Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KOMPONEN LINGKUNGAN SEBAGAI BAHAN


PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL DI SD
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Dosen pengampu : Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 11
Rombel 5

1. Nurul Hikmah N. 1401414148


2. Emma Apriliana 1401414164

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu yang berjudul “Komponen Lingkungan sebagai
Bahan Pembelajaran Muatan Lokal di SD” ini.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua,
pada khususnya mahasiswa/mahasiswi PGSD UNNES, khususnya pada mata
kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal. Semoga dengan makalah ini
dapat menambah dan meningkatkan kualitas pendidikan kita semua.
Dengan selesainya makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar- besarnya terhadap semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dorongan dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya :
1. Drs. Isa Ansori, M.Pd. selaku ketua jurusan PGSD FIP Universitas
Negeri Semarang.
2. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal yang telah memberi
saran dan pengarahan sehingga makalah ini dapat selesai.
3. Semua pihak terkait yang mendukung penyelesaian penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharap saran dan kritik
pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Atas perhatian dari para pembaca, penulis ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 28 Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………................... ii
DAFTAR ISI………….....…………................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ….…………........................................… 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN………………………............................... 2
2.1 Sekolah sebagai Suatu Sistem............................................... 2
2.2 Pengertian Sekolah Efektif................................................... 3
2.3 Konsep Sekolah Efektif........................................................ 4
2.4 Ciri- Ciri dan Karakteristik Sekolah Efektif......................... 6
2.5 Kepemimpinan Sekolah Efektif............................................ 8
BAB III PENUTUP………........…………………....……….......… 12
1. Kesimpulan............................................................................. 12
2. Saran....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 14

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sekolah sebagai institusi tidaklah berdiri sendiri. Ia terkait erat
dengan nilai, budaya, dan kebiasaan yang hadir di masyarakat. Sekolah
merupakan ujung tombak dari proses modernisasi (agent of change) yang
diupayakan melalui kebijakan pemerintah. Produk dari sebuah sekolah
harus berupa lulusan yang memiliki kompetensi unggul agar mampu
menghadapi kompetisi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau “di
pasar” tenaga kerja. Sekolah efektif dapat dibentuk melalui manajemen
dengan kepemimpinan visioner (visioner leadership) karena
kepemimpinan ini berfokus pada masa depan. Hal tersebut merupakan
suatu kondisi yang penting untuk terbentuknya iklim sekolah yang
kondusiif sehingga terwujud budaya sekolah yang mampu menghadapi
berbagai tantangan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud sekolah sebagai sebuah sistem?
2. Apa pengertian sekolah efektif?
3. Bagaimana konsep sekolah efektif?
4. Apa ciri-ciri dan karakteristik sekolah efektif?
5. Bagaimana kepemimpinan sekolah efektif?

1.3. TUJUAN
1. Menjelaskan sekolah sebagai sebuah sistem.
2. Menjelaskan pengertian sekolah efektif.
3. Menjelaskan konsep sekolah efektif.
4. Menjelaskan ciri-ciri dan karakteristik sekolah efektif.
5. Menjelaskan kepemimpinan sekolah efektif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEKOLAH SEBAGAI SUATU SISTEM


Sebagai sebuah sistem, sekolah memiliki komponen inti yang
terdiri dari input, proses, dan output. Ketiga komponen tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu kesatuan utuh
yang saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan
menentukan. Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan
sekolah untuk terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang
diharapkan. Input merupakan bahan-bahan yang diperlukan untuk
membuat suatu generasi yang disebut sebagai manusia seutuhnya. Input
sekolah antara lain manusia (man), uang (money), material/bahan-bahan
(materials), metode- metode (methods), dan mesin-mesin (mechine).
Manusia yang dibutuhkan sebagai masukan bagi proses pendidikan
adalah siswa sebaga bahan utama atau bahan mentah (raw input). Uang
(money) merupakan masukan yang melancarkan pemrosesan raw input.
Bahan- bahan (materials) adalah bahan fisik yang diperlukan untuk
menunjang terjadinya proses pembelajaran di sekolah guna membentuk
siswa seutuhnya. Metode (methods) yaitu metode pembelajaran atau cara-
cara, teknik, dan strategi yang dikembangkan sekolah dalam melaksanakan
proses pendidikan. Sedangkan mesin-mesin (machines) adalah
seperangkat alat yang mendukung terjadinya proses pembelajaran, dapat
berupa teknologi computer, radio, televise, mobil, atau media-media yang
menggunakan teknologi.
Slamet (2003:3) menyatakan bahwa proses adalah berubahnya
“sesuatu” menjadi “sesuatu yang lain”. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses
disebut output. Daya dukung satu kesatuan aksi yang menciptakan sinergi
proses belajar mengajar, yaitu:

2
a. Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan
kelembagaan, pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
b. Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian
kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.

