Anda di halaman 1dari 17

Paraf Asisten Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PENETAPAN SARI LARUT AIR

Nama / NPM : Euis Siti Solehah/ A 192 009

Kelas : Reguler Sore 2019

Tanggal Pemberian Tugas : 25 April 2020

Tanggal Masuk Laporan : 02 Mei 2020

Asisten Laboratorium : Himalaya Wana K., M.pd

Kardian Rinaldi, Spd

Nitta Nurlitasari, S.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

BANDUNG

2020

KADAR SARI LARUT AIR


I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan uji penetapan kadar sari total di dalam
simplisia
2. Memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang terkandung dalam
simplisia
II. Prinsip
Melarutkan ekstrak atau simplisia dengan pelarut (alcohol atau air) untuk
ditentukan jumlah solute yang identic dengan jumlah senyawa
kandungan secara gravimetrik.
III. Teori

Untuk menjamin kualitas dari simplisia atau ekstrak


diperlukan standararisasi simplisia atau ekstrak. Parameter
standarisasinya berupa parameter standar spesifik dan non spesifik.
1. Parameter spesifik
Ø Identitas
Tujuannya memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik
dari senyawa identitas. Diantaranya deskripsi tata nama dan ekstrak
yang mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang
menjadi penunjuk spesifik dengan metode tertentu. Deskripsi nama
berupa nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang
digunakan dan nama Indonesia tumbuhan.
Ø Organoleptik
Penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan
rasa. Tujuannya untuk pengenalan awal yang sederhana seobjektif
mungkin.
Ø Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk
ditentukan jumlah solute yang identik dengan jumlah senyawa
kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat diukur
senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana,
diklorometan, metanol. Tujuannya memberikan gambaran awal
jumlah senyawa kandungan. (Ditjen POM, 2000).
Ekstraksi
Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan
senyawa organik adalah ekstraksi zat cair, yaitu pemisahan zat
berdasarkan perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam
dua pelarut yang tidak saling melarutkan.
Yang paling baik adalah dimana kelarutan tersebut dalam
pelarut satu lebih besar daripada konsentrasi zat terlarut dalam
pelarut lainnya, harga K hendaknya lebih besar atau lebih kecil dari
satu ekstraksi jangka pendek disebut juga proses pengorokan,
sedangkan pada proses jangka panjang menggunakan soxhlet dan
dengan pemanasan (Wasilah, 1978).
Kriteria pemilihan pelarut:
- Pelarut mudah melarutkan bahan yang di ekstrak
- Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang di ekstrak
- Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang
ada
- Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut
- Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara
(Cahyono, 1991).
Prinsip Ekstraksi pelarut
Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam
suatu sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau
melarutkannya. Ektraksi pelarut bisa disebut ekstraksi cair-cair
yaitu proses pemindahan solut dari pelarut satu ke pelarut lainnya
dan tidak bercampur dengan cara pengocokkan berulang. Prinsip
dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam
dua pelarut yang tidak bercampur (Ibrahim,2009).

Kadar sari
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari
dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut
dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa
yang terkandung dalam simplisia.
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang
umum digunakan seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi
kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang digunakan adalah
maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan
pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan
molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan
mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan.
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena
pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan
mengakibatkan terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit
sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan
kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak
langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis,
2004).
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan
waktu yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat
melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan harus
mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah
menguap (Manjang, 2004).

Berdasarkan Materia Medica, parameter untuk simplisia


yang baik sebagai berikut :
Kadar Air : ≤ 10,00
Kadar Minyak Atsiri : ≥ 0,19
Kadar Abu Total : ≤ 10,00
Kadar Abu Tidak Larut Asam : ≤ 2,60
Kadar Sari Larut Air : ≥ 18,00
Kadar Sari Larut Etanol : ≥ 6,30
Teh

Teh adalah minuman kafeina, sebuah infusi yang dibuat


dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang
dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh
yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi empat kelompok: teh
hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat


dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh,
misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan jiaogulan. Teh yang
tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.

Teh merupakan sumber alami kafeina, teofilin, dan antioksidan.

kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen.

Cita rasa sedikit pahit dari teh merupakan kenikmatan tersendiri


dari teh.

Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang


disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang
paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8
kilogram per kapita per tahun, masih jauh di bawah negara-negara
lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh
terbesar nomor lima di dunia.

Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin.


Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat
kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi,
sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena
katekin hilang dalam proses oksidasi.
Teh juga mengandung kafeina (sekitar 3% dari berat kering
atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin, dan teobromin dalam
jumlah sedikit. (Wikipedia, 2008).

IV. Alat dan bahan


IV.1 alat
1. gelas bening
2. sendok makan
3. wadah berwarna putih
IV.2 bahan
1. teh kering setngah sendok makan
2. air dingin setengah gelas
3. air panas setengah gelas
V. Prosedur

Teh kering

- disiapkan 2 gelas bening


- Masukkan teh kering setengah sendok
- Ditambahkan masing masing gelas dengan air dingin
dan air hangat
- Diaduk sesekali 1 jam
- Dibiarkan selama 24 jam

Amati perubahan warna

5.1 Prosedur I

Sediakan dua budah gelas bening masukkan teh kering setengah


sendok dan tambahkan masing-masing gelas dengan air dingin dan air
panas sampai setengah gelas. Diaduk sesekali selama 1 jam dan biarkan
selama 24 jam. Kemudian diamati perbedaan warna kedua cairan
tersebut.
Larutan teh

- diambil 2 sendok makan cairan


- Disimpan dalam wadah putih
- Diuapkan (suhu kamar, dibawah sinar
matahari,menggunakan hairdryer,kipas angin)
- Amati sisa penguapan
- Dilakukan kikis dan bandingkan kikisan

Hasil

5.2 Prosedur II

Diambil sebanyak dua sendok makan masing-masing cairan


dalam gelas(hati-hati jangan sampai ampas ikut terbawa). Simpan dalam
bawah berwarna putih, uapkan secara perlahan pada suhu kamar/dibawah
sinar matahari/menggunakan hairdryer/kipas angin sampai kering
kemudian amati kepakatan sisa penguapan masing-masing cairan (jika
dimungkinkan lakukan kikis dan dibandingkan hasil kikisan cairan
tersebut).

VI. Data pengamatan

Daun teh hijau


Nama Simplisia : Theae Folia
Nama Tanaman Asal : Camelia Sinesis
Pelarut Menggunakan : Air dingin dan Air Panas

Tabel
Pengamatan Air Dingin Air Hangat
Warna Larutan Tidak Berwarna Coklat kekuningan
Sebelum dilarutkan
Proses Larut Lebih Lama (10 Lebih Cepat (5 menit
Menit) sudah pekat)
Bau Khas Setelah 24 Asam Asam
Jam
Diuapkan pada suhu Lebih Lama (53 Jam ) Lebih Cepat (48 Jam)
kamar (Kering) (Kering)
Banyaknya Endapan Lebih Banyak Lebih sedikit
(Gambar Terlampir) (Gambar Terlampir)
Warna Larutan Coklat kekuningan Coklat Pekat
Setelah 24 Jam

VII. Pembahasan

(Foto 7.1)
Pada praktikum kali ini tentang kadar sari larut air, yang dilakukan pada
proses praktikum kali ini adalah disediakan dua buah gelas bening,(hati-hati
dalam penggunaan gelas bening) dan sendok kemudian dimasukkan masing
masing gelas dengan setengah sendok teh, teh yang digunakan adalah teh
celup yang digunting bagian atasnya dan dikeluarkan teh yang ada
didalamnya. Setengah sendok agar tidak menyulitkan pada proses pengamatan
pada saat pengambilan larutan setelah 24 jam, tidak terlalu banyak dan sedikit
hasil padatan teh setelah larut.
(Gambar 7.2) (Gambar 7.3)

Metode yang digunakan adalah cair-cair kelebihan ekstraksi


adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam sampel.
Didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi kedalam pelarut. Prinsipnya berdasarkan perbedaan kepolaran antara
teh dengan air.
Pada tahap ini larutan yang paling pekat diantara teh yang dilarutkan
dengan air dingin dan air panas setelah dibiarkan selama 24 jam adalah lebih
pekat warna larutan dengan pelarut air panas ini disebabkan karena Karena
Gerakan partikel air bergantung pada suhunya. Semakin tinggi suhunya
semakin cepat gerakan partikel air. Akibatnya gerakan partikel air panas lebih
cepat sehingga dapat lebih cepat masuk ke dalam teh dan melarutkan teh
tersebut dalam air.
Sedangkan pada air dingin gerakan partikel/molekul tidak lebih cepat
sehingga teh sulit larut cepat. Teh akan larut dengan waktu yang cukup lama.

(Gambar 7.4)
(Gambar 7.5)

Pada praktikum kali ini hasil yang didapat filtrat hasil penguapan pada
larutan teh dengan air panas lebih sedikit dibandingkan dengan air dingin
yang seharusnya filtrat hasil penguapan larutan teh dengan air panas lebih
banyak, disebabkan pada saat praktikum pengambilan larutan setelah
dibiarkan 24 jam terlalu banyak untuk larutan yang air dingin dan ampasnya
terbawa, karena sedikit sulit jika hanya membawa larutannya saja pada air
dingin ampas yang mengambang dipermukaan air lebih banyak dibandingkan
dengan larutan air panas, sehingga ada kemungkinan hasil penguapan
tersebut banyak karena ampasnya terbawa.
Air panas merupakan pelarut yang baik dalam ekstraksi karena suhu
sangat mempengaruhi pergerakan partikel yang nantinya dapat melarutkan
zat terkandung dalam sampel contohnya pada teh, semakin cepat zat terdifusi
ke larutan (Air) dan akan semakin banyak zat yang terdifusi karena
pergerakan partikel yang cepat dibandingkan dengan air dingin.
Kemudian dilakukan proses pendinginan diudara untuk proses
pengkristalan atau terbentuknya endapan, pada proses pemurnian selalu ada
tahap pendinginan.
Sebenarnya untuk proses ekstraksi sendiri, ada beberapa zat yang
memang sensitif dengan suhu yang relatif tinggi, sehingga jika dapat
disimpulkan belum tentu juga bahwa air panas merupakan pelarut yang baik
pada proses ekstraksi, itulah mengapa ada beberapa metoda dalam proses
ekstraksi.
Macam-macam Ekstraksi :

Prinsip Kelat Ialah ekstraksi ion logam yang berlangsung melalui


mekanisme pembentukan kelat.

Prinsip Maserasi Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari
akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel.

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti


oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. ·

Prinsip Perkolasi Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara


serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-
sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah
disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. ·

Prinsip Soxhletasi Penarikan komponen kimia yang dilakukan


dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan
dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke
dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan
penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak
tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. ·

Prinsip Refluks Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan


cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari
kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. ·

Prinsip Destilasi Uap Air Penyarian minyak menguap dengan cara


simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan
akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil
mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air
dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan
akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan
minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri. ·

Prinsip Rotavapor Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya


dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat,
cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya
disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan
pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor
dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.

Prinsip Ekstraksi Cair-Cair Ekstraksi cair-cair (corong pisah)


merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang
tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang
mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan
komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang
tetap. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis Pemisahan komponen kimia
berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase
diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak
naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia
dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat
kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
Prinsip Penampakan Noda a. Pada UV 254 nm Pada UV 254 nm,
lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna
gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang
terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan
emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. b. Pada UV 366 nm Pada UV 366 nm noda akan
berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda
pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang
ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan
emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366
terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi
pada sinar UV 366 nm. c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah


berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata. 4. Jenis Ekstraksi
Ekstraksi secara dingin · Metode maserasi Maserasi merupakan cara
penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi
sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
seperti benzoin, tiraks dan lilin. Metode maserasi dapat dilakukan
dengan modifikasi sebagai berikut : · Modifikasi maserasi melingkar ·
Modifikasi maserasi digesti · Modifikasi Maserasi Melingkar
Bertingkat · Modifikasi remaserasi · Modifikasi dengan mesin
pengaduk · Metode Soxhletasi Soxhletasi merupakan penyarian
simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon Keuntungan metode ini adalah : Dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung. Digunakan pelarut yang lebih
sedikit Pemanasannya dapat diatur Kerugian dari metode ini : Karena
pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi
akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat
mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya. Bila dilakukan dalam skala besar,
mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih
yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk
pergerakan uap pelarut yang efektif. Metode ini terbatas pada ekstraksi
dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat
digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya
heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau
dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda
dalam pelarut cair di dalam wadah. · Metode Perkolasi Perkolasi
adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah
terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat
tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan
pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien. 2. Ekstraksi secara panas ·
Metode refluks Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan
tahan pemanasan langsung.. Kerugiannya adalah membutuhkan
volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
(Gambar 7.6)

Pada hasil larutan timbul bau basi cara penanggulangannya untuk


menyimpan teh pada tempat gelap, kedap udara , tempat sejuk, jauhkan
dari bau tak sedap karena teh dapat mudah menyerap wangi. Yang
menyebabkan bau asam pada teh karena pa teh terdapat senyawa kimia
katekin yang merupakan senyawa paling penting pada daun the yang
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menentukan sifat produk teh
seperti rasa, warna, dan aroma. Senyawa katekin dalam reaksinya
dengan kafein, protein, peptide, ion tembaga dan siklodekstrin
membentuk beberapa senyawa kompleks yang sangat berhubungan
dengan rasa dan aroma. Karena ada proses ekstraksi pada teh dengan
menggunakan air panas/dingin itu berhubungan dengan senyawa/zat
yang terkandung dalam teh tersebut salah satunya adalah katekin.

VIII. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini tentang kadar sari larut air dapat melakukan
pengujian sederhana untuk penetapan kadar sari total di dalam simplisia dan
dapat mengetahui gambaran awal jumlah senyawa yang terkandung dalam
simplisia (teh) yang didapat adalah teh yang dilarutkan dengan air panas
lebih pekat warnanya dan menghasilkan endapan yang lebih banyak.
IX. Daftar pustaka

Ditjen POM.2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Jakarta:Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM.1977.Materia Medika Indonesia I.Jakarta:Departemen
Kesehatan RI
Djarwais,D.2004. Teknik penelitian kimia organik bahan alam.
Jakarta : Ditjen dikti Depdiknas
Sudjadi.1986.Metode Pemisahan.Yogyakarta:UGM Press

Anda mungkin juga menyukai