Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Oleh :
Kelompok 11
Amanda Virginia A. (19010714071)

Dian Irna Saga Prawita (19010714057)

Noor Fajriyati (19010714065)

Dosen Pengajar : Syunu Trihantoyo, M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


MANAJEMEN PENDIDIKAN B
2019
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ..................................................................................................... 3
1. Latar Belakang ............................................................................................. 3
2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
3. Tujuan .......................................................................................................... 3
B. Materi ............................................................................................................... 3
1. Sejarah .......................................................................................................... 3
2. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah ......................................................... 4
a. Pengertian ................................................................................................. 4
b. Tujuan ....................................................................................................... 6
c. Manfaat ..................................................................................................... 7
d. Konsep Dasar ........................................................................................... 7
e. Karakteristik ............................................................................................. 8
f. Implementasi MBS di Indonesia ............................................................ 12
g. Peran Dinas Pendidikan Untuk Impementasi MBS ............................... 12
3. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah ........................................................ 13
a. Equifinality (Kesetaraan) ....................................................................... 13
b. Decentralization...................................................................................... 13
c. Self-Management System....................................................................... 14
d. Human Initiative ..................................................................................... 14
C. RANGKUMAN ............................................................................................. 14
D. DAFTAR PUSTAKA ..................................... Error! Bookmark not defined.
E. GLOSARIUM ................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan kebijakan dalam sistem
penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah yang dilakukan secara mandiri
dan bertanggungjawab. Sistem pengelolaan yang memberikan otonomi
atau kemandirian dan sebagai pendorong pengambilan keputusan
partisipatif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
menjadi lebih berkualitas.

Oleh karena itu, tujuan kami membahas materi Manajemen


Berbasis Sekolah yaitu kami ingin mengupas lebih dalam tentang hal-hal
yang terkait dalam Manajemen Berbasis Sekolah.karena Manajemen
Berbasis Sekolah memegang peranan sangat penting dalam lembaga
peendidikan.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Manajemen Berbasis Sekolah ?
2. Bagaimana konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah?
3. Apa saja bentuk-bentuk implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah di Indonesia ?
4. Mengapa Manajemen Berbasis Sekolah perlu diterapkan di
seluruh lembaga pendidikan ?
5. Kapan Manajemen Berbasis Sekolah lahir ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
2. Untuk mengetahui konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah di Indonesia
4. Untuk mengetahui manfaat Manajemen Berbasis Sekolah setelah
diterapkan
5. Untuk mengetahui sejarah lahirnya Manajemen Berbasis Sekolah

B. Materi

1. Sejarah
Negara yang pertama kali menerapkan MBS adalah Negara Ingris
Raya, New Zealand, beberapa nergara di Australia, dan Amerika Serikat
dalam agenda pendidikannya di tahun 1970-an. Kemudian pada tahun
1990-an, kebijakan MBS diadopsi oleh Negara-negara di asia, termasuk
wilayah Hongkong, Sri Langka, Korea, Nepal, dan seputar Arab. Di
tahun 1900-an di daerah Eropa Timur, relolusi politik telah menimbulkan
perubahan dalam kebijakan pendidikan, yang kemudian merambat ke
daerah Afrika, kawasan Latin Amerika, dan Negara berkembang lainnya
di seluruh dunia.
Pengembangan dan pelaksanaan MBS telah sampai ke Indonesia
melalui beberapa program dan kegiatan, baik dibiayai dana dari dalam
negeri maupun luar negeri. Seperti program, Managing Basic Education
(MBE) dari USAids, program Whole School Development (WSD) dan
Whole District Development (WDD) yang di biayai oleh Australia-
Indonesia Basic Education Program (AIBEP). Materi utama yang di
berikan melalui program tersebut, seperti MBS, selain pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dan Peran Serta
Masyarakat (PSM).
MBS pada awalnya sempat berganti-ganti nama, yaitu tata kelola
berbasis sekolah (school based government), manajemen mandiri sekolah
(school selft management) dan manajemen yang bermarkas di sekolah
(school site management). Nama-nama tersebut memang memiliki
definisi yang berbeda-beda, namun memiliki arti yang sama, yakni
sekolah diharapkan menjadi lebih otonom dalam pelaksanaan manajemen
di sekolahnya, khususnya dalam menggunakan 3M (man, money,
material). Secara tidak langsung MBS diberikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan, oleh karena itu Direktorat Pembinaan SMP
menamakan sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS). (Rohiyat, 2012)

2. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

a. Pengertian
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu pendekatan politik yang
bertujuan untuk me-redisain pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang meliputi
guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.
Model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian
kepala sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
yang melibatkan semua warga sekolah sesuai dengan standar
pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, kabupaten, dan
kota.

b. Landasan Yuridis Penerapan MBS


Secara yuridis, penrapan MBS dijamin oleh peraturan perundang-
undangan sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (1) “pengelolaan satuan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan strandar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis
sekolah/madrasah”
2. Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 pada Bab VII
tentang Bagian Program Pembangunan Bidang Pendidikan,
khusus nya sasaran (3), yaitu “terwujudnya manajemen
pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat (school
community based management).
3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 44 Tahun
2002 tetang Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah.
4. Kepmendiknas Nomor 087 tahun 2004 tentang Standar
Akreditasi Sekolah, khususnya tentang manajemen berbasis
sekolah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, khsuusnya standar penngelolaan, yaitu
manajemen berbasis sekolah.

c. Variasi Istilah MBS


Larry Kuehn dalam ERIC Clearinghouse on Educational
Management (1999) menulis bahwa terdapat terdapat banyak nama
untuk MBS. Selain popular dengan sebutan school-based management
atau school-site management, nama lain yang maknanya sama atau
hampir sama dengan MBS adalah sebagai berikut.

1. Manajemen lokal sekolah (local management of schools), di


mana sekolah memiliki otonomi pengelolaan pada tingkat
kampus (building level) atau kompleks sekolah.
2. Pembagian kewenangan dlam pembuatan keputusan (shared
decision-making). Dalam kaitan ini, dinas diknas melimpahkan
sebagian kewenangannya selama ini ke tingkat sekolah, baik
secara langsung maupun melalui komite sekolah
3. Pengelolaan sekolah secramandiri (self-managing schools).
Sekolah memiliki kewenangan mengelola diri dalam lingkup
yang cukup luas untk menyusun perencanaan, program,
penganggaran, dan implementasi
4. Sekolah dengan penentun pengelolaan secara mandiri (self-
determining schools). Sekolah memiliki kewenangan untuk
“menentukan nasib sendiri”, misalnya, dalam mengembangkan
program unggulan, menentukan besarnya pembiayaan, mengatur
program sekolah, dan lain-lain
5. Otonomi sekolah secara local (locally-autonomous schools).
Program internal sekolah dirancang dan diimplementasikan
sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan yang
mungkin diakses oleh lembaga
6. Manajemen sekolah yang brsifat partisipatori (school
participatory management), tempat untuk dapat menciptakan
kondisi sekolah yang efektif diperlukan partsipasi semua
komunitas sekolah
7. Devolusi (devolution), berupa perubahan pengelolaan sekolah
dari banyak tergantung kepada instansi di atasnya menjadi
dikelola dengan kemandirian tertentu sesuai dengan kebtuhan
dan tuntutan komunitas sekolah dan masyarakat sekitarnya
8. Desentralisasi pengelolaan sekolah (school decentralization).
Meski sekolah merupakan subsistem dari system pendidikan
nasional, sebagian program yang selama ini banyak dipandu dari
instansi di atasnya dikelola dengan cara didesentralisasikan atau
dilaksanakan secara mandiri
9. Restrukturisasi sekolah (restructured schools). Restrukturisasi
sekolah berupa perubahan struktur sekolah dari tidak lebih
sebagai perpanjangan tangan unit birokrasi di atasnya ke
lembaga akademik yang tidak terlalu diikat oleh kaidah-kaidah
kerja birokrasi pendidikan
10. Sekolah berbasis swakelola atau penyelenggaraan sekolah
secara mandiri (‘self-governing”). Sebagian program sekolah ini
direncanakan, didanai, dilaksanakan, dan dievaluasi sendiri
keberhasilannya
11. Sekolah berbasis penentuan “nasib” sendiri (‘self-determining”).
Sekolah memiliki kewenangan untuk mandiri atau menentukan
nasib sendiri, misalnya mengenai standar prestasi, program
unggulan, muatan local, kalender belajar, program khusus, dan
sebagainya