Proses kepemimpinan yaitu menghasilkan keputusan kelembagaan


yang terjadi sebagai keputusan partisipatif atau keputusan bersama antara
kepla sekolah, guru, siswa, orang tua siswa/wali murid, para ahli, dan
orang-orang yang berkepentingan terhadap pendidikan (stakeholders).
Langakh lain yang penting dalam proses penyelenggaraan sekolah adalah
monitoring dan evaluasi sebagai langkah untuk memperoleh kejelasan
tentang output yang akan dicapai.
Sekolah sebagai sistem, seharusnya menghasilkan output yang dapat
dijamin kepastiannya. Output dari aktivitas sekolah adalah segala sesuatu
yang kita pelajari di sekolah, yaitu seberpa banyak yang dipelajari dan
seberapa baik kita mempelajarinya. Output sekolah berfokus pada siswa,
tetapi siswa yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan. Jika ditinjau
dari sudut lulusan, output sekolahadalah lulusan yang berguna bagi
kehidupan, yaitu lulusan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan
lingkungannya.

2.2 PENGERTIAN SEKOLAH EFEKTIF


Efektivitas sekolah merupakan fenomena yang mengandung
banyak segi, sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan kefektivan
sesuai dengan kefektivan itu sendiri (Cameron dalam Komariah, 2004:7).
Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan.
Efektivitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen dan
kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, personel lainnya,
siswa, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah

3
dan masyarakatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya, hasil nyatanya
merujuk pada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan atau
kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan (Komariah,
2004:8). Lebih lanjut, Komariah (2004:28) menyebutkan sekolah efektif
sebagai sekolah yang menetapkan keberhasilan pada input, proses, output,
dan outcomeyang ditandai dengan berkualitasnya komponen-komponen
sistem tersebut. Dengan demikian efektivitas sekolah bukan sekedar
pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai
sasaran, tetapi erat terkait dengan syaratnya komponen-komponen sistem
dengan mutu, dengan kata lain ditetapkannya pengembangan mutu
sekolah. Sedangkan sekolah efektif adalah sekolah yang menunjukkan
tingkat kesesuian antara hasil yang dicapai (achievement atau observed
output) dengan hasil yang diharapakan (objectives, targets, intended
output) sebagaimana telah ditetapkan dimana kemampuan siswanya pada
keterampilan dasar yang diukur dengan tes kemampuan dan dalam proses
penyelenggaraannya terdapat dimensi manajemen, pengajaran, dan
kepemimpinan.

2.3 KONSEP SEKOLAH EFEKTIF


Di era globalisasi ini kemajuan sekolah merupakan esensi dari
pengelolaan sekolah melalui pemeliharaan mutu. Globalisasi memberikan
warna tersendiri bagi arah pencapaian tujuan pendidikan. Dunia
sekarang ini menjadi satu yang di satukan oleh media komunikasi dan
informasi sehingga menuntut dunia pendidikan bersinergi dengan berbagai
perubahan melalui rekayasa manajemen pendidikan dengan tatap
memegang citra diri bangsa.Adanya globalisasi sangat mempengaruh
perkembangan sekolah.Mutu sudah menjadi satu keharusan dan menjadi
konsep yang paling manjur untuk menjawab tantangan global sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan.
Salah satu konsep perbaikan input, proses dan output yang
berkualitas adalah TQM. TQM diartikan sebagai manajemen berkualitas

4
secara total dimana suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan strategis
bagi pendidikan yang mengutamakan mutu. TQM merupakan proses
berlanjut pada peningkatan berkualitas dimana tujuan akhirnya adalah
untuk merubah proses dengan peningkatan kepuasan pelanggan. TQM
menuntut orang tua untuk bekerja sebaik mungkin dan memeberikan
fasilitas. Pencapaian tingkat kualitas bukan merupakan hasil penerapan
cara instan jangka pendek untuk meningkat kan daya saing. Tujuan dari
adanya kepemimpinan dalam suatu organisasi adalah untuk
memperbaiki kinerja sumber daya manusia. Peranan pemimpin bukan
untuk mendikte bawahan tapi memberikan kemudahan, pemimpin harus
mengubah diri sendiri baik aspek nilai, keyakinan, asumsi, maupun
organisasi.Pendidikan lebih di apresiasikan sebagai sekolah efektif,
efektifitas sekolah tidak dapat di pisahkan dengan mutu pendidikan.Mutu
pendidikan adalah mutu semua komponen yang ada dalam sistem
pendidikan.
Sekolah merupakan institusi yang di dalamnya terdapat komponen
guru, siswa dan staf administrasi yang masing- masing mempunyai tugas
tertentu dalam melancarkan program. Sebagai pendidikan formal sekolah
harus menghasilkan lulusan memepunyai kemampuan akademis
tertentu, ketrampilan, sikap, mental dan kepribadian. Keberhasilan
sekolah merupakan tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat
nasional. Berdasarkan sekolah efektif dan tidak efektif mengacu pada
sejauh mana sekolah mencapai tujuan dan sasaran yang di tetapkan.
Sekolah di sebut efektif apabila sekolah mencapai yang di rencanakan,
sehingga sekolah yang di sebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat
anatara anatara apa yang di rumuskan untuk di kerjakan dengan hasil yang
di capai sekolah. Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana
sasaran atau tujuan yang telah di capai.Sekolah efektif adalah sekolah yang
memebuat prestasi, tidak saja pada siswa tetapi pada komponen yang
melingkupinya.

