Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen Berbasis Sekolah)

KELOMPOK 1

1. Adinda Dihan Mitha (1183311050)

2. Farhan Ardian Ritonga (1183311060)

3. Shintya Afriani Siregar (1183311062)

Kelas: Ekstensi-H

Dosen Pengampu: Laurensia M Perangin Angin, S.Pd, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah” dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kami
miliki. Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh
perkuliahan di Universitas Negeri Medan dengan kurikulum KKNI.

Dalam penyelesaian makalah ini kami mengalami banyak kendala karena kurangnya
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki, tetapi dengan adanya bantuan dari
berbagai pihak dan referensi dari berbagai sumber sehingga tugas ini dapat kami selesaikan
tepat waktu.

Makalah yang kami sajikan ini masih jauh dari yang diharapkan saran dan
sumbangan pemikiran dalam penyempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Atas
saran dan sumbangan pemikiran yang diberikan kami ucapkan terimakasih.

Medan, September 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………….……………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………….……………… 1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………........... 1
1.3 Tujuan Makalah…………….……..………………………............... 1

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Latar Belakang Manajemen Berbasis Sekolah...…………………………..….. 3


2.2 Landasan Manajemen Berbasis Sekolah………………....………..………….. 3
2.3 Manajemen Berbasis Sekolah dan Peningkatan Mutu Pendidikan …..……… 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………..………. 7
3.2 Saran………………………………………………………………………. 7

DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………………………….. 8

ii
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Otonomi dalam pendidikan perlulah dilaksanakan dalam menjawab tuntutan
persaingan global dan dalam menyesuaikan sistem pendidikan dengan perkembangan jaman
serta kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah. Otonomi daerah ini merupakan
implementasi dari azas desentralisasi yang telah diterapkan. Dengan ditetapkannya kebijakan
otonomi daerah ini maka mulai dari wilayah provinsi hingga kota/kabupaten akan mengurusi
sendiri urusan daerahnya. Setiap daerah tersebut akan memiliki wewenang, hak, dan
tanggung jawab sendiri untuk mengurus rumah tangganya sesuai dengan batasan dan
kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Otonomi daerah ini diharapkan dapat
mengefisienkan pelayanan publik di masyarakat sehingga dalam penerapannya masyarakat
menjadi lebih dekat dengan pemerintah. Salah satu bidang yang didesentralisasikan adalah
bidang pendidikan, dimana dalam penerapan di sekolah disebut Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).

Manajemen Berbasis Sekolah ini merupakan kebijakan dalam sistem penyelenggaraan


dan pengelolaan sekolah yang dilakukan secara mandiri. Sistem ini memberikan peluang bagi
sekolah untuk mengatur pengelolaan sekolahnya secara demokratis, professional, dan
dinamis. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan, mutu sekolah dan
peningkatan efisiensi masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana latar belakang manajemen berbasis sekolah (MBS)?


2. Apa saja landasan manajemen berbasis sekolah (MBS)?
3. Apa saja hal untuk mencapai mutu relevansi pendidikan yang baik?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang MBS
2. Untuk mengetahui landasan MBS
3. Untuk mencapai mutu relevansi pendidikan yang baik dengan tolak ukur
penilaian pada hasil  dan prosenya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Manajemen Berbasis Sekolah


Sejak digulirkannya reformasi dan telah diperundangkannya undang-undang otonomi
daerah, yaitu UU nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU no 25 1999
tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daeraah yang kini disempurnakan menjadi
UU no. 23 tahun 2004 dan UU no. 33 tahun 2004 telah mengubah segala peraturan dari
bersifat sentralis menjadi desentralisasi. Berlakunya undang-undang otonomi daerah tersebut
telah memberikan angin segar bagi daerah, karena diberikan kekuasaan dan kewenangan
yang sangat luas untuk mengurus dan mengatur sendiri berbagai kewenangan di dalamnya
termasuk dalam bidang pendidikan.
Bentuk otonomi dalam bidang pendidikan berbeda dengan otonomi dalam bidang
lainya. Otonomi dalam bidang pendidikan tidak berhenti pada daerah tingkat kabupaten dan
kota saja, tetapi justru langsung kepada sekolah sebagai ujung tombak penyelenggaraan
pendidikan. Salah satu model otonomi daerah dalam bidang pendidikan ini adalah yang
disebut dengan school based management atau manajemen berbasis sekolah (MBS).
MBS merupakan salah satu model manajemen pendidikan yang berbasis pada
otonomi atau kemandirian sekolah dan aparat daerah dalam menentukan arah, kebijakan,
serta jalannya pendidikan di daerah masing-masing. Oleh karena itu keberhasilan dalm
pelaksanaan MBS sangat ditentukan oleh perwujudan kemandirian pada tingkat kabupaten
dan kota. MBS merupakan model pengelolaan pendidikan yang menjadikan sekolah sebagai
poros pengambilan keputusan. Model MBS diadaptasi secara resmi di Indonesia sekitar tahun
1999 oleh departemen pendidikan nasional dengan proses perintisan manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah (MPMBS).