d. Tujuan
 Mutu pendidikan yang berkualitas yaitu melalui kemandirian
sekolah dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang ada
 Sinergitas warga sekolah dan masyarakat yang baik dalam
penyelenggaran pendidikan melalui pengambilan kebijakan
bersama
 Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua,
masyarakat, dan pemeritah tentang mutu sekolahya
 Kompetisi mutu antar sekolah yang sehat untuk barometer
mutu penidikan yang sesuai dengan perkembangan saat ini.

e. Manfaat
 Sekolah dapat menyesuaikan dan meningkatkan kesejahteraan
pendidik dan tenaga pengajar sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada tugasnya sebagai pendidik
 Memiliki keleluasaan untuk pengelolaan sumber daya dan
penyertaan masyarakat dalam berpartisipasi di sekolah, serta
mendorong profesionalisme sivitas akademika yang ada di
sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun
pemimpin sekolah
 Pendidik didorong untuk berinovasi rasa tanggap sekolah
terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin
layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah
dan peserta didik.
 Meningkatkan akuntanbilitas kepala sekolah dan guru terhadap
peserta didik, orang tua siswa, dan masyarakat. Yang semula
mekanisme akuntanbilitas masih harus menunggu laporan
tertulis dari kepala sekolah atau para guru, maka dengan
penerapan mbs apa yang dilaporkan sejak awal dapat diketahui
lebih dulu.
 MBS memberikan keterbukaan kepada semua pemangku
kepentingan dalam memberikan saran dan masukan untuk
penentuan kebijakan-kebijakan penting yang diperlukan oleh
sekolah. Dengan demikian aspirasi dari semua pemangku
kepentingan sangat dihargai untuk menjadi bagian penting
dalam memnentukan sebuah kebijakan yang akan diambil oleh
lembaga pendidikan sekolah.

f. Konsep Dasar
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based
Management (SBM) merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah
yang efektif dan produktif. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika
Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi
pendidikan dengan tuntutan dan pekembangan masyarakat setempat.
MBS merupakan paradigma baru manajemen pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada sekolah, dan pelibatan masyarakat
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan
agar sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, sumber
belajar, dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat.
MBS merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang
memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengatur kehidupan
sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya. Otonomi dalam
manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan
kinerja para tenaga kependidikan menawarkan partisipasi langsung
kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pendidikan.

g. Karakteristik
Karakteristik dasar MBS adalah pemberian otonomi yang luas
kepada sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik
yang tinggi, kepemimpinan, kepala ssekola yang demokratis dan
profesional serta adanya team work yang tinggi dan profesional.
Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat
sekolah, maka MBS akan menyediakan layanan pendidikan yng
komprehensif dan tanggap akan kebutuhan masyarakat dimana
sekolah itu berada. Ciri-ciri MBS bisa dilihat dari sudut sjauh mana
sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,
pengelolaan sumber daya manusia (SDM), proses belajar mengajar
dan sumber daya.