5
2.4 CIRI-CIRI DAN KARAKTERISTIK SEKOLAH EFEKTIF
 Ciri-ciri sekolah efektif yaitu:
1. adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru,
siswa, dan karyawan di sekolah
2. memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas
3. mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi
4. siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan
5. siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik
6.  adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi
7. siswa berpendapat kerja keras lebih penting dari pada faktor
keberuntungan dalam meraih prestasi
8. para siswa diharapkan mempunyai tanggungjawab yang diakui
secara umum
9. kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan,
supervisi, serta menyediakan waktu untuk membuat rencana
bersama-sama dengan para guru dan memungkinkan adanya umpan
balik demi keberhasilan prestasi akademiknya. 
Metode lain yang dipakai untuk mengidentifikasikan sekolah
yang efektif adalah : penggunaan standar tes, pendekatan reputasi, dan
penggunaan evaluasi sekolah serta pengembangan berbagai aktifitas.
Sekolah efektif memandang sekolah sebagai suatu sistem yang mencakup
banyak aspek baik input, proses, output maupun outcome serta tatanan
yang ada dalam sekolah tersebut. Dimana berbagai aspek yang ada dapat
memberikan dukungan satu sama lain untuk mencapai visi, misi dan
tujuan, dari sekolah yang dikelola secara efektif dan efisien.
 Karakteristik Sekolah Efektif
Sekolah harus memiliki visi dan misi yang jelas sehingga sekolah
memiliki tuajuan untuk di capainya maka dari itu sekolah harus
mempunyai ciri-ciri dan karakteristik sekolah yang efektif.  Berikut
adalah karakteristik sekolah yang efektif.pertama Adanya visi dan misi
yang dipahami bersama oleh komunitas sekolah, yang dari sini dapat

6
dirinci lagi menjadi tiga. yaitu adanya system nilai dan keyakinan yang
saling di mengerti oleh komunitas sekolah, adanaya tujuan sekolah yang
jelas dan adanya kepemimpinan intruksional. Kedua iklim belajar yang
kondusif di sekolah yang meliputi.Adanya keterlibatan dan tanggung
jawab siswa, lingkungan fisik yang mendukung, perilaku siswa yang
positif, adanya dukungan keluarga dan masyarakat terhadap sekolah.Dan
yang ketiga. Ada penekanan pada proses belajar, yang terdiri dari
memusatkan diri pada kurikulum dan instruksional,ada pengembangan
dan kolegialitas para guru, adanya harapan yang tinggi dari komunitas
sekolah, danadanya pemantauan yang berulang-ulang terhadap kemajuan
belajar siswa.
Beberapa identifikasi karakteristik sekolah efektif terbagi menjadi
tiga kelompok yaitu input, proses dan output. Seperti dalam sistem
informasi manajemen yang menekankan pada proses, dalam kelompok
karakteristik sekolah efektif juga menekan pada proses pendidikan. Input
pendidikan yaitu karakteristik pertama sekolah yang efekfif harus
memiliki kebijakan, tujuan  dan sasaran mutu yang jelas seperti pada
paragraph pertama yaitu memiliki visi dan misi yang jelas. Kemudian
sumber daya yang tersedia harus siap dari kepala sekolah, guru, dan
karyawan.Lalu memiliki fasilitas yang memadai seperti buku, dan sarana
yang lainya. Dan yang ter akhir dalam karakteristik input adalah fokus
pada siswa agar memiliki harapan prestasi yang tinggi.
Kemudian kelompok karakteristik sekolah efektif yang kedua
adalah proses yang paling di tekankan dalam pendidikan. Sekolah yang
efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai
berikut. Yang petama mempunyai proses belajar mengajar yang
efektivitasnya tinggi yang menekankan pemberdayaan peserta didik. Lalu
memiliki kepemimpinan sokolah yang  kuat, lingkungan sekolah yang
aman dan tertib, kemuadian karakteristik proses harus memiliki
pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif.

7
Tidak hanya itu dalam karakteristik proses sokolah yang efektif
harus memiliki kerjasama yang kompak, cerdas dan dinamis. Kemudian
sekolah bersifat terbuka atau transparan dalam proses manajemen,
sekolah juga memiliki kemauan untuk berubah dalam hal ini menjadi
lebih baik lagi. Sekolah juga memiliki komunikasi yang baik dan
akuntabilitas atau pertanggung jawaban terhadap program yang di
jalankan. Dan karakteristik proses yang terakhir adalah sekolah harus
melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
Dalam kelompok karakterisik sekolah efekif yang terakhir adalah
karakteristik output seperti yang di harapkan pada karakteristik
input. Output yang diharapkan sekolah adalah prestasi sekolah yang
dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada
umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa
prestasi akademik dan output berupa prestasi non-akademik.Output
prestasi akademik misalnya, nilai/ indek prestasi, lomba karya ilmiah
remaja, dan lomba berbagai bidang mata pelajaran. Output non-
akademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran,
kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap
sesama.solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi
olahraga, kesenian, dan kepramukaan.

