KELOMPOK 1
Kelas: Ekstensi-H
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah” dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kami
miliki. Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh
perkuliahan di Universitas Negeri Medan dengan kurikulum KKNI.
Dalam penyelesaian makalah ini kami mengalami banyak kendala karena kurangnya
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki, tetapi dengan adanya bantuan dari
berbagai pihak dan referensi dari berbagai sumber sehingga tugas ini dapat kami selesaikan
tepat waktu.
Makalah yang kami sajikan ini masih jauh dari yang diharapkan saran dan
sumbangan pemikiran dalam penyempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Atas
saran dan sumbangan pemikiran yang diberikan kami ucapkan terimakasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………….……………. ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..………. 7
3.2 Saran………………………………………………………………………. 7
DAFTAR PUSTAKA……...…………………………………………………….. 8
ii
BAB I
PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang MBS
2. Untuk mengetahui landasan MBS
3. Untuk mencapai mutu relevansi pendidikan yang baik dengan tolak ukur
penilaian pada hasil dan prosenya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan filosofis MBS adalah cara hidup masyarakat. Maksudnya jika ingin
reformasi pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara dan
kebiasaan hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan kebiasaan
warganya maka reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari segenap lapisan
masyarakat.
3
b. Landasan Yuridis atau Undang- Undang
4
2. Menurut Crosby (1983) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian individual
terhadap persyaratan/tuntutan. Dengan mengatakan bahwa “quality is confermance to
costumer requirement”.
Dari definisi tesebut dapat diambil kesimpulan bahwa mutu adalah keadaan yang
sesuai dan melebihi harapan pelanggan hingga memperoleh kepuasan. Mutu pendidikan
bersifat relatif karena tidak semua orang memiliki ukuran yang sama persis. Namun demikian
apabila mengacu pada pengertian mutu secara umum dapat dinyatakan bahwa pendidikan
yang bermutu adalah pendidikan yang seluruh komponennya memiliki persyaratan dan
ketentuan yang diinginkan pelanggan dan menimbulkan kepuasan. Mutu pendidikan adalah
baik, jika pendidik tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan para
pelanggannya.
1) Standar Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan jasa yang perlu memiliki standarisasi penilaian
terhadap mutu. Standar mutu ialah paduan sifat-sifat barang atau jasa termasuk sistem
manajemennya yang relatif establish dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Standar mutu pendidikan dapat dirujuk dari standar nasional pendidikan yang telah
menetapkan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di Indonesia meliputi :
a. Standar kompetensi lulusan yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang wajib dimiliki peserta didik untuk dapat dinyatakan dengan lulus.
b. Standar isi adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan cakupan dan
kedalaman materi pelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang
dituangkan kedalam kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
prosedur dan pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai standar
kompetensi kelulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kualifikasi minimal yang harus dipenuhi oleh setiap
pendidik dan tenaga kependidikan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasioal pendidikan yang berkaitan
dengan persyaratan minimal tentang fasilitas fisik yang diperlukan untuk
mencapai standa kompetensi lulusan.
5
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan kegiatan agar
tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
biaya untuk penyelenggaraan satuan pendidikan.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan alat penilaian pendidikan.
2) Peningkatan Mutu Pendidikan
Sampai satu dasawarsa ini terakhir pengunjung abad ke-20, dunia pendidikan
kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena ini ditandai
dari rendahnya mutu lulusan penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau
cenderung tambal sulam, bahkan sampai berorientasi proyek.
Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Kualitas
pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan,
baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya
yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui
pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari
segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam majemuk budaya bangsa.
Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu dijalankan
dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut tingginya
kinerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang berkelanutan,
kreativitas, dan produktivitasnya pegawai (guru). Kualitas bukan saja pada unsur
masukan (input), tetapi juga unsu proses, terutama pada unsu keluaran (output) atau
lulusan, agar dapat memuaskan harapan, masyarakat pelanggan pendidikan. Dengan
konsep sistem, maka input, proses, dan output memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi untuk mencapai kepuasan pelanggan atau sesuai harapan masyarakat.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejak digulirkannya reformasi dan telah diperundangkannya undang-undang otonomi
daerah, yaitu UU nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU no 25 1999
tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daeraah yang kini disempurnakan menjadi
UU no. 23 tahun 2004 dan UU no. 33 tahun 2004 telah mengubah segala peraturan dari
bersifat sentralis menjadi desentralisasi. Berlakunya undang-undang otonomi daerah tersebut
telah memberikan angin segar bagi daerah, karena diberikan kekuasaan dan kewenangan
yang sangat luas untuk mengurus dan mengatur sendiri berbagai kewenangan di dalamnya
termasuk dalam bidang pendidikan.
Dalam “proses pendidikan” yang bemutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar
(kognitif, afektif, atau psikomotorik), metedologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana
sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada
prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,
akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun. Bahkan 10 tahun).
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga tim penyusun mengharapkan
kritikan dan sarannya demi terlancarnya penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan kita khususnya pada mata kuliah pengantar kurikulum
7
DAFTAR PUSTAKA