Proses Belajar Sumber Daya Sumber Daya


Organisasi Sekolah
Mengajar Manusia Administrasi
Mengidentfikasi
Menyediakan Memberdayakan
sumber daya yang
manajemen/organisa staff dan
Menngkatkan diperlukan dan
si/kepemimpinan menempatkan
kualitas pelajar mengalokasikan
tranformasional personil yang dapat
siswa sumber daya tersebut
dalam mencapai melayanikeperluan
sesuai dengan
tujuan sekolah siswa
kebutuhan
Mengembangkan
Menyusun rencana
kurikulum yang
sekolah dan Memiliki staff Mengelola dana
cocok dan tanggap
merumuskan dengan wwasan sekolah secara
terhadap kebutuhan
kebijakan untuk MBS efektif dan efisien
sisiwadan
sekolahnya sendiri
masyarakat
Menyelenggarakan Menyediakan Menyediakan
Mengelola kegiatan
pembelajaran yang kegiatan untuk dukungan
operasional sekolah
efektif mengembangkan administratif
profesi pada semua
staff
Menjamin adanya
Menyediakan
komunikasi yang Menjamin Mengelola dan
program
efektif antara kesejahteraan staff memelihara gedung
pengembangan yang
sekolah dan dan siswa dan sarana
diperlukan siswa
masyarakat
Menylenggarakan
Menggerakkan
Berperan serta dalam forum/diskusi untuk
partisipasi
memotivasi siswa membahas kemajuan
masyarakat
kinerja sekolah
Menjamin
terpeliharanya
sekolah yang
bertanggungjawab
kepada masyarakat
dan pemerintah
Gambar 1. Sumber : Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung Remaja Rosdakarya, hal.30