2.5 KEPEMIMPINAN SEKOLAH EFEKTIF


Para ahli umumnya mengakui kepemimpinan sebagai seni
mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,
kepercayaan, hormat dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai
tujuan bersama para pemraktik biasanya mendefinisikan pemimpin sebagai
orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi,
disiplin dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang,tugas dan situasi
agar dapat mencapai tujuan organisasi, supaya dapat mengerti sifat
kepemimpinan, terlebih dahulu seseorang harus mengerti sifat kekuasaan
yang melibatkan hubungan dengan orang kepemimpinan dalam

8
masyarakat dewasa ini, masyarakat kemampuan untuk mengendalikan
kekuasaan yang tersebar dan memberikan kekuasaan pada oarang lain
untuk mengubah impian menjadi kenyataan.
Kepemimpinan tidak hanya tergantung dari ciri pribadi
seseorang,tetapi situasi dimana individu itu berada.kepemimpinan harus
dipisahkan dari bidang yang luas dan kabur dari interaksi sosial yang
dipadukan dengan performa kerja dan hubungan kerja.kepemimpinan
adalah fungsi baik dari susunan kepribadian maupun situasional.
kepemimpinan merupakan aspek penting dalam sistem
sekolah,kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi melalui
penanganan perubahan dan manajemen yng dilakukannya sehingga
keberadaan kepemimpinan bukan hanya sebagai simbol yang ada atau
tidaknya tidak menjadi masalah tetapi keberadaannya memberi dampak
positif bagi perkembangan organisasi, terdapat tiga jenis kepemimpinan
yang dipandang reprensetatif bagi penyeleggaraan sekolah efektif yaitu

a. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
menekankan pada tugas yang diemban bawahan, pemimpin adalah
seseorang yang men-design pekerjaan besar beserta mekanismenya, dan
staf adalah seseorang yng melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan
dan keahlian. Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada
peranannya sebagai manajer karena itu sangat terlibat dalam aspek-aspek
prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Kepemimpinan
transaksional tidak mengembangkan pola hubungan laissez fair atau
membiarkan personal yang perlu pembinaan, pola ini dapat menyebabkan
mereka menjadi pemalas dan tidak jelas apa yang dikerjakanya. Pola
hubungan yang dikembangkan adalah berdasarkan suatu sistem timbal
balik (transaksi) yang sangat menguntungkan (mutual system of
reinforcement), yaitu pemimpin menemukan penyelesaikan atas cara kerja
dari pada pengikutnya tersebut. Pemimpin transaksional merancang

9
pekerjaan sedemikian rupa yang disesuaikan dengan jenis dan jenjang
jabatannya dan melakukan interaksi atau hubungan mutualistis.

b. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah suatu proses yang pada
dasarnya para pemimpin dan pengikut saling menaikan diri ke
tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi (burns,1978)
para pemimpin adalah orang yang sadar akan prinsip
perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia
berupaya mengembangakan segi kepemimpinannya ecara utuh
melalui pemotivasian terhadap staf dan menyerukan cita-cita yang
lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan
dan kemanusian, kecemburuan, atau kebencian. Pemimpin
transformasional adalah agen peubahan dan bertindak sebagai
katalisator,yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah
yang lebih baik.katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin
transformasional karena itu berperan meningkatkan segala sumber
daya manusia yang ada.

c. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam
menciptakan,merumuskan,mengkomunikasikan/mensosialisasikan/
mentransformasikan,dan mengimplemntasikan pemikiran-
pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil
interaksi sosial di antara organisasi stakeholders yang diyakini
sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau
diwujudkan melalui komitmen sema personil. Kepemimpinannya
visioner akan menunjukan ciri-ciri kepemimpinannya yang
berkualitas dimana adair dalam komariah, 2004:82 mengemukkan
ciri-ciri pemimpin yang berkualitas yaitu:

10
1) memiliki integritasi pribadi.
2) memiliki antualisme terhadap perkembangan lembaga yang
dipimpinnya.
3) mengembangkan kehangatan,budaya dan iklim organisasi.
4) memiliki ketenangan dalam manajeme organisasi.
5) tegas dan adil dalam mengambil tindakan/ kebijakan
kelembagaan.

