BIOBRIKET
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3
2.1 Biomassa...................................................................................................3
2.2 Briket.........................................................................................................5
2.3 Biobriket....................................................................................................6
LEMBAR PENUGASAN............................................................................................10
BAB III...........................................................................................................................12
METODOLOGI PERCOBAAN.................................................................................12
3.1 Alat..........................................................................................................12
3.2 Bahan.......................................................................................................12
BAB IV...........................................................................................................................14
4.2 Hasil.........................................................................................................14
4.2 Pembahasan.............................................................................................14
BAB V............................................................................................................................17
ii
PENUTUP......................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan..............................................................................................17
5.2 Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18
LAMPIRAN A...............................................................................................................19
CONTOH PERHITUNGAN........................................................................................19
LAMPIRAN B...............................................................................................................20
GAMBAR......................................................................................................................20
iii
4
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : B1
Praktikum : Teknik Bioenergi
Modul Percobaan : Biobriket
Tanggal Praktikum : 11 Juni 2021
Dosen Pembimbing : Rosalina, MT
Analis : Roswita, ST, S.Pd, dan Faldi Lulrahman, MT
Paraf Dosen
Catatan Tanggal
Pembimbing
4
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
I-2
2.1 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, dan limbah hutan, tinja, dan
kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer seperti serat, bahan pangan,
pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga
digunakan sebagai bahan energi (bahan bakar). Umumnya yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan sumber energi yang dapat diperbarui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable).
Biomassa adalah bahan yang berasal dari makhluk hidup,
termasuk tanaman, hewan dan mikroba. Menjadikan biomassa sebagai sumber
untuk memenuhi berbagai kebutuhan menjadi sangat menarik sebab biomassa
merupakan bahan yang dapat diperbaharui. Contoh biomassa meliputi pohon,
tanaman produksi dan residu serat-serat tanaman, limbah hewan, limbah industri
dan limbah-limbah lain yang berupa bahan organik. Pemanfaatan energi biomassa
yang sudah banyak saat ini adalah dari limbah biomassa itu sendiri, yakni sisa-sisa
biomassa yang sudah tidak terpakai, bekas tebu kering, tangkai jagung, tangkai
padi dan sebagainya.
Biomassa adalah energi yang dibuat untuk bahan bakar yang didapat dari
sumber alami yang dapat diperbaharui. Energi Biomassa bisa menjadi solusi
bahan bakar yang selama ini tidak dapat diperbaharui dan mencemari lingkungan
hidup. Bahan pembuat energi biomassa dikategorikan menjadi dua jenis, pertama
dari hewan yang berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme, dan yang
kedua berasal dari tumbuhan seperti tanaman sisa pengolahan ataupun hasil panen
secara langsung. Energi biomassa muncul karena adanya siklus karbon di bumi.
Dimana, hampir semua unsur kehidupan, mulai dari tumbuhan, hewan hingga
manusia memiliki unsur karbon yang pada dasarnya terus berputar.
III-3
III-4
Karena itulah, biomassa sendiri bisa dibuat bahan bakar karena juga mengandung
unsur karbon.
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi
jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan
semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan
menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk
keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan
bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi
energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah
cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua,
penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari
pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan
sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan
mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan
teknologi untuk mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk konversi
biomassa, dijelaskan pada Gambar 2.1 Teknologi konversi biomassa tentu saja
membutuhkan perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi
biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.
Digunakan untuk keperluan rumah tangga. Briket tipe ini berbentuk silinder
dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang
sebanyak ≤ 22 lubang
berasal dari sisa-sisa bahan organik yang mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu. Biobriket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang
mulai meningkat konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan (Triono, A,
2006).
Biobriket dapat dibuat dari campuran bermacam-macam sisa bahan
organik antara lain sekam padi, tempurung biji jarak, serbuk gergaji, sabut kelapa,
tempurung kelapa (sudah diarangkan), jerami, bottom ash, bungkil jarak pagar,
eceng gondok, kulit kacang, kulit kayu dan lain-lain. Dalam pembuatan biobriket
memerlukan bahan pengikat. Bahan pengikat organik yang bisa digunakan antara
lain kanji, aspal, mollases, parafin dan lain-lain (Sri Murwanti, 2009).
Penggunaan biobriket diyakini dapat bersaing dengan briket batubara tentunya
dengan berbagai persyaratan.
Penggunaan batubara memang secara ad hoc mampu mengatasi masalah
harga BBM yang mahal. Namun dalam jangka panjang, jika polusi udara maupun
darat (sisa pembakaran) tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
kerusakan lingkungan. Memang nilai kalor dari biobriket lebih rendah dari
batubara, tetapi jika dilihat dari aspek polusinya jauh lebih rendah dibandingkan
polusi dari pembakaran batubara, karena Biobriket juga mempunyai kadar sulfur
yang rendah (kurang dari 1%).
Biobriket dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan
menjadi blok yang keras. Biobriket mempunyai temperatur penyalaan (ignitation
temperature) yang lebih rendah dan burn out time yang lebih pendek
dibandingkan dengan briket batubara. Biobriket mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan arang biasa (konvensional), antara lain :
1. Panas yang dihasilkan oleh biobriket arang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kayu biasa.
2. Biobriket arang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau,
sehingga bagi masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan
ventilasi perumahannya kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan
biobriket arang.
3. Setelah biobriket terbakar (menjadi bara) tidak perlu dilakukan
pengipasan atau diberi udara.
III-8
partikel serbuk saling berkaitan dan tidak mudah hancur. Ditinjau dari jenis
perekat yang digunakan, briket dapat di bagi menjadi :
a. Briket yang sedikit atau tidak mengeluarkan asap pada saat pembakaran.
Jenis perekat ini tergolong kedalam perekat yang mengandung zat pati.
b. Briket yang banyak mengeluarkan asap pada saat pembakaran. Jenis
perekat ini tahan terhadap kelembapan tetapi selama pembakaran
menghasilkan asap.
Perekat dari zat pati, dekstrin, dan tepung jagung cenderung sedikit atau
tidak berasap. Sedangkan perekat dari bahan ter, pith, dan molase cenderung
menghasilkan asap. (Hartoyo & Roliadi, 1978). Perekat pati dalam bentuk cair
sebagai perekat menghasilkan briket arang bernilai rendah dalam hal kerapatan,
keteguhan tekan, kadar abu, dan kadar zat menguap. Tetapi akan lebih tinggi
dalam hal kadar air, kadar karbon terikat, dan nilai kalornya apabila dibandingkan
dengan briket arang yang menggunakan molase (tetes tebu) akan menghasilkan
briket yang sangat kuat dan baik mutu pembakrannya, akan tetapi berasap.
(Sudrajat, 1983).
III-10
LEMBAR PENUGASAN
Kelompok : 1B
Kelompok : 1B
3.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
beriku.
1. Pipa ukuran 2 in dan 0,5 in, sebagai cetakan briket
2. Kompor, sebagai sumber panas.
3. Wajan, sebagai wadah tempat penyangraian.
4. Pisau, sebagai alat pemotoh bahan.
5. Blender, sebagai alat pengecilan ukuran bahan.
6. Saringan, untuk menyaring bahan baku.
7. Batu giling, untung mengiling bahan.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan biobriket
adalah sebagai berikut ini.
1. Tongkol jagung, sebagai bahan baku utama pembuatan biobriket.
2. Tepung tapiokan, sebagai bahan perekat.
3. Air, sebagai pelarut.
4. Minyak tanah, sebagai bahan bakar pembantu.
III-12
III-13
8. Dibuat lem untuk perekat menggunakan tepung tapioka dengan air panas
secara langsung.
9. Dicampurkan bahan baku dengan lem yang telah dibuat, kemudian
tuangkan kedalam cetakan hingga padat.
10. Keluarkan dari cetakan kemudian dijemur selama 1-2 minggu.
11. Setelah kering, dilakukan uji pembakaran briket.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum pembuatan biobriket dari
tonggkol jagung ini adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Pembuatan Biobriket
Perlakuaan Volume Massa Lama Waktu Bakar
No Kelompok
Pembuataan (mL) (g) (menit:detik)
Bahan dibakar
1 A 75,96 9,3 02:37
dan dihaluskan
Bahan disangrai
2 B 75,96 32,7 91:06
dan dihaluskan
Bahan dibakar
3 C 81,03 12 07:05
dan dihaluskan
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan biobriket dari
bahan baku tongkol jagung. Bahan baku tongkol jagung dipilih karna
ketersediaannya yang melimpah dan belum dimanfaatkan dengan baik
oleh masyarakat. Bahan ini juga mengandung kadar unsur karbon 43,42%
dan hidrogen 6,32% dengan nilai kalornya berkisar antara 14,7-18,9 MJ/kg
sehingga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai biobriket.
Briket adalah sumber energi yang berasal dari biomassa yang bisa
digunakan sebagai energi alternatif pengganti , minyak bumi dan energi
lain yang berasal dari fosil. Biobriket yang dibuat pada percobaan ini
adalah tipe yontan (silinder berlubang) dengan ukuran tinggi 4 cm dan
diameter 2 in. Pada bagian tengah silinder terdapat lubang dengan ukuran
0.5 in. Lubang yang ada ditengah silinder berfungsi sebagai sirkulasi udara
sehingga nyala api lebih baik dan semua sisi dapat terbakar dengan
sempurna.
Pada percobaan ini digunkan tepung tapioka sebagai bahan
perekat. Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong.
Perekat tepung tapioka dipilih karna bahan yang dapat terbakar dan
III-14
menghasilkan sangat sedikit asap. Namun kerapatan dari biobriket yang
dihasilkan cendrung rendah. Oleh
III-15
III-16
karna itu harus digunakaan bahan baku tonggkol jagung dengan ukuran yang
sangat halus sehingga kerapatan dan rekatan lebih optimal dan padat.
