Anda di halaman 1dari 27

MODUL III

BIOBRIKET
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................iv

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Tujuan Percobaan......................................................................................2

BAB II..............................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................3

2.1 Biomassa...................................................................................................3

2.2 Briket.........................................................................................................5

2.3 Biobriket....................................................................................................6

2.4 Tongkol Jagung.........................................................................................8

2.5 Bahan Perakat............................................................................................9

LEMBAR PENUGASAN............................................................................................10

LEMBAR DATA PENGAMATAN...........................................................................11

BAB III...........................................................................................................................12

METODOLOGI PERCOBAAN.................................................................................12

3.1 Alat..........................................................................................................12

3.2 Bahan.......................................................................................................12

3.3 Prosedur Percobaan.................................................................................12

BAB IV...........................................................................................................................14

HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................14

4.2 Hasil.........................................................................................................14

4.2 Pembahasan.............................................................................................14

BAB V............................................................................................................................17

ii
PENUTUP......................................................................................................................17

5.1 Kesimpulan..............................................................................................17

5.2 Saran........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18

LAMPIRAN A...............................................................................................................19

CONTOH PERHITUNGAN........................................................................................19

LAMPIRAN B...............................................................................................................20

GAMBAR......................................................................................................................20

iii
4

LEMBAR PENGESAHAN

Kelompok : B1
Praktikum : Teknik Bioenergi
Modul Percobaan : Biobriket
Tanggal Praktikum : 11 Juni 2021
Dosen Pembimbing : Rosalina, MT
Analis : Roswita, ST, S.Pd, dan Faldi Lulrahman, MT

No Nama Praktikan Buku Pokok


1 Agustiva Ananda Putri 1912035
2 Silvianur 1912037
3 Indra Prima 1912043
4 Devano Adrian A 1912045
5 Yuni Ratna Sari 1912046
6 Rahmat Dwi Syahputra 1912047
7 Aditya Putra Pratama 1912048
8 Rahmad Reza Pratama 1912058

Paraf Dosen
Catatan Tanggal
Pembimbing

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis energi di Indonesia terjadi disebabkan oleh semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan penggunaan bahan bakar minyak, sedangkan persediaan
minyak atau gas bumi sangat terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Terbatasnya
persediaan minyak mengakibatkan kenaikan harga BBM. di tambah lagi
kecenderungan kenaikan harga BBM yang selalu diiringi dengan meningkatnya
harga bahan pokok lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan sumber
daya alternatif lain.
Sumber energi alternative yang banyak dikembangkan dan diteliti saat ini
adalah bahan bakar biomassa limbah pertanian. Data Indonesia Energi Outlook,
biomassa memiliki cadangan sebesar 434.000 GW atau setara 225 juta barrel
minyak bumi. Potensi biomassa ini sangat besar apabila dijadikan sumber energi
alternatifsebagai pengganti bahan bakar minyak, khususnya untuk kebutuhan
energi rumah tangga mensubstitusi penggunaan minyak tanah.
Biomassa merupkan limbah hasil pertanian dan kehutanan yang tidak
biasanya tidak dimanfaatkan. Akan tetapi limbah ini sebenarnya dapat
dimanfaatkan menjadi sumber energi bahan bakar alternatif, yaitu dengan
mengubahnya menjadi biobriket yang memiliki nilai kalor lebih tinggi daripada
biomassa melalui proses pirolisis. Dalam rangka pemanfaatannya sebagai bahan
bakar maka limbah tersebut dapat diolah menjadi bahan bakar padat dalam bentuk
briket. Masing-masing bahan memiliki sifat tertentu untuk dimanfaatkan sebagai
briket namun yang paling penting adalah bahan tersebut harus memiliki sifat
termal yang tinggi.
Limbah biomassa yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah tongkol
jagung. Tongkol jagung dipilih sebagai bahan utama dikarenakan jumlahnya yang
sangat melimpah dan belum optimal dalam pemanfaatannya. Tongkol jagung
sendiri mengandung 23,74% lignin, 65,96% selulosa, dan 10,28% hemiselulosa.
Oleh karna itu dilakukan percobaan untuk mendapatkan bahan bakar yang murah
serta ekonomis dan dapat diperbaharui, yaitu pembuatan biobriket dengan
memanfaatkan bahan baku limbah tongkol jagung yang selama ini hanya dibuang

I-1
I-2

atau hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Nantinya diharapkan biobriket


dari tongkol jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga
pengganti minyak tanah dan mengurangi limbah tongkol jagung yang bisanya
menumpuk dan membusuk hingga dapat menjadi sumber penyakit jika dibiarkan.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut ini.
1. Memahami potensi limbah tongkol jagung sebagai bahan baku biobriket.
2. Mengetahui proses pembuatan biobriket dari tongkol jagung.
3. Mengetahui nyala api dari biobriket yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, dan limbah hutan, tinja, dan
kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer seperti serat, bahan pangan,
pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga
digunakan sebagai bahan energi (bahan bakar). Umumnya yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain
merupakan sumber energi yang dapat diperbarui (renewable) sehingga dapat
menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable).
Biomassa adalah bahan yang berasal dari makhluk hidup,
termasuk tanaman, hewan dan mikroba. Menjadikan biomassa sebagai sumber
untuk memenuhi berbagai kebutuhan menjadi sangat menarik sebab biomassa
merupakan bahan yang dapat diperbaharui. Contoh biomassa meliputi pohon,
tanaman produksi dan residu serat-serat tanaman, limbah hewan, limbah industri
dan limbah-limbah lain yang berupa bahan organik. Pemanfaatan energi biomassa
yang sudah banyak saat ini adalah dari limbah biomassa itu sendiri, yakni sisa-sisa
biomassa yang sudah tidak terpakai, bekas tebu kering, tangkai jagung, tangkai
padi dan sebagainya.
Biomassa adalah energi yang dibuat untuk bahan bakar yang didapat dari
sumber alami yang dapat diperbaharui. Energi Biomassa bisa menjadi solusi 
bahan bakar yang selama ini tidak dapat diperbaharui dan mencemari lingkungan
hidup. Bahan pembuat energi biomassa dikategorikan menjadi dua jenis, pertama
dari hewan yang berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme, dan yang
kedua berasal dari tumbuhan seperti tanaman sisa pengolahan ataupun hasil panen
secara langsung. Energi biomassa muncul karena adanya siklus karbon di bumi.
Dimana, hampir semua unsur kehidupan, mulai dari tumbuhan, hewan hingga
manusia memiliki unsur karbon yang pada dasarnya terus berputar.

III-3
III-4

Karena itulah, biomassa sendiri bisa dibuat bahan bakar karena juga mengandung
unsur karbon.
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi
jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan
semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan
menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk
keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan
bakar nabati memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi
energi secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah
cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua,
penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari
pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan
sampah karena penyediaan tempat penimbunan akan menjadi lebih sulit dan
mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka diperlukan
teknologi untuk mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk konversi
biomassa, dijelaskan pada Gambar 2.1 Teknologi konversi biomassa tentu saja
membutuhkan  perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi
biomassa dan menghasilkan perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.

Gambar 2.1 Teknologi Konversi Biomassa


III-5

Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat


dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi dan
konversi biokimiawi.  Pembakaran langsung merupakan teknologi yang paling
sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. 
Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan didensifikasi untuk
kepraktisan dalam penggunaan.  Konversi termokimiawi merupakan teknologi
yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam
menghasilkan bahan bakar.  Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi
konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam  menghasilkan bahan bakar.
2.2 Briket
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber
energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga
bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara
namun tidak hanya batubara saja yang bisa dibuat briket. Biomassa lain seperti
sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa
yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak
terlalu rumit.
Briket merupakan konversi dari sumber energi padat berupa batubara yang
dibentuk dan dicampur dengan bahan baku lain sehingga memiliki nilai kalor
yang lebih rendah daripada nilai kalor batubara itu sendiri. Batubara dan
campuran lain yang digunakan untuk membuat briket akan melalui proses
pembakaran tidak sempurna sehingga tidak sampai menjadi abu atau biasa disebut
dengan proses pengarangan (karbonisasi). Selanjutnya arang tersebut dicampur
dengan perekat, dipadatkan dan dikeringkan kemudian disebut sebagai briket.
Kualitas briket yang baik adalah yang memiliki kandungan karbon yang
besar dan kandungan sedikit abu. Sehingga mudah terbakar, menghasilkan energi
panas yang tinggi dan tahan lama (Adan Iamun Uti, 2013). Sementara Briket
kualitas rendah adalah yang berbau menyengat saat dibakar, sulit dinyalakan dan
tidak tahan lama. Jumlah kalori yang baik dalam briket adalah 5000 kalori dan
kandungan abunya hanya sekitar 8%.
Menurut Sukandarrumidi (1995) dalam J.F. Gultom (2011) dikenal 2 jenis briket
yaitu:
1. Tipe Yontan (silinder berlubang)
III-6

Digunakan untuk keperluan rumah tangga. Briket tipe ini berbentuk silinder
dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang
sebanyak ≤ 22 lubang

Gambar 2.2 Briket Tipe Yontan


2. Tipe Mametan (bantal/telur),
biasanya untuk keperluan industri dan rumah tangga. Jenis ini mempunyai
lebar 32-39 mm, panjang 46-58 mm, dan tebal 20-24 mm.

Gambar 2.3 Tipe Mamentan


Selain itu, ada pula beberapa briket dengan bentuk lainnya, seperti briket
bentuk kenari, bentuk sarang tawon (honey comb), bentuk hexagonal, bentuk
kubus, dll. Adapun keuntungan dari bentuk briket tersebut adalah :
(1) Ukuran dapat disesuaikan
(2) Mudah dipakai sebagai bahan bakar
(3) Porositas dapat diatur untuk memudahkan pembakaran,
2.3 Biobriket
Biobriket merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat
digunakan untuk menggantikan sebagian dari keguunaan minyak tanah. Biobriket
meruapakan bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan
organik. Bahan yang digunakan untuk pembuatan biobriket sebaiknya yang
memiliki kadar air rendah untuk mencapai nilai kalor tinggi. Keberadaan bahan
volatil juga mempengaruhi seberapa cepat laju pembakaran biobriket. Bahan yang
memiliki bahan volatil tinggi akan lebih cepat habis terbakar.
Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk
rumah tangga maupun industri. Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka
panjang. Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan
III-7

berasal dari sisa-sisa bahan organik yang mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu. Biobriket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang
mulai meningkat konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan (Triono, A,
2006).
Biobriket dapat dibuat dari campuran bermacam-macam sisa bahan
organik antara lain sekam padi, tempurung biji jarak, serbuk gergaji, sabut kelapa,
tempurung kelapa (sudah diarangkan), jerami, bottom ash, bungkil jarak pagar,
eceng gondok, kulit kacang, kulit kayu dan lain-lain. Dalam pembuatan biobriket
memerlukan bahan pengikat. Bahan pengikat organik yang bisa digunakan antara
lain kanji, aspal, mollases, parafin dan lain-lain (Sri Murwanti, 2009).
Penggunaan biobriket diyakini dapat bersaing dengan briket batubara tentunya
dengan berbagai persyaratan.
Penggunaan batubara memang secara ad hoc mampu mengatasi masalah
harga BBM yang mahal. Namun dalam jangka panjang, jika polusi udara maupun
darat (sisa pembakaran) tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
kerusakan lingkungan. Memang nilai kalor dari biobriket lebih rendah dari
batubara, tetapi jika dilihat dari aspek polusinya jauh lebih rendah dibandingkan
polusi dari pembakaran batubara, karena Biobriket juga mempunyai kadar sulfur
yang rendah (kurang dari 1%).
Biobriket dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan
menjadi blok yang keras. Biobriket mempunyai temperatur penyalaan (ignitation
temperature) yang lebih rendah dan burn out time yang lebih pendek
dibandingkan dengan briket batubara. Biobriket mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan arang biasa (konvensional), antara lain :
1. Panas yang dihasilkan oleh biobriket arang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan kayu biasa.
2. Biobriket arang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau,
sehingga bagi masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan
ventilasi perumahannya kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan
biobriket arang.
3. Setelah biobriket terbakar (menjadi bara) tidak perlu dilakukan
pengipasan atau diberi udara.
III-8