Visioner leadership melakukan langkah- langkah strategis


mentransformasikan berbagai inovasi kepada stakeholders melalui
pemberdayaan staf dan menciptakan suatu sistem kepemimpinan
demokratis yang memiliki visi organisasi sebagai rumusan yang
dimiliki bersama.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sekolah memiliki misi mendidik siswanya agar dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjeng yang lebih tinggi,meningkatkan pengetahuan dan
hubungan timbal balik dengan masyarakat.pada sekolah tergantung pada
tugas untuk mengoptimalkan kemampuan siswa secara teoritis maupun
praktik agar mereka dapat survive di era globalisasi dengan menfaatkan
peluang dan usaha atau keterampilan praktis yang dimilikinya sebagai
hasil pembelajaran di sekolah.
Efektifitas sekolah dapat tercemin dari profil sekolah yang
memiliki keteraturan dalam berbagai aspek untuk mencapai tujuan .aspek
–aspek tersebut antara lain siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya,
kurikulum, sarana prasarana, kegiatan belajar, ekstrakurikuler, bimbingan
dan konseling, kemitraan sekolah dengan masyarakat sampai pada
kegiatan-kegiatan khusus yang berkembang atas kebutuhan dan inspirasi
sekolah. Intinya adalah terjadinya senergi mencapai target-target yang
telah ditetapkan .
Orang yang bertanggungjawab atas manajemen sekolah adalah
seorang kepala sekolah yang memiliki karakteristik kepemimpinan karena
untuk menggerakan orang-orang diperlukan pengaruh pimpinan yang
memiliki kapabilitas sebagai pemimpin yang berkualitas.kepemimpinan
meruapakan aspek penting dalam sistem sekolah. Kepemimpinan
merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan
dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan pempin bukan
hanya sebagai simbol yang ada atau tidakanya tidak menjadi masalah
tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan
organisasi.

12
3.2 SARAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Sutomo, Titi Prihatin. 2011. Manajemen Sekolah. Semarang: Pusat


Pengembangan MKU/ MKDK- LP3 Universitas Negeri Semarang

Blogspot. Sekolah Efektif.


http://nur-afifah-
nugraheni.blogspot.co.id/2013/11/sekolah-efektif.html. 1 Maret 2016

Academia. Sekolah Efektif.


http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35001598/makalah_m
ansek_edit.docx?
AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1456833308
&Signature=QpKKk2NA0%2Fp3ayQrcdlDamPCiWA%3D&response-
content-disposition=attachment%3B%20filename
%3DSEKOLAH_EFEKTIF.docx. 1 Maret 2016.

KOMPONEN KETRAMPILAN
SEBAGAI BAHAN
PEMBELAJARAN MUATAN
LOKAL
 

14
 

KOMPONEN KETRAMPILAN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN


MUATAN LOKAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas  Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum


Muatan Lokal

Dosen Pengampu:Drs. Purnomo, M.Pd

Disusun Oleh :

Winarti                              (1401413127)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

15
Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku
bangsa yang mempunyai berbagai macam adapt-istiadat, bahasa, kebudayaan,
agama, kepercayaan dan sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat
didarat, laut, flora fauna dan berbagai hasil tambang yang semuanya merupakan
sumber daya alam.

Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang
luhur dan beradab yang merupakan nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia
dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri,
kerajinan, industri rumah tangga, jasa pertanian (argo industri dan argo bisnis),
perkebunan, perikanan perternakan, pertaqnian holtikultura, kepariwisataan,
pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi kesesuaian, keselarasan dan
keseimbangan yang dinamis.

Kurikulum kecuali mengacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu


dan teknologi pada zamannya juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Penyusunan kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut
disebut “Kurikulum Muatan Lokal“. Kurikulum muatan lokal keberadaan di
Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli
1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7
Oktober 1987.

1. Rumusan Masalah
2. Apa pengertian Pengertian Muatan Lokal?
3. Apa pengertian Ketrampilan dalam pembelajaran mulok?
4. Apa saja komponen Ketrampilan Sebagai bahan Pembelajaran Mulok?
5. Apa Tujuan Muatan Lokal?
6. Bagaimana Pengembangan Muatan Lokal?
7. Bagaimana Pengembangan Mata Pelajaran dalam Muatan Lokal?

1. Tujuan

16
2. Memahami Pengertian Muatan Lokal
3. Mengetahui pengertian Ketrampilan dalam pembelajaran mulok
4. Memahami komponen Ketrampilan Sebagai bahan Pembelajaran Mulo
5. Mengetahui Tujuan Muatan Lokal
6. Memahami Pengembangan Muatan Lokal
7. Mengetahui Pengembangan Mata Pelajaran dalam Muatan Lokal

BAB 11

PEMBAHASAN

1. Pengertian Muatan Lokal

Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi
dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang  ditetapkan oleh daerah sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing (Depdikbud dalam Erry
Utomo, 1997: 1).Muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Menurut Dirjen Kurikulum
Muatan Lokal adalah kurikulum yang di perkaya dengan materi pelajaran yang
ada di lingkungan setempat.

Menurut Kurikulum 1994 Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran yang
diajarkan secara terpisah, menjadi kajian tersendiri.

Menurut Soewardi Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran dan


pengenalan berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari
keterampilan, kerajinan, tetapi jaga manifestasi kebudayaan daerah legenda serta
adat istiadat.

Secara umum, pengertian muatan lokal adalah seperangkat rencana dan


pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan

17
pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah,
keunggulan daerah, kebutuhan  daerah,dan lingkungan masing-masing serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai  tujuan pendidikan tertentu.

