Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DISEKOLAH DASAR NUR

FADHILAH

Deni Adriani S.Pd,. M.Pd1, Bayu Maulana2, Della Aprilia3


1
S.Pd.,M.Pd, Universitas Negeri Medan
2,3
Program Studi S1 Pendidikan Bisnis, Universitas Negeri Medan
email: Riswantoannafi23c@gmail.com, dellaaprilia234@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui masalah implementasi tujuh komponen manajemen berbasis
sekolah di Sekolah Dasar Nur Fadhilah. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Sumber data penelitian meliputi praktisi pendidikan SD, dan dosen yang berlatar belakang keahlian
manajemen/ administrasi pendidikan di seluruh Indonesia. Hasil penelitian yaitu berdasarkan ruang
lingkup yang ditangani tiap komponen manajemen berbasis sekolah, implementasi MBS SD di
Indonesia menghadapi masalah secara berturut turut yaitu: manajemen pembiayaan (100%), manajemen
pendidik dan tenaga kependidikan (88%), manajemen budaya dan lingkungan sekolah (75%),
manajemen peserta didik (73%); manajemen sarana dan prasarana (71%), manajemen Humas (60%),
dan manajemen pembelajaran (40%).

Kata kunci: masalah implementasi, manajemen berbasis sekolah, sekolah dasar

Abstract
The purpose of this research is to raise awareness of the issue of implementation of seven components
of school-based management in Primary Schools Indonesia. Research chusing quantitative descriptive
approach, and questionnaires. Source of research data covering elementary education practitioners,
bureaucrats in the Department of Education, and lecturer whose background expertise is management/
administration of education in Indonesia. Results of the study are based on the scope that addressed each
component of the school-based management, the implementation of MBBS in Indonesia Face the
problem in a row, namely: financial management (100%), management educators and education
personnel(88%), management culture and school environment(75%), management of learners(73%);
management of facilities and infrastructure (71%), management PR(60%), and learning management
(40%).