Adapun karakteristik lainnya yang perlu dipahami terlebih bagi


sekolah yang akan menerapkannya, dengan kata lain sebuah sekolah jika
ingin berhasil dalam menerapkan MBS, sejumlah karakteristik perlu
dimiliki. Oleh karena itu karakteristik MBS memuat secara inklusif
elemen sekolah yang efektif yang dikategorikan menjadi input, proses, dan
output. Hal ini didasari oleh pengertian sekolah sebagai sebuah sistem,
output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan proses memiliki
satu tingkatan lebih rendah dibawahnya, dan input memiliki tingkatan
kepentingan paling rendah.
1. Output
Output sekolah merupakan prestasi yang dihasilkan melalui proses
pembelajaran dan manajemen di sekolah. Secara umum output dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu output prestasi akademik dan output
prestasi non akademik. Output prestasi akademik contohnya seperti,
lomba karya ilmiah remaja, olimpiade sains dan matematika dan lain
sebagainya, dan cara berpikir. Output non akademik misalnya,
akhlak/budi pekerti, dan perilaku sosial yang baik seperti bebas
narkoba, kejujuran, kerja sama yang baik, rasa kasih sayang terhadap
sesama, rasa solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan,
prestasi olah raga, kesenian, dan kepramukaan.
2. Proses
Sekolah yang baik umuumnya memiiki karakteristik proses seperti
a. Proses Belajar Mengajar dengan Evektivitas yang Tinggi
Hal ini ditunjukan oleh sifat PBM yang menekankan pada
pemberdayaan peserta didik. PBM lebih menekankan pada
internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. PBM yang baik
juga menekankan pembelajaran untuk mengetahui (learning to
know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama
(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri
(learning to be).
b. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolh memiliki
peran yang kuat dalam mengoordinasikan, menggerakan, dan
menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor
yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program
yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Secara
umum kepala sekolah yang tangguh memiliki kemampuan
memobilisasi sumber daya terutama sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan sekolah.
c. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
Sebuah sekolah harus memiliki lingkungan belajar yang aman,
tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan lancar. Dalam hal ini peranan kepala
sekolah sangat penting dalam mengendalikan iklim tersebut.
d. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan terutama guru, merupakan komponen
yang penting dalam sebuah sekolah, oleh karena itu
pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisa
kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja,
hubungan kerja, hingga imbal jasa merupakan pekerjaan
penting bagi kepala sekolah. Tenaga kependidikan yang
diperlukan untuk menyukseskan MBS adalah tenaga
kependidikan yang mempunyai komitmen tinggi dan selalu
mampu dan sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.
e. Memiliki kewenangan (Kemandirian)
Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik
sehingga dituntut memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja
yang tidak selalu bergantung pada atasan. Tentunya didukung
dengan sumber daya yang cukup untuk menjalankan tugasnya.
f. Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan atau transparansi merupakan salah satu
karakteristik sekolah yang menjalankan MBS. Keterbukaan
atau transparansi ditujukan dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan, keuangan, dan
sebagainya yang melibatkan pihak terkait sebagai alat kontrol.
g. Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Memanfaatkan hasil evaluasi belajar merupakan hal terpenting
dalam memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar
mengajar di sekolah. Oleh karena itu fungsi evaluasi menjadi
sangat penting dalam ranga meningkatkan mutu peserta didik
dan sekolah. Sistem mutu yang dimaksud harus mencakup
struktur organisasi, tanggung jawab, orisedur, proses, dan
sumber daya.
h. Responsif dan Antisipatif Terhadap Kebutuhan
Sekolah dituntut tidak hanya mampu menyesuaikan diri
terhadap tuntutan tetapi harus sigap dalam segala hal, sekolah
harus mampu membaca lingkungan dan menanggapinya secara
cepat dan tepat.
i. Sekolah Memiliki Akuntanbilitas
Akuntanbilitas merupakan bentuk pertanggung jawaban
terhadap program yang telah dilaksanakan yang berbentuk
laporan prestasi yang ingin dicapai dan diserahkan pada
pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat. Jika program
tersebut berhasil pemerintah berhk memberikan apresiasi, dan
jika program tersebut gagal maka pemerintah perlu
memberikan teguran sebagai hukuman.
3. Input Pendidikan
a. Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran yang Jelas
Sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan
kebijakan, tujuan, dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan
mutu, di nyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan
oleh semua warga sekolah sehingga dapat mencapai
kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah
b. Sumber Daya Siap dan Tersedia
Sumber daya merupakan input penting dalam kelangsungan
proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya yang
memadai sekolah tidak dapat mencapai proses pendidikan
yang baik, akibatnya sasaran tidak dapat tercapai. Secara
umum sekolah yang menerapkan MBS harus mempunyai
sumber daya yang memadai untuk menjalankan proses
pendidikan, oleh karena itu diperlukan kepala sekolah yang
mampu memobilisasi sumber daya yang ada disekitarnya.
c. Staf yang Berkompeten dan Berdedikasi Tinggi
Sekolah yang efektif umumnya di tandai dengan staf yang
berkompeten dan berdedikasi tinggi dengan implikasi jelas
bagi sekolah yang ingin memiliki efektivitas tinggi.
d. Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
Sekolah yang menerapkan MBS mempunyai dorongan dan
harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik
di sekolahnya. Kepala sekolah memiliki motivasi yang kuat
terhadap peningkatan mutu di sekolahnya, guru memiliki
komitmen dan harapan yang tinggi terhadap anak didik nya
untuk mencapai prestasi yang optimal, dan juga peserta didik
harus mempunyai motivasi untuk berprestasi sesuai bakat dan
kemampuannya. Diharapkan dari ke tiga unsur sekolah ini
dapat bekerja sama dalam mencapai mutu sekolah yang baik.
e. Fokus Pada Peserta Didik
Pada intimya semua input dan proses tujuan utamanya adalah
meningkatkan mutu peserta didik. Penyiapan input dan proses
harus benar-benar mengacu pada kepuasan yang di harapkan
siswa.
f. Input Manajemen
Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya menggunakan
sejumlah input manajemen, dengam begitu akan membuat
sekolah tersebut menjadi efektif. Input manajemen yang
dimaksud meliputi : tugas yang jelas, rencana yang rinci, dan
sistematis. Dengan adanya input manajemen yang efektif dan
efisien maka diharapkan sasaran yang telah disepakati dapat
tercapai