Secara khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata
pelajaran yang isi dan media pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam,
lingkungan  sosial, dan lingkungan  dipelajari oleh peserta didik di daerah itu
(Zainal Arifin, 2011: 205) .

1. Pengertian Ketrampilan dalam Pembelajaran Mulok

Pengertian keterampilan dalam konteks pembelajaran mata pelajaran di sekolah


adalah usaha untuk memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Keahlian yang dimaksud juga dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang
harus diasah melalui berbagai cara, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah
pembelajaran keterampilan.

Penentuan isi dan bahan pelajaran muatan lokal didasarkan pada keadaan dan
kebutuhan lingkungan, yang dituangkan dalam mata  pelajaran dengan alokasi
waktu yang berdiri sendiri. Adapun materi dan isinya ditentukan oleh satuan
pendidikan, yang dalam  pelaksanaannya merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah.

Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada
dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial serta lingkungan
budaya.Lingkungan alam adalah lingkungan alamiah yang ada di sekitar, berupa
benda-benda mati yang terbagi dalam empat kelompok lingkungan, yaitu pantai,
dataran rendah termasuk di dalamnya daerah aliran sungai, dataran tinggi
dan  pegunungan atau gunung. Dengan kata lain, lingkungan alam adalah
lingkungan hidup dan tidak hidup, dimana tempat makhluk hidup tinggal dan
membentuk ekosistem.

18
Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana terjadi interaksi orang per orang
dengan kelompok sosial dengan kelompok lain. Pendidikan sebagai sosial dalam
sistem sosial dilaksanakan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. PP  No.28/1990
menunjukkan perlunya perencanaan kurikulum muatan lokal yang bermuara pada
hal yang berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional dan pembangunan bangsa.

Lingkungan budaya adalah daerah dalam pola kehidupan masyarakat yang


berbentuk bahasa daerah, seni daerah, adat istiadat daerah, serta tatacara dan
tatakrama khas daerah.

Selain itu juga termasuk keterampilan untuk mengembangkan kemampuan dari


dalam diri seseorang. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan muatan lokal keterampilan adalah suatu upaya pembelajaran yang
diberikan berupa mata pelajaran yang berkaitan untuk meningkatkan kemampuan
dasar yang dimiliki siswa. Isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang ada di daerah
tersebut dan wajib diikuti oleh seluruh perta didik. Selain itu juga dapat diarahkan
dengan pembelajaran keterampilan, agar siswa dapat mengetahui potensi dasar
yang dimiliki.

1. Komponen Ketrampilan Sebagai bahan Pembelajaran Mulok

Jenis ketrampilan yang termasuk dalam rumpun Muatan Lokal di SD cukup


banyak , namun untuk mempermudah mempelajari dikelompokan menjadi dua
kelompok besar.

1. Keterampilan hidup (life skill)

Keterampilan hidup (life skills) merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu baik dari keterampilan fisik, mental, emosional, spiritual, kejuruan, dan
keterampilan menghadapi kesulitan. Berbagai keterampilan atau kemampuan
untuk dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan, yang

19
memungkinkan seseorang mampu menghadapi tuntutan dan tantangan dalam
hidupnya sehari-hari secara efektif.

Komponen Ketrampilan Hidup (Life Skill ) antara lain yang dapat dikembangkan
menjadi bahan pembelajaran mulok antara lain di bidang :

 Kelompok Ketrampilan Pertanian

Meliputi persawahan,perkebunan,perikanan,perternakan,kehutanan dll.Adapun


tujuan umum bahan kajian pertanian agar siswa memiliki kemampuan dasar,
pengetahuan dan keterampilan cara bertani dan buudidaya tanaman yang baik dan
benar sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan serta tingkat pengalaman
siswa SD.

Secara khusus siswa diharapkan memahami berbagai jenis tanaman


menurutpenggolongan, penyediaan lahan, pembibitan, cara menanam, cara
memberikan pupuk dan memanen. Selain itu siswa juga diharapkan dapat
mempunyai wawasan yang dapat diterapkan dalam praktik, dengan cara yang
lebih modern dan lebih efektif sehingga dapat membantu meningkatkan taraf
hidup masyarakat.

 Kelompok Ketrampilan Jasa

Tujuannya agar siswa dapat memiliki pengetahuan teknik dan wawasan mengenai
berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan jasa.

Misalnya keterampilan memperbaiki sepeda motor, ketrampilan melayani pembeli


di toko, ketrampilan menghitung dan mengatur pembukuan dll.

Dengan mengenal ketrampilan jasa , akan timbul perasaan keinginan siswa, kelak
jika mereka besar akan melakukan hal-hal seperti itu. Selain itu untuk
memberikan pengetahuan yang ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

 Kelompok Ketrampilan Teknik Kerumahtanggan

20
Untuk Sekolah Dasar yang mencakup kelompok ini adalah mesin sederhana
elektronika sederhana, alat-alat rumah tangga, listrik rumah tangga, kerja batu dan
kerja kayu.

Tujuannya agar siswa dapat menanamkan dan menggembangkan kemampuan  dan


sikap siswa dalam menggunakanalat, membuat memasang/merakit,
merawat/memperbaiki / memelihara, mengadakan improvisasi dll serta
memberikan kegiatan olah tangan dan teknologi.

1. Keterampilan Kejuruan

Kemampuan atau keterampilan khusus (kejuruan) yang dimiliki oleh seseorang


dalam bidang non akademik.Kemampuan dalam berwirausaha sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk dapat bekerja secara mandiri

Komponen Ketrampilan Kejuruan antara lain yang dapat dikembangkan menjadi


bahan pembelajaran mulok antara lain di bidang :

1). Kelompok Ketrampilan Teknologi

Meliputi pendidikan computer , mesin foto copy, mesin stensil dan lain-lain.

Tujuannya untuk memperkenalkan secara dini hasil teknologi yang digunakan di


masyarakat, cara penaganan dan pemeliharaannya. Dengan pendidikan computer
tujuan tambahan yang ingin dicapai agar siswa dapat melakukan pekerjaan kreatif,
menjalankan program-program pengolahan kata untuk menulis, melatih siswa
berpikir logis, dapat menggunakan computer untuk membantunya belajar materi
lain dan lain-lain.

2). Kelompok Kerajian tangan

Meliputi kerajian ulir, kerajianan anyam, kerajianan logam, dan kerajianan


batik.Tujuan pembelajarannya adalah memberikan ketrampilan dasar tentang
lingkungan dan manfaatnya serta konsep-konsep hidup yang mandiri sesuai

21
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Bagi siswa SD,
tujuannya untuk memperkenalkan berbagai jenis kerajianan yang dimiliki dan
agar tumbuh penghargaan rasa memiliki.

1. Tujuan Muatan Lokal

Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan


murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta
sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya
alam ,kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional
maupun pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan lokal pada dasarnya
dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak
langsung.

Tujuan langsung adalah tujuan dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak
langsung merupakan tujuan yang memerlukan waktu yang relatif lama untuk
mencapainya. Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan dampak dan
tujuan langsung.

1. Tujuan langsung
2. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
3. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan
pendidikan.
4. Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk
memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
5. lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang
terdapat di daerahnya.
6. Tujuan tak langsung
7. Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
8. Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
9. Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan
terhadap lingkungannya sendiri.

22
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar
kemungkinan murid dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar
sendiri. Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri dan
menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang adadi lingkungannya
merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan dan dalam
lingkungan mempunyai daya tank tersendiri bagi seorang anak.

Jean Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat
dan mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secara.
keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar seseorang. Benyamin S.
Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan dorongan
eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid. Karena itu,
lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk
dan memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang.

Landasan teoritik muatan lokal meliputi :

1. Tingkat kemampuan berpikir murid mengharuskan kita menyajikan bahan kajian


yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai
dengan tingkatan abstrak.

Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang antara lain oleh teori belajar
dari Ausubel (1969) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang pada
intinya menyatakan bahwa sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa
yang telah dimiliki oleh murid. Penerimaan gagasan baru dengan bantuan
gagasan/pengetahuan yang telah ada ini sebenarnya telah dikemukakan oleh Johan
Friedrich Herbart (1776-1841) yang dikenal dengan istilah apersepsi.

2. Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar
tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka
selalu akan gembira bila dilibatkan secara mental, fisik dan sosialnya dalam
mempelajari sesuatu. Mereka akan gembira bila diberikan kesempatan untuk
menjelajahi lingkungan sekitarnya yang penuh dengan sumber belajar. Dengan

23
menciptakan situasi belajar, bahan kajian dan cara belajar mengajar yang
menantang dan menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam
proses pertumbuhan akan dapat ditumbuhkembangkan dengan baik.

Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan


muatan lokal tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam
GBHN. Adapun yang langsung dapat dipaparkan dalam muatan lokal atas dasar
tujuan tersebut diantaranya adalah :

1. Berbudi pekerti luhur, sopan santun daerah disamping sopan santun nasional.
2. Berkepribadian; Punya jati diri dan punya kepribadian daerah disamping
kepribadian nasional
3. Mandiri : dapat mencukupi diri sendiri tanpa batuan orang lain
4. Terampil, menguasai 10 segi PKK didaerahnya
5. Beretos kerja , cinta akan kerja, makanya dapat menggunakan waktu sebaik-
baiknya
6. Profesional, mengerjakan kerajinan daerah seperti membatik, membuat anyaman,
patung dan sebagainya
7. Produktif, dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen
8. Sehat jasmani dan rohani
9. Cinta lingkungan, dapat menumbuhkan cinta kepada tanah air.
10. Kesetiakawanan sosial, dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman
kerja,oleh karenanya akan terjadilah situasi kerja sama dan gotong royong.
11. . Kreatif –inovatif untuk hidup, karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu
luang,dan yang bersangkutan menjadi orang ulet, tekun, rajin dan sebagainya
12. Mementingkan pekerjaan yang praktis ; Menghilangkan gaps antara lapangan
teori dan praktik
13. Rasa cinta budaya daerah dan budaya nasional.

Untuk penentuan muatan lokal dari pihak Dinas Depdikbud perlu bekerja sama
dengan dengan pemerintah daerah, instansi lain yang terkait, badan swasta dan
masyarakat agar muatan lokal dapat diterima sebagaimana mestinya

24
1. Pengembangan Muatan Lokal

Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran
kesenian dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal
yang dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola
kehidupan dalam lingkungannya.

Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka
peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini
sanagat menentukan . Untuk pengembangannya, langkah-langkah yang dapat
ditempuh :

1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau


komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai
sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi.

Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan :

1. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan


lokal
2. Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
3. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
4. Tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku.
5. Letaknya terjangkau dari sekolah.
6. Ada nara sumber baik didalam maupun diluar sekolah.
7. Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.
8. Menyusun GBPP yang bersangkutan
9. Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis
10. Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
11. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal

25
Pembinaan perlua ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesioanal dan dilakukan
secara kontinue, karena dalam pelaksanaan dilapangan kadang-kadang siswa lebih
mahir dari pada gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel, peternak
dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga, waktu dan
biaya.

3. Pengembangan Muatan Lokal

Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :

1. Pengembangan untuk jangka jauh

Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan
harapan yang nantinya dapat membantu diriny, keluarga, masyarakat dan akhirnya
membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu perkembangan
muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh
sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada
instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal disekolah dasar
masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara kontinyu disekolah
menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah menengah atas.

1. Pengembangan untuk jangka pendek

Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah
setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun
GBPP-nya dan direvisi setiap saat.

Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Perluasan muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang terdiri dari
berbagai jenis jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau sudah dianggap

26
cukup ganti peternakan, perikanan, kerajianan dan sebagainya. Siswa cukup diberi
dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan lokal sedang pendalamanya
dilaksanakan pada periode berikutnya.

1. Pendalaman muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam
samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan dilaksanakan
mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara, mengembangkan,
pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa
yang telah dewasa.

Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :

1. Kekreatifan guru.
2. Kesesuaian program
3. Ketersediaan sarana dan prasaran
4. cara pengeloaan
5. Kesiapan siswa
6. Partisipasi masyarakat setempat
7. Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkai

Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang studi
dapat dilaksanakan dengan empat cara :

1. Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub pokok
bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal.
2. GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
3. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP yang
mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang telah ada.
4. Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu
dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.
5. Pengembangan Mata Pelajaran dalam Muatan Lokal

27
Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan
KBM sejumlah mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah
memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing
pelajaran. Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal yang merupakan
kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah
untuk menerapkan Mata Pelajaran Muatan Lokal.

Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran


Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus dipersiapkan
berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Ada dua
pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka menghadapi
pelaksanaan KTSP. Pola tersebut adalah:

1 . Pengembangan Muatan Lokal Sesuai dengan Kondisi Sekolah saat ini

Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang
memang tidak mampu mengembangkannya, langkah tersebut adalah:

Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah. Apakah masih layak
dan relevan Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di Sekolah? dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada.

Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak
terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari
struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar
penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat
relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga
keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikuiurn

28
nasional. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan
harus mehgembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap
jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti
bahawa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata
pelajaran muatan local.

BAB 111

PENUTUP

SIMPULAN

Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi
dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang  ditetapkan oleh daerah sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing (Depdikbud dalam Erry
Utomo, 1997: 1). Jenis ketrampilan yang termasuk dalam rumpun Muatan Lokal
di SD cukup banyak , namun untuk mempermudah mempelajari dikelompokan

29
menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan hidup dan keterampilan
kejurusan.

Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan


murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta
sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya
alam ,kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional
maupun pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan lokal pada dasarnya
dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak
langsung.

Bahan muatan lokal dapat tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran
kesenian dan ketrampilan, bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal
yang dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola
kehidupan dalam lingkungannya.Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan
tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran dalam muatan lokal ini sanagat menentukan

DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohammad dan Nurtei. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.


Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Dirjen Dikti.

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Dr.E Mulyasa, mpd,2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.PT Rosdakarya


Bandung

30
Prof.Dr.SuharsimiArikunto.2008.ManajemenPendidikan.ed.1.Aditya
Media.Yogyakarta

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/04/13/pengelolaan-kurikulum-
muatan-lokal/

http://kumpulgurusdl.blogspot.com/2015/12/implementasi-kurikulum-muatan-
lokal.html

http://www.academia.edu/4868704/PENGEMBANGAN_KURIKULUM_MUAT
AN_LOKAL_DALAM_KTSP

https://win134.wordpress.com/2015/04/23/komponen-ketrampilan-
sebagai-bahan-pembelajaran-muatan-lokal/

http://www.slideshare.net/pujirokhayanti/90994471-
makalahpengembmulok

31

Anda mungkin juga menyukai