Key word: implementation issues, school-based management, elementary schools


1
I. PENDAHULUAN dengan bantuan dari The United Nations
Salah satu upaya yang dilakukan agar Children’s Fund (UNICEF), United Nations
dapat mewujudkan sekolah yang efektif Educational Scientific and Cultural
adalah melakukan perubahan di sekolah Organization (UNESCO), sejak Tahun 1999
dengan school based management (SBM), di 7 kabupaten pada 4 provinsi. Setelah
yang menekankan pada pengembangan dinyatakan berhasil pada beberapa sekolah
perencanaan sekolah, peningkatan kualitas piloting, program MBS memperoleh
sekolah, implementasi kurikulum/program dukungan pendanaan dari dalam dan luar
baru dan aplikasi teknologi informasi dalam negeri, antara lain NZAID, AUSAID,
pendidikan (Caldwell & Spinks, 1992, 1998; USAID, Plan International, Citibank, Save
Stringfield, Ross & Smith, 1997). Menurut The Children, Jica, dan Kartika Soekarno
Cheng (2001)semua negara di dunia yang Foundation.
menerapkan SBM sebagai cara reformasi
Implementasi MBS di Indonesia sejak
sekolah menekankan pada desentralisasi
tahun 1999 diprioritaskan pada 3 pilar yaitu
sekolah, mengembangkan pengambilan
manajemen, Pembelajaran Aktif, Kreativ,
keputusan yang efektif, mengembangkana
Efektiv, dan Menyenangkan (PAKEM), dan
proses internal, dan menggunakan sumber-
peran serta masyarakat. Sejalan dengan
sumber belajar dan mengajar.
landasan yuridis khususnya Peraturan
Di Australia pada tahun 1992, telah Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
diterapkan SBM sebagai kerangka sekolah Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
masa depan (Schools of the Future/SOF), 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
yang secara efektif dilaksanakan pada tahun Pendidikan, maka pelaksanaan MBS
1993. Antara lain: keterlibatan semua elemen, dikembangkan menjadi 7 komponen,
penggunaan keuangan sekolah secara yaitu:kurikulum dan pembelajaran,
fleksibel, alokasi dana pendidikan kesiswaan, pendidik dan tenaga kependidikan
berdasarkan kebutuhan sekolah, dan adanya serta pengembangannya sarana dan prasarana,
keterlibatan masyarakat (termasuk orang tua) keuangan dan pembiayaan, hubungan sekolah
melalui dewan sekolah. Lebih lanjut pada dan masyarakat, dan budaya dan lingkungan
tahun 1999 pemerintah pusat di Australia sekolah.
melonggarkan kebijakan dan mereformasi
Dasar hukum lainnya yang melandasi
pendidikan dalam rangka mensukseskan
implementasi MBS di Indonesia antara lain
program the School of the Future Framework
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003
(Connors, 2000).
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Pasal 51 Ayat (1) dinyatakan bahwa:
di Indonesia dirintis oleh pemerintah, dalam ”Pengelolaan satuan pendidikan anak usia
hal ini Departemen Pendidikan Nasional dini, pendidikan dasar dan pendidikan
(sekarang Kementerian Pendidikan dan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
Kebudayaan), beserta pemerintah daerah,
pelayanan minimal dengan prinsip yang mengandung makna swakarsa,
manajemen berbasis sekolah/madrasah”. swakarya, swadana, swakelola, dan
swasembada (Buku I Panduan Pembinaan dan
Peraturan Pemerintah Nomor
Pengembangan MBS Tahun 2012;
32 Tahun 2013 Tentang
Panduan Pembinaan MBS Tahun 2013).
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 MBS juga dapat didefinisikan sebagai
Tentang Standar Nasional Pendidikan juga pengelolaan sumberdaya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah, dengan
2 mengikutsertakan semua kelompok
dinyatakan bahwa: “Standar pengelolaan kepentingan yang terkait dengan sekolah
adalah standar nasional pendidikan yang dalam pengambilan keputusan, untuk
berkaitan dengan:perencanaan, pelaksanaan, mencapai tujuan peningkatan mutu
dan pengawasankegiatan pendidikan pada sekolah.Unsur Unsur penting yang
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, terkandung dalam definisi MBS, meliputi:
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi Pertama, pengelolaan dimaknai dari dua sudut
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. pandang yakni proses dan komponen
Lebih lanjut, dalam Peraturan Pemerintah manajemen sekolah. Sebagai proses,
tersebut pada Pasal 49 (1)disebutkan bahwa manajemen sekolah berbentuk sistem yang
“Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang komponennya meliputi perencanaan,
pendidikan dasar dan menengah menerapkan pengorganisasian, pelaksanaan, dan
manajemen berbasis sekolah yang pengawasan. Ditinjau dari komponennya,
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, manajemen sekolah meliputi manajemen: (1)
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. kurikulum dan pembelajaran, (2) peserta
Atas dasar peraturan perundangan tersebut, didik, (3) pendidik dan tenaga kependidikan,
maka MBS di Indonesia dibina secara terus (4) pembiayaan, (5) sarana dan prasarana, (6)
menerus implementasinya oleh pemerintah hubungan sekolah dan masyarakat, dan (7)
dan pihak lain yang kompeten. budaya dan lingkungan sekolah. Kedua,
sumberdaya sekolah meliputi manusia, dana,
MBS adalah bentuk otonomi
sarana dan prasarana. Ketiga, strategi
manajemen pendidikan pada satuan
pembelajaran yang berpusat pada peserta
pendidikan, yang dalam hal ini
didik, antara lain PAKEM. Keempat,
kepala sekolah dan guru dibantuoleh
implementasi budaya dan lingkungan sekolah
komite sekolah dalam mengelola
yang kondusif. Kelima, peran serta
kegiatan pendidikan (Penjelasan Pasal 51
masyarakat. Terakhir, pencapaian tujuan
Ayat (1) UU
peningkatan mutu sekolah (Buku I Panduan
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pembinaan dan Pengembangan MBS Tahun
Pendidikan Nasional).Esensi MBS adalah
2012; Panduan Pembinaan MBS Tahun
pemberian otonomi sekolah dalam rangka
2013).
peningkatan mutu sekolah. Otonomi sekolah
juga dapat diartikan sebagai pemberian MBS bertujuan meningkatkan
kewenangan yang lebih mandiri pada sekolah kemandirian sekolah melalui pemberian

3
kewenangan yang lebih besar dalam
mengelola sumberdaya sekolah, dan
mendorong keikutsertaan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah
dalam pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu sekolah (Buku I Panduan
Pembinaan dan Pengembangan MBS Tahun
2012; Panduan Pembinaan MBS Tahun
2013).