4. Teknologi pembuatan biobriket sederhana dan tidak memerlukan bahan


kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan biobriket itu sendiri.
5. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang
dibentuk sesuai kebutuhan.
Biobriket dengan kualitas yang baik diantaranya memiliki sifat seperti
tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan
serta memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik. Sifat penyalaan ini diantaranya
adalah mudah menyala, waktu menyala,cukup lama, tidak menimbulkan jelaga,
asap sedikit dan cepat hilang serta nilai kalor yang cukup tinggi. Lama tidaknya
menyala akan mempengaruhi kualitas dan efisiensi pembakaran, semakin lama
menyala dengan nyala konstan akan semakin baik (Siti Jamilatun, 2008).
2.4 Tongkol Jagung
Tongkol jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat
potensial dimanfaatkan untuk dijadikan arang aktif, karena limbah tersebut sangat
banyak dan terbuang percuma. Dalam bahan ini juga mengandung kadar unsur
karbon 43,42% dan hidrogen 6,32% dengan nilai kalornya berkisar antara 14,7-
18,9 MJ/kg. Selama ini masyarakat cenderung memanfaatkan limbah tongkol
jagung hanya sebagai bahan pakan ternak, bahan bakar atau terbuang percuma.
Limbah tongkol jagung merupakah salah satu limbah biomassa potensial
di Indonesia sebagai bahan baku pembuatan briket. Briket termasuk bahan bakar
terbarukan yang relatif lebih ramah ligkungan. Kualitas briket sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya adalah jenis biomassa sebagai sumber karbon,
jenis bahan pengikat, dan komposisi antara biomassa terhadap bahan pengikat.
Polimer sintetik polietilen tereptalat memiliki sifat sebagai bahan pengikat pada
pembuatan briket. Polietilen tereptalat banyak dijumpai sebagai limbah plastik.
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah berupa tongkol jagung dan plastik
polietilen tereptalat sebagai bahan pembuatan briket, dan mempelajari pengaruh
komposisi arang tongkol jagung dan plastik polietilen tereptalat terhadap kualitas
(sifat psikokimia) dan komposisi gas buang pembakaran briket (Kumalaningsih,
S, 2014).
2.5 Bahan Perakat
Penambahan zat perekat dalam pembuatan biobriket dimaksudkan agar
III-9

partikel serbuk saling berkaitan dan tidak mudah hancur. Ditinjau dari jenis
perekat yang digunakan, briket dapat di bagi menjadi :
a. Briket yang sedikit atau tidak mengeluarkan asap pada saat pembakaran.
Jenis perekat ini tergolong kedalam perekat yang mengandung zat pati.
b. Briket yang banyak mengeluarkan asap pada saat pembakaran. Jenis
perekat ini tahan terhadap kelembapan tetapi selama pembakaran
menghasilkan asap.
Perekat dari zat pati, dekstrin, dan tepung jagung cenderung sedikit atau
tidak berasap. Sedangkan perekat dari bahan ter, pith, dan molase cenderung
menghasilkan asap. (Hartoyo & Roliadi, 1978). Perekat pati dalam bentuk cair
sebagai perekat menghasilkan briket arang bernilai rendah dalam hal kerapatan,
keteguhan tekan, kadar abu, dan kadar zat menguap. Tetapi akan lebih tinggi
dalam hal kadar air, kadar karbon terikat, dan nilai kalornya apabila dibandingkan
dengan briket arang yang menggunakan molase (tetes tebu) akan menghasilkan
briket yang sangat kuat dan baik mutu pembakrannya, akan tetapi berasap.
(Sudrajat, 1983).
III-10

LEMBAR PENUGASAN

Kelompok : 1B

Praktikum : Teknik Bioenergi

Modul Percobaan : Biobriket

Tanggal Praktikum : 11 Juni 2021

Dosen Pengampu : Rosalina, MT

Analis : Roswita, ST, S.Pd, dan Faldi Lulrahman, MT

No Nama Praktikan Buku Pokok


1 Agustiva Ananda Putri 1912035
2 Silvianur 1912037
3 Indra Prima 1912043
4 Devano Adrian A 1912045
5 Yuni Ratna Sari 1912046
6 Rahmat Dwi Syahputra 1912047
7 Aditya Putra Pratama 1912048
8 Rahmad Reza Pratama 1912058

Adapun penugasaan dari praktikum ini adalah sebagai berikut ini.