Pada kelompok B, biobriket yang dihasilkan memiliki ukuran
volume 4.6358 in3 dengan tekstur yang cukup keras. Dari hasil uji bakar
dapat dilihat bahwa briket dapat bertahan selama 91 menit hingga
menyisakaan abu. Namun proses pembakaran masih dibutuhkan minyak
tanah sebagai penyulut api sehingga dapat membakar briket. Lama
pembakaran briket merupakan parameter mutu yang penting bagi briket
sebagai bahan bakar karena menentukan salah satu kualitas briket.
Semakin lama terbakar, semakin baik pula kualitasnya.
Pada proses pembakaran, api yang dihasilkan cukup besar, tidak
beraroma menyengat dan berasap. Asap yang dihasilkan dapat disebabkan
karna pembakaraan tidak sempurna dari bahan baku. Briket yang
dihasilkan tidak melalui proses karbonisasi dengan sempurna karna hanya
dilakukan penyagraian hingga bahan kecoklatan, sehingga masih
mengandung bahan pengotor lain yang dapat menghasilkan asap saat
dibakar. Apabila proses karbonisasi berlangsung dengan baik hingga
hanya meyisakan karbon, briket yang dihasilkan akan mengandung karbon
yang lebih tinggi sehingga lebih lama menyala dan menghasilkan api yang
tidak mengandung asap.
Briket yang dihasilkan memiliki porositas yang cukup rendah.
Akibatnya biobriket ini lebih sulit dinyalakaan yaitu harus dibantu dengan
minyak tanah namun api yang dihasilkan tahan lama.
Sedangakan pada percobaan yang dilakukan kelompok A dan C,
bahan dibakar terlebih dahulu. Bahan berupa tongkol jagung dibakar
dengan api pada kondisi terbuka. Hasil pembakaraan ini dihaluskan dan
dijadikan bahan pembauataan briket. Kelompok A dan C memiliki
perbedaan volume dimana pada voleme kelompok C lebih besar. Hal ini
dikarenakan pada kelompok C tidak terdapat lubang tengah pada biobriket
sehigga cetakaannya tidak sesuai dengan standarnya.
Biobriket dari bahan baku yang telah dibakar memiliki lama
pembakaraan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan yang hanya
III-17
disangrai. Dapat dilihat bahwa dengan volume biobriket yang sama, waktu
pembakaraan bahan yang telah dibakar terlebih dahulu hanyalah 2:37
menit. Sedangak bahan yang hanya disangrai terlebih dahulu sebagai
karbonisasi, waktu pembakaraannya mencapai 91 menit. Hal ini dapat
diakibatkan karna proses pembakaran secara langsung dengan udara
tebuka dari bahan hanya akan menghasilkan abu , bukannya karbon. Abu
sendiri merupakaan hasil akhir pembakaraan yang sudah tidak dapat
dibakar lagi.
Berat biobriket yang dihasilkan dengan volume yang sama antara
pembuataan dengan penyangraian dengan pembakaraan dapapat dilihat
cukup terlalu jauh. Sehinga hal ini akan mempengaruhi densitas biobriket.
Semakin besar densitas biobriket maka daya bakar akan semakin bagus
dan lebih tahaan lama. Hal ini dikarenakan kepadataan alat yang
meningkat seiring dengan kenaikan densitas. Biobriket yang semakin
padat juga akan cendrung lebih kuat dan tahan dalam proses
penyimpanaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut ini
1. Tongkol jagung sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
biobriket karna mengandung kadar unsur karbon 43,42% dan hidrogen
6,32% dengan nilai kalor berkisar antara 14,7-18,9 MJ/kg.
2. Pembuatan biobriket dilakukan dengan menekan dan mengeringkan
campuran bahan halus kedalam cetakan sehingga menjadi blok yang keras
dari bahan tongkol jagung halus yang sudah dikarbonisasi.
3. Pembakaraan biobriket dari karbonisasi dengan cara penyangraian
menghasilkan lama nya api yang lebih lama yaitu 91 menit.
5.2 Saran
Adapun saran dapat yang diberikan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1. Proses penjemuran biobriket dilakukan lebih lama lagi sehingga
kandungan air yang ada dalam briket sangat sedikit.
2. Dapat dilakukan proses pengarangan atau pirolisis bahan secara optimal
sehingga hanya menyisakaan karbon, sehingga hasil yang didapat
memiliki kualiats yang lebih baik dan tidak berasap saat dibakar.
III-18
DAFTAR PUSTAKA
III-19
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
1 2
V1 = πd x t
4
1
= x 3,14 x 22 x 1,5748
4
= 4.9448 in3
1 2
V2 = πd x t
4
1
= x 3,14 x 0.52 x 1,5748
4
= 0.309 in3
Vbriket = V1-V2
= 4.6358 in3
III-20
LAMPIRAN B
GAMBAR
III-21
III-22