Permasalahan secara umum yang


ditemukan jawabannya melalui penelitian ini
adalah masalah yang dihadapi dalam
implementasi tujuh komponen manajemen
berbasis sekolah di Sekolah Dasar Indonesia.
Secara khusus rumusan masalah penelitian
meliputi: masalah yang dihadapi dalam
implementasi (1) manajemen kurikulum dan rekrutme/pengadaan;penempatan; pembinaan
pembelajaran berbasis sekolah, (2) dan pengembangan; pemberian motivasi;
manajemen peserta didik berbasis sekolah; (3) rotasi kerja; pengawasan, evaluasi kinerja,
manajemen pendidik dan tenaga dan pelaporan. Manajemen sarpras
kependidikan berbasis sekolah; (4) menghadapi 5 masalah, yaitu: analisis
manajemen sarana dan prasarana berbasis kebutuhan dan perencanaan; pengadaan;
sekolah; (5) manajemen pembiayaan berbasis pendistribusian dan pemanfaatan;
sekolah; (6) manajemen Humas berbasis pemeliharaan; dan penghapusan. Manajemen
sekolah; dan (7) manajemen budaya dan pembiayaan ada 5 masalah yakni: penyusunan
lingkungan berbasis sekolah. RKS/RKJM/RKT, RKAS; penggalian
sumber-sumber; pembukuan; penggunaan
sesuai peraturan perundangan: transparan,
BAB ll METODE PENELITIAN akuntabel; pengawasan, evaluasi dan
Penelitian ini menggunakan pelaporan. Manajemen Humas terdapat 3
pendekatan kualitatif, jenis deskriptif. masalah, yaitu: penyusunan program;
Responden penelitian berasal dari sekolah pembagian tugas pelaksana; dan pelaksanaan
Dasar Nur Fadhilah, terdiri atas unsur: praktisi kegiatan. Manajemen budaya dan lingkungan
pendidikan yang meliputi pengawas sekolah sekolah menghadapi 3 masalah yakni:
dan kepala SD, dan pakar perguruan tinggi perencanaan program kegiatan; sosialisasi
yang bidang administrasi/manajemen program kegiatan; dan pelaksanaan program
pendidikan. kegiatan. Berdasarkan ruang lingkup yang
ditangani tiap komponen manajemen berbasis
Teknik pengambilan sampel sekolah, masalah yang dihadapi 7
penelitian adalah area sekolah dasar Nur
Fadhilah teknik deskriptif khususnya ukuran komponen MBS secara berturut-turut yaitu:
tendensi sentral yaitu rerata dan persentase. manajemen pembiayaan (100%), manajemen
pendidik dan tenaga kependidikan (88%),
manajemen budaya dan lingkungan sekolah
BAB lll HASIL (75%), manajemen peserta didik (73%);
manajemen sarana dan prasarana (71%),
Masalah yang dihadapi pada komponen
manajemen Humas (60%), dan manajemen
manajemen kurikulum dan pembelajaran ada
pembelajaran (40%). Secara khusus temuan
4 yaitu: perencanaan; pelaksanaan; dan
masalah pada komponen manajemen
pengevaluasian pembelajaran; serta PAKEM.
kurikulum dan pembelajaran berbasis sekolah
Manajemen peserta didik ada 8 masalah,
masih menghadapi kendala sejumlah 4 ruang
yakni: pendataan; PPDB; orientasi;
lingkup. Terdapat 6 ruang lingkup yang tidak
pembinaan; ekstrakurikuler; layanan khusus;
ada masalah dalam implementasinya, yaitu:
pengawasan, evaluasi dan pelaporan; dan
(1) penyusunan kalender sekolah, (2)
pembinaan prestasi unggulan. Manajemen
pembagian tugas mengajar dan penyusunan
PTK terdapat 7 masalah, meliputi:
jadwal mengajar, (3) pengawasan melalui
perencanaan kebutuhan;
supervisi pembelajaran, (4) penyusunan