1. Dibuat biobriket dari bahan baku tongkol jagung
2. Digunakan tepung tapiokasebagai bahan perakat
3. Digunakan cetakan pipa dengan ukuran diameter 2 in pada bagian luar dan
ukuran diameter 0.5 in pada pipa dalam sebagai lubang dengan tinggi pipa 4 cm.
4. Biobriket dilakukan uji bakar.
III-11

LEMBAR DATA PENGAMATAN

Kelompok : 1B

Praktikum : Teknik Bioenergi

Modul Percobaan : Biobriket

Tanggal Praktikum : 11 Juni 2021

Dosen Pengampu : Rosalina, MT

Analis : Roswita, ST, S.Pd, dan Faldi Lulrahman, MT

Adapun data dan pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut.


1. Pengamatan Proses Pembakaran Biobriket Kelompok B
a. Lama pembakaran : 91 menit.
b. Aroma : aroma kayu bakar (tidak menyengat).
c. Warna api : Kuning pada bagian atas dan biru pada bagian bawah.
d. Asap : Pembakaraan menghasilkan asap.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
beriku.
1. Pipa ukuran 2 in dan 0,5 in, sebagai cetakan briket
2. Kompor, sebagai sumber panas.
3. Wajan, sebagai wadah tempat penyangraian.
4. Pisau, sebagai alat pemotoh bahan.
5. Blender, sebagai alat pengecilan ukuran bahan.
6. Saringan, untuk menyaring bahan baku.
7. Batu giling, untung mengiling bahan.

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan biobriket
adalah sebagai berikut ini.
1. Tongkol jagung, sebagai bahan baku utama pembuatan biobriket.
2. Tepung tapiokan, sebagai bahan perekat.
3. Air, sebagai pelarut.
4. Minyak tanah, sebagai bahan bakar pembantu.

3.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur dari percobaan pembuataan biobriket adalah sebagai
berikut ini.
1. Tongkol jagung dibersihkan dari sisa-sisa jagung yang menempel.
2. Tongkol jagung kemudian dipotong-potong secara kasar.
3. Bahan kemudian dikeringkan dengan sinar matahari selama 3 hari.
4. Dilakukan pengecilan ukuran terhadap bahan baku menggunakan batu
giling.
5. Bahn baku disangrai selama 10 menit.
6. Bahan kemudian dihaluskan kembali dengan blender hingga halus.
7. Bahan baku diayak dengan ayakan tepung hingga didapat bahan yang
sudah halus.

III-12
III-13

8. Dibuat lem untuk perekat menggunakan tepung tapioka dengan air panas
secara langsung.
9. Dicampurkan bahan baku dengan lem yang telah dibuat, kemudian
tuangkan kedalam cetakan hingga padat.
10. Keluarkan dari cetakan kemudian dijemur selama 1-2 minggu.
11. Setelah kering, dilakukan uji pembakaran briket.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum pembuatan biobriket dari
tonggkol jagung ini adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Pembuatan Biobriket
Perlakuaan Volume Massa Lama Waktu Bakar
No Kelompok
Pembuataan (mL) (g) (menit:detik)
Bahan dibakar
1 A 75,96 9,3 02:37
dan dihaluskan
Bahan disangrai
2 B 75,96 32,7 91:06
dan dihaluskan
Bahan dibakar
3 C 81,03 12 07:05
dan dihaluskan

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan biobriket dari
bahan baku tongkol jagung. Bahan baku tongkol jagung dipilih karna
ketersediaannya yang melimpah dan belum dimanfaatkan dengan baik
oleh masyarakat. Bahan ini juga mengandung kadar unsur karbon 43,42%
dan hidrogen 6,32% dengan nilai kalornya berkisar antara 14,7-18,9 MJ/kg
sehingga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai biobriket.
Briket adalah sumber energi yang berasal dari biomassa yang bisa
digunakan sebagai energi alternatif pengganti , minyak bumi dan energi
lain yang berasal dari fosil. Biobriket yang dibuat pada percobaan ini
adalah tipe yontan (silinder berlubang) dengan ukuran tinggi 4 cm dan
diameter 2 in. Pada bagian tengah silinder terdapat lubang dengan ukuran
0.5 in. Lubang yang ada ditengah silinder berfungsi sebagai sirkulasi udara
sehingga nyala api lebih baik dan semua sisi dapat terbakar dengan
sempurna.
Pada percobaan ini digunkan tepung tapioka sebagai bahan
perekat. Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong.
Perekat tepung tapioka dipilih karna bahan yang dapat terbakar dan

III-14
menghasilkan sangat sedikit asap. Namun kerapatan dari biobriket yang
dihasilkan cendrung rendah. Oleh

III-15
III-16

karna itu harus digunakaan bahan baku tonggkol jagung dengan ukuran yang
sangat halus sehingga kerapatan dan rekatan lebih optimal dan padat.
Pada kelompok B, biobriket yang dihasilkan memiliki ukuran
volume 4.6358 in3 dengan tekstur yang cukup keras. Dari hasil uji bakar
dapat dilihat bahwa briket dapat bertahan selama 91 menit hingga
menyisakaan abu. Namun proses pembakaran masih dibutuhkan minyak
tanah sebagai penyulut api sehingga dapat membakar briket. Lama
pembakaran briket merupakan parameter mutu yang penting bagi briket
sebagai bahan bakar karena menentukan salah satu kualitas briket.
Semakin lama terbakar, semakin baik pula kualitasnya.
Pada proses pembakaran, api yang dihasilkan cukup besar, tidak
beraroma menyengat dan berasap. Asap yang dihasilkan dapat disebabkan
karna pembakaraan tidak sempurna dari bahan baku. Briket yang
dihasilkan tidak melalui proses karbonisasi dengan sempurna karna hanya
dilakukan penyagraian hingga bahan kecoklatan, sehingga masih
mengandung bahan pengotor lain yang dapat menghasilkan asap saat
dibakar. Apabila proses karbonisasi berlangsung dengan baik hingga
hanya meyisakan karbon, briket yang dihasilkan akan mengandung karbon
yang lebih tinggi sehingga lebih lama menyala dan menghasilkan api yang
tidak mengandung asap.
Briket yang dihasilkan memiliki porositas yang cukup rendah.
Akibatnya biobriket ini lebih sulit dinyalakaan yaitu harus dibantu dengan
minyak tanah namun api yang dihasilkan tahan lama.
Sedangakan pada percobaan yang dilakukan kelompok A dan C,
bahan dibakar terlebih dahulu. Bahan berupa tongkol jagung dibakar
dengan api pada kondisi terbuka. Hasil pembakaraan ini dihaluskan dan
dijadikan bahan pembauataan briket. Kelompok A dan C memiliki
perbedaan volume dimana pada voleme kelompok C lebih besar. Hal ini
dikarenakan pada kelompok C tidak terdapat lubang tengah pada biobriket
sehigga cetakaannya tidak sesuai dengan standarnya.
Biobriket dari bahan baku yang telah dibakar memiliki lama
pembakaraan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan yang hanya
III-17

disangrai. Dapat dilihat bahwa dengan volume biobriket yang sama, waktu
pembakaraan bahan yang telah dibakar terlebih dahulu hanyalah 2:37
menit. Sedangak bahan yang hanya disangrai terlebih dahulu sebagai
karbonisasi, waktu pembakaraannya mencapai 91 menit. Hal ini dapat
diakibatkan karna proses pembakaran secara langsung dengan udara
tebuka dari bahan hanya akan menghasilkan abu , bukannya karbon. Abu
sendiri merupakaan hasil akhir pembakaraan yang sudah tidak dapat
dibakar lagi.
Berat biobriket yang dihasilkan dengan volume yang sama antara
pembuataan dengan penyangraian dengan pembakaraan dapapat dilihat
cukup terlalu jauh. Sehinga hal ini akan mempengaruhi densitas biobriket.
Semakin besar densitas biobriket maka daya bakar akan semakin bagus
dan lebih tahaan lama. Hal ini dikarenakan kepadataan alat yang
meningkat seiring dengan kenaikan densitas. Biobriket yang semakin
padat juga akan cendrung lebih kuat dan tahan dalam proses
penyimpanaan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut ini
1. Tongkol jagung sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
biobriket karna mengandung kadar unsur karbon 43,42% dan hidrogen
6,32% dengan nilai kalor berkisar antara 14,7-18,9 MJ/kg.
2. Pembuatan biobriket dilakukan dengan menekan dan mengeringkan
campuran bahan halus kedalam cetakan sehingga menjadi blok yang keras
dari bahan tongkol jagung halus yang sudah dikarbonisasi.
3. Pembakaraan biobriket dari karbonisasi dengan cara penyangraian
menghasilkan lama nya api yang lebih lama yaitu 91 menit.