h. Implementasi MBS di Indonesia

i. Peran Dinas Pendidikan Untuk Impementasi MBS


Implementasi MBS tidak mereduksi fungsi dinas pendidikan dalam
pembangun pendidikan, tetapi hanya menggeser sebagian fungsinya.
Manajenem dinas pendidikan yang tadinya banyak menjalankan
fungsi memerintah, mengomando, dan embuat aturan- atura yang
rigid, bergeser fungsinya ke arah pemberianruang gerak,
mengoordinasikan, memfasilitasi operasi sekolah.
Fokus utama dinas pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai standar yang tinggi, relevan, berorientasi ke depan
dan lintas disiplin yang tinggi bagi kegiatan pembelajaran siswa di
seluruh sekolah.
b. Memiliki kepemimpinan yang mendukung bagi terwujudnya
program kurikuler, pembelajaran, dan penilaian untuk mencapai
standar belajar.
c. Mendesain tujuan strategis dan merumuskan perencanaan untuk
mendukung proses perbaikan prestasi belajar siswa.
d. Memiliki sifat dan sikap kepemimpinan yang visioner, reflektif,
terfokus dan konsisten.
e. Menjadi contoh dan mendukung tumbuhnya kreatifitas,
keragaman, keamanan, sikap saling menghargai, dan
memanfaatkan lingkungan bagi terselenggaranya proses
pendidikan dan pembelajaran.
f. Membangun inisiatif untuk memperluas dukungan masyarakat
dalam mengalokasikan sumber-sumber daerah untuk keperluan
sekolah.
g. Mendukung dan memfasilitasi perbaikan yang terus-menerus dan
kegiatan belajar dari seluruh staf.
h. Menjamin akuntabilitas bagi terciptanya otonomi sekolah.
i. Menciptakan keterkaitan atau jaringan kerja dengan masyarakat
untuk meningkatkan kesukesan siswa
j. Mendengar dan berkomunikasi dengan baik dengan sekolah dan
masyarakat.
k. Menunjukan orientasi layanan yang baik dan optimal terhadap
sekolah.
l. Memberikan dukungan infrastruktur yang diperlukan untuk secara
efektif mendukung operasi sekolah.
m. Menjamin bahwa pihak-pihak berkepentingan terorganisasikan
secara efektif akan mampu ‘memproduk’ sekolah yang efektif.

3. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

a. Equifinality (Kesetaraan)
Prinsip ini berdasarkan teori modern yang berasumsi bahwa terdapat
beberapa metode yang berbeda dalam pencapaian tujuan. Karena rumitnya
job deskription sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang spesifikasi
antara sekolah satu dengan yang lainnya, contohnya konkritnya adalah
perbedaan input peserta didik, sarana prasarana dan situasi akademik
sekolah, sekolah tidak dapat dijalankan dengan struktur yang sama di
seluruh kota, provisnsi, apalagi Negara.

b. Decentralization
Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen
sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip
equifinality.
Prinsip equifinality yang dikemukakan sebelum mendorong adanya
desentralisasi kekuasaan dengan mempersilahkan sekolah memiliki ruang
yang lebih luas untuk bergerak, berkembang, dan bekerja menurutstrategi-
strategi unik mereka untuk menjalani dan mengelola sekolahnya secara
efektif.

Tujuan dari prinsip desentralisasadalah efisiensi dalam pemecahan


masalah, bukan menghindari masalah. Tanpa adanya desentralisasi
kewenangan sekolah tidak dapat dilaksanakan dan akan berakibat pada
terlambatnya pemecahan masalah.

c. Self-Management System
Manajemen sekolah yang bermutu harus menyadari bahwa pentingnya
mempersilahkan sekolah menjadi sistem pengelolaan secara mandiri di
bawahkebijakannya sendiri. Karena sekolah dikelola secara mandiri maka
sekolah lebih memliki inisiatif dan tanggungjawab sendiri.