5
peraturan akademik (persyaratan kehadiran, ruang lingkup yang tidak ada masalah dalam
ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, implementasinya, yaitu: (1) inventarisasi; dan
kelulusan, hak siswa, pelayanan konsultasi/ (2) pengawasan, evaluasi, dan pelaporan.
bimbingan), (5) penentuan beban belajar Dengan demikian, masalah manajemen sarana
(sistem pembelajaran dan beban belajar), dan dan prasarana yang dihadapi SD di Indonesia
(6) pengawasan dan evaluasi serta pelaporan. ada 71%. Temuan masalah pada komponen
manajemen pembiayaan berbasis sekolah dari
Dengan demikian, masalah manajemen
5 ruang lingkup manajemen pembiayaan
kurikulum dan pembelajaran yang dihadapi
berbasis sekolah, SD di Indonesia masih
SD di Indonesia ada 40%. Temuan masalah
menghadapi kendala sejumlah 5 ruang
pada komponen manajemen peserta didik
lingkup. Semua ruang lingkup manajemen
berbasis sekolah, dari 11 ruang lingkup
pembiayaan ada masalah dalam
manajemen peserta didik berbasis sekolah, SD implementasinya. Dengan demikian, masalah
di Indonesia masih menghadapi kendala manajemen pembiayaan yang dihadapi SD di
sejumlah 8 ruang lingkup. Terdapat 3 ruang Indonesia ada 100%. Secara khusus temuan
lingkup yang tidak ada masalah dalam masalah pada komponen manajemen Humas
implementasinya, yaitu: (1) pendataan calon berbasis sekolah dari 5 ruang lingkup
peserta didik, (2) memberikan layanan manajemen Humas Berbasis sekolah, SD di
konseling kepada peserta didik, dan (3) Indonesia masih menghadapi kendala
melakukan pelacakan terhadap sejumlah 3 ruang lingkup. Terdapat 2 ruang
alumni.Dengan demikian, masalah lingkup yang tidak ada masalah dalam
manajemen peserta didik yang dihadapi SD di implementasinya, yaitu: (1) analisis
Indonesia ada 73%. Temuan masalah pada kebutuhan, dan (2) pengawasan, evaluasi, dan
komponen manejemen pendidik dan tenaga pelaporan.Dengan demikian, masalah
kependidikan berbasis sekolah dari 8 ruang manajemen Humas Yang dihadapi SD di
lingkup manajemen pendidik dan tenaga Indonesia ada 60%. Secara khusus temuan
kependidikan berbasis sekolah, SD di masalah pada komponen manajemen budaya
Indonesia masih menghadapi kendala dan lingkungan berbasis sekolah dari 4 ruang
sejumlah 7 ruang lingkup. Terdapat 1 ruang lingkup manajemen budaya dan lingkungan
lingkup yang tidak ada masalah dalam berbasis sekolah, SD di Indonesia masih
implementasinya, yaitu masalah menghadapi kendala sejumlah 3 ruang
pemberhentian. Dengan demikian, masalah lingkup. Terdapat 1 ruang lingkup yang tidak
manajemen pendidik dan tenaga ada masalah dalam implementasinya, yaitu
kependidikan yang dihadapi SD di Indonesia pengawasan, evaluasi, dan pelaporan program
ada 88%. Secara khusus temuan masalah pada kegiatan.Dengan demikian, masalah
komponen manajemen sarana dan prasarana manajemen budaya dan lingkungan yang
berbasis sekolah dari 7 ruang lingkup dihadapi SD di Indonesia ada 75%.
manajemen sarana dan prasarana berbasis
sekolah, SD di Indonesia masih menghadapi
kendala sejumlah 5 ruang lingkup. Terdapat 2

6
BAB IV PEMBAHASAN manajemen kurikulum dan pembelajaran
lebih baik dibanding dengan implementasi 6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah
komponen lainnya. Di sisi lain, bahwa
implementasi manajemen berbasis sekolah di
manajemen kurikulum dan pembelajaran
Indonesia secara berturut-turut yaitu:
merupakan garapan banyak sektor di
manajemen pembiayaan (100%), manajemen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
pendidik dan tenaga kependidikan (88%),
maka sebaiknya implementasi komponen
manajemen budaya dan lingkungan sekolah
manajemen kurikulum dan pembelajaran
(75%), manajemen peserta didik (73%);
kemungkinan merupakan salah satu dampak
manajemen sarana dan prasarana (71%),
pembinaan yang komprehensif dari banyak
manajemen Humas (60%), dan manajemen
sektor dalam bidang tersebut. Ditinjau dari
pembelajaran (40%).
pembinaan yang terus menerus, dimana mulai
Berdasarkan hasil penelitian ini, manajemen
diimplementasikannya MBS di Indonesia,
pembiayaan dinyatakan paling banyak
manajemen pembelajaran merupakan salah
kendala dalam implementasinya. Hal ini
satu pilar yang digarap secara intensif,
kemungkinan disebabkan meratanya
utamanya PAKEM-nya. Hal ini kemungkinan
politisasi sekolah gratis di daerah-daerah
bisa menimbulkan dampak positif dimana
seluruh Indonesia, yang dapat menimbulkan
manajemen kurikulum dan pembelajaran
dampak permasalahan pembiayaan
tidak banyak kendala dibanding 6 komponen
pendidikan. Disamping itu, tidak adanya
manajemen berbasis sekolah lainnya.
tenaga khusus yang bertugas menangani
Sedikitnya kendala implementasi manajemen
bidang keuangan/pembiayaan di SD,
kurikulum dan pembelajaran juga sebagai
sehingga yang menangani adalah guru yang
awal yang baik untuk menuju sekolah yang
ditunjuk untuk pekerjaan tersebut. Kendala
efektif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dapat muncul dari fenomena ini adalah
telah disimpulkan bahwa sekolah yang efektif
kurang profesionalnya guru dalam
melakukan perubahan di sekolah dengan
mengerjakan tugas-tugas manajemen
school based management (SBM), yang
pembiayaan, dan guru yang bertugas ada
menekankan pada pengembangan
kalanya lebih mengutamakan pekerjaan
perencanaan sekolah, peningkatan kualitas
mengajarnya yang memang merupakan
sekolah, implementasi kurikulum/program
profesi mereka. Manajemen kurikulum dan
baru dan aplikasi teknologi informasi dalam
pembelajaran berbasis sekolah menghadapi
pendidikan (Caldwell & Spinks, 1992, 1998;
kendala terkecil (40%) dalam
Lindquist, K. M. & Mauriel, J. J. 1989).
implementasinya. Hal ini merupakan hasil
Semua komponen MBS menghadapi kendala
diharapkan dari pembinaan dan
dalam implementasinya. Hasil penelitian ini
pengembangan MBS di Indonesia, karena
sejalan dengan hasil penelitian dan kajian
manajemen kurikulum dan pembelajaran
yang dilakukan beberapa ahli, antara lain
merupakan inti (core) dari 7 komponen MBS.
Dharma (2003) yang menemukan hasil dalam
Jika manajemen kurikulum terindikasi tidak
penelitian yang dilakukannya bahwa
banyak kendala dibanding dengan komponen
hambatan MBS terdiri atas: (1) sulitnya
lain, maka dapat dimungkinkan implementasi

7
menerapkan model baru; (2) pihak yang harus penyebab masalah implementasi MBS.
berpartisipasi masih terpengaruh konsep Berdasarkan temuan Jenni (1991) terdapat
lama; (3) belum adanya definisi standar sejumlah masalah dalam implementasi SBM,
tentang MBS; (4) penerapan MBS tidak yaitu: pertama, ketidakmampuan organisasi
komprehensif; (5) MBS berkonsentrasi di luar sekolah untuk mengimplementasikan MBS
proses pembelajaran; (6) peningkatan prestasi sesuai dengan langkah-langkah MBS karena
murid sebagai akibat dari implementasi MBS kurangnya kemampuan dan pengalaman
hanya terjadi pada sekolah yang dijadikan sekolah untuk mengadopsi perubahan.
pilot proyek MBS oleh pemerintah; (7) MBS Sumber daya manusia di Indonesia sebagian
tidak berkonsentrasi pada prestasi pendidikan; besar sulit menerima perubahan. Inginnya
dan (8) MBS sebagai variasi dari hierarki sudah mapan dengan yang lama, dan aman
tradisional bukan penataan ulang kewenangan dengan yang lama, sehingga perubahan
pengambilan keputusan. Hasil penelitian lain ternasuk inovasi dalam MBS dianggap
yang juga mengindikasikan terdapatnya sebagai ancaman. Kedua, inovasi MBS
masalah pada banyak komponen MBS yaitu dibangun tanpa ada perencanaan yang jelas
dari UNESCO (2009) yang menemukan dan jadwal yang pasti.Implementasi
sejumlah masalah implementasi pembinaan dan pengembangan MBS di
MBS di Indonesia yang dapat dikelompokkan Indonesia mengikuti alur keluarnya dana
menjadi 4 yaitu: manajemen sekolah, peran APBN sehingga panjadwalan pembinaannya
serta masyarakat, kegiatan belajar mengajar kurang memadai bagi implementasi di
dan output. Ditinjau dari manajemen sekolah, lapangan. Ketiga, kurang aplikatifnya desain
problematika MBS antara lain sekolah belum model MBS. Hal ini menyebabkan kurang
melibatkan semua pihak dalam mengambil jelasnya dalam implementasi di lapangan.
keputusan. Bahkan ada kalanya sekolah tidak
Pelaksana di lapangan menganggap MBS
melibatkan pihak luar sekolah dalam
merupakan konsep abstrak dan sulit dijangkau
mengambil keputusan.Masalah lainnya
pelaksanaannya. Keempat, jalur
adalah sekolah kurang transparan terhadap
birokrasi/komunikasi tidak memberikan
pengelolaan kauangan.Keuangan sekolah
pemahaman yang jelas tentang MBS.Di
sering kali tidak dipertanggungjawabkan di
Indonesia wilayahnya terlalu luas dan terlalu
hadapan masyarakat ataupun wali
beragam sehingga jalur birokrasi terlalu lama
murid.Terkait budaya mutu, problematikanya
dan panjang. Hal ini kadang ada hal yang
adalah sekolah belum memiliki budaya
terputus dalam implementasi MBS di seluruh
mutu.Selain itu, di sekolah terjadi kurangnya
Indonesia. Terakhir, kurang banyaknya
sustainabilitas program, dan kurangnya
latihan/penataran pelaksana kegiatan atau
implementasi otonomi sekolah dalam rangka
hasil-hasil pelatihan tidak diterapkan di
mencapai sasaran mutu sekolah.
lapangan. Terlalu banyaknya sumber daya
Masih terdapatnya masalah dalam pendidikan termasuk di SD kadang sulit
implementasi 7 komponen MBS karena terjangkau pelatihan secara menyeluruh.
berbagai alasan yang kemungkinan sama Sering juga bagi meraka yang sudah dilatih
dengan hasil penelitian terdahulu tentang tidak mengimbaskan kepada sumber daya

8
manusia lainnya. Hal ini membuat program penggalian sumber-sumber; pembukuan;
implementasi MBS masih belum dipahami penggunaan sesuai peraturan perundangan:
secara merata oleh sumber daya manusia di transparan, akuntabel; pengawasan, evaluasi
SD. dan pelaporan.Implementasi manajemen
Humas berbasis sekolah terdapat 3 masalah,
KESIMPULAN
yaitu: penyusunan program; pembagian tugas
Hasil-hasil penelitian ini dapat disimpulkan pelaksana; dan pelaksanaan kegiatan.
sebagai berikut.Masalah yang dihadapi dalam Implementasi Manajemen budaya dan
implementasi 7 komponen MBS secara lingkungan berbasis sekolah menghadapi 3
berturutturut yaitu: manajemen pembiayaan masalah yakni: perencanaan program
(100%), manajemen pendidik dan tenaga kegiatan; sosialisasi program kegiatan; dan
kependidikan (88%), manajemen budaya dan pelaksanaan program kegiatan.Dari 10 ruang
lingkungan sekolah (75%), manajemen lingkup manajemen kurikulum dan
peserta didik (73%); manajemen sarana dan pembelajaran berbasis sekolah, SD di
prasarana (71%), manajemen Humas (60%), Indonesia masih menghadapi kendala
dan manajemen pembelajaran sejumlah 4 ruang lingkup. Terdapat 6 ruang
(40%).Implementasi manajemen kurikulum lingkup yang tidak ada masalah dalam
dan pembelajaran berbasis sekolah ada 4 implementasinya, yaitu: (1) penyusunan
masalah yaitu: perencanaan; pelaksanaan; dan kalender sekolah, (2) pembagian tugas
pengevaluasian pembelajaran; serta PAKEM. mengajar dan penyusunan jadwal mengajar,
Implementasi Manajemen peserta didik (3) pengawasan melalui supervisi
berbasis sekolah ada 8 masalah, yakni: pembelajaran, (4) penyusunan peraturan
pendataan; PPDB; orientasi; pembinaan; akademik (persyaratan kehadiran, ulangan,
ekstrakurikuler; layanan khusus; pengawasan, remedial, ujian, kenaikan kelas, kelulusan,
evaluasi dan pelaporan; dan pembinaan hak siswa, pelayanan konsultasi/ bimbingan),
prestasi unggulan. Implementasi manajemen (5) penentuan beban belajar (sistem
PTK berbasis sekolah terdapat 7 pembelajaran dan beban belajar), dan (6)
masalah, meliputi: perencanaan kebutuhan; pengawasan dan evaluasi serta
rekrutmen/pengadaan; penempatan; pelaporan.Masalah manajemen kurikulum
pembinaan dan pengembangan; pemberian dan pembelajaran berbasis sekolah yang
motivasi; rotasi kerja; pengawasan, evaluasi dihadapi SD di Indonesia adalah 40%.Dari 11
kinerja, dan pelaporan. Implementasi ruang lingkup manajemen peserta didik
Manajemen sarpras berbasis sekolah berbasis sekolah, SD di Indonesia masih
menghadapi 5 masalah, yaitu: analisis menghadapi kendala sejumlah 8 ruang
kebutuhan dan perencanaan; pengadaan; lingkup.
pendistribusian dan pemanfaatan; Terdapat 3 ruang lingkup yang tidak ada
pemeliharaan; dan penghapusan. masalah dalam implementasinya, yaitu: (1)
Implementasi Manajemen pembiayaan pendataan calon peserta didik, (2)
berbasis sekolah ada 5 masalah yakni: memberikan layanan konseling kepadapeserta
penyusunan RKS/RKJM/RKT, RKAS; didik, dan (3) melakukan pelacakan terhadap

9
alumni.Masalah manajemen peserta didik kendala sejumlah 3 ruang lingkup. Terdapat 1
berbasis sekolah yang dihadapi SD di ruang lingkup yang tidak ada masalah dalam
Indonesia adalah 73%.Dari 8 ruang lingkup implementasinya, yaitu pengawasan,
manajemen pendidik dan tenaga evaluasi, dan pelaporan program
kependidikan berbasis sekolah, SD di kegiatan.Masalah manajemen budaya dan
Indonesia masih menghadapi kendala lingkungan berbasis sekolah yang dihadapi
sejumlah 7 ruang lingkup. Terdapat 1 ruang SD di Indonesia adalah 75%.
lingkup yang tidak ada masalah dalam
SARAN
implementasinya, yaitu masalah
pemberhentian.Masalah manajemen pendidik Berdasarkan hasil temuan penelitian ini,
dan tenaga kependidikan berbasis sekolah diberikan beberapa saran.Bagi penentu
yang dihadapi SD di Indonesia adalah kebijakan, hasil penelitian sebaiknya
88%.Dari 7 ruang lingkup manajemen sarana digunakan sebagai bahan evaluasi guna
dan prasarana berbasis sekolah, SD di ditindaklanjuti dalam pembinaan dan
Indonesia masih menghadapi kendala pengembangan MBS di SD seluruh
sejumlah 5 ruang lingkup. Terdapat 2 ruang Indonesia sesuai dengan kewenangan. Bagi
lingkup yang tidak ada masalah dalam pengawas sekolah, hasil penelitian hendaknya
implementasinya, yaitu: (1) inventarisasi; dan digunakan sebagai titik tolak pemecahan
(2) pengawasan, evaluasi, dan masalah yang ada di wilayahnya sesuai
pelaporan.Masalah manajemen sarana dan dengan potensi wilayah. Bagi kepala sekolah,
prasarana berbasis sekolah yang dihadapi SD hasil penelitian ini seyongyanya digunakan
di Indonesia adalah 71%.Dari 5 ruang lingkup untuk mengawali dalam memecahkan
manajemen pembiayaan berbasis sekolah, SD masalah agar lebih intensif sesuai dengan
di Indonesia masih menghadapi kendala masalah yang sedang dihadapi dalam
sejumlah 5 ruang lingkup. Dengan demikian implementasi MBS. Bagi pengembang ilmu
semua ruang lingkup manajemen pembiayaan manajemen pendidikan, hasil penelitian ini
ada masalah dalam implementasinya. sebaiknya dipakai untuk tambahan referensi
Masalah manajemen pembiayaan berbasis khususnya yang terkait masalah implementasi
sekolah yang dihadapi SD di Indonesia adalah 7 komponen MBS. Bagi
100%.Dari 5 ruang lingkup manajemen peneliti lain, seyogyanya hasil penelitian ini
Humas Berbasis sekolah, SD di Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu referensi
masih menghadapi kendala sejumlah 3 ruang nan bahan kajian lebih lanjut dalam bidang
lingkup. Terdapat 2 ruang lingkup yang tidak
manajemen sekolah lebih khusus bidang
ada masalah dalam implementasinya, yaitu: manajemen berbasis sekolah. Bagi lembaga
(1) analisis kebutuhan, dan (2) pengawasan, Universitas Negeri Malang, hasil penelitian
evaluasi, dan pelaporan.Masalah manajemen ini sebaiknya digunakan untuk menambah
Humas Berbasis sekolah yang dihadapi SD di referensi kajian tentang masalah yang
Indonesia adalah 60%.Dari 4 ruang lingkup dihadapi dalam bidang pendidikan,
manajemen budaya dan lingkungan berbasis khususnya dalam implementasi MBS SD di
sekolah, SD di Indonesia masih menghadapi

10
Indonesia, untuk selanjutnya dapat digunakan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
untuk sasaran pengabdian kepada masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Caldwell, B.J, dan Spinks, J.M. 1992.
2013. Panduan Pembinaan MBS Tahun 2013.
Leading the Self Managing School.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
London:The Falmer Press.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Cheng, Y. C. 2001. New Vision of School Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
based Management: Globalization,
Lindquist, K. M. & Mauriel, J. J. 1989. School
Localization, and Individualization. Keynote
Based Management to Failure? Education and
Speech Presented at the First-National
Urban Society,(Online), Volume 21, Nomor
Conference on School-Based Management,
4, pp. 403 – 416. Sekretariat Negara RI. 2003.
organized by The Ministry of Education of the
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Israil Government) in Kfar Maccabiah Israel,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1-6 April 2001. (Online), (http://
Jakarta: Sekretariat Negara RI.
home.ied.edu.hk/~vccheng/doc /speeches/ 1-
6spr01.doc), diakses tanggal 15 Februari Sekretariat Negara RI. 2013. Peraturan
2009. Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
Dharma, A. 2003.Manajemen Berbasis
19 Tahun 2005 Tentang Standar
Sekolah: Belajar dari Pengalaman Orang
Nasional Pendidikan.Jakarta: Sekretariat
Lain,(Online),(http://artikel.us/adharma2.htm
Negara RI.
l, diakses tanggal 19 Februari 2009).

Gammage, D.T. 2008.Three Decades of


Implementation of School Based
Management in theAustralian Capital
Territorial and Victorian inAustralia.
TheInternational Journal of Educational
Management, Bradford, Volume 22, Edition
7, pp.664.

Jenni, R. W. 1991. Application of the School


Based Management (SBM) Process
Development Model. School Effectiveness
and School Improvement, ISSN 0924,
Volume 2, Nomor 2, pp.136-151.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


2012. Buku I: Panduan Pembinaan dan
Pengembangan MBS Tahun 2012. Jakarta:

11

Anda mungkin juga menyukai