5.2 Saran
Adapun saran dapat yang diberikan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1. Proses penjemuran biobriket dilakukan lebih lama lagi sehingga
kandungan air yang ada dalam briket sangat sedikit.
2. Dapat dilakukan proses pengarangan atau pirolisis bahan secara optimal
sehingga hanya menyisakaan karbon, sehingga hasil yang didapat
memiliki kualiats yang lebih baik dan tidak berasap saat dibakar.

III-18
DAFTAR PUSTAKA

Adamsons, W. A. 1976. Physical Chemistry of Surface. New York: Interscience.


Adan, Ismun Uti. 2013. Membuat Briket Bioarang Edisi 9. Yogyakarta : Kanisius.
Alfajriandi, Hamzah, F, 2017. Bahan Perekat. Fakultas Pertanian, Universitas
Riau.
Hadijah, Siti dkk. 2020. Pemanfaatan Cangkang Biji Karet Sebagai Biobriket.
Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Himawanto, D. A, 2003. Penggelolaan Limbah Menjadi Biobriket Sebagai Salah
Satu Bahan Bahan Alternatif. UNS: Laporan Penelitian.
Kumalaningsih, S. 2014. Pohon Industri Komoditi Hasil Pertanian pada Sistem
Agroindustri. Malang: UB Press.
Lubis, S, dan R, Nasution. 2002. Pemanfaatan Limbah Bubuk Kopi sebagai
Adsorben pada Penurunan Kadar Besi (Fe Anorganik) dalam Air Minum.
Jurnal Natural, Volume 2 No.2, September 2002:12-16.
Nahar, Satriananda, dan Zulkifli. 2012. Pembuatan Biobriket Dari Limbah
Biomassa. Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe. Volume 10, No 21.
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Sulistyaningkarti, Lilih dan Budi Utami. 2017. Pembuatan Briket Arang dari
Limbah Organik Tongkol Jagung dengan Menggunakan Variasi Jenis dan
Persentase Perekat. Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia. Vol 2, No 1.
Surabaya: Universitas Sebelas Maret.
Triono, A. 2006) Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian
Kayu Afrika. Institut Pertanian Bogor: Fakultas Kehutanan.
Yudanto, Angga dan Kartika Kusumaningrum. 2012. Pembuatan briket bioarang
dari arang serbuk kayu jati. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Diponegoro :
Semarang.

III-19
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN

A.1 Menghitung Luas Silinder Luar

1 2
V1 = πd x t
4

1
= x 3,14 x 22 x 1,5748
4

= 4.9448 in3

A.2 Menghitung Luas Silinder dalam

1 2
V2 = πd x t
4

1
= x 3,14 x 0.52 x 1,5748
4

= 0.309 in3

A.3 Menghitung Volume Total Biobriket

Vbriket = V1-V2

= 4.9448 in3 - 0.309 in3

= 4.6358 in3

III-20
LAMPIRAN B
GAMBAR

Lampiran B.1 Tongkol Jagung

Lampiran B.2 Pengilingan Bahan

Lampiran B.3 Bahan dihaluskan dengan blender

III-21
III-22

Lampiran B.4 Proses Penyangraian Bahan

Lampiran B.5 Bahan halus hasil penyaringan

Lampiran B.6 Pembuatan Lem dari Tepung Tapioka


III-23

Lampiran B.7 Pencetakan Biobriket

Lampiran B.8 Produk Biobriket

Lampiran B.9 Uji Bakar

Anda mungkin juga menyukai