Ketika sekolah menghadapi permasalahan maka harus diselesaikan


dengan caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila
telah terjadi pelimpahan wewenang dari birokrasi diatasnya ke tngkat
sekolah. Dengan adanya kewenangan di tingkat sekolah itulah maka
sekolah dapat melakukan sistem pengelolaan mandiri.

d. Human Initiative
Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang
statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia
harus selalu digali, ditemukan, dan kemudian dikembangkan. Lembaga
pendidikan harus menggunakan pendekatan human resource development
yang memiliki konotasi dinamis dan aset yang amat penting dan memliki
potensi untuk terus dikembangkan.

C. RANGKUMAN
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu pedekatan politik yang bertujuan
untuk me-redisain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada
kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan
kinerja sekolah yang meliputi guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, dan
masyarakat.
Tujuan :
 Mutu pendidikan yang berkualitas
 Sinergitas warga sekolah dan masyarakat yang baik
 Meningkatkan tanggungjawab sekolah
 Kompetisi mutu antar sekolah yang sehat
Manfaat :
 Sekolah dapat menyesuaikan dan meningkatkan kesejahteraan pendidik
dan tenaga pengajar
 Memiliki keleluasaan untuk pengelolaan sumber daya dan penyertaan
masyarakat dalam berpartisipasi di sekolah
 Pendidik didorong untuk berinovasi rasa tanggap sekolah terhadap
kebutuhan setempat
Karakteristik dasar MBS adalah pemberian otonomi yang luas kepada
sekolah, partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi,
kepemimpinan, kepala ssekola yang demokratis dan profesional serta adanya
team work yang tinggi dan profesional.
Implementasi ini perlu didukung oleh perubanhan yanag mendasar dalam
kebijakan pengelolaan sekolah dengan memperhatikan iklim sekolah yang
kondusif, otonomi sekolah, kewajibaan skolah, kepemimpinan kepaala skolah
yang demokratis dan profesional, partisipasi manyrakat dan orang tua siswa
dalam merumuskan program sekolah.
Prinsip MBS :
a) Equifinality (Kesetaraan)
b) Decentralization
c) Self-Management System
d) Human Initiative

D. Glosarium
perihal bertanggung jawab; keadaan dapat
1. Akuntabilitas :
dimintai pertanggungjawaban
1. sistem pemerintahan yang dijalankan
oleh pegawai pemerintah karena telah
berpegang pada hierarki dan jenjang
jabatan;
2. Birokrasi :
2. cara bekerja atau susunan pekerjaan
yang serba lamban, serta menurut tata
aturan (adat dan sebagainya) yang
banyak liku-likunya dan sebagainya
merancang ulang: produk ini semacam --
3. Me-redisain :
dari produk sebelumnya
pemerintahan sendiri;
-- daerah hak, wewenang, dan kewajiban
4. Otonomi : daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
1. Ling daftar semua bentukan dari
5. Paradigma :
sebuah kata yang memperlihatkan
konjugasi dan deklinasi kata tersebut;
2. model dalam teori ilmu pengetahuan;
3. kerangka berpikir
perihal turut berperan serta dalam suatu
kegiatan; keikutsertaan; peran serta;
-- observasi kegiatan dalam riset, berupa
6. Partisipatif : pengamatan yang aktif dan turut serta dalam
kehidupan lapangan atau objek yang
diamati;

hubungan; kaitan: setiap mata pelajaran


7. Relevansi : harus ada -- nya dengan keseluruhan tujuan
pendidikan;
8. Sinergitas : kegiatan atau operasi gabungan
E. DAFTAR PUSTAKA
Rohiyat. (2012). MANAJEMEN SEKOLAH – Teori Dasar dan Praktik. Bandung:
PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai