi akibat
beberapa indikator tes urine yang dapat penyakit infeksi yang diderita oleh pasien
menggambarkan resiko hipertensi yang (Magee dkk, 2008). Hasil tes urine ini
dapat memicu kerusakan organ lain, di sangat berperan dalam menentukan terapi
antaranya nilai serum kreatinin yang tinggi hipertensi bagi yang telah mengalami
dan albuminuria yang mengindikasikan kerusakan fungsi organ. Tetapi dari tabel di
hipertensi yang diderita telah menyebabkan atas, banyak pasien yang tidak melakukan
induksi disfungsi renal. Salain itu nilai tes urine lengkap, padahal hal ini sangat
Tabel 2. Pengelompokan Data Hasil Tes Urine Sebagai Monitor Resiko Preeklampsia
Tidak Tidak ada
Deskripsi resiko Terindikasi
Jenis Pemeriksaan terindikasi data*
preeklampsia
N % N % N %
Hemoglobin ** > 12-14 rb g/dl - - 35 100,00 - -
Leukosit > 4-10rb /µl 26 74,29 9 25,72 - -
Trombosit / platelet < 150-450rb µl 1 2,86 34 97,14 - -
Blood film positif 25,72 18 51,43 8 22,8
9
6
Kreatinin serum > 1,1mg/dl - 21 60,00 14 40,0
-
0
Glukosa Negatif - 25 71,43 10 28,5
-
7
AST atau SGOT** > 9-40 µ/L 5,71 17 48,57 16 45,7
2
1
ALT atau SGPT** > 13-48 µ/L 5,71 17 48,57 16 45,7
2
1
Albumin < 3,5-5g/dl 5,71 - - 33 94,2
2
9
Bilirubin Positif 5,71 25 71,43 8 22,8
2
6
Proteinuria
1x pengukuran atau 30mg/dl
17,1
24 jam pengukuran 16 45,71 13 37,14 6
4
≥300 mg/dl
N Total= 35
Keterangan : N = jumlah pasien setiap kategori ; % = persentase jumlah hasil per kategori dibandingkan
dengan jumlah total hasil tes urine yang terdata; *) = tidak ada data karena pasien tidak melakukan tes
urine untuk keseluruhan indikator. **) = dari hasil data yang diperoleh beberapa kadar hemoglobin ibu
hamil justru rendah.
6
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
7
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
8
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
yang kedua kali juga ditunjukan dengan sebagai obat lini pertama dalam
kombiasi ACEI dan diuretik tiazid. ACEI penatalaksana hipertensi dalam kehamilan,
memiliki efek samping mengurangi sedangkan obat antihipertensi golongan
aldosteron dan dapat menaikkan kosentrasi antagonis kalsium atau CCB digunakan
kalium serum. Angiodema adalah pada 43,82% pasien hipertensi kehamilan.
komplikasi yang serius dari terapi dengan Hal ini kemungkinan besar disebabkan
ACEI. ACEI merupakan kontraindikasi faktor ekonomis karena hampir sebagian
absolut untuk perempuan hamil dan pasien besar pasien yang pada penelitian ini
dengan riwayat angioedema (Departemen merupakan pasien dengan Jaminan
Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2009). Kesehatan Nasional (JKN). Di samping itu,
Diuretik dapat menurunkan tekanan faktor efek samping metildopa yang lebih
darah terutama dengan mekanisme berat juga merupakan alasan mengapa
extrarenal. Diuretik sangat efektif penggunaan nifedipin lebih dipilih. Dari
menurunkan tekanan darah bila tabel 3 juga terlihat 48,31% pasien tidak
dikombinasi dengan kebanyakan obat mendapatkan penanganan secara
antihipertensif lain. Kebanyakan obat farmakologi, hal ini dimungkinkan untuk
antihipertensi menimbulkan retensi natrium pasien dengan TD < 150/100 karena
dan air; masalah ini diatasi dengan diharapkan kontrol tekanan darah dapat
pemberian diuretik bersamaan. Efek dilakukan dengan perubahan gaya hidup
samping diuretik tiazid termasuk saja, seperti istirahat yang cukup, olah raga
hipokalemia, hipomagnesia, hiperkalsemia, ringan, diet rendah garam dan diet makanan
hiperurisemia, hiperglisemia, tertentu (Chobanian dkk, 2004).
hiperlipidemia, dan disfungsi seksual. Data penanganan hipertensi pada
Diuretik loop dapat menyebabkan efek ibu hamil berdasarkan tingkat TD yang
samping yang sama, walau efek pada lemak terukur yaitu sebanyak 77 pasien atau
serum dan glukosa tidak begitu bermakna, 86,52% pasien merupakan hipertensi stage
dan kadang-kadang dapat terjadi 1, yang sebagian besar hanya dikontrol
hipokalsemia. Sedangkan diuretik penahan tekanan darahnya melalui perubahan gaya
kalium dapat menyebabkan hiperkalemia hidup, hal ini sesuai dengan acuan
(Priyanto, 2008). intenasional (NICE) yang hanya
Dari uraian efek samping dan memberikan perlakuan modifikasi gaya
mekanisme kerja masing-masing obat hidup bagi ibu hamil dengan TD ≤ 149/99
hipertensi di atas, maka terlihat pada Tabel mmHg. Kemudian sebanyak 17 pasien atau
3. bahwa penanganan hipertensi kehamilan 19,1% diterapi menggunakan nifedipin dan
di RS PMI Kota Bogor hanya 22,47% dari hanya 4 pasien atau 4,49% yang diterapi
total pasien yang mendapatkan metildopa menggunakan metildopa sebagai agen lini
9
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
nifedipin dan metildopa merupakan yang didapatkan, nifedipin oral masih menjadi
paling banyak digunakan. Hal ini mungkin pilihan utama penanganannya. Kaptopril
dimaksudkan untuk meningkatkan yang merupakan kontraindikasi untuk
kemampuan penurunan tekanan darah dari penanganan hipertensi dalam kehamilan
obat antihipertensi karena efek yang juga terdeteksi penggunaannya. Hal ini
sinergis, pada kasus hipertensi yang ternyata dilakukan pada kasus terapi
resisten. Terapi kombinasi antara nifedipin kombinasi nifedipin dan metildopa yang
dan metildopa dirasa kurang tepat karena dihentikan kemudian diganti dengan
bukan merupakan terapi kombinasi yang kaptopril tunggal atau kombinasi bersama
direkomendasikan dalam guideline therapy nifedipin tetapi setelah ibu melahirkan.
hipertensi. Kombinasi nifedipin dan Kaptopril menjadi kontraindikasi pada
atenolol pun demikian. Atenolol juga bukan wanita hamil, karena dapat menimbulkan
merupakan pilihan utama dalam hipertensi gangguan pada janin bahkan kematian.
kehamilan karena efek samping bradikardia Nifedipin oral termasuk obat lini
yang menyebabkan keamanannya yang ketiga dalam penanganan hipertensi berat
belum terbukti pada janin. Bradikardia dalam kehamilan yang keamanannya masih
dapat menyebabkan turunnya curah jantung belum terbukti. Dari data yang diperoleh
yang dapat berakibat kurangnya oksigen sebanyak 12 pasien yang menderita
dan nutrisi kepada janin (Chobanian dkk, hipertensi berat, semuanya diberikan
2004). Kombinasi metildopa dan nifedipin pengobatan CCB, 11 pasien diterapi dengan
dengan diuretik furosemid pada 2 atau nifedipin oral baik tunggal maupun
2,25% pasien digunakan pada pasien kombinasi, dan 1 pasien lagi diberikan
dengan edema untuk menurunkan retensi terapi amlodipin. Pengunaan nifedipin oral
air dan natrium, tetapi penggunaannya perlu masih memungkinkan, tetapi bila obat lini
pertimbangan karena akan mengganggu pertama tidak tersedia. Penggunaan
keseimbangan elektrolit tubuh ibu yang amlodipine untuk wanita hamil kurang
akan mempengaruhi janin, sehingga tepat, hal ini dikarenakan mekanisme kerja
diuretik tidak menjadi obat pilihan amlodipin untuk merelaksasi dinding
penatalaksana hipertensi dalam kehamilan. pembuluh darah sehingga darah yang
Penanganan hipertensi stage 2 (TD kembali ke jantung akan berkurang,
> 160/110 mmHg) pada hipertensi keadaan ini mengakibatkan hipoksia pada
kehamilan (biasa disebut dengan hipertensi janin. Selain itu juga obat tersebut dapat
berat yang mengiinduksi preeklampsia) mencapai air susu ibu (Departemen
agen lini pertama menurut JNC 7 adalah Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2009).
injeksi hidralazin atau injeksi labetalol (lini Selain itu, jika dilihat dari data
kedua), tetapi jika dilihat dari data yang terdapat 3 pasien atau 3,37% yang TD nya
11
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
baik saat pengukuran, tetapi mendapatkan cukup baik yaitu 7,14 ± 5,23 mmHg,
terapi pengobatan farmakologi. Hal ini dibandingkan dengan kombinasinya dengan
diduga pasien sebelumnya mengalami metildopa sebesar 3,71 ± 1,83mmHg,
hipertensi stage 1 atau 2, sehingga terus maupun kombinasi Nifedipin + metildopa +
diberikan obat antihipertensi untuk menjaga atenolol sebesar 5,51 ± 3,08 mmHg. Hal
tekanan darahnya tetap dikisaran 130-155 ini menunjukkan penggunaan nifedipin
mmHg sistolik atau 80-105 mmHg tunggal mempunyai penurunan tekanan
diastolik. darah yang lebih baik dibandingkan
Berdasarkan data penurunan kombinasinya, pada terapi hipertensi stage
tekanan darah rata-rata pada hipertensi 2 pada kehamilan.
kehamilan stage 1 pasien rawat inap, Dari kedua kelompok data yang
penggunaan metildopa tunggal adalah yang didapatkan (penurunan tekanan darah rata-
tertinggi yaitu sebesar 4,07 ± 2,79 mmHg, rata pada hipertensi stage 1 dan 2
sedangkan untuk nifedipin tunggal sebesar kehamilan) diperoleh data bahwa
2,75 ± 2,30 mmHg dan kombinasi nifedipin penggunaan tunggal nifedipin mempunyai
dan metildopa adalah -1,21 ± 3,15 mmHg. efek penurunan tekanan darah yang lebih
Dari hasil tersebut, metildopa memiliki baik dibandingkan penggunaan bentuk
kemampuan menurunkan tekanan darah kombinasinya. Banyaknya penggunaan
yang lebih baik dibandingkan dengan regimen obat lain dalam penanganan pasien
nifedipin pada hipertensi stage 1 dalam disebabkan oleh kondisi kehamilan,
kehamilan. Kombinasi metildopa dan sehingga obat-obat yang digunakan bukan
nifedipin memberikan hasil negatif hal ini hanya untuk terapi hipertensi kehamilan
menunjukkan bahwa tidak terjadi saja tetapi juga untuk membantu proses
penurunan tekanan darah oleh kombinasi persalinan ataupun terapi penyakit lain
keduanya. selama kehamilan, misalnya anemia.
Untuk hipertensi kehamilan stage 2 Dari data penggunaan regimen obat
pasien rawat inap, penurunan tekanan darah paling tinggi adalah dari golongan
rata-rata tertinggi didapatkan pada terapi analgesik, hal ini biasanya digunakan untuk
kaptopril tunggal yakni 20 mmHg, tetapi penangganan nyeri pasca persalinan baik
dari data yang diperoleh penggunaan operasi maupun spontan. Antibiotik juga
kaptopril hanya pada 1 (satu) pasien dan banyak diresepkan, yang bertujuan untuk
digunakan setelah melahirkan yang berarti penanganan infeksi baik selama kehamilan
penurunan tekanan darah dapat didukung maupun setelah persalinan. MgSO4 juga
oleh faktor pascapersalinan. Penggunaan banyak diresepkan sebagai profilaksis
nifedipin tunggal menghasilkan penurunan terhadap eklampsia pada pasien
tekanan darah rata-rata diastolik yang preeklampsia berat. Kortikosteroid
12
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
13
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
dengan antihipertensi lain (dr Andrie menggunakan obat tunggal yaitu metildopa
Gunawan, 2014). Penggunaan diuretik pada 4 pasien (4,49%) dan nifedipin 22 pasien
treatment bersama dengan antihipertensi (24,72%) mendapatkan dosis yang tepat
lain bertujuan untuk mengeluarkan cairan sesuai dengan pedoman yang ada. Namun
tubuh pada pasien yang edema. Namun penggunaan nifedipin yang bukan
bukan pilihan dalam penanganan hipertensi merupakan obat lini pertama penanganan
kehamilan karena dapat mengganggu hipertensi kehamilan dirasa kurang tepat
keseimbangan elektrolit tubuh. Selain itu bila masih tersedianya obat lini pertama, hal
juga penggunaan diuretik kemungkinan ini dikarenakan keamanan nifedipin yang
terkandung pada susu ibu sehingga dapat masih kontroversial (Chobanian, 2004).
menghambat laktasi (Churchill, 2010). Penggunaan kaptopril untuk
Dari data di atas, penggunaan menajemen hipertensi pasca persalinan
nifedipin bersama dengan MgSO4 (pada kasus putus terapi
ditemukan dalam 18 kasus. Penggunaan nifedipin+metildopa), berdasarkan
MgSO4 dalam penanganan hipertensi pedoman JOCC (Journal Obstetrics and
kehamilan ditujukan untuk terapi Gynaecology Canada) masih dapat
preeklampsia berat (PEB) dengan tujuan digunakan, karena akumulasinya pada ASI
sebagai tindakan profilaksis kejadian (air susu ibu) dibawah 10% dan belum ada
eklampsia/kejang. Dari penelurusan pustaka laporan efek ketidakamanan dari kaptopril
MgSO4 dapat digunakan untuk penanganan pada wanita menyusui. Untuk efek
kejang yang sudah terjadi pada kasus kombinasi captopril (ACEI) bersama
eklampsia, dan dapat digunakan sebagai dengan amlodipin (CCB) pada wanita
terapi profilaksis untuk PEB. Namun menyusui, belum dapat dianalisa, karena
interaksi penggunaan nifedipin dengan JNC 7 tidak menyebutkan secara jelas
MgSO4 adalah peningkatan efek hipotensi kombinsi kedua obat tersebut, hanya bila
dari nifedipin, sehingga harus sangat hati- dilihat dari golongan obat hipertensinya
hati dan perlu kontrol TD yang lebih teliti masih diperbolehkan yaitu ACEI+CCB.
untuk menghindari efek hipotensi berat Penggunaan kombinasi dengan
(Yossi D. Kusumaningtyas, 2014). CCB bersama dengan diuretik masih
Dari pengamatan data yang direkomendasikan oleh JNC 7, hal ini
mengambarkan analisis ketepatan dosis bertujuan untuk meningkatkan eksresi air
pengobatan hipertensi kehamilan sebanyak dan natrium agar retensi air menurun
48,31% pasien dengan hipertensi stage 1 sehingga menyebabkan vasodilatasi
tidak perlu mendapatkan terapi obat pembuluh darah, tetapi dalam pemilihan
antihipertensi, hal ini sudah sesuai dengan diuretik sebagai obat antihipertensi pada
pedoman terapi yang ada. Pada terapi kehamilan tidak dianjurkan bila tidak
14
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
15
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
16
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII , No.1, Januari 2018
17