2.2 Landasan Manajemen Berbasis Sekolah


a. Landasan filosofis

Landasan filosofis MBS adalah cara hidup masyarakat. Maksudnya jika ingin
reformasi pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara dan
kebiasaan hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan kebiasaan
warganya maka reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari segenap lapisan
masyarakat.
3
b. Landasan Yuridis atau Undang- Undang

 UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 51 ayat 1


“pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/ madrasah”

 UU no 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional tahun 2000-2004


pada bab VII tentang bagian program pembangunan bidang pendidikan khususnya
sasaran terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan
masyarakat

 Keputusan Mendiknas nomor 044 tahun 2002 tentang pembentukan dewan


pendidikan dan komite sekolah.

 Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah,


khususnya tentang manajemen berbasis sekolah.

 Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,


khususnya standar pengelolaan sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah.

 UU Sisdiknas No 2 tahun 1989 Pasal 25 ayat 1 butir 1 bahwa pendidikan adalah


tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

2.3 Manajemen Berbasis Sekolah dan Peningkatan Mutu Pendidikan


Dalam “proses pendidikan” yang bemutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar
(kognitif, afektif, atau psikomotorik), metedologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana
sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,
akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun. Bahkan 10 tahun). Beberapa ahli telah mendefinisikan
mutu, seperti berikut ini :
1. Menurut Umaedi (1999) secara umum mutu mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik
yang tangible maupun intangible.

4
2. Menurut Crosby (1983) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian individual
terhadap persyaratan/tuntutan. Dengan mengatakan bahwa “quality is confermance to
costumer requirement”.
Dari definisi tesebut dapat diambil kesimpulan bahwa mutu adalah keadaan yang
sesuai dan melebihi harapan pelanggan hingga memperoleh kepuasan. Mutu pendidikan
bersifat relatif karena tidak semua orang memiliki ukuran yang sama persis. Namun demikian
apabila mengacu pada pengertian mutu secara umum dapat dinyatakan bahwa pendidikan
yang bermutu adalah pendidikan yang seluruh komponennya memiliki persyaratan dan
ketentuan yang diinginkan pelanggan dan menimbulkan kepuasan. Mutu pendidikan adalah
baik, jika pendidik tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan para
pelanggannya.
1) Standar Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan jasa yang perlu memiliki standarisasi penilaian
terhadap mutu. Standar mutu ialah paduan sifat-sifat barang atau jasa termasuk sistem
manajemennya yang relatif establish dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Standar mutu pendidikan dapat dirujuk dari standar nasional pendidikan yang telah
menetapkan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di Indonesia meliputi :
a. Standar kompetensi lulusan yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang wajib dimiliki peserta didik untuk dapat dinyatakan dengan lulus.
b. Standar isi adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan cakupan dan
kedalaman materi pelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang
dituangkan kedalam kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
prosedur dan pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai standar
kompetensi kelulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kualifikasi minimal yang harus dipenuhi oleh setiap
pendidik dan tenaga kependidikan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasioal pendidikan yang berkaitan
dengan persyaratan minimal tentang fasilitas fisik yang diperlukan untuk
mencapai standa kompetensi lulusan.

5
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan kegiatan agar
tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
biaya untuk penyelenggaraan satuan pendidikan.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan alat penilaian pendidikan.
2) Peningkatan Mutu Pendidikan
Sampai satu dasawarsa ini terakhir pengunjung abad ke-20, dunia pendidikan
kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena ini ditandai
dari rendahnya mutu lulusan penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau
cenderung tambal sulam, bahkan sampai berorientasi proyek.
Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Kualitas
pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan,
baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya
yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui
pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari
segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam majemuk budaya bangsa.
Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu dijalankan
dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut tingginya
kinerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang berkelanutan,
kreativitas, dan produktivitasnya pegawai (guru). Kualitas bukan saja pada unsur
masukan (input), tetapi juga unsu proses, terutama pada unsu keluaran (output) atau
lulusan, agar dapat memuaskan harapan, masyarakat pelanggan pendidikan. Dengan
konsep sistem, maka input, proses, dan output memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi untuk mencapai kepuasan pelanggan atau sesuai harapan masyarakat.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejak digulirkannya reformasi dan telah diperundangkannya undang-undang otonomi
daerah, yaitu UU nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU no 25 1999
tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daeraah yang kini disempurnakan menjadi
UU no. 23 tahun 2004 dan UU no. 33 tahun 2004 telah mengubah segala peraturan dari
bersifat sentralis menjadi desentralisasi. Berlakunya undang-undang otonomi daerah tersebut
telah memberikan angin segar bagi daerah, karena diberikan kekuasaan dan kewenangan
yang sangat luas untuk mengurus dan mengatur sendiri berbagai kewenangan di dalamnya
termasuk dalam bidang pendidikan.
Dalam “proses pendidikan” yang bemutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar
(kognitif, afektif, atau psikomotorik), metedologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana
sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,
akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun. Bahkan 10 tahun).

3.2 Saran
Makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga tim penyusun mengharapkan
kritikan dan sarannya demi terlancarnya penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan kita khususnya pada mata kuliah pengantar kurikulum

7
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Arruss Media,


2006

Nurkolis, 2006, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta : Grasindo

Umaidi, dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai